AMBER and the vampire prince...

By Nkalestar

257K 11.4K 1.1K

WARNING (18+)❗ Takdir mempertemukan Amber dengan makhluk yang selama ini di anggap manusia hanyalah sebuah mi... More

Bagian 1
Bagian 2
Bagian 3
Bagian 4
Bagian 5
Bagian 6
Bagian 7
Bagian 8
Bagian 9
Bagian 10
Bagian 11
Bagian 12
Bagian 13
Bagian 14
Bagian 15
Bagian 16
Bagian 17
Bagian 18
Bagian 19
Bagian 20
Bagian 21
Bagian 22
Bagian 23
Bagian 24
Bagian 25
Bagian 26
Bagian 27
Bagian 28
Bagian 30
Bagian 31
Bagian 32
Bagian 33
Bagian 34
Bagian 35
Bagian 36
Bagian 37
Bagian 38
Bagian 39
Bagian 40
Bagian 41
Bagian 42
Bagian 43
Bagian 44
Bagian 45
Bagian 46
Bagian 47
Bagian 48
Bagian 49
Bagian 50
Bagian 51
Bagian 52
Bagian 53
Bagian 54
Bagian 55
Bagian 56
Bagian 57 (END)

Bagian 29

2.5K 114 8
By Nkalestar

Sebuah rumah di pinggir hutan, gadis bernama Gracia tengah memetik sayuran yang ia tanam di samping rumahnya. Terdiri dari terong, tomat, mentimun, sawi dan brokoli.

Gracia membawa keranjang yang sudah penuh dengan sayuran yang ia tanam menuju ke dapur rumahnya. Gadis itu mencuci terlebih dulu sayuran-sayuran itu sebelum memilihnya untuk ia jadikan masakan.

Adiknya sudah pergi ke sekolah, sementara dia hari ini libur tidak jualan seperti biasa karena kondisi ibunya akhir-akhir ini membuatnya khawatir. Di tambah sekarang musim hujan.

Dengan cekatan tangannya meracik semua bumbu-bumbu itu hingga jadilah masakan yang menggugah selera siapa saja yang mencium aromanya. Gracia menyimpan makanan yang masih hangat itu di rak, sementara dirinya kembali memasakkan bubur khusus untuk ibunya yang ia campur dengan sayuran.

Setelah bubur buat ibunya siap, Gracia membawanya beserta segelas air putih menuju kamar sang ibu. Ibunya tengah tertidur lelap membuat Gracia tidak tega untuk membangunkannya. Jadi dia meletakkan bubur itu di meja dan menutupinya dengan tutup panci agar kondisi buburnya tetap hangat sampai ibunya itu bangun nanti. Tak lupa juga dirinya menyiapkan obat.

Gracia telah selesai dengan urusan rumah, kini gadis itu hanya duduk-duduk di depan rumahnya yang sengaja ia tanami bunga-bunga di musim hujan ini.

Mata Gracia menikmati suasana pepohonan di sekitarnya, sampai tiba-tiba sekelebat bayangan terlihat oleh matanya. Sekelebat bayangan itu nampak seperti banyangan manusia yang berlari dengan cepat.

Gracia terlalu ingin tahu, akhirnya gadis itu mengikuti arah perginya bayangan seseorang itu. 'Aku yakin tadi dia berlari ke arah sini. Itu sama sekali tidak normal! Orang dengan kecepatan lari seperti itu... ?!'

Di sisi lain, Axelle yang menyadari dirinya di ikuti Gracia, menampilkan seringainya. Dia memang sengaja memancing Gracia datang dan ternyata berhasil dengan mudahnya.

Hap!

"KYAHHHH!"

Axelle menarik pinggang Gracia dari belakang. Tangannya menutup kedua mata gadis itu.

"SIAPA KAMU! LEPASKAN SAYA, TOLONG!"

"Sstt, kau aman sayang."

Tubuh Gracia menggigil merasakan deru nafas seseorang yang tengah memeluknya posesif di perpotongan lehernya. Dia merasakan benda kenyal dan basah menjelajahi lehernya.

Gracia menutup mulutnya rapat-rapat. Kedua tangannya meremas erat tangan Axelle yang merangkul pinggangnya. Tangan Axelle mencoba masuk ke baju Gracia, namun segera Gracia tahan.

"J-jangan... Ng..."

Cup... Cup...

"Kau menyukai ini, kan? Munafik!"

"T-tidak! Aku mohon, lepaskan aku... Hiks..."

Seketika itu Axelle menghentikan tindakannya dari hendak memberikan cupang ke leher gadis itu setelah mendengar suara tangisan. Tubuh Gracia gemetar di pelukannya membuat dirinya melonggarkan pelukannya.

Gracia yang merasakan rengkuhan seseorang di belakangnya melonggar, mengambil kesempatan untuk kabur. Sebelum Gracia berbalik, Axelle pergi dengan kecepatannya sehingga membuat Gracia sama sekali tidak sempat mengetahui sosoknya.

Gracia berlari kencang kembali ke rumahnya. Gadis itu menutup pintu rumahnya rapat-rapat. Jantungnya berdetak kencang dan tubuhnya tidak berhenti gemetaran. Kakinya lemas hingga membuatnya merosot ke lantai. Gracia memeluk tubuhnya sendiri.

'Apa yang telah terjadi tadi? Siapa sosok yang mau melakukan hal itu padaku?'

Di tempat Amber sekarang. Gadis itu terlihat sedang membujuk Isabelle untuk memperbolehkannya keluar menemui temannya. Namun, Isabelle tetap kokoh pada keputusannya tidak mengizinkan Amber keluar.

"Ayolah, Isabelle... Aku hanya pergi sebentar bertemu dengan temanku. Kalau yang kau takutkan adalah keamanan ku, kau bisa ikut denganku!"

"Maafkan saya, nona Amber. Prince melarang anda keluar ke manapun dan dengan siapa pun. Mohon turuti perintahnya, nona. Ini semua demi diri anda sendiri."

"Cih, kau pelayan pribadiku, kan?! Kenapa kau masih menurut padanya dan bukan padaku?!"

"Maaf, nona. Saya memang pelayan pribadi anda, namun perintah dari prince Giovanni jauh lebih penting dari itu. Mohon anda mengerti."

"Ck, terserah kalian saja! Tapi ingat, jangan sekali-kali kau menemuiku untuk hal apapun! Aku tidak akan makan, bicara dan bertemu dengan kalian lagi!"

Amber pergi ke kamarnya dengan perasaan kesal. 'Kenapa hidupku jadi begini!? Aku hanya ingin bertemu dengan Celine, bukannya berperang! Jika Giovanni di sini, aku tidak akan segan-segan untuk mengancamnya!'

Amber meraih ponselnya yang tadi ia buang sembarangan. Ia mengetikkan sesuatu pada Celine.

"Sayang, bisa kau jemput aku di apartemen dekat supermarket yang pertama kali aku datangi saat pindah ke kota?"

"Ada apa, Am? Apa kau di culik sampai mau aku menjemputmu?"

"Tidak, bukan begitu. Sudahlah, cepat jemput saja aku. Dan tunggu aku sebentar di luar."

"Baik, baik. Aku akan meminjam sepeda temanku."

"Okay, Cepatlah! Aku menunggumu!"

Amber mencoba mencari sweater dan topi dari lemari, dan berhasil ketemu. Amber membuka pintu kamarnya sedikit dan mengintip keberadaan Isabelle. Amber mencarinya ke dapur, tapi ternyata dia menemukan Isabelle yang tengah tertidur di sofa.

"Ha ha, aku lupa kalau dia sama seperti kelelawar. Malam bangun dan siang tidur. Ceroboh sekali! Aku harap pintunya lupa ia kunci!"

Benar saja, pintunya dengan mudah ia buka. Amber tertawa senang setelah berhasil keluar dari apartemen itu. Amber melihat Celine sedang duduk di atas sepeda. Amber menghampirinya.

"Hallo, Celine!"

"Amber, syukurlah kau baik-baik saja!"

"Sudah, ayo kita kembali ke rumahku. Aku sangat merindukannya!"

"Okay, cepat naik!"

Celine mengayuh sepeda dengan sekuat tenaga. Jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah Amber jadi hanya butuh beberapa menit saja mereka telah sampai.

Amber tiba-tiba teringat kalau kunci rumahnya hilang, dia panik. Celine memutuskan untuk Amber tinggal di rumahnya sementara sampai kunci rumahnya di buatkan lagi. Celine kembali mengayuh sepedanya menuju rumahnya.

Amber merobohkan dirinya di sofa milik Celine. Celine hanya menggelengkan kepalanya. Setelah dia mengembalikan sepeda milik tetangganya, Celine pun ikut bergabung duduk di samping Amber.

"Kenapa kau bisa ada di apartemen itu? Kata orang biaya di sana mahal. Apakah teman kerjamu itu orang kaya yang kabur dari rumahnya?"

"Em, mungkin saja. Aku kabur karena dia senang menggodaku!"

Celine tertawa kecil melihat wajah Amber yang cemberut. Amber diam-diam merasa lega karena temannya itu percaya begitu saja dengan alasannya.

Sementara itu Isabelle yang terbangun karena tidak mencium aroma Amber di manapun,  langsung merasa panik dan ketakutan. Gadis itu kehilangan jejak Amber. 'Sepertinya dia berhasil kabur saat aku tidur tadi! Aku harus memberitahu pada Prince Giovanni dan aku harus mencari alasan yang tepat agar aku tidak mendapat hukuman darinya!'

Isabelle berteleportasi ke kastil vampir untuk menemui Giovanni. Tujuannya saat ini adalah pergi ke ruangan kerja Giovanni. Isabelle mengetuk pintu dengan tangan gemetaran. Gadis itu mencoba menormalkan sikapnya agar Giovanni tidak curiga padanya.

"Masuk."

Ceklek....

"Prince Giovanni, n-nona Amber hilang!"

BRAK!

"APA!? BAGAIMANA DIA BISA HILANG, HAH!?"

"D-dia di culik oleh bangsa werewolf, prince! Saya tidak bisa melawan mereka sendirian. Tolong maafkan saya, prince!"

Isabelle bersujud ke lantai. Menutup matanya rapat-rapat menunggu sesuatu yang mungkin akan terjadi padanya, namun setelah beberapa saat tidak ada yang terjadi. Isabelle mengangkat kepalanya sedikit.

Giovanni sudah menghilang dari sana. Akhirnya Isabelle kembali berdiri dan mengambil nafas lega. 'Syukurlah dia percaya begitu saja pada omong kosongku. Setidaknya aku selamat untuk hari ini. Tapi, kira-kira apa yang akan prince lakukan setelah ini?'

Giovanni sendiri terlihat gusar di kamarnya. Dia tidak bisa bertindak gegabah jika ingin merebut Amber kembali dari tangan bangsa werewolf yang di pimpin oleh Axelle. Dia harus menyiapkan secara matang rencana untuk menyelamatkan gadisnya.

Sekarang, di rumah Celine. Setelah mereka memasak bersama untuk pesta kecil-kecilan mereka, Celine mengajak Amber untuk pergi jalan-jalan.

Sebenarnya Amber sudah menolaknya dengan alasan temannya akan menemukannya, namun Celine bersih keras membujuknya. Memang benar Amber takut pergi keluar dan bertemu dengan Giovanni atau Isabelle yang pasti tengah mencarinya.

"Kenapa kau begitu takut dia menemukanmu. Dia sana banyak orang, kau tenang saja. Pakai saja pakaian tertutup."

Akhirnya Amber menyerah dan mengikuti kemauan teman satunya itu. Dia meminjam jaket panjang miliknya Celine.

"Bagus. Kau sudah terlihat seperti orang lain dari kejauhan asal kau tidak melepas topi dan jaket itu."

"Syukurlah. ayo kita berangkat!"

Mereka berdua berjalan di trotoar yang ramai akan orang yang berlalu lalang. Suasana mendung saat ini jadi hawa sejuk yang mereka rasakan.

Di tengah perjalanan mereka, Amber tak sengaja melihat seorang anak kecil yang menangis sendirian di depan bangku kosong. Tidak ada seorang pun yang mau membantunya. Amber merasa iba, jadi dia mendekati anak kecil tersebut tanpa bicara lebih dulu pada Celine yang sudah berjalan cukup jauh di depannya.

Amber berjongkok di hadapan anak itu. Anak itu menatapnya dengan mata sembab dan muka memerah. Amber menghapus air mata anak itu dan mengelus punggungnya.

"Apa yang terjadi, adik kecil? Bicara pada kakak biar kakak bisa membantumu."

"... Hiks... A-aku kehilangan orang tuaku... Hiks..."

"Ya ampun, kasihan sekali dirimu! Okay, kamu tenang saja. Kakak akan membantumu mencari orang tuamu, ya. Ayo!"

Amber menggandeng tangan anak itu. Dia tidak tahu bagaimana wajah kedua orang tua anak ini, tetapi dia akan mencobanya. Dia akan bertanya pada seseorang.

"ITU ORANG TUAKU, KAK!"

Anak kecil tadi menarik tangan Amber. Anak itu membawanya pergi ke lorong kecil sebelah restoran. Amber melihat-lihat sekitarnya.

"Kau yakin itu orang tuamu? Kakak tidak melihat pasangan suami istri di sini, apalagi di lorong kecil begini. Mungkin kamu salah lihat?"

"Tidak, Aku tadi melihat mereka masuk ke sana! Ayo jalan ke sana, kak!"

Anak kecil itu kembali menarik tangannya masuk lebih dalam ke lorong yang ujungnya gelap itu. Anak itu tiba-tiba berhenti membuat Amber heran.

"Kenap-"

Amber tak bisa melanjutkan ucapannya. Dia merasakan sakit yang tajam di kepalanya hingga merebut kesadarannya. Amber pingsan.

Anak kecil yang tadi Amber tolong, hilang dan meninggalkan asap di sekeliling Amber. Lalu muncul lah sosok pria yang menatap tubuh tak sadar Amber di tanah.

"Kau kah yang menyebabkan Alpha kami menjadi seperti sekarang? Apa kau juga yang menyebabkannya sampai sekarang tidak membawa luna kami ke pack? Kau akan merasakan akibatnya, manusia!"

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 91K 35
Beberapa kali Rank : # 1- Fantasi # 1- Half # 1- Misteri # 1-Arrogant # 1- Romance # 2- Misterius # 3- Vampire 'xavier farel Addison' seorang raja va...
1.9M 148K 103
Status: Completed ***** Thalia Navgra seorang dokter spesialis kandungan dari abad 21. Wanita pintar, tangguh, pandai dalam memasak dan bela diri. Th...
291K 761 9
konten dewasa 🔞🔞🔞
627K 37.9K 63
(WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!) Ini tentang Amareia Yvette yang kembali ke masa lalu hanya untuk diberi tahu tentang kejanggalan terkait perceraianny...