THE VILLAIN (BibleBuild)

Bởi biy_yourmamagula

110K 13.3K 1.9K

Pensiun dari dunia Ice Skating akibat cedera kaki, Build merasa bahwa seluruh tujuan hidupnya hilang. Kondisi... Xem Thêm

0. Prolog
1. The Rising Star, Build Jakapan
2. I Wish I Was You, Pete
3. I Am Pete Jakapan
4. The Night Club
5. By The Way, I'll Change The Story
6. Something's Wrong
7. The Unspoken Truth
8. Ain't Your Omega (M)
9. Unpredictable Secret
11. Q-Time With Phi Mile
12. Mr & Mr(s) Ratanaporn
13. The Man Who Can't Be Moved
14. Who's Nirmala?
15. Lies Over Lies
16. Have You Ever Loved Me?
17. Tasted Like a Real Heaven (M)
18. I Got You
19. Are You Coming Back, Pete Jakapan?
20. Start, Now! (Jak's POV)
21. The Forbidden Name
22. Jealousy, Jealousy
23. Adopted Son?
24. Lana, The Last Nirmala
25. Accident

10. Desire (M)

5.5K 676 154
Bởi biy_yourmamagula

"Publik yang semula memujanya bak peri titisan langit kini memalingkan wajah. Klub penggemarnya pun bungkam tak memberikan kesaksian atau pembelaan atas figur yang mereka idolakan. Di saat seperti ini, spekulasi buruk tentang tuduhan tak bertuan kian datang silih berganti. Apakah tak cukup dengan memusnahkan mimpi dan menyita tegap kaki miliknya? pantaskah ia untuk mendekam di dalam genangan kolam api yang menggerogoti setiap jengkal dari jiwa?"

"Sayang beribu sayang, Build Jakapan nampaknya terlupa bahwa ada aturan karma yang berlaku di dunia tempatnya berpijak. Begitu mudah dirinya melupakan tentang bagaimana kejam telah mendekam dalam perilaku hingga sampailah hati miliknya untuk berucap kasar pada diriku yang begitu mendambanya."

"Binasalah engkau, binasalah, Build Jakapan. Hancur leburlah bahagia milikmu setelah tuntas mengupas habis harga milik diriku di hadapan semua orang."

"Lihatlah sekarang, kepada siapa kau akan menyeret dirimu meminta pertolongan?"

"Merangkaklah ke arahku layaknya anjing liar yang kelaparan. Patuh tunduklah hingga kau kecup ujung jari kaki milikku dalam telungkup yang begitu khidmat."

"Berkicaulah indah di dalam sangkar emas buatanku, wahai kekasih hati."

*

*

"..top!"

"..stop!"

"BERHENTI, JAKAPAN!"

Peringatan yang diserukan Nititorn diabaikan oleh Jakapan. Omega pria yang sedari tadi berselancar di atas gelanggang es dengan fokus yang terbuyarkan itu rupanya sibuk untuk memikirkan beberapa potongan bait yang dimuat dalam novel Sayap-Sayap Patah milik Wichapas. Terlambat sudah bagi dirinya untuk menghindari eksistensi Nititorn hingga jatuhlah mereka berdua dalam tabrakan tubuh yang cukup keras.

"Ssh, aw! Demi Tuhan, Jakapan! ada apa denganmu? kenapa melamun?!" Nititorn mengaduh dalam keadaan berbaring di atas gelanggang es. Saat ia menengadahkan kepala, barulah ia menyadari bahwa Jakapan mengukung tubuhnya hingga wajah mereka hanya terpisah dalam jarak yang begitu sempit.

"Ugh, m-maaf, Nit. Aku kurang fokus, apa ada yang sakit? kemarilah, biar aku periksa."

Nititorn tak menjawab. Omega pria itu masih fokus untuk mengamati wajah Jakapan seraya merasakan setiap hembusan nafasnya yang sedikit menggelitik. He's still the same, those eyes are sparkling like a dozen of stars, pikirnya.

"Niti? hey! apa kamu benar-benar terluka? jawab aku!"

Kedua tangan Jakapan menangkup wajah Nititorn dan menepuknya pelan untuk memastikan luka fisik apa yang telah diterima rekan berlatihnya itu. Sedikit ia tahu, gerak tubuhnya yang seperti ini justru malah memecah rona yang menjalar hingga ke bagian belakang telinga Nititorn.

"Nit-"

"Jakapan! apa yang kamu lakukan?!"

Baik Jakapan maupun Nititorn, keduanya menoleh secara bersamaan ke arah seorang pria alpha yang berdiri di tepian gelanggang es dengan muram dalam dirinya. Baik ekspresi wajah berbalut luka lebam maupun nada bicara, tak ada diantaranya yang lepas dari kesan ketidaksukaan.

"Natt? kenapa kamu kesini? kan sudah kuberitahu kalau aku akan mengunjungimu setelah selesai lati-"

"Bangun, Jak! sedang apa kamu berbaring disana? ini yang kamu sebut latihan?"

Mendapat komentar pedas dari Nattawin, Jakapan segera membantu Nititorn untuk bangkit bersamanya. Entahlah, ini kali pertama bagi dirinya untuk berhadapan dengan sisi lain dari sang sahabat. Kenapa dia ketus begitu? apa dia sekarang ingin meniru Wichapas yang menyebalkan? gerutunya dalam hati.

"Natt, yaampun, wajahmu masih lebam begitu. Kenapa keras kepala sekali? aku kan menyuruhmu untuk istirahat di rumah saja." Kekesalan yang Jakapan rasakan disalurkan melalui ekspresi menggemaskan yang menggoyahkan pertahanan Nattawin untuk berlama-lama marah kepadanya.

"Huft, sudahlah. Ayo, Jak. Aku sudah menyiapkan perlengkapan piknik untuk kita makan spring roll udang buatanku."

Tangan kanan Jakapan ditarik lembut oleh Nattawin. Meski begitu, tubuh omega pria itu tak kunjung bergerak maju setelah satu tangan lainnya ditahan dalam cengkraman kuat oleh Nititorn. "Kau mau bawa Jakapan kemana? orang asing sepertimu tak bisa sembarangan masuk ke studio ini dan mengganggu sesi berlatih para atlet!" protesnya.

"Atlet? Jak bahkan masih belum terdaftar lagi secara resmi sebagai atlet. Lagipula, sesi latihan diantara kalian nampaknya tidak berjalan dengan begitu efektif dan efisien. Aku tidak melihat hal menakjubkan apapun selain keintiman dan kemesraan."

Menangkap sinyal keributan, Jakapan segera berdiri diantara keduanya untuk melerai. "Sudah, sudah. Natt, tadi kami tidak sengaja bertabrakan dan jatuh. Jadi kamu jangan sembarangan menuduh yang tidak-tidak. Lalu, Niti, kau lihat jam dinding. Sesi berlatih kita sudah lewat 30 menit dari yang dijadwalkan. Sebentar lagi studio ini pasti akan kedatangan penyewa lain dan aku belum ingin publik mengetahui tentang keputusanku kembali ke gelanggang es," ujarnya seraya berlalu menuju ruang ganti pakaian.

*****

Mengisi suatu ruangan pribadi yang disembunyikannya dari jangkauan pihak lain, seorang pria alpha duduk pasrah diatas ranjang yang ia atur agar menghadap langsung kepada salah satu dinding berhias figura foto. Begitu besar kagum dalam dirinya atas mahakarya ilegal yang ia abadikan secara diam-diam.

"Such a slutty waist. How does it feel like to squeeze them tightly?" he asked.

Malang sekali nasib kancing yang tersusun rapi pada kemeja. Hilang harga diri mereka setelah sang pemilik memutus tautan dan meloloskan celah yang memamerkan tubuh bagian depannya tanpa segan. Apalah guna pengharum ruangan? udara pun terlanjur pekat oleh kuasa feromon yang menyulut gairah dari selatan tubuhnya.

"Umh, like that. You're great-" he muttered to the thin air.

Cukup sibuk dada bidangnya mengatur pergerakan naik-turun akibat kolaborasi antara lenguhan dan hembusan nafas. Saat satu tangannya ia berikan komando untuk mencengkram erat seprai putih yang terlipat kusut, tangan lainnya begitu gesit mencengkram dan mengurut gagah dari kejantanan alpha yang merengek dan meminta rumah.

"Fuck, darling. I'm close!" he growled desperately.

Berbagai potongan fantasi atas seorang pria omega ia hadirkan hingga mengisi penuh benak kepalanya. Tentang bagaimana sintal dari gundukan kecil pada dada mulusnya turut goyah dalam rangkaian hentak, tentang bagaimana bercak merah menyebar luas dan menodai suci dari kulit lembutnya, tentang bagaimana celah sempit membelit pusaka miliknya, pun tentang bagaimana ranum merah muda yang berbalut saliva itu memohon ampun seraya memanggil nama miliknya.

"Vegas.."

"Ngh- aku sampai!"

Dijemputnya putih dalam kepuasan yang menggebu-gebu. Kedua matanya terpejam, lenguhan panjang masih diperdengarkannya sebagai isyarat bahwa masturbasi yang ia lakukan bukanlah kegagalan. Cukup lama ia bertahan dalam posisi ini. Sampai kemudian, dering dari handphone menginterupsi melalui nama asistennya yang tertera pada layar panggilan.

"Bicara."

"Tuan Wichapas, mohon maaf saya mengganggu waktu anda. Tapi, sepuluh menit lagi rapat project dengan Romsaithong Corp akan segera dimulai. Tuan Millenius bahkan sudah hadir dan menunggu kehadiran anda. Jadi, alangkah lebih baik jik-"

"Tunda rapatnya hingga satu jam yang akan datang. Jika mereka protes, suruh saja mereka pulang dan menjadwalkan ulang untuk bertemu denganku."

"Tapi tuan-"

"Kau mau menuruti perintahku atau mengundurkan diri?"

"B-baik, tuan. Akan saya sampaikan sekarang juga. Mohon maaf atas kelancangan saya."

Memutus panggilan, Wichapas bangkit dan menyambar kasar jubah mandi yang tergantung tak jauh dari tempatnya berada. Ia tanggalkan seluruh kain beraroma khas yang telah ternoda oleh sisa dari aktivitas erotisnya. Dengan langkah tenang, pria alpha itu berjalan hingga berdiri tepat menghadap objek yang sedari tadi tak lepas dari jerat tatap matanya.

"Thank you for today, Jak."

*****

"Aku kira kau hanya menyebalkan untuk urusan diluar pekerjaan. Rupanya, hal sepenting rapat project dengan kolega perusahaanmu pun dapat kau atur semena-mena."

Kehadiran pemilik suara yang sama sekali tidak diharapkan oleh Wichapas mulai memupuk kesal yang meningkat secara perlahan. "Untuk apa kau kemari? aku sudah katakan pada asistenku kalau kau bisa pulang dan menjadwalkan ulang agenda rapat bila tak ingin menunggu," timpalnya.

"Kau pikir aku memiliki banyak waktu luang? lagipula asistenmu itu terlihat sangat tertekan untuk bekerja denganmu. Kalau aku tak memakinya di hadapan semua orang, mungkin ia tak akan mengatakan kalau atasannya seringkali berdiam diri di rooftop gedung perusahaan dan menghabiskan satu bungkus rokok sambil memikirkan hal yang entah apa mengganggu dirinya."

Kritik yang ditujukan padanya diacuhkan oleh Wichapas. Pria alpha itu masih asik mengepulkan asap yang begitu pekat demi menetralkan kondisi tubuh sensitifnya.

"Hei! kau mengabaikanku?! aku sedari tadi bic-"

"Mile, aku tidak tuli. Kau ingin apa sebenarnya? aku tahu kalau kedatanganmu kemari bukan hanya untuk membicarakan kerjasama antar perusahaan. Ada hal lain yang membuatmu begitu gigih seperti saat ini. Katakanlah, ada apa?"

Mile mendengus kesal. Ia langkahkan kakinya hingga berdiri tepat di samping sang adik ipar yang tak pernah akur dengannya itu. "Berita tentang pertengkaranku dan Jakapan, kau yang menarik itu semua, kan?" tanyanya tanpa basa-basi.

"Mustahil bagi berita yang menduduki trending utama pencarian hampir di seluruh social media bisa hilang hanya dalam hitungan menit. Kecuali, bila pemilik agensi terbesar di negara itu telah turun tangan dan membersihkan segalanya."

Menghabiskan sebatang rokok, Wichapas merogoh saku jas hitamnya untuk meraih batangan lain yang ia sulut dengan pemantik. "Kalau iya, memang kenapa? aku suaminya, itu sudah menjadi kewajibanku," ujarnya.

"Haha, suami? kewajiban? apa aku sekarang sedang berbicara dengan seorang alpha yang begitu setia untuk menjaga hati omeganya? apa aku sekarang sedang berbicara dengan seorang alpha yang terang-terangan mengakui selingkuhannya sebagai kekasihnya?" Beralih pandangan Mile menatap tajam ke arah Wichapas. "Jangan serakah. Kau bertingkah konyol jika menginginkan keduanya. Mengakui Jakapan sebagai suamimu, lalu mengakui Naphat sebagai kekasihmu. Apakah menurutmu itu adalah hal yang wajar?" ujarnya lagi.

Wichapas tak langsung menjawab. Pria alpha itu justru menarik salah satu sudut bibirnya untuk menampilkan senyum dengan kesan meremehkan pada sang kakak ipar. "Mile, ketika seseorang menginginkan ayam bakar, maka akan ada dua hal yang paling utama untuk didapatkannya. Pertama, daging ayam. Kedua, arang. Menurutmu, apakah kedua bahan itu memiliki makna yang sama?" tanyanya.

"Apa maksudmu? ya jelas sama. Kau tidak akan mendapatkan ayam bakar tanpa arang, kau juga tidak akan mendapatkan ayam bakar tanpa daging ayam. Pertanyaan konyol macam apa itu?"

Wichapas terkekeh, "Hm, masuk akal." Timpalnya.

"Tapi sayangnya, jawabanmu salah. Ketika seseorang menginginkan ayam bakar, maka hasratnya menggebu untuk bahan yang mampu untuk meredakannya. Arang hanya dimanfaatkan untuk mencapai cita rasa dari daging ayam yang diidamkan. Pada akhirnya, setelah tujuannya tercapai, seseorang itu hanya akan mengadu rayu dengan ayam bakar dan membuang arang yang sudah membantunya."

Batangan rokok yang terselip diantara jari telunjuk dan jari tengah pun dipadamkan oleh Wichapas. Pria alpha itu berlalu pergi dan mengabaikan ekspresi kebingungan dari Mile yang sedari tadi berusaha keras untuk memahami maksud ucapannya.

"Ah, iya. Aku melupakan satu hal," ujar Wichapas seraya membalikkan tubuh dan menatap lurus ke arah Mile.

"Perlu kau tahu bahwa sejak dulu, seleraku adalah ayam cantik yang akan menjadi pusat perhatian semua orang kemanapun ia melangkah. Menyebalkan ketika aku tahu bahwa ada banyak pemburu lain yang turut merasakan lapar ketika bertemu dengannya. Akhir-akhir ini, aku ingin sekali mengikat ayam cantik itu hingga dapat kutelan habis hanya untuk diriku sendiri."

*****

"Yeay! spring roll udang!"

Jakapan memekik ceria disaat Nattawin membuka kotak makanan berisi spring roll buatannya yang sudah ia janjikan sejak hari kemarin. Kesal dalam dirinya pasca memergoki keintiman antara Jakapan dan Nititorn pun menguap habis setelah menyaksikan respon yang begitu menghangatkan hati. Lagi-lagi, Nattawin kalah oleh perasaannya.

"Boleh aku makan sekarang?"

"Tentu saja boleh. Ini kan memang untukmu."

Mendengar jawaban Nattawin, Jakapan mengambil satu potong spring roll udang yang ia celupkan pada saus untuk dilahapnya dalam gigitan besar. Kedua pipi yang menggembung akibat terisi penuh pun menambah kesan menggemaskan yang omega pria itu miliki. Beberapa orang yang berjalan di sekitar taman tempat mereka berada saat inipun tak kuasa untuk menahan diri dalam mencuri tatap dan mengagumi dalam diam.

"Yaampun, pelan-pelan. Tidak akan ada yang mencuri makananmu, Jak."

Mengulurkan satu tangan, Nattawin mengusap sudut bibir Jakapan yang ternoda. Setelah menyadari bahwa sang omega tidak menjaga fokus dan memperhatikannya, pria alpha itu segera mengulum ibu jari yang ia gunakan untuk membersihan sisa saus di sekelilingnya. Pergerakan sensual yang serupa dengan indirect kiss itu sukses untuk membuat pelakunya tersipu malu.

"Natt!"

"H-hah? a-apa? kenapa?"

"Hih, aku daritadi bertanya kepadamu," ujar Jakapan dengan nada kesal.

Nattawin tertawa lalu mencubit gemas salah satu pipi Jakapan. "Sorry, cutie. Ada apa, hm?" tanyanya.

Jakapan mencebik kesal seraya membebaskan pipinya. "Itu.. aduh, bagaimana ya aku mengatakannya? hm.. kamu, percaya dunia parallel? m-maksudku.. begini. Misalnya, kamu hidup di suatu universe dan ternyata di universe lain juga hidup versi lain dari dirimu. Ada beberapa kesamaan diantara kalian. Meski kisah hidup kalian sedikit berbeda, tapi kalian begitu mirip layaknya pinang yang dibelah dua, lalu-"

"Kalau kamu percaya, tidak?" sela Nattawin.

Jakapan mengangguk. "Hm, aku percaya. Apa aku aneh?'" tanyanya ragu.

Nattawin membenarkan posisi duduknya hingga berhadapan langsung dengan Jakapan. Kedua tangannya menggenggam jemari Jakapan dan memberikan usapan lembut diantara sela-selanya.

"Kalau kamu percaya, maka aku juga akan percaya. Jika memang ada versi dirimu yang hidup di universe lain, aku harap disana juga ada versi diriku."

Jakapan tertawa jahil. "Haha, kenapa? kamu takut versi dirimu itu kesepian karena tidak memiliki sahabat yang menyenangkan seperti aku, ya?" tanyanya.

Diluar perkiraan, Nattawin menggeleng dengan raut wajah serius. "Aku berharap, versi diriku di universe itu ada di sekitarmu dan berada dalam hubungan lain yang bukan lagi seorang sahabat," ujarnya sungguh-sungguh.

Hening untuk beberapa saat sebelum akhirnya Jakapan menyentil dahi Nattawin tanpa rasa bersalah.

"Aduh, Jak! sakit!"

"Rasakan! lagipula, apa-apaan harapanmu itu? kamu berharap versi lain dari diriku dan dirimu bertemu di universe lain dan memiliki hubungan selain sahabat? lalu kamu ingin apa? ingin mereka hidup sebagai musuh? apa jangan-jangan selama ini kamu memendam kebencian dan kejengahan untuk bersahabat denganku? begitu? ayo, mengaku saja!"

Nattawin menghela nafas panjang. Rasa-rasanya percuma ia memberikan sinyal pada seseorang dengan tingkat kepekaan rendah seperti Jakapan. Inilah sebabnya ia berjalan di tempat yang sama, pergerakan apapun yang dilakukannya selalu berakhir nihil dan menghantarkan mereka untuk kembali ke titik awal.

"Lupakan saja. Itu handphone milikmu berbunyi, mungkin ada pesan masuk."

Benar saja, setelah Jakapan memeriksa benda canggih yang tergeletak tak jauh dari kotak makanannya berada, pesan yang dikirimkan oleh Akara tertera dan menyuguhkan informasi dambaannya.

"Yeay! akhirnya!"

"Akhirnya apa, Jak? siapa yang mengirim pesan padamu?"

Sadar akan kemungkinan bahwa Nattawin akan memarahinya perihal motor, Jakapan segera memutar otak untuk membuat kebohongan. "Oh.. itu, Natt. Aku itu.. oh iya, paketku. Aku belanja online pekan lalu dan ini, Tannakun mengabari kalau kurir pengantarnya sudah datang," ujarnya setenang mungkin.

"Bocah tengil itu. Dia sudah menelfonku lebih dari 10 kali hari ini."

"Ih, kamu mengabaikan adik iparku yang lucu itu? tega sekali! Ta sudah sangat ingin bertemu denganmu bahkan sejak ia baru tiba di Thailand. Kam-"

"Jak, aku tidak ingin dia bertengkar lagi dengan Wichapas. Kamu lihat wajahku, apa menurutmu Ta tidak akan penasaran tentang penyebab luka ini? aku tahu dia akan mengorek semuanya hingga mengetahui bahwa kakaknya bertengkar denganku. Biarkan luka milikku sembuh dulu, barulah aku akan menuruti permintaan bertemunya."

Jakapan tertegun. Kembali ia tatap luka memar pada wajah Nattawin yang masih sedikit membengkak. Meski tak separah sebelumnya, ia tahu bahwa sesekali sahabatnya itu masih menahan nyeri dalam ringisan tertahan. Aku benar-benar harus mencari cara agar orang-orang terdekatku tak lagi mencari masalah dengan Wichapas, mereka tak boleh mengulang akhir tragis dari novel itu, pikirnya.

"Tapi Jak, aku penasaran. Kamu bukan tipe orang yang akan bertanya tentang suatu hal serius tanpa sebab. Sebelumnya, kamu bahkan tidak tertarik dengan topik berat seperti dunia parallel. Ada apa? kamu bilang tadi terjatuh di gelanggang es karena asik melamun," ujar Nattawin.

Untuk sesaat, Jakapan bungkam untuk mempertimbangkan jawaban yang akan diberikannya pada sang sahabat. Meski sempat ragu, pada akhirnya ia memutuskan untuk mengeluarkan novel hasil curiannya dari rak buku di perpustakaan pribadi milik Wichapas.

"Apa kamu tahu tentang novel ini, Natt? apa kamu dapat membantuku bertemu penulisnya?"

Cukup lama Nattawin menatap heran ke arah novel yang baru saja diterimanya dari Jakapan. Entah apa makna dari ekspresi bingung yang ia tampilkan. Hanya saja, ucapan yang terlontar dari lisan miliknya begitu ampuh untuk menyita separuh nafas milik Jakapan.

"Novel Sayap-Sayap Patah? kamu lupa? novel ini dirilis satu tahun lalu. Penulisnya pun suamimu sendiri,


Wichapas."




TBC

Hi!

Have a nice day everyone <3

Gapapa ya, kita pusing-pusing sedikit dulu di permulaan cerita ^^

Đọc tiếp

Bạn Cũng Sẽ Thích

1.8M 87.7K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
509K 19.3K 45
⚠️ WARNING!!! : YOUNGADULT, 18+ ‼️ hars word, smut . Tak ingin terlihat gamon setelah mantan kekasihnya berselingkuh hingga akhirnya berpacaran denga...
599K 22.8K 47
Typo bertebaran, harap tandai ❗ Cinta pada pandangan pertama memang sebuah anugrah yang Tuhan berikan bada suatu hambanya. Tetapi tidak semua orang b...
1.6M 7.2K 16
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...