Bukan Sembarang Janda

By nadaafraina21

152K 15.5K 345

Kecelakaan di tempat kerja lalu tiba-tiba terbangun di dunia novel yang dialami Stefanny sukses membuatnya me... More

1. Feeling Mama
3. Seriously, Figuran Menyedihkan?!
4. Janda tapi Hamil?
5. Drama Calon Bojo Satria?
6. Si Bocil Menggemaskan
7. Kedatangan Ayah Daffa
8. Dimas Syok
9. Dewasa Sebelum Waktunya
10. Harapan Ardi
11. Duo Bocil Ardi Menginap
12. Pagi Ceria Si Duda Gamon
13. Si Gadis Rooftop, Cinta Pertama Sang CEO
14. Weekend Bersama Duo Bocil
15. Ada Rasa Yang Tak Biasa
16. Pernyataan Arjuna
17. Kejujuran Fanny
18. Jantung Arjuna Murahan
19. Awal Baru
20. Tanpa Fanny
21. Tawaran Pekerjaan
22. Kejahilan Dimas

2. I'am Stefanny not Fanny

11.3K 1K 6
By nadaafraina21

Fanny terbangun saat merasakan tepukan lembut dibahunya, matanya mengerjab menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina. Suara bising membuat matanya terbuka lebar, suasana bus yang tampak ramai karena para penumpang tampak antri untuk turun dengan barang bawaan mereka adalah pemandangan pertama yang dilihatnya.

"Ayo turun nduk, sudah sampai ini!" Suara halus khas perempuan membuat Fanny menoleh dan menemukan seorang wanita paruh baya yang tersenyum lembut ke arahnya dari arah kursi sampingnya.

Untuk sesaat Fanny linglung, otaknya yang cerdas seketika blank. Apa yang terjadi? Pertanyaan itu terus terngiang di otaknya. Bukannya dia saat ini harusnya sedang syuting? Tunggu! Apa kecelakaan di tempat syuting yang Fanny alami itu nyata? Oh my Gosh!

Kalau begitu bukankah seharusnya Fanny mati atau kalau dia beruntung bisa selamat dari kecelakaan itu maka harusnya Fanny berada di rumah sakit. Bukan malah terbangun di bus?! Apa apaan ini! Atau ada yang menculik lalu membuangnya ke bus ini?! 'Oh hentikan pemikiran konyol itu Fanny!' batinnya berteriak.

"Ini di minum dulu nduk! Kamu pasti masih bersedih dan syok makanya dari tadi diam saja." Sebotol air mineral yang disodorkan wanita paruh baya itu membuyarkan lamunan Fanny.

Fanny menatap wanita paruh baya itu untuk memastikan apakah wanita itu berbahaya atau tidak. Namun yang Fanny lihat adalah ketulusan dari wajah keibuan wanita paruh baya itu membuat Fanny percaya dan memutuskan untuk meminumnya dan mungkin akan sedikit bertanya nanti, karena sepertinya wanita paruh baya itu tau apa yang terjadi padanya.

Selesai minum Fanny baru menyadari bahwa dirinya sudah keluar dari bus dan duduk di bangku terminal bersama wanita paruh baya tadi. Mungkin wanita paruh baya itu yang menuntunnya keluar bus saat Fanny melamun tadi, pikir Fanny.

"Apa yang terjadi bu?" tanya Fanny yang tak tahan untuk bertanya.

"Kasihan sekali nasibmu nduk. Pasti kamu masih tidak menyangka sudah diceraikan dan diusir oleh suami yang sangat kamu cintai sampai alam bawah sadarmu menolak untuk menerima dan membuatmu melupakan sejenak permasalahanmu," ucap wanita paruh baya itu dengan mata berkaca kaca.

Cerai? Diusir? Hell yang benar saja! Fanny saja belum pernah menikah bagaimana mungkin bisa cerai? Lalu diusir? Apa apaan itu?! Kecelakaan di lokasi syuting tidak mungkin membuatnya bangkrut dan berakhir menyedihkan di bus kan! Lalu apa maksud perkataan ibu itu? Hah! Mendadak otak Fanny yang briliant menjadi dungu.

"Apa maksudnya bu? Saya tidak faham apa yang ibu bicarakan? Diceraikan dan di usir? Bagaimana bisa?" tanya Fanny bertubi tubi dengan panik.

Si wanita paruh baya itu menghela nafas panjang lalu menatap Fanny prihatin lalu mulai menjelaskan, "ibu juga ndak tau bagaimana garis besarnya tapi yang ibu tangkap dari cerita kamu di bus tadi, kamu diceraikan suamimu dan diusir dari rumah suamimu oleh mertuamu karena tidak bisa menghasilkan keturunan bagi keluarga mereka," jelasnya sambil mengusap pipinya yang entah sejak kapan teraliri air mata.

Fanny yang mendengarkan penjelasan si ibu hanya membuka mulutnya lebar, "hah?" jelas saja Fanny malah bertambah bingung.

"Bu, ibu tau saya ini siapa?" tak kehilangan semangat Fanny terus berusaha bertanya untuk menuntaskan kebingungannya.

"Fanny Fabriana. Kamu memperkenalkan nama itu sewaktu di bus tadi. Usiamu baru dua puluh tiga tahun."

Jederrr! Fanny Fabriana? Wtf!!!

Fanny masih sangat ingat namanya adalah Stefanny Aurelie. Dan usianya dua puluh tujuh tahun. Ini yang gila dirinya atau ibu paruh baya itu?!

"Bu, apa ibu tidak mengenal saya? Saya ini aktris bu! Nama saya memang Fanny, tapi Stefanny Aurelie bukan Fanny Fabriana!" papar Fanny gusar.

"Ya Gusti! Paringi cah ayu niki sabar, jembarake hatinya ya Allah! Nduk ibu tau ini berat tapi ikhlaskan nduk! Ibu akan bantu kamu sebisanya." Ibu itu tergugu sementara Fenny hanya bisa melongo sampai matanya menangkap pantulan dirinya di kaca jendela samping loket. Sontak Fanny langsung berdiri dan berjalan mendekat untuk memastikan bayangannya.

Tubuh Fanny hampir limbung jika tidak ditahan ibu paruh baya tadi. Tidak mungkin! Bagaimana mungkin wajah cantiknya yang seringkali muncul menghiasi layar televisi berganti menjadi wajah wanita asing yang tidak dikenalnya?! Impossible!

"Bu, tolong antar saya ke toilet. Saya mau cuci muka." Fanny butuh kepastian maka dari itu dia butuh cermin yang jernih, bukan kaca jendela yang buram. Siapa tau kaca jendela didepannya ini menipu, dan setau nya di toilet pasti ada cermin.

Si ibu paruh baya hanya bisa mengangguk dengan wajah sedih lalu menuntun Fanny ke arah toilet setelah mengambil barang bawaan mereka agar tidak diambil orang.

Fanny menepuk nepuk wajahnya di depan cermin yang jernih, dicubitnya pipi tirus itu dan dia merasakan sakit. Itu artinya ini nyata dan bukan mimpi apalagi ilusi. Ini memang benar bukan dirinya, maksudnya jiwanya entah bagaimana caranya memasuki tubuh wanita asing yang saat ini Fanny tempati raganya.

Apa ini yang namanya transmigrasi? Seperti yang ada di novel novel kesukaan Bianca? Tak pernah terlintas sedikitpun di otak Fanny bahwa dia akan mengalami transmigrasi. Lalu kalaupun benar, ini novel apa dan dia menjadi karakter apa? Kenapa tidak ada spoiler sedikitpun yang diterimanya. Lalu jika jiwanya disini bagaimana dengan raga aslinya? Sudah tertimbun tanah kah?

Ah memikirkannya membuat kepala Fanny pusing, sepertinya raga wanita yang sedang Fanny tempati tubuhnya kurang tidur dan kelelahan. Untuk sekarang Fanny hanya butuh istirahat agar nanti tubuhnya kembali fresh dan otaknya bisa berfikir jernih.

Dan yang bisa Fanny mintai bantuan di dunia antah berantah ini hanyalah ibu paruh baya tadi, mengingat tubuh yang ditempati Fanny ini diusir mertuanya dan Fanny pun tak tau dimana keluarga si pemilik tubuh ini. Maka dari itu hanya si ibu paruh baya tadi yang bisa menolongnya, lagipula Fanny juga bisa melihat ketulusan si ibu ini waktu menolongnya tadi.

"Bu, kata ibu tadi ibu mau menolong saya kan? Saya lelah bu, saya ingin istirahat tapi saya tidak tau mau pulang kemana, tolong saya bu!" pinta Fanny dengan wajah memelas.

*****

Fanny membongkar seluruh isi tas milik si pemilik tubuh. Saat ini dia sedang berada di sebuah kamar tepatnya di rumah milik bu Rani, wanita paruh baya yang menolongnya tadi. Bu Rani memperkenalkan diri lagi sewaktu mereka diperjalanan menuju rumah beliau. Perjalanan ke rumah bu Rani dari terminal bus ke desa beliau memang harus menggunakan angkot dulu lalu baru menaiki ojek.

Bu Rani tinggal sendiri di desa, suaminya sudah lama meninggal dan Satria, anak lelaki satu-satunya yang beliau miliki bekerja di Jakarta. Satria sudah berulang kali mengajak Bu Rani untuk tinggal bersama di kota, namun beliau sudah terlalu nyaman tinggal di desa dan memutuskan untuk tinggal sendiri di desa karena sewaktu tinggal di kota bu Rani kerap merasa kesepian saat di tinggal sang anak pergi bekerja, lagipula di desa masih ada kerabat dan sanak saudara bu Rani yang sesekali menemani beliau.

Kalau diingat lagi pertemuan si pemilik ini tubuh dengan bu Rani di jalan termasuk sebuah keberuntungan yang juga menguntungkan Fanny. Jarang sekali ada orang yang tulus menolong di zaman sekarang tanpa ada maksud tertentu.

Awalnya si pemilik tubuh bertemu dengan Bu Rani sewaktu di bus, mereka duduk di kursi yang sama. Si pemilik tubuh yang sedih dengan tatapan kosong, pun dengan isakan dalam diam sukses mencuri perhatian bu Rani. Entah bagaimana ceritanya si pemilik tubuh begitu mudah percaya dan menceritakan permasalahan hidupnya pada bu Rani sehingga membuat bu Rani iba dan mengajak si pemilik tubuh untuk tinggal sementara di rumahnya.

Kebetulan saat itu bu Rani juga akan pulang ke desa setelah menginap beberapa hari di apartment Satria di Jakarta. Putranya itu sedang menemani bosnya dinas ke luar negeri, bu Rani yang tak sabar ingin segera pulang memutuskan pulang sendiri setelah menelfon dan membujuk Satria.

Fanny menemukan sebuah buku diary usang setelah mengacak acak beberapa helai pakaian milik si pemilik tubuh. Baru saja dia hendak membuka dan membaca isi diary itu, namun suara ketukan pintu menghentikan gerakannya. Menaruh kembali buku diary itu di atas ranjang, Fanny bergegas membuka pintu.

"Ada apa bu?" tanya Fanny ketika wajah bu Rani muncul setelah dia membuka pintu.

"Ibu sudah masak makan malam, ayo kita makan sama-sama nduk. Mumpung masih hangat, lagipula kamu pasti belum makan dari tadi siang." ajak bu Rani membuat Fanny ingat sewaktu perjalanan ke rumah beliau memang Fanny merasa lapar. Namun karena memikirkan segala kemungkinan membuat rasa lapar itu terlupakan dan tidak terasa. Ah sepertinya Fanny memang harus mengisi perutnya, lagipula masih ada waktu untuk membaca diary itu dan menuntaskan rasa penasarannya.

*****

Tbc

Continue Reading

You'll Also Like

97.5K 231 8
konten dewasa 🔞🔞🔞
284K 17K 21
Tak pernah terbayang olehku akan bertransmigrasi ke dalam novel yang baru aku baca apalagi aku menempati tubuh tokoh yang paling aku benci yang palin...
1.5M 136K 74
NOT BL! (Follow biar tahu cerita author yang lain ok!) Update sesuai mood 🙂 Seorang remaja laki-laki spesial yang berpindah tubuh pada tubuh remaja...
1M 98.1K 31
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...