THE VILLAIN (BibleBuild)

By biy_yourmamagula

115K 13.5K 1.9K

Pensiun dari dunia Ice Skating akibat cedera kaki, Build merasa bahwa seluruh tujuan hidupnya hilang. Kondisi... More

0. Prolog
1. The Rising Star, Build Jakapan
2. I Wish I Was You, Pete
3. I Am Pete Jakapan
4. The Night Club
5. By The Way, I'll Change The Story
6. Something's Wrong
7. The Unspoken Truth
8. Ain't Your Omega (M)
9. Unpredictable Secret
10. Desire (M)
12. Mr & Mr(s) Ratanaporn
13. The Man Who Can't Be Moved
14. Who's Nirmala?
15. Lies Over Lies
16. Have You Ever Loved Me?
17. Tasted Like a Real Heaven (M)
18. I Got You
19. Are You Coming Back, Pete Jakapan?
20. Start, Now! (Jak's POV)
21. The Forbidden Name
22. Jealousy, Jealousy
23. Adopted Son?
24. Lana, The Last Nirmala
25. Accident

11. Q-Time With Phi Mile

4.7K 669 99
By biy_yourmamagula

Rendahnya kandungan dopamin dalam otak manusia yang dilanda stress berat dapat dialihkan pada satu kesenangan fana yang mencipta candu. Meskipun pada akhirnya nikotin menawarkan biphase effect yang mendorong penggandaan dosis, tak sedikit orang dengan keajegan hati memilih untuk tetap menghisap batang demi batang rokok dalam sulutan pemantik.

"11 mobil putih,"

"22 mobil hitam."

Hitungan yang Jakapan gumamkan dalam kepulan asap terus ia lakukan sesuai dengan objek tangkap kedua netra miliknya. Kalau sampai tepat jam 12 malam ada lebih banyak mobil putih yang melintas di hadapanku, artinya Wichapas hanya kebetulan untuk menulis sebuah novel berisi kisah hidupku sebagai Build Jakapan. Tapi, kalau sampai tepat jam 12 malam ada lebih banyak mobil hitam yang melintas di hadapanku, artinya ada yang tidak beres dan aku mungkin akan ditimpa nasib buruk, pikirnya memulai taruhan konyol dengan diri sendiri.

"Sekarang aku harus bagaimana? aku tidak ingin pulang dan bertemu Wichapas."

Informasi yang diberikan Nattawin cukup kuat untuk menghantam akal sehat milik Jakapan. Penulis dengan nama pena "Unholy_Bib" yang ternyata merupakan Wichapas jelas membuatnya resah dan memikirkan tentang kemungkinan akan keterlibatan suaminya itu dalam setiap kemalangannya saat hidup sebagai Build Jakapan. Kondisi ini yang menuntunnya untuk memaksa Nattawin mengantarkannya pulang di tengah piknik mereka. Kondisi ini pula yang menuntunnya untuk melarikan diri dengan motor baru yang didapatnya dari sang ayah dan berdiam diri di pinggir jalan hingga larut malam seraya ditemani oleh dua bungkus rokok.

"Aku tidak pernah tahu kalau kau adalah perokok berat. Benar-benar cocok dengan perangai buruk yang kau miliki."

Komentar yang dilayangkan untuk Jakapan pun diterimanya dengan nada yang tidak bersahabat. Lamunan yang sempat terpecah pun kembali dilanjutkan saat ia menoleh dan menyadari siapa sosok yang tengah berdiri di samping tempatnya dengan tatapan merendahkan.

"Apa ada semacam 'Radar Pendeteksi Dosa dari Pete Jakapan' dalam kepalamu? sepertinya kita cukup sering bertemu dalam kondisi yang tepat bagiku untuk mendapatkan hinaan darimu, Phi Mile."

Mile tak langsung membalas. Tatapannya menjelajah ke arah sebuah motor merah yang diparkirkan tak jauh dari posisi duduk sang adik dan batangan rokok yang berserakan di sekitarnya.

"Jakapan, kau mau mati muda karena terkena kanker paru-paru? apa sejak dulu kau memang secandu itu pada rokok dan menyembunyikannya dari kami semua?"

Yang lebih muda kemudian menoleh, "Kami? kami siapa? apa keluarga kita memiliki banyak waktu luang untuk memperhatikan satu sama lain? ayah selalu sibuk bekerja, phi jijik untuk melihatku. Apa dengan menunjukkan jati diriku yang sesungguhnya dapat membuat kalian menyadari kalau aku gemar merokok?" tanyanya.

Kali ini Jakapan mengada-ngada. Hal yang wajar bagi Mile untuk terkejut melihatnya dalam kondisi seperti ini. Pete Jakapan dalam novel tidak pernah sekalipun menyentuh rokok dalam hidupnya. Jelas berbeda dengan Build Jakapan yang akan selalu lari pada kepulan asap untuk menghembuskan beban dalam hati yang membuatnya sesak.

"Sudah, Jakapan! hentikan! kau mau membunuh dirimu sendiri?!" Dengan kasar Mile merebut batang rokok yang baru akan disulut oleh sang adik.

"Phi, kembalikan. Itu punyaku yang terakhir."

Mile mengabaikan permintaan untuknya. Pria alpha itu memposisikan dirinya untuk duduk di samping Jakapan. "Wajahmu dikenali media. Kau tidak boleh berperilaku sembarangan dan menarik perhatian mereka untuk membungkus ceritamu sebagai tajuk utama. Lagipula ini sudah malam. Seorang omega sepertimu akan selalu menjadi sasaran empuk sebagai target kejahatan," ujarnya.

Jakapan tertawa, "Phi tidak usah repot untuk menasehatiku seperti itu. Satu-satunya yang phi khawatirkan saat ini pasti hanya tentang bagaimana berita miring tentangku dapat turut mencoreng nama Romsaithong juga, kan?" tanyanya.

"Phi tidak usah khawatir. Aku sudah berulang kali mengatakan kalau semenjak menikah, segala hal tentangku hanya akan dikaitkan dengan Keluarga Ratanaporn."

Menghela nafas panjang, Mile melirik sang adik yang masih mempertahankan tatapan kosongnya ke arah aspal jalan. Entah halusinasinya atau bukan, kedua mata adiknya nampak bengkak dan sedikit berair. Anjing gila yang beberapa waktu lalu menghajarnya seperti petarung itu kini nampak begitu rapuh dan tersakiti.

"Sejak awal aku sudah mengatakan, Wichapas bukanlah pria yang baik. Bertahun-tahun kau menyaksikan bagaimana dia menyimpan Naphat untuk selalu berada di sisinya. Apa kau jadi bodoh karena terlalu mencintainya? yang kau lakukan sekarang bukan lagi perkara cin-"

"Phi bicara apa, sih? siapa yang mencintai Wichapas? aku tidak peduli padanya sedikitpun. Bagus kalau dia tetap mengacuhkanku. Dengan begitu, aku jadi tidak perlu mengisi peran apapun dalam cerita sialan ini," ujar Jakapan.

Lagi-lagi, Mile dibuat keheranan dengan sikap sang adik. Keacuhan dan dinginnya pribadi Jakapan saat membicarakan Wichapas membuatnya terasa begitu asing. Pria omega yang semula bersedia untuk membela suaminya dalam kondisi apapun kini seakan sirna. Tidak ada binar diantara kedua matanya, tidak ada pula rengekan manja yang diucap lisannya untuk meyakinkan semua orang bahwa Wichapas adalah seorang pangeran dari dongeng klasik pengantar tidur.

"Phi, kalau ternyata dunia yang phi jalani saat ini merupakan karangan fiksi, dan ada seorang penulis yang menentukan nasib kehidupan phi semau mereka, apa yang akan phi lakukan? diam dan berpasrah diri, atau melawan dan merubah segalanya meski harus menghadapi resiko berbahaya?"

Pertanyaan Jakapan memperkeruh kebingungan dalam diri Mile. "Sekarang apalagi? tadi siang suamimu membicarakan ayam bakar dan arang, sekarang penulis dan fiksi, kalian sebenarnya sedang mengambil kelas sastra atau apa? apa kalian membuat janji untuk menguji kemampuanku dalam menalar diksi?" kesalnya.

Hening diantara kedua saudara itu. Tak lagi ada mobil hitam ataupun putih yang masuk ke dalam hitungan Jakapan. Dingin dari angin malam terasa menggelitik sebelum akhirnya bunyi nyaring dari perut Mile menginterupsi dan mengundang tawa lepas dari Jakapan.

"Hahaha, astaga, phi lapar? pantas saja ucapanmu tidak terlalu menyebalkan kali ini, ternyata kau sedang tidak ada tenaga untuk bertengkar!"

Wajah putih Mile mendadak berubah merah padam layaknya kepiting rebus. "I-ini, ini kan gara-gara kau! aku, aku berniat mencari makan tapi malah melihatmu merokok disini!" elaknya.

Jakapan tersenyum mengejek, "Phi, lihat sekelilingmu. Di daerah ini memangnya masih ada tempat makan yang buka? tidak usah mencari alasan begitu. Bilang saja kalau phi melewati jalan ini, melihatku dan merasa khawatir sampai phi sengaja menepikan mobil untuk menghampiriku," ujarnya jahil.

Skakmat.

"J-jangan kegeeran begitu! untuk apa aku mengkhawatirkanmu? aku, aku kan hanya mencari makan."

"Oh, benarkah? lalu kenapa tidak makan di mansion saja? ada koki pribadi dan phi tidak perlu repot seperti saat ini."

Mile mengacak surai hitamnya hingga tak beraturan. "Aku bertengkar dengan ayah. Maka dari itu aku malas pulang ke mansion dan lebih memilih untuk menginap di hotel. Sialnya, aku benar-benar ingin makan sup tom saep yang tidak disediakan oleh koki disana. Ya disinilah aku, berkeliling kota untuk mencari tempat makan mana yang menjualnya dan masih buka," timpalnya.

Jakapan berhenti untuk menertawai Mile. Pria omega itu bangkit dan merogoh kunci dari saku celana sebelum akhirnya naik ke atas motor barunya. Helm full face yang ia gantungkan pada spion pun segera dikenakan dengan nyaman.

"Kau mau meninggalkanku?" tanya Mile.

"Hah?"

"Itu, kau mau kemana? kau mau meninggalkanku? aku sudah begitu baik menghampirimu yang-"

"Naiklah, phi."

Cukup lama Mile terdiam dan mengabaikan perintah Jakapan hingga membuat pria omega itu kesal, "Phi Mile! naik!" ujarnya.

"Naik? naik ke motormu? kau mau memboncengku? kemana? kau mau apa? kau mau-"

"Astaga, Tuhan! kau bilang tadi lapar! ayo naik! aku akan mengantarmu mencari tempat makan yang menjual sup tom saep! aku tidak mau naik mobilmu karena kau membenciku dan kemungkinan akan menurunkanku di tengah jalan."

Mile nampak bergelut dengan dirinya sendiri. Di satu sisi ia enggan untuk mendapatkan pertolongan dari adiknya. Terlebih ketika ia harus dibonceng menggunakan motor yang sama sekali tidak bisa ia ambil alih. Selama ini ia bahkan belum mengetahui bagaimana adiknya mengendarai kendaraan roda dua. Tapi, di sisi lainnya, ia sudah sangat kelaparan.

"Mau, tidak? kalau tidak ya sudah! aku mau pul-"

"Fine! i'll go with you!" final Mile.

Dengan gerakan perlahan, Mile memanjat naik untuk duduk di kursi penumpang yang cukup sempit untuk diisi oleh seorang pria alpha bertubuh kekar sepertinya. Dalam hati ia tak henti untuk memanjatkan harap pada Dewi Fortuna untuk melimpahkannya keberuntungan dan keselamatan hidup dari kecelakaan maut yang mungkin terjadi beberapa saat ke depan.

"Jakapan, aku peringatkan. Jangan mengebut, kau hanya boleh mencapai kecepatan 20 kilometer per- AAAAAAAAAAA JAKAPANNNNNNNNNN SIALANNNNNNNNNNNNNNN!!!"

*****

Menghabiskan waktu miliknya untuk lembur di kantor bukanlah hal yang aneh bagi Wichapas. Dia sudah mulai terbiasa untuk menjalani hidup sebagai seorang anak sulung dari Keluarga Ratanaporn yang diperas seperti sapi perah untuk mencapai kesuksesan. Fisik dan pikiran yang lelah bukanlah perkara besar untuk ia tangani. Itulah sebabnya saat ini ia dapat pulang dan mengistirahatkan diri pada sebuah sofa setelah melepas jas dan kemeja yang membalut tubuhnya.

"Apa Jakapan sudah tidur?"

Mengarahkan pandangan ke arah pintu kamar yang terletak tak jauh dari posisinya saat ini, Wichapas memiliki sedikit harap untuk sekedar berpapasan dengan istrinya meski hanya sebentar.

"Aku ingin melihatnya."

Dari kantung jas yang tergeletak di sampingnya, Wichapas mengeluarkan handphone dan membuka salah satu aplikasi yang menampilkan keseluruhan isi dari kamar Jakapan saat ini.

"What the hell is happening? he's not in his room?!"

Secepat kilat Wichapas berlari dan membanting kasar pintu kamar Jakapan untuk mencari keberadaan dari istrinya itu. Mulai dari kamar mandi, balkon hingga ruang khusus ganti pakaian, tak ada satupun dari tempat itu yang meninggalkan jejak dari kehadiran Jakapan.

"Sial! pergi kemana dia?!" Dengan gerakan tergesa, Wichapas membuka aplikasi lain dalam handphone yang menampilkan lokasi dari keberadaan sang omega. Gurat kemarahan tercetak jelas pada wajah tampan miliknya yang bersiap untuk meledak.

"Wait for me, Jak."

*****

"Kau tidak makan?"

Mendapatkan pertanyaan dari Mile, Jakapan menggeleng malas seraya melirik ke arah tumpukan peralatan makan yang tersaji di hadapannya.

"Tidak usah, phi sudah cukup mewakili rasa laparku."

Cukup kontras dengan jawaban yang diberikan, Jakapan sebenarnya tengah mengamati Mile dengan begitu serius. Kesal dalam hatinya masih bersarang bila ia mengingat bagaimana sosok di depannya ini merupakan tokoh protagonis yang akan menjadi pembunuh dari Nattawin dalam sebuah tragedi memilukan.

"Jakapan! lepaskan Naphat! kau sudah gila? menyekap seseorang berhari-hari di tempat seperti ini tidak akan membuat suamimu berbalik untuk mencintaimu!"

"Tidak! kalau aku tidak dapat memiliki suamiku, maka jalang ini juga tidak boleh! aku adikmu, phi! seharusnya kau membelaku dan membantuku untuk melenyapkan dia!"

Pisau yang ada dalam genggaman pria omega itu diarahkan semakin dekat dengan perpotongan leher korbannya. Kalau ia diperbolehkan untuk jujur, getar pada tangannya sudah cukup untuk memberitahu bahwa ada keraguan dan ketakutan dalam dirinya untuk bertindak sejauh ini.

"Mile! turunkan pistolmu, sialan! kau menodongkan senjata pada adikmu sendiri? kau mau membunuhnya?! Jakapan hanya menginginkan apa yang seharusnya menjadi miliknya!"

Usaha Nattawin untuk membujuk dan menghalangi Mile rupanya gagal. Pria alpha yang begitu mencintai pujaan hatinya itu menarik pelatuk tanpa keraguan setelah melihat bagaimana sang adik mengangkat tinggi pisau dalam genggamannya sebagai ancang-ancang penusukan.

"JAK! AWAS!"

Jakapan memejam kedua matanya. Tak sanggup ia membayangkan bila tragedi yang merenggut nyawa Nattawin itu kembali terulang tepat di hadapannya. Demi melindungi dirinya, demi membela dirinya dan demi membantu dirinya, orang-orang tersayang di sekitarnya harus menemui kematian yang begitu keji. Tidak, kali ini tidak boleh lagi, pikir Jakapan.

"Phi Mile."

Mile menghentikan kunyahannya dan membalas tatapan sang adik tanpa menjawab.

"Ayo kita berdamai di kehidupan ini."

"Uhuk-" Makanan dalam mulut Mile masuk hingga memenuhi saluran pernapasan setelah sukses ia dikejutkan oleh perkataan Jakapan.

"Yaampun, phi. Apa kau masih sangat lapar? kedai makanan ini meski kecil tapi mereka bilang akan buka 24 jam. Lihat di sekeliling kita, masih banyak pelanggan. Phi tidak perlu terburu-buru begitu."

Cukup lama Mile terbatuk dan menetralkannya dengan segelas air. Butuh beberapa saat sebelum akhirnya pria alpha itu kembali tenang dan mampu untuk angkat suara. "Apa kau bilang tadi? berdamai? berdamai apa maksudmu?" tanyanya bertubi-tubi.

Jakapan menghela nafas panjang sebelum akhirnya menegakkan tubuh untuk menandakan keseriusannya. "Ayo kita berdamai. Perkara phi membenciku karena sudah terlahir dari seorang perusak rumah tangga, itu menjadi urusan phi. Tapi mulai saat ini, aku berjanji tidak akan lagi mencari perkara dengan memohon kasih sayang dari phi, menjahati Naphat, atau apapun itu yang membuat phi tidak nyaman. Alangkah lebih baiknya kalau kita berdamai layaknya dua orang asing yang tidak saling mengenal. Dengan begitu, kalaupun nanti aku gagal menemukan akhir hidup yang bahagia dan pergi dari sini, berjanjilah untuk tidak mengusik orang-orang terdekatku. Jauhi mereka, jangan libatkan mereka atas apapun yang berkaitan dengan diriku," ujarnya tegas.

Mile tak langsung menanggapi. Meski lisannya sunyi, isi kepalanya begitu berisik dan ada rasa tidak nyaman yang dirasakan oleh hatinya. Jangankan memahami ucapan Jakapan, mengenalinya pun nampak begitu sulit. Saat ini, pria omega yang tengah duduk di hadapannya dengan permintaan tenang ini layaknya orang asing yang baru saja ia temui untuk pertama kalinya.

"Jak-"

"PETE JAKAPAN RATANAPORN!"

Bukan hanya Jakapan dan Mile, seluruh pelanggan di kedai makanan tempat mereka berada saat ini mengalihkan atensi mereka pada seorang pria alpha yang berdiri di ambang pintu dengan feromon pekat yang mengikat udara dalam kemarahan luar biasa.

"W-Wicha?"

"Sedang apa kau disini? berkeliaran diluar tanpa izin dari suamimu, apakah itu merupakan perilaku yang pantas?!"

"Wicha, aku-"

"Pulang!"

Tubuh Jakapan ditarik kasar oleh Wichapas hingga meninggalkan kedai makanan yang sudah dipastikan akan menjadi latar tempat dari berita viral di hari esok. Pria omega yang memang secara alami memiliki kekuatan fisik yang lebih lemah itu nampak kewalahan untuk melepaskan diri dari cengkraman kuat sang suami.

"Wichapas! lepas!"

Beberapa langkah sebelum mencapai mobil milik Wichapas, tubuh Jakapan terhuyung ke arah belakang setelah menerima tarikan kuat dari Mile.

"LEPASKAN ADIKKU, BAJINGAN!"

"ADIK?! PEDULI APA KAU PADA ADIKMU?! KAU SUDAH DITETAPKAN UNTUK MENJADI SEORANG BRENGSEK YANG AKAN SELALU MENYIKSA DAN MEMBENCINYA! BERHENTI BERSIKAP SEPERTI PAHLAW-"

Sadar akan ucapannya, Wichapas seketika bungkam dan mencipta kecurigaan dari Jakapan. Gelisah dalam diri pria alpha itu direkam jelas dalam penglihatan sang istri yang memang sudah menyimpan tanda tanya besar akan identitas dirinya.




"Wicha.. kau, sebenarnya siapa?"


TBC

Halo! 

Chapter ini sebenernya udah selesai barengan sama chapter sebelumnya cuman belum sempet biy edit dan tambahin visualisasi. Jadinya ya, baru keluar sekarang deh ^^

See you next chapter, happy saturday night! <3

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 74.8K 35
"Di tempat ini, anggap kita bukan siapa-siapa. Jangan banyak tingkah." -Hilario Jarvis Zachary Jika Bumi ini adalah planet Mars, maka seluruh kepelik...
1M 13.3K 25
BoyPussy Bxb Cowo Bermeki
3.5M 109K 87
WARNING ⚠ (21+) 🔞 𝑩𝒆𝒓𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒘𝒂𝒏𝒊𝒕𝒂 𝒚𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒑𝒊𝒏𝒅𝒂𝒉 𝒌𝒆 𝒕𝒖𝒃𝒖𝒉 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏 𝒅𝒂𝒏 �...
453K 976 15
🔞 kisah sx abang tiri dan adik tirinya