Entangled Again

By ItsMeLilybeth93

2.9K 549 58

Annabelle Clarinne Sastrawijaya Seorang wanita Aries yang mencintai dunia pendidikan. Ia adalah cahaya bagi... More

Hai2 ^^
Casts
Prolog
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15

Chapter 1

276 50 12
By ItsMeLilybeth93

"Miss Anna!"

Sebuah panggilan mengalihkan perhatian Anna yang sedang mempersiapkan perlengkapan mengajarnya. Tidak jauh dari mejanya terlihat dua orang pria dengan pakaian formal dan seorang wanita berpakaian mini dress peach di sebelahnya. Salah satu dari pria tersebut adalah Steven, pria 33 tahun yang tentu saja sudah dikenal baik oleh Anna sebagai kepala sekolah Hope for Generation, sebuah sekolah internasional tempatnya bekerja.

"Yes, Sir? May help you?" Anna bertanya sesaat setelah menghampiri mereka. Tak lupa pula ia tersenyum hangat menyambut pria serta gadis kecil yang terus menggenggam tangan wanita itu.

"Let me introduce you guys. This is Mr. Daniel and this is Annie. Do you remember the student that had the trial session with Ms. Tanya last week when you didn't come? This is her. She'll be the new student in your class," jelas Steven sambil memperkenalkan kedua orang tersebut.

"Also, this is Surti, susternya Annie. She'll be waiting for her everyday," lanjut Steven sambil memperkenalkan wanita di samping Annie.

"And everybody... She's Miss Annabelle and she'll be Annie's homeroom teacher from now on. You can call her Miss Anna."

Selesai berjabat tangan dengan pria bernama Daniel tersebut, Anna langsung mengalihkan perhatiannya pada gadis kecil yang sedang menggenggam boneka beruang di tangan kirinya. Wajahnya merupakan perpaduan Kaukasia dan Asia yang sangat unik dan cantik. Rambut panjang wavy-nya yang kecoklatan semakin sempurna dipadukan dengan bando berpita merah yang dikenakannya. Ah! Jangan lupakan mata biru besar yang sedang menatapnya saat ini. Anna benar-benar jatuh cinta pada pandangan pertama!

"Hi Annie! I'm Ms. Annabelle. You can call me Miss Anna!" sapa Anna sambil membungkukkan tubuhnya agar sama tinggi dengan Annie. Sayang. Bukannya menyapa, Annie justru mengeratkan pelukan pada bonekanya dan menundukkan kepalanya.

Menghadapi murid pemalu bukanlah hal baru bagi guru TK seperti Anna. Selama 7 tahun ia berkutat di dunia pendidikan, Anna telah bertemu dengan murid yang memiliki beragam latar belakang serta kepribadian yang berbeda. Masing-masing anak tersebut akan memberikan respon berbeda-beda ketika pertama kali bertemu dengannya. Tak terkecuali dengan Annie.

"Annie, look at your teacher and say hi to her. She's talking to you right now." Suara bariton Mr. Daniel mengalihkan perhatian Anna yang sedang berusaha berkomunikasi dengan Annie.

"H... Hi Miss Anna..." jawab Annie takut-takut. Tampaknya teguran sederhana namun berotoritas dari Mr. Daniel cukup bermanfaat dan membantu.

I think he's a good father, though he's not close with her daughter. Maybe Annie is closer with her Mom. Begitulah pemikiran Anna ketika melihat interaksi keduanya. Meski canggung dan tidak terlalu dekat, namun setidaknya sang putri mau mendengarkan perkataan ayahnya.

Setelah menghabiskan waktu beberapa menit untuk berbincang dan bercanda dengan Annie, Anna dapat bersyukur karena sebuah senyuman tipis terukir di bibir tipis gadis itu. Tak lama kemudian, bel pun berbunyi. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 8 dan artinya setiap siswa sudah berbaris dan siap untuk masuk kelas. Setelah mengambil perlengkapan mengajarnya, Anna pun kembali dan mengulurkan tangannya pada Annie. Ia pun tersenyum menatap lekat wajah murid barunya itu dan berkata "Annie, would like to see your new class and meeting your friend? I promise you it'll be fun."

Anna berharap-harap cemas menunggu respon Annie. Untunglah usahanya membuahkan hasil. Pelan-pelan, Annie melepaskan genggaman tangannya dari suster dan menggenggam tangan Anna. Sambil berjalan menuju kelas, Anna pun melangkah menggandeng tangan Annie, diikuti dengan Steven, Daniel, dan Surti di belakang mereka. Hatinya bersorak-sorai penuh kemenangan karena satu tantangan berhasil dilalui. Sedikit demi sedikit, ia pasti bisa mendekati gadis kecil pemalu ini.

Tak apa untuk sekarang. Masih akan ada banyak waktu untuk saling mengenal satu sama lain di masa depan. Anna tahu benar jika bonding atau membentuk ikatan tidak terjadi dalam semalam. Bonding membutuhkan proses untuk saling percaya satu sama lain. Tenang saja. Anna pasti berhasil. Ia percaya ia bsa melakukannya.

Sambil sesekali memperhatikan Annie, hati Anna menghangat oleh kenangan-kenangan yang timbul di kepalanya. Sudahkah Ia mengatakan jika wajah anak itu terasa sangat familiar baginya? Annie mirip sekali dengan seseorang dari masa lalunya. Masa lalu yang berusaha keras ia kubur dalam-dalam.


***


Suara pintu yang terbuka serta sebuah panggilan mengalihkan Anna yang sejak tadi sibuk memeriksa pr anak-anak. Begitu ia menengok, ternyata ada Monique, partnernya, beserta Annie di gandengannya. Wajah anak itu seperti hendak menangis namun setengah mati ditahan.

"Why do you guys come here? What happened?" tanya Anna kebingungan. Seharusnya saat ini adalah jadwal Physical Education atau P.E. kelas. Melihat sang murid yang seharusnya berolahraga di lapangan malah dibawa ke kelas, pastilah telah terjadi sesuatu.

Sambil berbisik, Monique pun menceritakan kejadian yang baru saja dialami secara singkat. "Intinya, Na, tadi anak-anak lagi main kucing tikus sama Miss Virly. Si Annie ga ngerti, ga bisa ngikutin alur permainan, dan buat anak lain jadi kesal. Jadi daripada masalah makin melebar dan kasihan si Annie gabisa ngapa-ngapain, gue bawa aja dia ke sini. Just do something with her ya, Na."

Mendengar penjelasan Monique, Anna pun melarikan matanya pada Annie yang sejak tadi hanya menundukkan kepalanya dengan badan sedikit gemetar. Typical child problem. Begitulah pikir Anna. Di saat anak-anak lain ingin fokus bermain, sudah pasti mereka akan kesal jikalau ada anak lain yang tidak bisa diajak 'bekerjasama'. Namun, di sisi lain, itu juga bukan kesalahan Anna karena mungkin dia memang belum pernah memainkannya. Sedangkan murid-muridnya adalah lanjutan tahun lalu, di mana mereka pasti sudah memainkan permainan itu di kelas sebelumnya.

Mengangguk setuju, Anna pun segera menghampiri Annie sementara Monique kembali ke lapangan untuk mengawasi anak-anak di sana. Merasakan Annie sedikit tegang, Anna pun membelai rambutnya lembut. Berusaha memberikan ketenangan kepada gadis kecil tersebut.

"Annie, sweety, please look at Miss Anna..." pinta Anna.

Menurut, Annie pun segera mengangkat kepalanya dan menatap Anna. Tidak ada tatapan kemarahan yang ditemukan Annie disana. Justru ada senyuman dan kasih sayang yang diperlihatkan, yang melunturkan ketakutan Annie secara perlahan.

"Annie, it's ok if Annie can't play. Annie can learn it later. It's not your fault. So don't be sad, ok?" kata Anna berusaha untuk menghibur Annie.

Annie pun memberikan persetujuan dengan menganggukan kepalanya sambil tersenyum tipis. "Ok, Miss."

"So how about we do what Annie like?"

Tidak disangka, Annie justru terlihat kaget dengan pertanyaan yang dilontarkan Anna. Matanya terbelalak lebar seakan baru pertama kali mendengar kalimat itu.

Tidak terusik sama sekali, Anna justru semakin gencar bertanya "So, what Annie want to do now?"

Berpikir lama, akhirnya Annie menjawab "Drawing, Miss."

Anna pun berlalu menuju sebuah lemari kabinet berwarna kuning, membuka salah satu laci, dan mengambil 3 lembar kertas gambar. Kemudian ia menuju laci yang di atasnya, dan mengambil 1 kotak pensil warna serta 1 kotak crayon. Barulah ia kembali kepada Annie yang sudah duduk manis di meja kecilnyanya.

"Annie, this is the drawing paper. You can create anything you want using the color pencils and crayons. Miss Anna need to finish some work. But after I'm done, I will do the drawing also. Are you ok with that?"

"Yes, Miss."

Mendapat lampu hijau dari Annie, Anna pun kembali ke mejanya dan melanjutkan tugasnya yang sempat terhenti. Dari kejauhan, ia memandangi Annie yang mulai sibuk memberikan coretan-coretan dengan pensil warna yang tersedia. Sesekali, ia pun akan menggunakan crayonnya untuk sekedar 'mewarnai' apa yang sudah dibuat. Tampak gadis kecil itu sangat menikmati waktunya seorang diri.

"Miss..."

Anna yang baru saja menyelesaikan pemeriksaan pr terakhir langsung memandang Annie yang sudah berdiri di hadapannya. Anak ini segera menyodorkan kertas tersebut kepadanya. "This is for you."

Dengan senang hati Anna menerima kertas tersebut. Ia menemukan gambar wanita ala anak-anak sedang berdiri di tengah bunga-bunga dengan berbagai jenis warna. Tak lupa ada matahari berwarna kuning di sudut kanan atas yang memperindah gambar buatan Annie tersebut.

"Who is this person in the picture?" tanya Anna penasaran.

"It's you, Miss"

"Thank you so much Annie! I love your drawing so much!" balas Anna sumringah. Ia tidak menyangka jika akan menerima hadiah kecil berupa karya tangan cantik dari murid barunya. Anna senang sekali menerima karya tersebut tentu saja.

"Can I hug you?" tanya Anna hati - hati.

"Ehm... Yes, Miss..."

Mendapat persetujuan dari Annie, Anna pun langsung memeluknya dengan erat. Jujur saja, sejak tadi pagi ia ingin sekali memeluk gadis kecil lucu ini. Hanya saja, melihat tembok yang terbentang di antara mereka, Anna pun tidak mau berharap terlalu banyak. Asal Annie mau mengikuti kegiatan, Anna dan Monique sudah sangat bersyukur.

Melihat masih ada waktu yang tersisa, Anna segera melepaskan pelukannya dan berjalan menuju lemari kabinet. Ia pun mengambil 2 lembar kertas gambar dan memberikannya 1 lembarnya kepada Annie. "We still have more time, Annie. Do you want to draw more pictures with me?"

Lagi-lagi Annie mengangguk antusias. Sepertinya menggambar dan mewarnai memang menjadi hobinya. Dengan cepat dia segera menggandeng tangan Anna dan mengajak Anna untuk duduk di hadapannya.

"You also draw, Miss." pinta Annie sambil memberikan pensil warna kepada Anna agar sang guru juga mulai mengisi 1 lembar kertas kosong di hadapannya.

"Yes, of course, dear!" balas Anna semangat.

Guru dan murid itu mulai memenuhi kertas mereka masing - masing dengan berbagai macam gambar dan warna. Selama kegiatan, sesekali Anna akan menoleh untuk melihat apa yang sedang dilakukan oleh Annie. Meski tampak bingung dengan apa yang sedang digambar Annie, Anna tetap menahan dirinya untuk bertanya. Ia ingin melihat gambar itu sampai selesai dan tidak ingin melakukan hal - hal yang dapat menjadi hambatan. Siapa yang tahu jika Annie akan menganggapnya gangguan jika bertanya.

Setelah menyelesaikan gambarnya berupa sebuah rumah asri dengan warna cerah, Anna pun kembali memperhatikan Annie. Gambar yang semakin terbentuk dan jelas itu cukup membuat Anna terkejut. Ternyata menggambar sekumpulan manusia yang berbentuk lingkaran dan garis, serta seorang manusia kecil sedang bersedih yang diapit oleh 2 orang 'monster berbulu' yang sedang tersenyum. Jangan lupakan gambar yang hanya mengunakan warna hitam dan biru gelap. Jangan lupakan ekspresinya yang tampak penuh amarah dan kesedihan.

Begitu Annie sudah menyelesaikan gambarnya, Anna pun segera melontarkan pertanyaan sejak tadi telah siap untuk dikeluarkan. "What are you drawing, Annie?"

Sempat terlihat panik dan bingung, akhirnya sebuah jawaban keluar dari bibir mungil itu.

"Ehm... Ehm... No.. nothing, Miss."

Bingung dengan jawaban Annie, Anna hendak menyelidiki lebih jauh. Sayang rencana hanyalah tinggal rencana. Baru saja ia membuka mulutnya, tiba-tiba bel tanda istirahat telah berbunyi. Tak lama kemudian, murid-muridnya yang didampingi oleh Monique telah kembali ke kelas. Mau tidak mau Anna harus menghentikan kegiatan mereka.

"Annie, you can keep your drawing. Now go to your locker and put it in your back. We gonna have lunch right now," kata Anna kepada Annie yang sejak tadi terus menggenggam kertasnya. Berusaha agar tidak terlihat oleh teman - temannya.

Percuma juga pikir Anna. Jika ia bertanya sekarang, Anna sangat yakin jika Annie tidak akan menjawab. Apalagi mereka baru saja berkenalan hari ini. Belum bisa bertanya terlalu banyak.

Namun, apakah Anna akan menyerah? Tentu tidak! Pernahkah kalian mendengar jika sebuah gambar dapat memiliki berbagai arti, bahkan dapat mencerminkan kepribadian maupun suasana hati? Anna percaya hal itu. The picture must have a meaning! And she'll find out what that is!

***


"Na!"

Sebuah bisikan kencang menyadarkan Anna dari lamunannya. Anna yang jiwanya baru saja kembali langsung melihat kesekelilingnya. Tampak Travella, Tavelli, dan Mia, ketiga sahabatnya, sedang menatap lekat ke arahnya. Ada yang menatap bingung, lucu, mau pun penuh selidik. Seperti Mia misalnya, sang psikolog handal.

"You look so blank right now, Na. Your body here, but not your mind. Anything happen?"

"Sorry sorry. Kepikiran kerjaan aja tadi. But all clear. No worries, girls. Udah sampai mana sesinya?" tanya Anna tak kalah pelan. Sejujurnya pikirannya masih saja belum beranjak dari kejadian tadi siang dimana Annie membuat gambar yang sangat aneh dan terkesan 'gelap' bagi Anna. Namun, tak mungkin juga ia langsung membeberkannya pada para sahabat sekarang. Lagipula bukan dia bintang utama hari ini.

"Udah selesai dari tadi, Na! Pikiran lu travelling sampai ke mana sih? Itu Kylie lagi mau turun habis foto-foto di panggung. Yuk samperin!"

Ketika Anna hendak beranjak dari tempat duduknya, tiba - tiba Tavella menahannya dan bertanya "Lu sudah download app-nya kan?"

Ah ya! Hampir saja Anna melupakan tujuan diundangnya mereka ke hotel Mercure hari ini. Alasan yang mengharuskannya izin pulang lebih awal dari sekolah hari ini tidak lain adalah karena Kylie, ketua geng Flower Power, yang juga sahabat merangkap sepupunya, baru saja meluncurkan Zmatch, sebuah chat and zodiac based dating app. Menurut penelitian yang dilakukan perusahaan Kylie, zodiak pasangan yang cocok akan membuat hubungan mereka lebih mudah dan lebih baik.

"Done!" jawab Anna setelah selesai mengutak-atik handphone miliknya. Ia pun menunjukkannya pada sang sahabat yang hanya melihatnya dengan wajah datar.

"Ok. Let's go guys!" seru Mia sambil memimpin langkah.

Satu hal yang harus dilakukan jika ingin menghadap Kylie, sang ketua geng Flower Power. Pastikan diri kamu siap dengan segala perlengkapan yang dibutuhkan. Dalam hal ini, Anna dan para sahabat harus memastikan bahwa mereka telah membawa apa yang dibutuhkan. Gift, flower bouquet, downloaded app, and complete formation of the group. Setelah memastikan bahwa mereka semua 'siap' untuk menghadapi 'Ibu ketua', maka Anna beserta Mia, Tavella, dan Travelli, menghampiri Kylie yang baru saja selesai berbicara dengan salah satu investornya.

"Kylie! Congratz, Cousin!" sapa Anna sambil memeluk erat soulmate-nya tersebut segera setelah acara utama selesai.

"Thank you my favorite Miss Anna!"'balas Kylie sambil memeluknya erat.

"Ciee.... Congratz ya bu CEO! Bisa fokus ke wedding lu dong habis ini! Kan peluncurannya udah sukses!" goda Mia, salah satu sahabat mereka yang sedang memegang bouquet bunga untuk diberikan kepada Kylie.

Menanggapi godaan Mia, Anna malah memberikan sindiran halus nan tajam bagi sahabatnya itu. "Ya harus fokuslah! Memangnya Richard mau nungguin lu lebih lama lagi? Sudah ketunda 3 tahun loh sejak lamaran dia waktu itu. Sabar banget dia nungguin project lu selesai. Kalau lu masih mau fokus kerja, biar dia sama gue aja. Kasian berlian dianggurin."

"Gue sih gapapa ya. Buat sahabat terbaik gue, apa sih yang ga gue kasih? Tapi emang lu udah siap? Udah bisa? Kalau udah, Richard gue suruh nikahin lu deh."

Respon santai Kylie justru menjadi pukulan telak bagi Anna. Wanita 28 tahun yang sudah mempersiapkan berbagai kalimat candaan nan menyakitkan ini langsung mengatupkan bibirnya rapat – rapat. Damn! Kylie memang selalu tahu kelemahannya!

Anna adalah seorang gadis berzodiak Aries. Meskipun memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi serta kreativitas tak terbatas, namun Anna cenderung impulsif ketika melakukan sesuatu. Berbeda dengan Kylie yang memiliki tingkat ketenangan serta self-control yang luar biasa. Hanya saja, jangan coba-coba mengusiknya. Apalagi hubungannya dengan pacar 10 tahunnya, Richard. Attack her and she'll eat you alive! Tidak terkecuali Anna, sahabat sejiwanya, yang sudah dikenalnya seperti dirinya sendiri.

Baru saja Anna akan menjawab kembali, kalimatnya justru tertahan oleh rajukan dari Mia sang penengah sejak zaman bahala. "Eh, udah dong! Please deh! We're here to celebrate, not making a headline di lambe turah! Jadi gaada ya yang bahas-bahas masa lalu atau sindir-sindiran lagi."

Sadar akan situasi, Anna pun meminta maaf pada Kylie yang dengan santainya menjawab "Nevermind". Setidaknya kedua best frenemy ini cukup tahu diri untuk tidak membuat masalah di tengah acara. Apalagi ada media yang senantiasa meliput kebersamaan mereka dengan sang CEO. Bisa-bisa image Anna sebagai guru teladan hancur lebur karena konflik tidak jelas seperti ini.

***


"So, girls, what do you guys think about the app? Did you guys download it already?"

Kylie yang saat ini duduk bersama keempat sahabatnya sedang melakukan survey mengenai aplikasi buatannya, Zmatch. Aplikasi dating yang mempertemukan 2 orang dengan latar belakang zodiak yang sesuai. Menurut penelitian yang dilakukan perusahaan Kylie, zodiak pasangan yang cocok akan membuat hubungan mereka lebih mudah dan lebih baik.

Saat acara utama, dimana Kylie sedang mempresentasikan Zmatch, ia juga mendorong para undangan untuk mencoba aplikasi tersebut. Oleh karena itu, waktu makan siang dianggapnya tepat untuk berkeliling meja, memastikan para undangan memiliki aplikasi buatannya, dan menanyakan pendapat serta masukan dari mereka. Tentu saja para undangan berarti termasuk keempat 'anak buah' tercintanya ini.

"Actually, it's kinda interesting sist. Aplikasinya keren dan ga ribet. Dan ga harus masukin foto pribadi langsung untuk self protection. It's chat based app, gue tinggal lihat aja apa pembicaraan gue sama lawan jenis bakal nyaman atau ga. Kalau nyaman boleh lanjut ketemuan, kalau ga ya udah. Oh yeah! One more thing, keren banget ada kalender dan alarm remindernya! That's good!" jawab Mia yang sejak selesai makan langsung sibuk dengan handphone-nya.

"So I just got this Taurus boy and he's kinda cute I think. Mungkin satu masukan aja dari gue," lanjut Mia lagi.

Sambil mengernyitkan alisnya, Kylie bertanya "Apa?"

"Umur jangan lupa dimasukkin, Ibu. Yakali umuran gue dapetnya brondong SMA!"

Mendengar masukan Mia justru membuat ekspresi kebingungan Kylie berubah menjadi datar. "Kolom umur itu salah satu hal yang penting dalam pengisian identitas. Jadi udah pasti dimasukkin dalam pembuatan aplikasi. Lu aja yang ga kelewatan, Mi. Coba deh lu periksa lagi," jelas Kylie sementara Anna sendiri sudah tertawa terbahak-bahak.

Mia dan kecerobohannya adalah 1 paket lengkap. Rasanya akan aneh melihat wanita 33 tahun ini detail dan teratur. Meski demikian, Mia adalah salah satu psikolog klinis terbaik di rumah sakit tempatnya bekerja. Untunglah keunikannya yang satu itu hanya berlaku dalam habit kesehariannya. Tidak dalam urusan pekerjaan.

"Vella, Velli kalian udah download Zmatch belum?" tanya Kylie pada 2 orang sahabatnya yang memang terlambat datang sejak tadi. Tanpa menjawab, Vella dan Velli hanya menunjukkan aplikasi Zmatch yang terbuka pada layar handphone mereka. Hal yang tentu saja membuat senyum kepuasan terukir di wajah Kylie.

"Kalau lu, Na?"

"Hm"

"Hm apa?"

"Sudah gue download. Tapi belum gue coba. Kan lagi pada ngumpul sekarang."

Anna memang sudah mengunduh aplikasi Zmatch sebagai bentuk dukungan. Namun untuk mencoba? Entah mengapa Anna belum tertarik. Ia yang biasanya antusias dalam mencoba hal-hal baru justru agak anti terhadap sesuatu yang berbau romantisme seperti ini.

Kylie yang sejak tadi memperhatikan tingkah Anna memang sudah menduga respon sahabatnya yang satu ini. Tatapannya memicing tajam menuju ke arah Anna yang malah membuat Anna menjadi salah tingkah. "Dear Cousin, jangan ngeliatin gue kaya gitu, please. Kaya mau dimakan aja deh. Nanti malam gue coba. I promise."

"Annabelle Clarinne Sastrawijaya yang baik hati dan tidak sombong, mau sampai kapan lu begini? I think it's time for you to try a new one. It's been 10 years already, Na. It's time to move on."

"I moved on already, sist! You don't have to worry. I'm just not ready to start a new one yet. Masih mau fokus sama pendidikan, karir dan murid-murid gue yang lucu dan imut. That's all."

"Mau nunggu sampai gelar lu berapa, Na. Memangnya gelar master ga cukup? What do you want now? Jangan sampai lu nyesel nanti waktu semuanya sudah terlambat. Be brave a little! Trying a new relationship won't hurt you!"

Anna yang sudah jerah dengan mendengar ocehan Kylie akhirnya hanya bisa mengangguk pasrah. "Fine! I'll do it tonight okay? I promise!"

"Why tonight if you can do it now?"

Tiba - tiba saja handphone yang berada di tas Anna sudah jatuh ke tangan Kylie. Anna yang baru saja menyadari jika ia kecolongan langsung melotot tajam ke arah Vella yang tertawa tanpa rasa bersalah ke arahnya. Di samping Vella, ada Velli yang hanya tersenyum jahil sambil berkata "Sorry, sist. It's for your own good."

Tavella dan Travelli memang merupakan pengikut setia Kylie dalam hal mengerjai Anna sejak dulu. Jika mereka bertiga sudah bergabung, apalagi ditambah dengan Mia si aktris ulung, tentunya setiap jebakan mereka akan sukses besar, bahkan patut untuk diberikan penghargaan. But, yeah... she loves them all. Jadi yang bisa Anna lakukan hanya pasrah dan membiarkan mereka melakukan apa yang mereka mau selama mereka tidak keterlaluan. They know her boundaries.

Saat ini Kylie tengah sibuk mengutak-utik handphone Anna. Sesekali ia akan melirik Anna sambil tersenyum-senyum sendiri. Tak lama kemudian, Kylie menunjukkan handphone-nya pada Mia, yang dibalas dengan anggukan antusias psikolog muda tersebut.

"Done!"

Begitu selesai, Kylie langsung mengembalikan handphone kepada Anna. Betapa kagetnya ia ketika melihat layar chat dengan logo Zmatch di atasnya dan akun bernama MediaMan yang menjadi lawan bicaranya. Ditambah lagi dengan chat awal yang berasal dari akunnya sendiri dengan kalimat "Hi! Wanna chat?".

Anna benar-benar sangat membenci situasi ini. Ia pikir Kylie hanya akan mencarikan sosok yang sesuai dan akan memberitahukan terlebih dahulu pada Anna sebelum bertindak lebih jauh. Namun ia lupa jika ia bersahabat dengan 4 perempuan gila yang suka berlaku di luar batas. Menyadari MediaMan belum menjawab chat tersebut, ia pun menutup aplikasi dan memegang handphone-nya. Kesal setengah mati, ia pun melirik tajam pada keempat sahabatnya.

"Damn you, guys!"

"Mind your words, Miss Anna..." tegur Velli dengan seringaian usil andalannya. Sikap yang langsung menyadarkan Anna jika ia baru saja mengumpat.

Huff! What a friend!

***


"So, how's Annie?"

"She's good, Sir. She enjoyed the class so far."

"Anna, you know what I mean? We're not at school right now. "

"So, you're talking as my superior or...."

"Anna...."

"Hahahaha...."

Sebuah suara dari handphone Anna sedang menemaninya bersantai di atas ranjang saat ini. Steve, kepala sekolah merangkap kakak kelasnya semasa kuliah S2 sedang menanyakan perihal Annie, murid yang baru saja bergabung dengan mereka. Berhubung hari ini Anna izin pulang lebih pagi, Steven langsung mengatakan bahwa dia akan menelponnya untuk mengevaluasi Annie hari ini. Evaluasi yang sebenarnya bisa dilakukan hari Senin saat mereka masuk kerja kembali. Namun, sebagai guru teladan, Anna pun menyanggupi permintaan atasannya yang sedikit tak masuk akal itu.

"Sorry, sorry... I'm just kidding, Steve. Basically, she's really nice and cute. I love her so much."

Entah mengapa, Anna senang sekali menggoda Steven yang selalu terlihat serius, kecuali saat sedang bersama para murid. Namun, meski serius, Ia tahu bahwa Steven sangat tidak menyukai keformalan di antara mereka berdua mengingat persahabatan yang sudah terjalin lama. Dia bahkan menolak dipanggil 'Kakak' saat pertama kali bertemu karena perbedaan umur mereka yang tidak terlalu jauh.

"Are you sure, An? Are you ok with her? Daniel said she's gonna need a lot of attention since she's very mute and very introverted. She is barely speaking. I don't think you and Monique can handle her. I mean, you guys still have 10 other students that need to be taken care of. How about referring her to another school? I can ask Tanya to take care of the rest since Annie is her cousin's daughter."

"I must admit there's a few things that I still need to learn about her. But, trust me, Mr. Steven Hardiyantara, everything will be fine. You don't have to worry. I and Monique can handle her."

"Ok. I trust you for now. But please let me know if you guys have any struggles in the future."

"Yes, Sir!"

Hati Anna menghangat mendengar perkataan seniornya ini. Steven adalah kepala sekolah yang baik. Tidak hanya kenyamanan para murid, pria itu juga selalu memperhatikan kesejahteraan guru-guru. Ia adalah tipe atasan yang sangat dekat dengan bawahan, termasuk para guru yang sudah berumur jauh di atasnya. Perhatiannya yang cukup besar dan tulus inilah yang membuat Anna dapat dengan mudah mencurahkan seluruh isi hatinya sejak dulu. He's such a good listener. Berbicara dengan Steven selalu mendatangkan kesenangan tersendiri baginya.

"Na..."

"Yes?"

"Are you free tomorrow? Mau nonton bareng aku? Kebetulan besok Black Panther 2 keluar."

Mendengar pertanyaan tersebut, Anna pun menghela nafasnya panjang. Inilah yang ia takutkan dan ia hindari. Sudah beberapa kali Steven mengajaknya keluar di luar jam kerja. Jika hubungan mereka masih seperti dulu tanpa embel-embel perasaan, tentu dengan senang hati ia akan menerimanya. Namun semuanya berbeda sejak Steven menyatakan perasaannya pada Anna 3 bulan yang lalu. Memang saat itu dia tidak memaksa Anna untuk membalas perasaannya. Anna bahkan meminta maaf karena dengan berat hati harus menolaknya. Hanya saja, pria itu tidak pernah mengenal kata menyerah. Meski sudah ditolak, masih saja terus berusaha meski dengan cara-cara halus seperti sekarang. Jujur saja, Anna tidak memiliki perasaan apa - apa padanya selain kekaguman pada seniornya tersebut.

"I'm sorry, Steve. Aku ga bisa. Besok aku ada acara keluarga seharian. Maybe next time..."

Sebelum Steve mengeluarkan pertanyaan "Kapan?" Anna langsung melanjutkan kalimatnya "I'll let you know when I can."

Setelah beralasan jika ia mengantuk dan mengucapkan selamat malam, Anna pun mengakhiri pembicaraan mereka. Sejenak, Anna berdiam diri sambil menatap langit-langit kamarnya. Kemudian ia pun memejamkan kedua matanya. Bukan tidur, namun pikirannya tertuju pada pembicaraan dengan keempat sahabatnya tadi siang.

"Annabelle yang baik hati dan tidak sombong, mau sampai kapan lu begini? I think it's time for you to try a new one. It's been 10 years already, Na. It's time to move on."

"Mau nunggu sampai gelar lu berapa, Na. Memangnya gelar master ga cukup? What do you want now? Jangan sampai lu nyesel nanti waktu semuanya sudah terlambat. Be brave a little! Trying a new relationship won't hurt you!"

Kylie benar. Sudah cukup waktunya Anna sendirian. Jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, Anna mengakui bahwa dirinya masih sulit melupakan. Namun, sulit bukan berarti tidak bisa. Akan ada hasil yang baik bagi mereka yang berusaha.

Oleh karena itu, Anna segera membuka matanya, meraih handphone-nya dan membuka Zmatch. Ia kembali memeriksa pesan yang dikirimkan Kylie tadi siang. Ternyata pesan yang ia pikir tak akan pernah ia buka lagi justru sudah dibalas.

MediaMan

Sure...

You're male or female?

Pembukaan yang menarik menurut Anna.

Me

You've seen my profile, right? I'm definitely a female.

Why are you so suspicious? Haha...

MediaMan

Because this is virtual, so everything can be manipulated.

Because I'm straight.

Me

Nice answer!

You can trust me. I'm truly a female.


However, unfortunately, I don't have any intention to start a romantic relationship at the moment. So, if you have that kind of thought, we better stop this absurd conversation right here.

Anna merasa ia harus menetapkan batasannya terlebih dahulu. Hal ini dilakukannya agar tidak dikira memberikan harapan palsu atau diberikan tuduhan-tuduhan tak berdasar lainnya. Daripada berakhir saling menyakiti, lebih baik tidak usah memulai sama sekali.

Tak lama kemudian, sebuah jawaban pun muncul.


MediaMan

We're on the same page then.

So, don't worry

We don't have to expose ourselves. At least you don't have to do that with me. Just go with the flow, Babe...


Untuk pertama kalinya Anna merasa nyaman dengan lawan bicara virtualnya. Dia merasa beruntung dapat bertemu dengan sosok yang seprinsip dengannya. It's not easy to have a relationship, so just go with the flow...

***

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 5.1K 16
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
1.3M 126K 49
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...
2.2M 30.9K 27
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
7.1M 347K 75
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...