AUSTRALIANS [5SOS]

By rascalaf

1.1M 120K 32.6K

Michael lalu mengotak-atik ponsel Luke, seperti ingin memberi tahu ku sesuatu. "The producer from a famous re... More

Prolog: Awal yang Biasa
Bagian I: Perkenalan Singkat
Bagian II: Selamat Datang di Jakarta
Bagian III: Large Yang Medium
Bagian IV: Taman Suci Mama
Bagian V: Misi Penyelamatan Calum
Bagian VI: Adiksi Tuyul
Bagian VII: Selamat Ulang Tahun, Calum!
Bagian VIII: Not Fun sebelum Do-Fun
Bagian IX: ke Dufan!
Bagian X: Masih di Dufan
Bagian XI: Tragedi Bende
Bagian XII: Moshi-Moshi??
Bagian XIII: Satu Hari Bersama Michael
Bagian XIV: ke Bandung!
Bagian XVI: Puding Pendistraksi
Bagian XVII: Filosofi MMXII
Bagian XVIII: Luking for Luke
Bagian XIX: Kerasukan Sampo
Bagian XX: Jalan-Jalan Keliling Bali (Cakep!)
Bagian XXI: Hantu Calum
Bagian XXII: Teori Lubang Hidung
Bagian XXIII: Harry Styles Kerja di Bali?? (Bukan Clickbait)
Bagian XXIV: Pre-Holes, Pre-Show
Bagian XXV: Akhirnya Ku Menemukanmu
Bagian XXVI: Kerasukan Anak JakSel
Bagian XXVII: Calum-ku Sayang Calum-ku Malang
Bagian XXVIII: Dinner Disaster
Bagian XXIX: Satu Malam Bersama Calum
Bagian XXX: Fail Australians
Bagian XXXI: Kapan Pulang?
Bagian XXXII: Long Way Home
Bagian XXXIII: Terdampar
Bagian XXXIV: Sedikit Lagi
Bagian XXXV: Go Home? GoJek!
Bagian XXXVI: Sampai Jumpa
Di Luar Bagian: Everything I didn't say
Characters Ask [CLOSED]
Character Replies: (Y/N)
Character Replies: Luke
Character Replies: Calum
Character Replies: Ashton
Character Replies: Michael
Author Replies
Epilog: Dia Lagi Dia Lagi
Discord
Bagian Tambahan: Wherever You Are
Sequel Teaser
AUSTRALIANS 2 is Out!
Jangan lupa
Yok beli yok

Bagian XV: Cinderella Semalam

24.3K 2.8K 1.1K
By rascalaf

"Nice shoes". Seseorang berkata saat aku mulai membuka pintu depan.

Ah paling mang diman.

Eh tapi sejak kapan mang diman jago bahasa inggris?

Aku pun menengokkan wajah ku ke belakang. Dan disana, berdiri lah seorang Luke diantara kegelapan dengan boxer bermotif burgernya dan kaos putih polos Ryder yang tadi sempat ia beli di alfamart.

Yatuhan.

Kenapa ia harus muncul.

Aku baru saja akan melarikan diri ke pesta pernikahan itu sesudah yakin bahwa keempat bule sudah tertidur lelap setelah ku bacakan Harry Potter part 1-7. Tapi mengapa Luke disana? Apa dia Luke jadi-jadian?

Secepat kilat aku menyempilkan badan ku pada sisa pintu yang tadi belum sempat ku buka lebar, lalu ku tutup cepat-cepat. Tadinya.

Tapi ternyata terlambat karena Luke menahan pintu itu dengan bahu lebarnya. Namun aku terus menutup pintu itu dengan paksa yang malah menyebabkan Luke berteriak membangunkan orang sekota Bandung. Untung saja pak wali kota rumahnya jauh jadi males otw buat ngomelin Luke.

Tapi ketiga bule lainnya tidak terlalu jauh untuk terbangun dan memeriksa apa yang terjadi. Lebih tepatnya untuk menangkap basah ku yang baru saja akan mengendap-endap keluar rumah tanpa mereka.

"What is happening?," Michael menghampiri Luke yang kesakitan memegangi bahu kirinya. Diikuti dua lainnya di belakang, dengan mata yang masih penuh belek. "Where are you going, Ganis?," Ashton bertanya setelah menyadari apa yang aku gunakan dengan sepatu dan tas pesta.

Mati.

Hidup lagi.

Mati lagi.

"She's definitely going to go somewhere without us," Michael menyimpulkan, "Where are you going??," ia setengah berteriak. Aku menggaruk punggung kepala ku, berfikir apa yang harus aku katakan. "I can't believe you would be leaving without us," Calum menyipitkan matanya, melirikku sinis dengan kedua lengan kekarnya yang dilipat di depan dada.

Saat aku akan mengatakan sesuatu untuk membela diri, tiba-tiba saja mang Diman menyalakan mesin mobil dan menglaksoniku agar aku segera masuk mobil.

Yaelah mang.

Akupun dengan cepat menyeret 4 bule dengan boxer dan kaos oblong ryder mereka memasuki mobil, tanpa mereka tau akan dibawa kemana. "Ini teh pada dibawa, teh?," tanya mang Diman setelah aku menjejalkan mereka di kursi belakang. Aku tanpa menjawab pertanyaan mang Diman hanya menyuruhnya menggas mobil menuju pesta.

Sepanjang jalan aku menjelaskan kepada mang Diman bagaimana ia harus membawa bule-bule ini belanja baju pesta yang berbau Indonesia gitu berkenaan dengan pesta yang memang setelah tadi sempat ku baca undangannya, berbau kental sunda. "Inget ya mang, batik atau apa gitu yang khas indonesia pokonya," kata ku sekali lagi mengingatkan mang Diman. Ia lalu mengulang perkataan ku untuk mengingatnya. Dan aku pun memberi tau empat bule laknat di belakang bahwa mereka akan belanja baju bersama mang Diman lalu baru menyusul ku ke pesta. "Ohiya, nanti anterinnya ke pintu belakang aja ya, takut ketauan mama, mamang juga jangan bilang mama kalo teteh kesini ya". "Luke, or whoever, after you guys arrive here later, text me so I'll get you guys, okay?," lalu aku pun turun di pesta ini. Setidaknya beberapa puluh menit tanpa bule-bule laknat itu.

Aku menaiki sedikit tangga yang dihiasi karpet merah yang elegan, menuntunku memasuki aula itu, dimana pangeran impian ku berdiri dengan wanita lain di pelaminan. Hiks.

Aku pun mengantre mengikuti jalur karpet yang mengarah ke pengantin untuk memberikan salam selamat. Berjalan sangat feminim, berdoa semoga saja dia berubah pikiran menggantikan istrinya dengan ku di atas sana. Aku selalu siaga memperhatikan sekitar ku, memasang mata akan tanda-tanda kehadiran mama.

"A, selamat menempuh hidup baru ya," kata ku setelah memeluk pangeran impian masa ABG ku yang namanya tidak boleh dipublikasikan. Sebut saja dia Hamba Allah. "Ganis?? Ko ga sama mama?," tanyanya masih memegangi kedua lengan ku. Aku mengangguk, mengucapkan selamat sekali lagi, lalu menuruni panggung pelaminan.

Tiba-tiba Justin Bieber datang dari belakang pelaminan menyanyikan lagu That Should Be Me yang lagi pas banget untuk perasaan ku saat ini. Dilanjutkan juga oleh One Direction yang bernyanyi I Wish di atas pelaminan.

Boleh juga guest starsnya JB sama 1D.

Wah coba ada Bi Min sama Teh Ida.

Setelah lelah menggalaui dua lagu itu akupun menghampiri meja prasmanan karena perutku sudah sangat lapar. Aku menengok kanan kiri depan belakang atas bawah untuk mengecek keberadaan mama. Daritadi aku sama sekali belum melihatnya. Tapi syukurlah.

Aku pun mengambil setiap makanan dari menu karena gak mau rugi.

Eh tapi btw, ko ini sepi banget yang ngantri makanan?

Perasaan tadi pas mau salaman ngantrinya panjang.

Lalu saat aku menengokkan wajah ku ke pelaminan, aku tidak melihat pengantennya disana. Dan juga semua orang.

Apa acaranya udahan?

Lalu aku menengokkan wajah ku ke belakang. Dan disana lah semua orang. Mengerubungi panggung kecil pengiring musik.

Buset.

Rame amat.

Apa JB sama 1D lagi duet?

Karena penasaran, aku pun menghampiri panggung dengan piring penuh makanan di tangan ku.

Innalillahi wa inna illahi rojiun.

Aku rasanya mau pingsan.

Bukan.

Bukan karena ada tabrakan beruntun yang menyebabkan korban jiwa.

Bukan juga JB sama 1D yang tiba-tiba kejang-kejang di atas panggung.

Tapi.

Itu mereka.

Iya.

Mereka.

Calum, Ashton, Luke dan Michael.

Atau mungkin lebih tepatnya dipanggil 5 Seconds Of Summer saat ini. Karena itu nama band mereka.

Dan sekarang mereka lagi ngeband diatas panggung itu.

Mereka menyanyikan lagu Sugar dari Maroon 5.

Yaampun.

Bukannya apa-apa.

Tapi.

Cukup sedih untuk diceritakan.

Kostum mereka.

"Teh, kumaha atuh, keren kan bajuna?". Itu mang Diman ternyata daritadi berdiri di samping ku sambil merekam video para bule laknat yang tambah laknat itu.

Aku tidak bisa mengatakan apa-apa atas yang telah mang Diman lakukan kepada mereka. Dan aku pada akhirnya menangis kesal.

"Aduh jangan nangis atuh si teteh mah, sama, mamang juga terharu ngeliat mereka, ternyata pada alus suarana," kata mang Diman memasang tampang terharu.

Calum. Dengan kostum. Sekali lagi, kostum, adat Yogyakarta yang topless itu lengkap dengan anting-antingan dan kopeah panjang yang entah apa namanya. Ditambah sepatu vans item ya.

Luke bernyanyi dengan pede dibalut kostum adat bali yang dikembenkan dengan keris di punggungnya, juga anting-anting dan bandana adat bali. Tak lupa bunga kamboja cantik nangkring di kuping kanannya.

Michael dengan nafsu memainkan gitar listrik dengan memakai kostum adat Kalimantan Timur. Hanya celana pendek dan baju yang seperti rompi dan sehelai selendang di depan. Ditambah topi adatnya.

Dan Ashton. Dengan kostum adat papua yaitu koteka rumbai-rumbai yang entah terbuat dari sapu ijuk atau apa, dengan semangat menggebuk drumnya. Tak lupa dengan cat merah putih bergores di kedua pipinya. Dan rambut yang kemarin lusa ia kepang di pantai, kini telah ia lepaskan. Menjadikannya afro keriting kecil-kecil ala orang papua beneran.

Yaallah.

"Mang, maksudnya bukan gini," kata ku pada mang Diman dengan nada lirih, "ini pesta nikahan, mang, bukan kartinian anak sd".

Aku lalu mundur teratur untuk kabur dari pesta yang sudah terlajur kacau ini. Menurutku. Tapi seseorang dengan suara nyaring berteriak Pada microphone, "hey! Ganis! I tried to reach you but it was no signal! Well, enjoy our second song!". Itu Michael dengan asoynya berbicara kepada ku di microphone sambil menunjuk ku, membuat sebagian pasang mata tertuju pada ku.

Aku pun dengan malu dan air mata yang sudah tak tertahankan lagi, berlari keluar.

Mang diman lemotnya gak ketolongan.

Ini lagi empat bule otaknya sengklek semua. Urat malunya pada putus. Mau aja didandanin gitu. Yaallahurobi.

Aku sangat malu. Masalahnya adalah. Itu pesta pernikahan orang yang pernah ku taksir. Dan Michael dengan baju adat, memanggil nama ku lewat microphone. Ah, Hamba Allah pasti sangat marah pada ku.

Aku berlari secepat mungkin. Karena kini aku tau ada orang yang mengejar ku di belakang. Entah siapa pun itu. Untuk saat ini aku tidak mau berhenti berlari atau menengok untuk memeriksa siapa itu, walaupun kemungkinan besarnya adalah Mang Diman. Aku terus berlari sampai satu sepatu kiri ku copot di tengah jalan. Tapi tak sempat ku ambil karena aku harus naik angkot yang gaboleh terlalu lama ngetem di pinggir jalan. Aku pun akhirnya pulang dengan satu sepatu dan make up yang berantakan, ditambah tatapan orang-orang dalam angkot. Ya tuhan, kali ini aku benar-benar merasa malu dan kecewa.

Saat sampai di rumah, aku langsung menuju kamar dan mengunci diri di dalamnya. Tidak ingin berbicara kepada siapa pun terutama empat bule kampret itu. Ya. Benar. Kamar ku. Kamar ku yang harusnya mereka tempati untuk tidur di rumah ini.

Bodo amat deh.

Tidur sono di lantai pake baju adat.

Aku memeriksa handphone ku dan melihat mereka beberapa kali menghubungi ku baru saja.

Tak lama terdengar ketukan di pintu kamar ku. Dan aku tahu itu mereka karena aku sudah terlalu mengenal suara mereka. Tentu saja. Mereka terus mengetuk pintunya. Dari mengetuk sopan hingga menggedor mengunakan palu thor. Tapi untung pintu kamar ku dilapisi baja sehingga apapun tidak mempan walau mereka memanggil Hulk untuk mendobrak.

Dan aku disini. Tertidur dalam dress hitam dan tangis ku dengan bau badan Calum di guling yang sudah mulai ku hafal.
-----

Aku terbangun kali ini karena suara dentingan handphone ku, pemberitahuan ada Line chat masuk. Teh Ida. Ngeline aku 100 kali, berkata bahwa ada tamu yang menunggu di luar. Siapa?

Tanpa sempat ganti baju dari dress hitam yang mulai kusut dan rambut yang ku ikat asal, aku keluar dari kamar ku. Mencuci muka dan melihat siapa yang Teh Ida maksud.

Yaampun.

Ternyata itu Hamba Allah sedang duduk di ruang tamu.

Pasti dia mau minta ganti rugi karena tadi malem acaranya rusak parah.

Mati gue.

Setelah melewati empat bule yang tergeletak tak berdaya di lantai ruang tengah dengan baju adat yang sudah tak karuan, Hamba Allah pun akhirnya melihat ku. Tapi anehnya dia tersenyum.

Loh ko senyum?

Apa dia kalo marah senyum kali ya.

Aku lalu duduk menghadapnya dengan tegang.

Hamba Allah membenarkan posisi duduknya untuk mulai bicara. "Ganis," katanya memulai, "gausah pake basa-basi lagi deh ya, um, anu, aku mau ngucapin makasih banyak buat semalem".

Heh?

Ga salah denger nih gua?

Aku lalu meringis bingung. "Ko, makasih sih, a, kan, acaranya jadi berantakan gitu".

Dia menggeleng semangat, "engga ko, justru aku suka, soalnya mereka keren, yah, walaupun istri aku sempet marah".

Ah.

Kata-kata 'istri' itu.

Aku mengangguk, entah harus berbicara apa.

"Yaudah kalo gitu, aku tadi mau ke kantor, ya mampir sebentar kesini, hehe, salam buat mama ya," ia lalu berdiri dan menjabat tangan ku setelah itu pergi.

Aku masih aneh. Kenapa berterimakasih? Untuk satu band tak di undang dengan kostum kartinian? Yang benar saja.

"Who was it," tanya seseorang bersuara Michael yang memang Michael dari belakang tembok pemisah ruang tamu dan ruang tengah dengan muka bantalnya. Pipi kiri Michael menempel ke tembok, menjadikannya sangat imut untukku marah padanya. Tapi aku tetap marah.

Ia memang tidak terlihat menantikan jawaban ku dan langsung menuju kamar ku yang terbuka, "oh thanks god, I need to change".

Tiga lainnya masih asoy molor di lantai dengan kipas angin menyala di depan teve. Aku lalu melangkahi mereka lagi menuju dapur.

"Teh, mama mana?," tanya ku ketika melihat teh Ida sedang menyiapkan sarapan.

"Tadi pagi-pagi udah pergi ke alun-alun, teh, mau ikut senam mingguan".

Aku lalu hanya memakan omelette yang disediakan di depan kursi makan ku dengan tidak nafsu.

Untung aja mama pergi.

Seengganya marah-marah dia di tunda gara-gara semalem.

Michael lalu datang dan duduk di hadapan ku, menatap omelette nya dengan penuh cinta. "The boys have waken up already, they're washing their faces".

Aku menatap wajah innocentnya dengan penuh kebencian, "I don't care," aku menggeleng sinis.

Michael lalu memutar-mutar bola matanya, "oh my god, Ganis, come on, what was that? It was a sick night and everybody enjoyed it-unless you, why have to mad?".

"Why have to mad? Are you sure, Michael? You guys just ruined someone else's party, which was a full stranger to you, and you called my name, and now you're asking me why I have to mad?". Aku sekali lagi menangis kesal.

"What's happening?," suara Ashton menyela di belakang ku. Dan ketika aku mendongak ke belakang, tiga lainnya sudah berdiri bersiap untuk duduk dan sarapan. Sementara aku keluar dari kursi makan ku, berniat meninggalkan mereka.

"Explanation, Ganis," kali ini Luke menahan bahu ku yang melewatinya. Matanya menatapku, sama dalamnya dengan suaranya baru saja.

"Go find it yourselves, guys".

"At least we really did a sick show that you had no idea about," Michael berteriak sehingga aku mendengarnya.

"You guys tried too hard to look like maroon 5".

Akhirnya aku memutuskan untuk mandi dan mengganti baju ku yang menyedihkan ini. Menghabiskan waktu ku dalam bath tub mama, memikirkan apa yang nanti akan ku katakan pada mama. Melanggar larangannya, sekaligus menghancurkan pesta orang lain-walaupun Hamba Allah menyukai mereka, tetap saja aku malu. Sangat malu.

"Teh, mandinya jangan lama-lama!," mama berteriak dari luar, membuyarkan flashback pesta semalam. Aku pun beranjak, menyelesaikan mandi ku dan menemui mama yang sedah merebah di kasurnya. Aku memasang muka melas, tapi dia memasang muka santai.

"Mama gak marah sama aku?," tanya ku heran.

Mama mendudukkan diri, "marah kenapa? Gara-gara kamu beliin mereka baju adat gitu?," mama tertawa. "Ohiya, semalem mama ga jadi ke nikahan anaknya bu Joko, soalnya mama diajakin makan sama yang lain di Dago, jadi mama ga kesana deh".

Yaampun.

Alhamdulillah.

Eksekusi mati gua dicancel.

Aku menarik nafas panjang. Dan tak menyadari seulas senyum mengembang di wajahku.

"Kenapa kamu senyum-senyum sendiri gitu ih?," mama kembali menidurkan kepalanya. "Ohiya, semalem si Luke bilang sama mama katanya dia mau ke Bali besok, terus tadi dia pengen kamu ikut, dia emang ga nanya sama kamu ya?".

Buset.

Si kaya.

Baru nyampe kemaren di sini udah mau kelayapan aja.

"Loh? Kata mama mereka liburan disini aja? Ko jadi ke Bali sih?".

"Atuh dari kemarin mereka nanyain pantai terus ke mama, terus juga mereka sempet browsing bali katanya, jadi aja pengen kesana".

"Ngga ah, aku gamau ikut, aku mau pulang ke Jakarta aja, lagian aku udah lama gak ketemu Bemby," kata ku menolak.

Lagian juga gua lagi marah sama mereka.

Sana pergi aja ke Bali lalu tersesat dan merana. Ha ha ha.

Aku lalu keluar dari kamar mama dan menonton tv di ruang tengah. Tumben sepi. Mungkin lagi pada tidur.

Tapi tidak, karena setelah itu Calum, Ashton dan Michael keluar dari kamar mereka sambil ngobrol tidak jelas.

"Anastasia and Drizella, my lovely daughters, I heard the prince is holding a contest for a shoe he found from the party last night," Ashton berbicara kepada Michael dan Calum yang kini mereka bertiga berdiri menghalangi pandangan ku pada tv.

Btw.

Mereka kenapa ini?

Pada kesurupan bencong taman lawang kali ya?

Ah tapi kan jauh.

"And he will take the one that fit on that shoe to be in a trip with him to Bali," tambah Ashton.

Ini pada ngomong apaan sih?

Apa 5SOS sekarang jadi grup drama gara-gara semalem?

"Oh really, mother? Oh my god, that shoe has to be fit on one of us, Drizella!," kata Michael kepada Calum dengan suara yang dibuat-buat seperti perempuan.

"Excuse me, gu-" kata ku sinis pada mereka.

"Shut up, Cinderella! I don't talk to you, and you can't join the contest," Calum menghampiri ku dan menatapku dengan wajah antagonis yang dibuat-buat.

Aku tidak mempedulikan Calum dan hanya melempari Michael dan Ashton dengan kacang di toples meja karena mereka masih berdiri disana dan menghalangi pandangan ku ke tv.

Tak lama Luke mengagetkan ku karena membuka pintu kamar terlalu keras sambil menari dan bernyanyi lagi yang tak ku kenal dengan satu sepatu di tangannya.

Eh.

Itukan sepatu gua, masyaallah.

"Give my shoe back," kata ku hampir beranjak.

Tapi Calum menahan ku, "can you just pretend to be Cinderella for a little while?," ia bertanya dengan nada muak. "I honestly don't wanna be involved in this shit, but its for you, so be calm for seconds".

"What is this?," tanya ku heran dengan nada sama muaknya dengan Calum.

"Just, don't talk, Ganis, please, okay, don't ruin our plan," Michael berteriak, menatapku gemas.

Btw, emang gua gemesin.

Aku lalu menyenderkan bahu kembali ke sofa. Mengikuti permainan mereka.

"Go on, prince," kata Ashton pada Luke.

"Knock knock, will someone inside this house try to fit in my shoe?," Luke bertanya sambil belum berhenti berbalerina.

"Oh my two lovely daughters will, your highness," kata Ashton ikut berbalerina lebay dalam setiap perpindahannya.

Lalu Michael dan Calum menghampiri Luke yang kini tengah berlutut, "Please".

Aku tidak bisa menahan senyum ku saat menyaksikan mereka bertingkah konyol seperti ini. Walaupun aku marah. Tetap saja tawa ku tak tertahankan. Apalagi saat melihat Michael dan Calum memaksakan kakinya masuk pada sepatu ku.

"Watch o-," baru saja aku akan mengingatkan Calum agar tidak memaksakan kaki besarnya pada pantopel ku, namun terlambat, karena bordiran hitam yang menempel menghiasi bagian atas sepatu ku pada akhirnya harus copot.

Hening.

Yaallah.

Mahal, Yaallah.

Yallah.

Diarekan lagi saja Calum, Yaallah.

Keempat bule itu lalu menatapku dengan awkward.

Aku mengangkat bahu, "go on, Luke". Karena sejujurnya aku masih ingin melihat mereka memainkan peran ini.

Mereka lalu tersenyum lega dan melanjutkan drama ala ala mereka.

"How can none of your feet fit in there," Ashton yang berperan sebagai ibu tiri memarahi Michael dan Calum.

"And how about this beautiful girl over here," Luke lalu menghampiri ku.

Aku tidak bisa menahan senyum ku untuk menjadi lebih lebar lagi.

"Give a try, please".

Lalu Luke mengangkat kaki kiri ku dan memasangnya di sepatu itu. "It perfectly fits," ia mengembangkan matanya pura-pura.

Calum, Ashton dan Michael pun berpelukan loncat-loncat kesenengan.

Baru tau gua cerita cinderella kelurga tirinya kek idiot semua.

Luke lalu merebut kedua tangan ku dan berkata, "will you be in a trip to Bali with us, please, princess?".

Aku lalu terdiam menatap mereka berempat bergantian.

Ketiga lainnya selain Luke berdiri penuh harap seperti keluarga yang nunggu anaknya audisi X factor.

"Listen, princess, I know the four of us recklessly did a bad mistake last night, and we are very sorry for that," Ashton berlutut di sebelah Luke, juga di hadapan ku.

"You are the only one we have here, princess," Michael memasang wajah anak anjingnya dan duduk di sebelah kiri ku.

"Go with us, pretty please, princess". Dan Calum dengan tawa yang tidak bisa ia tahan atas sandiwaranya sendiri.

Aku tersenyum entah selebar apa sekarang, "well, I don't know that actually Cinderella has four princes which three of them used to be her step-whatever," kata ku tertawa, "but, yeah, I'll go with you as long as you don't be such idiots".

Continue Reading

You'll Also Like

511K 55.9K 25
(PART TIDAK DIHAPUS) Glacie : Aku pernah mencintainya. Sekarang, mungkin aku masih mencintainya. Aku menikahinya bukan karena kesepian. Dia laki-laki...
1.6M 147K 74
Ziel adalah candu. Tawanya Candanya Aroma tubuhnya Senyum manisnya Suara merajuknya dan Umpatannya. . . . "Ngeri bang." - Ziel "Wake up, Zainka."...
69.3K 3.4K 7
meskipun kau mantan kekasih ibuku Lisa๐Ÿ˜ธ (GirlxFuta)๐Ÿ”ž+++