EZ4 Girls: The Bulletproof He...

By ardhi_yan

199 103 4

Rocky sontak kaget seketika, lantaran orang yang membuat Alvaro tewas adalah dirinya. Akibatnya setelah insid... More

Kata Pengantar
ABOUT....
Chapter 1: SIMFONI
Chapter 2: Darah di Malam Hari
Chapter 3: Orang dibalik topeng
Chapter 4: The Eagle Eyes
Chapter 6: Penantang di Akhir Pekan
Chapter 7: Reuni
Chapter 8: About Ties and Promises
Chapter 9: Harapan di hari esok
Chapter 10: For Her
Chapter 11: Pemecah Genangan Air Hujan
Chapter 12: Towards the end of the year
Chapter 13: Cerita di sore hari
Chapter 14: Rahasia
Chapter 15: Orang Nomor 2
Chapter 16: Pesta di Pekan Terakhir
Chapter 17: The Secret Problem
Chapter 18: Seseorang dari tempat yang jauh
Chapter 19: Hard to say
Chapter 20: Dia itu adalah sahabatku
Chapter 21: Take The Throne
Chapter 22: Ikatan...
Chapter 23: Still with the same person
Chapter 24: Ksatria Tanpa Zirah
Chapter 25: Tugas Pertama Sang Pemimpin

Chapter 5: Senyuman di kala hujan

16 7 0
By ardhi_yan

          Beberapa hari berlalu setelah DoubleE dan Rat Hunter resmi beraliansi, mereka pun mulai menyebar terror diseluruh penjuru kota. Mereka gencar mencari satu persatu geng yang ada dikota itu, dan mengakibatkan seluruh polisi mengawasi setiap sudut kota. Tapi meski mereka sudah membabi buta, TCS tetap kokoh berada berada dipuncak.

***

(Hari Kamis menjelang siang, dikantin sekolah waktu jam istirahat. Terlihat Edward sedang menikmati makanan sendirian dengan tenang, dan seperti biasa, Javier selalu datang mengganggu ketenangan sahabatnya itu).

"(Duduk disamping Edward) Yo!" Sapa Javier tersenyum lebar.

"Harus banget lu duduk disamping gue?" Ketus Edward dengan memasang muka datar.

"Sewot banget lu? Lu ga inget, kata prescilla? Kita tuh harus bareng-bareng, meskipun salah satu dari kita gaada."

"Ada aja alesan lu, brengsek."

"Tapi bener kan?" Sahut Javier tak mau kalah.

"Hi darling, nih aku beliin kamu minuman. Kamu pasti haus kan? Ya iyalah, secara aku tadi ngeliat kamu makan tapi gaada minumannya." Potong Ariska dengan membawa 2 minuman dan duduk didepan Edward.

"Eh? Makasih, tapi gapapa kok. Aku bisa beli sendiri nanti." Tolak Edward dengan canggung.

"Gimana, kalo buat aku aja?" Sahut Javier menggoda.

"Beli sendiri!" Pungkas Ariska dengan sewot.

"Kak Edward! Nih special buat kakak, hari ini aku bawain jus alpukat kesukaan kakak." Spontan Stevy datang menghampiri meja Edward.

"Hah? Jus alpukat?" Sahut Edward dengan kaget.

"(Menepuk jidat) Nambah lagi..." Gerutu Javier.

"Iya, jus alpukat. Kesukaan kakak, kan?"

"Kok kamu tau, kalo aku suka jus alpukat?" Tanya Edward keheranan.

"Apa sih yang aku gatau, dari kakak ganteng." Jawab Stevy dengan tersenyum sumringah.

"Eh, upil idung?! Kok lu bisa tau kesukaan my darling, sih?!" Bentak Ariska pada Stevy.

"Harus banget gitu, gue kasih tau sama lu? Dan siapa yang lu panggil, my darling? Emang dia siapa lu, hah?!" Jawab Stevy yang tak mau kalah.

"Dia pacar gue! Ma-maksud gue, dia calon pacar gue. Mau apa lu?" Timpal Ariska terbata-bata.

"(Stevy tersenyum remeh) Hmm... masih calon aja belagu. Inget ya? Kita itu musuhan, sampe kak Edward milih salah satu diantara kita."

(Merasa terganggu dengan situasi yang dirasa buruk itu, sontak nafsu makan Edward menjadi turun. Dan memilih meninggalkan tempat itu, meskipun perutnya tengah kelaparan).

"Jav, lu habisin ae makanan gue. Kalo mau minum tinggal pilih aja, gue udah ga mood makan." Ucap Edward yang berbisik pada Javier, kemudian pergi meninggalkan mereka bertiga dikantin.

"Lah? Gimana urusannya." Javier melongo melihat Edward berjalan pergi.

"Heh? Kak Edward!" Teriak Stevy.

"Lu liat kan? Ini semua gara-gara lu!" Bentak Ariska ke Stevy.

"Enak aja! Gara-gara lu lah!"

***

          Terik matahari siang mulai menyengat, bell sekolah pun berbunyi menandakan jam sekolah telah berakhir. Dengan tenang Edward berjalan kearah parkiran sepeda motor, kemudian menarik gas menuju coffeeshop, tempat dimana biasanya dia melepas penat seusai sekolah.

***

(Dengan tenang, Edward mencoba menikmati minuman dingin yang ia pesan beberapa menit yang lalu. Namun ditengah lamunannya, ada telfon masuk Billy yang memberi tahu bahwa beberapa hari yang lalu DoubleE tengah melakukan terror besar-besaran dikota. Edward yang muak mendengar berita itu langsung menutup telfonnya, dan kembali menikmati ketenangannya).

"(Membakar rokok) DoubleE, ya?" Kata Edward dengan lirih.

"Abang gue pernah bilang ke gue, kalo dia nyuruh lu buat selalu senyum, apapun kondisinya." Sapa Daren yang refleks duduk didepan Edward.

"(Tersenyum geli) Bilang ke dia, kalo gue bisa tersenyum. Tapi cuma buat orang tertentu aja."

"Lu kok bisa sih bang, jadiin abang gue sahabat lu? Padahal dia bukan orang sini."

"Gatau, cuma gue ngrasa abang lu beda dari semua orang yang gue kenal. Dia aneh orangnya." Terang Edward datar.

"Gue juga ngrasa gitu sih? Kayaknya, lu sama dia punya beberapa kemiripan, deh." Celetuk Daren dengan heran.

"Enggak sih Der, gue ngrasa dia kayak punya energi positif aja, yang mana semua orang dideketnya bisa ngrasa bahagia."

"Emang, abang lu mau kesini lagi?" Imbuh Edward sembari melempar pertanyaan.

"Hmm.. liburan nanti katanya kesini." Jawab Daren sedikit tertawa.

"Oiya? Kalo gitu mulai dari sekarang, gue bakal mikirin konsep pesta penyambutan yang pas buat dia." Edward tersenyum lebar setelah mendengar kalo sahabatnya akan datang.

"Dia juga bilang ke gue, kalo dia seneng dengan jaket yang lu kasih."

"(Mengangkat dagu dan tersenyum) Mungkin kalo dia tinggal di kota ini, hidup gue jadi lengkap."

"Nino... gue tunggu lu, di palangkaraya."

          Nino, salah satu siswa SMA seangkatan dengan Edward. Namun, dia tinggal di jogja. Mereka mengenal satu sama lain dari dua tahun lalu, ditaman kota. Tapi meski begitu hubungan mereka sangat erat satu sama lain, dan dia menempati orang nomor 2 di TCS, setelah Edward.

***

(Kemudian di sore hari setelah Edward pulang dari café, ia kembali mendapat telfon. Kali ini telfon itu dari Prescilla, yang bermaksud mengajaknya berjalan-jalan ke mall. Dengan semangat, Edward langsung bergegas bersiap-siap. Setelah mengiyakan ajakan itu).

***

(Namun sesampainya di mall, Prescilla yang ceria tadi waktu berbicara ditelfon, mendadak diam tanpa kata setelah sampai ditujuan. Dan dengan keheranan, sontak Edward bertanya dengan polos alasan Prescilla yang tiba-tiba bersikap dingin saat itu).

"Cill, lu apaan sih? Dari berangkat, terus mondar-mandir sana-sini, masak lu ga ngobrol apa-apa gitu, ke gue? Lagian gue salah apaan ke elu, kok tiba-tiba lu diemin gue kayak gini? Nih ya, gue kasih tau. Gue tuh hari ini special pake baju baru yang gue beli kemarin, cuma buat ketemu lu." Gerutu Edward yang berjalan dibelakang prescilla.

"Bisa diem ngga? Kalo gabisa pulang aja." Pungkas Prescilla dingin.

"Gitu banget deh respon lu."

"(Prescilla terus berjalan, tanpa menggubris omongan Edward)."

***

(Melihat respon Prescilla yang aneh, disetiap langkah mereka berjalan. Edward terus menggerutu, namun ia masih tak mendapat jawaban yang sesuai harapannya. Sampai suatu ketika Edward kembali mengajaknya bicara, namun kali ini ia mencoba taktik obrolan yang lain).

"Cill, lu ga bosen apa diem mulu? Lu gamau nawarin gue minum gitu? Capek nih jalan-jalan mulu."

"(Menghentikan Langkah) Kita pulang aja." Pungkas Prescilla dengan datar.

"Lah? Cill, gue cuma mau minum doang?!"

"Minum aja sendiri."

          Dan dengan perasaan terpaksa, Edward secara bingung mengikuti kemauan prescilla yang daritadi mendiamkannya. Kemudian mereka berjalan keluar dari mall itu, menuju parkiran sepeda motor.

***

(Namun ditengah perjalanan, refleks Edward menghentikan motornya di alun-alun. Tempat dimana Prescilla biasa bermain skateboard).

"Ngapain lu bawa gue kesini?! Gue mau pulang!" Protes Prescilla yang membentak.

"Duduk bentar deh, gue mau bilang sesuatu."

"Ngga mau."

          Kemudian terjadi perdebatan kecil diantara mereka, lantaran Edward yang kekeh memaksa mengajak Prescilla duduk dan mengobrol. Namun setelah adu mulut yang lumayan lama, akhirnya usaha Edward membuahkan hasil.

***

"Lu kenapa sih Cill? Gue salah apa sama lu?" Tanya Edward dengan memelas.

"Ngga, ga salah apa-apa."

"Lu jangan ga adil gini dong sama gue? Bilang Cill! Biar gue benahi."

"Gue bilang ga ada, ya ga ada!" Jawab Prescilla ngotot.

"Tapi kenapa lu diemin gue kayak gini?! Jawab Cill! Gue butuh jawaban, gue butuh alesan!"

"Bbuukk...!!!"

(Prescilla yang muak, refleks melayangkan pukulan dengan keras tepat dipipi kanan Edward. Yang membuat suasana jadi hening untuk beberapa saat).

***

"Kalo ini yang bikin mood lu ke gue bisa balik, lu bisa pukul gue lagi kalo emang kurang." Kata Edward dengan lirik sambil memegangi pipi kanannya.

"Bales gue, bales pukulan gue." Tantang Prescilla dengan tatapan tajam.

"Gue gaada alesan buat mukul lu, kalo lu masih kurang? Pukul gue lagi aja, gapapa."

"Cepet, bales pukulan gue!!" Bentak Prescilla dengan menatap Edward penuh amarah.

"Gue khawatir sama lu. Banyak orang bilang kalo beberapa hari kemarin ada sekelompok geng motor yang membabi buta di kota, dan sekarang polisi sedang berjaga disetiap sudut. Yang gue percaya dan gue yakini pelakunya pasti bukan lu, dan mungkin saja sasaran mereka hari ini bukan lu, tapi gatau kalo besok." Terang Prescilla dengan meneteskan air mata.

"Lu kenapa sih? Gamau nurutin gue buat keluar dari geng itu?"

"(Melempar senyum geli) Lu percaya kan, kalo gue bisa jaga diri?" Terang Edward dengan santai.

"Gue udah bosen denger jawaban lu yang itu." Tukas Prescilla dengan cuek.

"Udah deh, senyum dong. Cemberut mulu lu." Sontak Edward mencubit kedua pipi Prescilla, yang membuatnya tersenyum seketika.

          Usaha Edward mulai membuahkan hasil, dan Prescilla pun kembali tersenyum segar kembali meskipun ia harus menahan sakit akibat pukulan Prescilla yang mengenai pipi kirinya. Dan mereka pun akhirnya mulai bercanda kembali, setelah bersitegang untuk beberapa waktu. Namun tak lama setelah itu, kegembiraan mereka harus terpaksa berpisah lantaran hujan yang sedikit demi sedikit turun membasahi sore itu.

(Dengan sigap Edward pun mengajak Prescilla pergi meninggalkan tempat itu, sebelum basah kuyup. Lalu dengan kompak mereka pun berlari menuju motor, dan setelahnya Edward menarik gas motornya meninggalkan tempat itu).

***

(Namun cuaca berkata lain, hujan kini turun semakin deras. Edward yang panik mulai mencari tempat berteduh sejenak, sembari menunggu hujan reda).

"Lu ngapain, berhenti disini?" Tanya Prescilla dengan polos.

"Lu ngga liat? Hujan deres noh."

"Iya gue tau, lu kira gue buta? Maksud gue lu ngapain neduh disini, mau pake mantel?" Tukas Prescilla.

"Justru gue neduh, karena gue gabawa mantel." Jawab Edward dengan tertawa.

"Dih dasar bego, makanya lain kali bawa."

"Ya lu kira gue dukun, yang tiba-tiba tau kalo nanti bakal hujan?"

          Dari candaan itu mereka tertawa keras diiringi dengan derasnya suara air hujan, dan disisi lain dari kejauhan terlihat segerombolan orang yang sedang berteduh, dengan sorot mata penuh kebencian, mengawasi Edward dan Prescilla yang saling melempar tawa satu sama lain.

"Secepetnya bakal gue bungkam mulut penuh tawa itu..."

***

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.5M 17.8K 7
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
5M 921K 50
was #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫not an au Started on August 19th 2017 #4 1...
1.3M 97K 43
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
489K 18.2K 33
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...