NAGEN : MY TOXIC BOYFRIEND

By ayufaziraa

232K 15.3K 2K

Awalnya, Kyomi mengira Nagen itu adalah sosok laki laki penyayang yang memiliki hati selembut mendiang Ibunya... More

1. BERAWAL DARI SINI
2. SEMAUNYA NAGEN
3. DI PANGKUAN NAGEN
4. CARA PEMBALASAN NAGEN
5. LO MILIK GUE
6. SI BRENGSEK NAGEN
7. UNGKAPAN SAYANG
8. IBLIS BERWAJAH TAMPAN
9. BERUJUNG NARSIS
10. RASANYA BEGITU SESAK
11. MENCINTAI DENGAN KEKERASAN
12. BERLEBIHAN
13. CINTA YANG MENYAKITKAN
14. PERMINTAAN NAGEN
15. MEMINTA BANTUAN
16. TIGA PERMINTAAN KYOMI
17. KECUPAN SI IBLIS TAMPAN
18. SATU DARI BEBERAPA ATURAN
19. SEPAKET RASA SAKIT
20. UNDANGAN KHUSUS
21. NAGEN, MY TOXIC BOYFRIEND
22. SISI LAIN NAGEN
23. SEKARANG APALAGI?
24. SYARAT WAJIB
25. DICAMPAKKAN
Lanjutan Nagen in September
26. YANG PALING DIHINDARI
27. HARI PALING SAKIT

28. MENGHILANG

7.1K 516 180
By ayufaziraa

Kyomi tidak memiliki tenaga lebih sekadar menggerakkan kakinya saat tetesan hujan perlahan membasahi. Juga gemuruh di langit begitu memekakan telinga hingga berulang kali matanya terpejam lalu terbuka dengan tubuh mengigil.

Sekelilingnya gelap. Pandangannya mengabur antara pusing di kepala atau karena lampu memang tidak menyala.

Tangisnya sudah reda beberapa menit lalu. Bahkan bisa dikatakan tidak lagi mampu keluar. Kyomi ingin pulang. Kyomi kangen papanya. Kangen abangnya. Rasanya keinginannya untuk mati sangat besar sampai-sampai timbul sebuah niatan ingin mengakhiri hidup setelah bebas dari sini.

Kenapa bisa Nagen setega itu pada dirinya? Kenapa Nagen sejahat itu mengurung dan mengikatnya di ruangan gelap seperti ini.

Nagen tidak benar-benar mencintainya.

Seharusnya Kyomi meninggalkannya. Tapi, kenapa tidak dia lakukan dari awal Nagen melakukan tindakan kasar?

Napasnya sesak. Kyomi bodoh bukan? Seharusnya Kyomi menyerah saja pada Nagen. Toh, Nagen hanya pandai membuatnya sakit hati daripada bahagia.

Menghembuskan napas lalu membuangnya perlahan dan dilakukan secara berulang dengan harapan bisa bertahan lebih lama, Kyomi memberikan aba-aba pada dirinya sendiri untuk kuat hingga selanjutnya kakinya bisa dia geser ke tempat yang tidak terkena tetesan air hujan.

Terakhir kali yang Kyomi tahu dia tertidur ditengah kegelapan malam dan saat terbangun sekelilingnya sangat terang sampai dia kesulitan membuka mata.

Mungkinkah dia akan menyusul mamanya?

Kyomi terduduk dengan napas tersenggal. Pandangannya menyapu ke seluruh titik di ruangan itu dan menemukan Nagen terlelap di sofa. Kyomi mulai menyadari jika dia sekarang tengah berada di kamar Nagen.

Turun memandangi pergelangan tangannya yang merah. Kyomi yakin kalau pengurungan itu nyata. Kyomi kembali menangis. Hal yang menjadikan sosok laki-laki itu terbangun dari tidur dengan segala bentuk kecemasan yang sedikit menguap.

"Kamu bikin aku takut." Nagen mengatakan kalimat beserta sebutan yang tidak biasa Kyomi dengar. Menghadirkan tatapan aneh sekaligus malas.

Percayalah, kalau saja Kyomi kuat berdiri, mungkin dia sudah lari dari sana. Kyomi enggan melihat Nagen. Kyomi kian muak.

"Kamu kenapa betah banget pingsannya?" Nagen menggenggam tangannya, "Udah dua hari nggak bangun-bangun. Tadinya mau aku bawa ke rumah sakit, tapi alangkah lebih baik kalau kamu dirawat di apartemen aja. Biar aku bisa ngurusin kamu sepenuhnya karena memang ini salahku."

"Kenapa nggak biarin gue mati aja? Itu kan yang lo harapin?" Sorotnya begitu terluka. Hatinya terlalu sakit hanya dengan melihat wajah tampan yang tiada hari tanpa menyakiti fisik dan mentalnya.

"Kamu ngomong apa sih, sayang? Jangan ngaco. Aku nggak mungkin sejahat itu." Nagen merangkum wajahnya yang mana Kyomi langsung menggeleng-gelengkan kepalanya berharap Nagen paham bahwa Kyomi tidak ingin disentuh.

"Gue nggak mau dekat-dekat sama lo lagi. Apa belum cukup lo nyiksa gue? Masih kurang? Mau bikin gue sampai koma baru lo puas?" Kyomi mencabut infus dengan kasar, "Gue mau pergi."

Nagen menahan Kyomi yang hendak turun dari ranjang, "Aku nggak ngijinin kamu kemana-mana."

"Gue nggak butuh ijin lo."

"Jangan bikin aku marah, sayang. Lagian udah malam, istirahat aja di sini. Besok aku antar balik ke rumah kamu kalau itu yang kamu mau." Nagen kembali membaringkannya kemudian menyelimutinya sampai batas dada. Nagen maju untuk mengecup dahi Kyomi yang dengan amat sangat terpaksa diam tanpa perlawanan.

"Gue nggak mau tidur bareng lo." Kyomi membelakangi Nagen. Cowok itu terpaku dalam waktu yang cukup lama lalu setelahnya memilih keluar kamar. Nagen tahu diri dan tidak banyak protes selain menuruti apa ingin sang pacar.

Hal yang menjadi tanda tanya bagi Kyomi akan perubahan drastis cowok itu. Dan satu satunya hal yang dapat meruntuhkan benteng pertahanan Kyomi bahwa keinginan lepas dari Nagen adalah pilihan yang gegabah.

"Lo kayaknya tertekan banget ya pacaran sama abang gue."

Kyomi menoleh cepat dan menemukan kembaran Nagen tengah berdiri di ambang pintu, menatapnya datar.

"Itulah kenapa gue nggak suka sama hubungan kalian. Lo jadi tertekan dan abang gue jadi makin gila. Gue nggak suka keduanya." Nagina memperhatikan setiap figura yang menggantung di dinding juga dalam lemari hias yang kebanyakan foto Kyomi di berbagai ekspresi. Diambil secara candid oleh Nagen. Kyomi baru sadar jika foto-foto itu ada di sana sejak malam ini.

"Maksud lo gimana? Gue nggak paham."

Nagina menatapnya sekilas lalu kembali sibuk berkeliling kamar, "Pokoknya gue nggak suka sama lo. Gue tetap pada pendirian gue. Gue pingin kalian putus. Gue bakal bantuin lo kalau lo memang mau."

"Gimana caranya?" tanya Kyomi serius akan keputusannya.

"Gue tau lo udah capek." Nagina terkekeh, "Untung gue berbaik hati. Sekarang lo hanya perlu kemas barang-barang lo abis itu ikut gue ke suatu tempat. Dijamin Nagen nggak akan bisa nemuin lo sama sekali."

Jauh di dalam hati Kyomi lega, namun rasanya begitu berat hendak melangkah.

"Nagen lagi di apartemen. Nggak mungkin kita bisa keluar dari sini," ujar Kyomi setelah memasukkan barang yang sekiranya dia perlukan.

"Abang gue nggak bakal tau. Dia udah gue kasih obat tidur."

"Serius nggak apa-apa?" Kyomi sedikit khawatir.

Nagina mendengus, "Sebenernya lo mau putus dari dia atau enggak sih?"

Terdiam. Kyomi bingung harus jawab apa. Perasaannya untuk Nagen belum hilang. Semuanya masih sama. Hanya saja Kyomi ingin melarikan diri untuk sementara waktu.

"Obat yang gue kasih cuma bekerja selama satu jam." Nagina membantu menyeret koper Kyomi yang termenung sesaat sebelum matanya jatuh pada sosok yang kini tengah tertidur di sofa ruang tamu. Kyomi harusnya tidak pergi diam-diam. Namun, kalau tidak begini, Kyomi akan jauh lebih menderita berada di dekat Nagen.

"Lo aman di tempat itu. Gue pastiin lo bakalan betah."

"Emang kita mau kemana?" tanya Kyomi saat di dalam lift.

"Ke puncak. Lo nggak akan nyesel saat tiba di sana." Nagina tersenyum manis. Ini sangat tiba-tiba. Nagina merasa ini jalan yang tepat untuk keduanya, terlebih kembarannya.

~~~

"Angkat, Kyomi! Angkat!" Kesekian kalinya panggilan itu berakhir dengan suara operator. Membuat Nagen tidak henti memaki bahkan menendang benda-benda yang menghalangi jalannya.

"Kamu di mana, sayang?" Kalimat itu menjadi sangat sering Nagen ucapkan bersama ponsel yang terus dia genggam. Berharap Kyomi menghubunginya dan menjelaskan alasan kenapa ponsel miliknya mati atau pula membalas rentetan pesan yang Nagen kirim.

Nagen hampir frustasi dalam semalam. Satupun teman sekolah Kyomi tidak ada yang tahu tentang keberadaan cewek itu. Terutama Mahika.

"Tolong bantu gue cari Kyomi!" titah Nagen penuh penekanan pada dua temannya.

"Udah tengah malem, Gen. Gila kali lo. Besok aja lah. Gue yakin cewek lo berada di tempat yang aman." Walau berkata demikian, Yuwa tetap berusaha mencari dengan bertanya ke teman-temannya yang juga mengenal Kyomi lewat sosial media miliknya.

Varen ikut menanggapi dengan sebuah pertanyaan, "Kali ini kesalahan apa yang lo buat sampai cewek lo menghilang?"

"Gue iket tangan dia terus gue kurung semalaman."

"Lo memang bangsat, Gen. Gue ogah bantuin lo." Raut kecewa Varen begitu kentara, "Nggak salah sih cewek lo milih pergi. Malahan bagus. Gue dukung Kyomi kalau gini caranya. Lo terlalu buruk untuk dia."

"Lo nggak berguna. Berhenti nyeramahin gue." Nagen mengusap kasar wajahnya. Jarum jam menunjukkan pukul setengah satu malam dan dia cuma bisa melirik layar ponselnya, jam dinding juga pintu apartemen yang sedari tadi tertutup. Lagi-lagi berharap Kyomi muncul di sana dengan senyum bahagianya sembari menenteng plastik berisi makanan ringan.

"Kyomi termasuk cewek paling sabar dan paling tahan banting, tapi bukan berarti bisa lo siksa, Gen. Apa coba yang kurang dari Kyomi?" sahut Yuwa kembali mengingat bagaimana gambaran Kyomi di kepalanya, "Nggak ada, Gen. Bahkan gue sempat mengira dia itu jelmaan malaikat. Lo adalah manusia paling beruntung di muka bumi ini. Gue kadang iri sama lo. Serius. Bisa-bisanya cuma lo yang dapet modelan Kyomi, sedangkan gue yang bangsatnya sama kayak lo nggak dapet siapa-siapa."

"Ya lo kan milih-milih, bangsat!" timpal Varen gregetan. "Nggak cantik, skip. Nggak seksi, skip. Nggak mulus, skip."

"Fitnah lo, Ren!"

"Gue lebih percaya tai rasa coklat daripada omongan lo."

Yuwa mendengus kesal, "Kok lo jadi nyudutin gue sih?"

"Makanya kalau buaya tuh buaya aja. Modelan Mahika aja lo sakitin, apalagi sekelas Kyomi."

"Ya berarti bukan karena cewek itu cantik, dodol! Intinya tergantung gimana hati gue, tergantung gimana kelakuan ceweknya juga!"

Varen semakin mengejek Yuwa, "Bahas soal hati, mending sembuhin dulu hati cewek-cewek yang udah lo sakiti."

"Mending lo makan aja. Lo kalau lagi laper suka rese." Yuwa merengut. Cowok itu lantas menyalakan tv dan mulai memilih film action melalui ponsel pintar miliknya.

Membuat Nagen memutuskan menelusuri jalanan malam seorang diri tanpa penghangat di tubuhnya. Nagen sangat menyesal telah melakukan itu.

Ini masih sehari. Gimana kalau sebulan kedepan Kyomi benar-benar tidak kembali ke sisinya? Mau jadi apa dia tanpa Kyomi?

Tak sadar air matanya meluruh. Nagen menangis di atas motor dengan kecepatan tinggi.

~~~

Hai, makasih buat kalian yg masih setia nunggu lanjutan cerita ini.

Maaf udah buat kalian nunggu. InsyaAllah aku berusaha buat update secepat yg aku bisa.

Mungkin utk kedepan tiap partnya ga panjang-panjang, yg penting akunya bisa update rutin dan ga ngilang ngilang lagi.

Jgn lupa tinggalin vote dan komentar "next" Ya.

Continue Reading

You'll Also Like

941K 86.1K 32
Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum layaknya bayi beruang saat ia sedang marah...
677K 19.8K 40
Ivander Argantara Alaska, lelaki yang terkenal dingin tak tersentuh, memiliki wajah begitu rupawan namun tanpa ekspresi, berbicara seperlunya saja, k...
884K 6.3K 10
SEBELUM MEMBACA CERITA INI FOLLOW DULU KARENA SEBAGIAN CHAPTER AKAN DI PRIVATE :) Alana tidak menyangka kalau kehidupan di kampusnya akan menjadi sem...
1M 32.6K 45
-please be wise in reading- ∆ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ∆ Tentang Vanila yang memiliki luka di masalalu dan tentang Vanila yang menjadi korban pelecehan...