I Live Again For My Husband

Galing kay ayydaa_wa

3.2M 293K 10.3K

Baca aja. Ngga ada deskripsi. Gatau ilang sendiri. Higit pa

prolog
001
002
003
004
005
006
007
008
009
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43

28

64.4K 6.5K 289
Galing kay ayydaa_wa

Jangan lupa vomentnya!

Banyak typo bersebaran harap hati-hati saat membaca

Selamat membaca!!

🌳🌳🌳

Alarick keluar dari mobilnya, pria itu membenahi jasnya yang sedikit terlipat, melihat pintu di depannya Alarick melembutkan matanya

Akhir-akhir ini Tara memang suka menyambutnya saat dia pulang, bahkan wanita itu membuka pintu sebelum Alarick sempat mengetuknya.

Tara memang selalu menunggu Alarick pulang, jadi saat dia mendengar suara mobil, Tara  langsung berlari kearah pintu guna membukanya untuk Alarick.

Tapi sudah lebih dari lima detik, Tara belum juga membuka pintu. Alarick terlihat mengerutkan keningnya, lalu tangannya menekan bell

Satu menit. Tidak ada tanggapan dari dalam.

Alarick mendorong pintu yang tidak terkunci. Melihat rumah luas dan kosong itu, Alarick terdiam lama, dia merasa dia kembali seperti satu tahun yang lalu, saat dirinya dan Tara baru menikah.

Alarick memegang ponselnya erat, seperti akan menghancurkannya. Wajah pria itu dingin. Matanya melirik kearah tangga, tapi tidak ada sosok yang dia cari

Mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Alarick berjalan naik kelantai dua.

Clek

Kosong.

Tubuh Alarick membeku. Tenggorokan pria itu naik turun. "Sayang...."

"Sayang jangan bermain-main"

Kembali tidak ada sahutan yang dia harapkan.

Dengan wajah bringas, Alarick melempar ponselnya hingga mengenai kaca rias

Prang

Seakan tidak cukup, Alarick menjatuhkan guci di kamar itu karena pergerakannya yang gila untuk memeriksa ruang ganti dan kamar mandi.

Setelah mengobrak-abrik setiap ruangan, dan memang tidak ada sosok yang dicarinya, Alarick mengambil ponsel pribadinya

Dia memang mempunyai dua ponsel, satu untuk kepentingan bisnis dan satu untuk pribadi.

saat dia melihat ponsel Tara yang berada di kasur, mata Alarick semakin dingin. "Cari keberadaan istriku. Kerahkan semua bawahanmu, jika perlu cari di setiap bandara"

Alarick menatap tajam foto Tara yang berada di nakas. "Jangan harap bisa pergi dariku sayang, sudah ku bilang, kau tidak akan bisa lepas dariku. Jika perlu aku akan membalikan seluruh negara untuk menemukanmu" dengan langkah lebar Alarick berjalan keluar meninggalkan keadaan kamar yang sudah kacau olehnya.

Tentu saja dia tidak akan diam saja, dia akan mencari istrinya, dan tujuan pertamanya adalah pria itu.
.
.
Alarick mengerutkan keningnya saat melihat kondisi kontrakan di depannya.

Ya. Sekarang dia berada di kontrakan Dion. Alarick masih di dalam mobil, matanya tampak hitam seperti badai.

Alarick mengepalkan tangannya, dia sebenarnya ragu untuk masuk.

Dia takut. Takut jika Tara benar-benar ada di dalam, ingatannya kembali mengingat saat Tara selalu bersama Dion, wanita itu bahkan akan marah dan menangis saat dia menariknya untuk pulang.

Tanpa sadar jari pria itu bergetar. Alarick membuka pintu mobil, melangkah lebar. Lalu tanpa aba-aba dia menendang pintu itu hingga sepenuhnya runtuh

Kekuatan Alarick sudah luar biasa kuat, apalagi dia saat ini dalam keadaan marah, ditambah pintu itu memang sedikit agak tua, jadi dia dengan mudah merobohkannya.

"K-kau... untuk apa kau disini?!" Dion yang terlihat sedang menonton tv terlihat syok saat mendapati Alarick yang berdiri di depannya, apalagi mendapati pintu rumahnya runtuh, tubuhnya tanpa sadar bergetar

"Dimana dia?" Suara dan mata pria itu tanpa suhu

Dion bahkan merasakan rasa dingin di punggungnya. "Apa maksudmu? Aku bahkan tidak tau dia dimana beberapa hari ini" melihat wajah Alarick yang semakin dingin, Dion menggertakan giginya. Dia benci kenyataan jika dia takut pada pria ini!!

Wajah Dion terlihat putus asa saat melihat ketidakpercayaan dimata Alarick "sungguh. Aku tidak tau dia ada dimana" dengan takut Dion menatap tepat dimata Alarick

Meski Alarick tetap diam, matanya tidak lagi menatap Dion seperti ingin membunuh.

Alarick pergi meninggalkan Dion yang ambruk ke sofa karena merasa tekanan yang dia rasakan sudah tidak ada.

"Kau dimana..." Suara Alarick pelan seperti berbisik, tapi ada kelegaan di nadanya. Setidaknya dia tidak bersama pria itu

Tapi yang pasti, kemanapun dia pergi, Alarick akan menemukannya!,
.
.
.
Tara tidak tau jika Alarick saat ini dalam keadaan gila karena tidak menemukannya.

Waktu sudah menunjukan hampir jam 8 malam, dan Tara dengan kehebohannya berlari mencari taksi setelah dia berpamitan dengan ibu pemilik panti

Bisa-bisanya dia ketiduran dibawah pohon bersama Rio karena mereka asik bercerita, mungkin jika dia tidak di bangunkan oleh Bu Wenda, Tara tidak akan bangun sampai pagi.

Didalam taksi, Tara tidak bisa diam, tubuhnya terus bergerak karena merasa cemas.

Apa Alarick sudah pulang?

Tara melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Ini belum jam 8 jadi Alarick mungkin belum pulang

Tara meyakinkan dirinya sendiri. bukan apa-apa, dia hanya khawatir jika Alarick sudah pulang dan tidak menemukannya di rumah, mungkin pria itu akan gila, apalagi ponselnya tertinggal.

Mobil berhenti. Langsung saja Tara bergerak keluar setelah membayar. Wanita itu berdiri di luar gerbang, saat akan memanggil penjaga yang biasa menjaga gerbang, dia melihat mobil yang sangat dikenalnya melesat kearahnya.

Tara menghela nafas. Sepertinya Alarick memang baru pulang. Baguslah.

Baru saja hatinya dibuat tenang, Tara tertegun melihat Alarick keluar dari mobil dan berlari kencang kearahnya

Wajah pria itu terlihat marah, khawatir, dan takut?

Saat Alarick melihat Tara dia kira itu hanya halusinasinya, tapi setelah memeluk tubuh Tara dan merasakan sentuhan keduanya, Alarick semakin mengeratkan pelukannya.

Tara yang sudah menduga apa yang terjadi membalas pelukan pria itu tak kalah eratnya

"Aku disini. Aku tidak akan pergi. Jangan khawatir. Tenanglah" Tara mengusap punggung pria itu, untuk menenangkan nafas Alarick yang memburu

"Jangan harap bisa pergi dariku. Aku sudah bilang, kau tidak akan bisa pergi dariku" Alarick memiliki suara serak dan tangan yang membungkus pinggang Tara semakin erat

Mendengar suaranya yang bingung, Tara menyalahkan dirinya sendiri karena membuat Alarick takut. Tiba-tiba dia merasakan hangat di bahunya

Tara tertegun. Apa Alarick....menangis?

Tangan Tara bergetar, wanita itu melepaskan pelukan keduanya, tangannya menangkup wajah Alarick.

Sudut mata dan bagian bawah mata Alarick merah, yang membuktikan jika pria itu menangis. meski tidak ada bekas air mata diwajahnya, Tara tau Alarick memang menangis

Alarick melengos melihat mata Tara yang merasa bersalah. Dia tidak ingin taranya menyalahkan dirinya sendiri

"Maaf" tenggorokan Tara terasa tercekat. Melihat Alarick menangis, dia mengingat akhir hidupnya dulu

"Kenapa?"

Air mata Tara akhirnya tidak bisa di bendung "maaf membuatmu khawatir, aku bermain di panti asuhan lalu aku tertidur, aku juga lupa membawa ponselku"

Alarick terdiam. Jadi taranya tidak berniat meninggalkannya?

Alarick menatap mata Tara dalam "tidak berniat meninggalkanku?" Tanyanya dengan suara rendah

"Tidak. Aku tidak akan meninggalkanmu"

Mendengar itu Alarick menarik Tara kembali ke pelukannya "kalau begitu, jangan meminta maaf" dia yang salah. Dia yang salah karena takut Tara pergi darinya. Dia yang salah karena dia masih merasa rendah diri bersanding dengan Tara dan membuat pikiran-pikiran negatifnya menguasai semua tindakannya

Taranya begitu sempurna dan dia hanya pria yang tidak diinginkan keluarganya, pria yang banyak di takuti orang karena sifatnya yang suram dan dingin

Alarick selalu merasa rendah dan taranya seperti peri yang kapan saja bisa terbang dan meninggalkannya.

🌳🌳🌳

"Ada apa kau memintaku untuk kesini?" Wajah Dion terlihat tidak sabar

Bukan hanya dia kesal dengan rumah kecilnya yang sumpek dan tidak jelek tapi juga Alarick yang tiba-tiba datang kerumahnya dan merobohkan pintunya. Memikirkannya membuat Dion semakin marah.

Yoselin mengerutkan keningnya saat melihat wajah marah Dion "ada apa?"

Dion menceritakan secara singkat kedatangan Alarick di rumahnya.

Yoselin tersenyum sinis. Sepertinya sikap Tara akhir-akhir ini hanya berpura-pura, Yoselin tidak tau apa tujuan Tara melakukan itu, tapi yang pasti yoselin merasa lega.

Ide gila lewat di pikirannya. Yoselin menjelaskan secara rinci rencananya pada Dion, tapi dia tidak menyangka Dion akan bereaksi begitu hebat.

"Aku tidak setuju!"

Yoselin menatap malas Dion yang berdiri menjulang di hadapannya. Wanita itu meminum kopi dengan gerakan santai seakan reaksi Dion tidak berpengaruh sedikitpun pada suasana hatinya

"Aku tidak meminta persetujuanmu" ucap Yoselin santai

"Lalu apa kau kira aku akan membiarkannya terjadi begitu saja?" Balas Dion tidak mau kalah

Yoselin menyipitkan matanya "jangan bilang kau sudah jatuh cinta dengan wanita itu?"

Dion terlihat gelagapan. Melihat reaksinya, Yoselin menatap Dion benci "kenapa? Apa kau juga tergerak oleh kecantikannya seperti pria-oria itu?"

Dion mengangkat kedua tangannya "aku tidak mau berbohong, dia memang berubah terlalu signifikan, membuatku selalu terpesona oleh wajahnya"

Yoselin mengeratkan pegangan pada gelas di tangannya. Dia benci mendengar orang memuji wanita itu di depannya, dan dia paling membenci saat orang membandingkan dia dan wanita itu.

Yoselin paling membenci kenyataan jika wajah wanita itu lebih cantik darinya! Itulah yang dia paling benci. Ingin sekali dia merobek wajahnya!

Melihat ekspresi mengerikan orang di depannya Dion bergidik. Jika saja Dion tidak tau wajah asli Yoselin, mungkin dia juga akan tergoda oleh wajah murni dan senyum manisnya. Sayangnya Dion sudah tau bagaimana liciknya dan kejamnya wanita di depannya.

"Setidaknya biarkan aku yang melakukannya dulu" Dion menjilat bibirnya

Melihat penampilan menjijikan Dion, Yoselin mengernyit jijik. Tapi ekspresinya segera berubah

Sepetinya apa yang Dion usulkan jauh lebih bagus. Bukankah Alarick sangat membenci hubungan antara Tara dan Dion? Lalu lebih baik Dion yang melakukannya pada Tara, tapi sebelum itu, biarkan ketujuh pria itu berfoto dengan Tara

Bukankah itu akan membunuh burung dengan satu batu? Dia bisa menggunakan foto itu untuk senjata lainnya.

Memikirkannya saja sudah membuat Yoselin merasa bahagia. Bibir wanita itu membentuk senyum licik

Melihat senyum itu, Dion tau jika Yoselin setuju dengan usulnya, mau tidak mau dia merasa senang.

Keduanya terdiam dengan pikiran masing-masing. Jika orang melihat mungkin mereka mengira mereka sepasang kekasih yang saling menatap dan tersenyum, tapi hanya mereka yang tau, jika mereka sedang memikirkan rencana kotor untuk merancang Tara.
.
.
.
.
Makin kesini otak aku makin runyam guys🥺

Awalnya udah aku tulis si 6 chap terus aku rombak lagi urutan part-nya, jadi makin acak-acakan.
Jadi aku berusaha buat urutin lagi biar alurnya nyambung.

Atau aku hapus aja ya? biar gk ribet😂

See you.

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

658K 12.1K 20
suka suka saya.
476K 43.4K 95
Takdir kita Tuhan yang tulis, jadi mari jalani hidup seperti seharusnya.
435K 595 4
21+
1.1M 8.4K 40
hanya cerita random berbau kotor KK.