ABIGAEIL

By parkchim_chim2

663K 50.8K 4.5K

Abigaeil, namanya manis dan imut anaknya si buntalan daging mengemaskan yang selalu menjadi primadona para te... More

1
02
cast
03
04
05
06
07
08
10
15
09
11
12
13
14
16
00 : 41
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27.
28
29
30
31
32
33
34
35..
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
49
50
51
Tesss
52
53
54
👋👋
55
56
57
58

48

9.3K 597 124
By parkchim_chim2











🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

















Zaidan mengusap pelan bahu sang Nenek yang terlihat rapuh, setelah perdebatan barusan Neneknya malah ditinggalkan semua keluarganya di ruang tamu.
hanya tinggal Zaidan yang sedia menemani, mata bulatnya curi-curi pandang pada sang Nenek yang terlihat sedih?
atau tidak, soalnya raut wajah sang Nenek terlihat memerah sekarang terlihat marah.

" Kamu liat sendiri kan, Zai? bagaimana perilaku papa dan saudara kamu yang lain pada Nenek"

" Nenek kesini hanya ingin bertegur sapa, sekedar melepas rindu tapi kamu lihat sendiri kan?
apa yang nenek dapatkan... "

Tanya Wiranti sendu, bahkan kini tangan berkeriput nya mencoba menyeka air mata palsu nya.
membuat Zaidan merasa tak enak dan kecewa atas sikap Papa terutama saudaranya.

Apa tidak ada yang bisa melihat ketulusan nenek, dan kebaikan sang Nenek dikeluarga ini.
helaan nafas kasar dihembuskan nya terus berusaha menenangkan sang Nenek yang terlihat sedih sekali.
ia memang tak sepenuhnya mengerti tentang apa yang terjadi di masa lalu, yang jelas ia tahu jika mama-nya bukanlah orang baik lalu apa hubungannya kesalahan yang dilakukan oleh mama-nya dengan Nenek?
bukankah wajar saja jika nenek menginginkan yang terbaik untuk wishnutama

" Udah ya Nek, nenek jangan sedih lagi~ "

Wiranti tersenyum mengusap tangan kekar Zaidan yang melingkar di lehernya, Cucu kesayangannya itu bahkan tak melepaskannya sedari tadi

" Hmm, terimakasih. memang hanya kamu yang bisa Nenek andalkan... " katanya

" Oh iya Zaidan, dimana anak itu? "

Zai melepas pelukannya, melihat sang Nenek

" Anak? Hm maksud Nenek adek? " Zaidan balik bertanya

" Ah.. iya, dimana dia nenek tidak melihatnya sedari tadi "

" Mm mungkin masih tidur nek, soalnya kemarin sempat demam " jawab Zaidan cukup senang karena sang nenek mau bertanya tentang adik mereka

" Demam? dia masih sakit"

Agaknya Wiranti masih penasaran dengan rupa anak bungsu Riani itu, sudah semenjak lahir ke dunia Wiranti bahkan tidak mengetahui bagaimana bentuk wajah dari anak itu.
sedikit penasaran apakah anak itu musuh yang kuat, dan seberapa mengancam kehadiran anak itu untuk rencananya.

" Ya gitu deh Nek, adek sakit~ " jawab Zaidan disertai helaan nafas beratnya

Wiranti menyeringai tipis, tangannya dibawa mengusap punggung sang cucu.

" Tidak pa-pa, nanti juga akan sembuh kan? "

Zaidan mengangguk lirih, berharap memang begitu.
dia tidak tega melihat adik kecilnya harus kesakitan seperti itu

" Mm apa dia merepotkan? kau terlihat kacau setiap kali anak itu sakit"

" Repot?
ya jelas enggak lah nek, adek sakit gak sama sekali merepotkan...
dia adik zai, Zaidan akan dengan senang hati direpotkan nek " kekeh zaidan

Wiranti tersenyum saja, mendengar jawaban sang cucu dalam hati semakin penasaran dengan anak itu.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

" Papa"

" Hm.. ada yang sakit? masih pusing ya dek..?
tuh kan papa bilang juga apa, ketemu mimi freya aja yuk " Andhika khawatir sangat cemas, melihat anak bungsunya terkulai lemas mengeluh pusing

Abigaeil mendengus pelan menatap papa-nya dengan tatapan kesal

" Ish~ bukan, Abi ndak pa-pa.
kan udah minum obat berarti sebentar lagi sembuh " jelas Abi seraya tersenyum berusaha meyakinkan sang Papa yang terlihat khawatir

" Iya deh besok sekolahnya libur dulu ya dek, istirahat aja di rumah"

Abi hanya mengangguk pasrah, ingin protes sebenarnya tapi melihat raut serius sang Papa. Abigaeil tak berani menyanggah lagi.

" Hm... Papa, Abi boleh tanya ndak"

" Tanya apa hm" Andhika mengangguk

" Yang tadi pagi itu, mm~ Nenek? " tanya abi pelan

" Adek denger? " Abigaeil mengangguk menatap lekat Papa-nya yang tampak mengehela nafas sebentar

" Tadi Abi sempat denger.. maaf Papa
nda sopan dengar-dengar tanpa izin~" lirih Abigaeil lagi tatapannya menyendu

Andhika segera mengeleng tidak ingin sang anak merasa bersalah, mengusap sebentar wajah anak bungsunya itu

" Ga.. Maaf ya, kamu harus Papa sama yang lain debat sama Nenek~ "

" Papa? " panggil Abi lagi

" Iya,.."

" Mmm~ Nenek ndak suka Mama ya? "

Andhika terhenyak mendengar pertanyaan sang anak, dia harus jawab apa

" Kenapa mas, sama Abang ngomong gitu sama Nenek, terus kenapa juga nenek bilang mama gitu? " tanya Abi lirih

Abigaeil hanya menunduk memainkan jemarinya sendiri takut, jika pertanyaan salah melihat air wajah sang Papa yang berubah

" Gak gitu sayang~ hm.." Andhika menjeda kalimatnya

" Kalo Nenek ndak suka Mama berarti, nda suka Abi juga iya kan pa?"

" Hei.. Gak kaya gitu nak, Papa..
denger sayang,

Nenek jauh selama ini jarang di Indonesia, makanya gak pernah kesini sebenarnya papa juga berusaha cari waktu yang tepat buat adek bisa kenalan juga sama Nenek.." lanjutnya meskipun tak semua ucapannya benar, ia justru mengulur sebanyak mungkin waktu bahkan hingga menyembunyikan identitas anak bungsunya tidak hanya dari sang ibunda. Tapi juga dari dunia.

Persaingan bisnis, musuh-musuh Andhika diluar sana.
ancaman itu bisa datang darimana saja bahkan orang-orang terdekatnya sebut saja ibunya sendiri, Andhika bukan orang bodoh gerak-gerik sang mama bisa terbaca jelas olehnya
perilaku sang ibu yang gencar mencari tahu tentang anak-anak nya terutama si bungsu

Obsesi sang mama terhadap WISHNUTAMA, tentang pada siapa kelak tahta wishnutama akan berlabuh meskipun jelas sudah semenjak turun temurun di keluarga wishnutama yang akan menjadi pewaris adalah anak bungsu keluarga tak ada yang tahu pasti mengapa harus begitu. Akan tetapi di keluarga wishnutama anak bungsu merupakan keturunan spesial.

Mama-nya yang kolot, berpikiran tertinggal mungkin Andhika berpendapat begitu tentang mama-nya Wiranti. Pikiran sang Mama yang terpaku pada satu sudut pandang saja keturunan wishnutama
itu keturunan ningrat, terpandang
berdarah biru
maka harus pula berhubungan dengan orang yang sama statusnya. Maka keputusan besar Andhika menikahi Riani sebagai istri. Agaknya telah mencoreng kehormatan sang Mama, menodai keturunan mereka ucap sang Mama, Riani wanita sederhana yang tak berpunya tapi dimata Andhika justru Riani adalah wanita luar biasa kesederhanaan nya merupakan harta yang ternilai dimata Andhika, tapi itu tak ada artinya bagi sang Mama.
mama-nya tetaplah mamanya dengan segala pemikirannya
Riani wanita itu tak pernah ada harganya di mata sang mama kesalahan terbesar yang menurut sang mama yang harus disingkirkan

Bahkan hingga ada anak-anak.
buah cinta mereka yang turut merasakan akibatnya, tiada sedikit pun cinta yang diberikan oleh sang Mama pada anak-anak yang merupakan cucu-cucunya sendiri.
Andhika tahu tentu saja bagaimana sikap sang mama terhadap anak-anak nya berbeda dengan perlakuannya pada anak-anak dari menantu pilihannya. Ray dan Zai.

Andhika masih sangat menyesal, sangat malah
Zanetta, merupakan kesalahan terbesar yang pernah ia perbuat dalam hidupnya...
menjalani hubungan dengan wanita itu bahkan harus menikahinya adalah kesalahan terbesar yang pernah di lakukan Andhika, terjebak dalam skenario yang di ciptakan oleh mama-nya sendiri adalah kebodohan terbesar yang teramat di sesali olehnya.

Menduakan Riani, karena terlalu menurut pada sang Mama.

Andai saja malam itu Andhika tidak menghadiri jamuan makan yang merupakan jebakan yang telah siapkan oleh sang Mama dan calonnya itu

Tidak terpaksa mabuk, hingga lupa diri.
melakukan hubungan dengan zannneta.
malam itu bahkan hingga membuat wanita itu mengandung
sementara ia punya Riani di sisinya yang teramat percaya padanya.

Anak itu adalah Rayidanta, Andhika tidak pernah sekalipun menaruh benci pada anak itu karena baginya bayi kecil itu terlahir bersih tanpa dosa lantas kenapa membencinya

Hari berganti hari, tidak ada yang semakin baik di hidup Andhika tahun berganti ia yang tetap dalam kebohongannya pada Riani menyembunyikan segalanya dibantu dukungan sang Mama, Zanetta yang mendesak untuk dinikahi karena selama itu mereka hanyalah pasangan tanpa menikah

Hingga genap dua tahun putra pertama nya dengan Zanetta, hanya berbeda beberapa bulan dengan anak bungsunya kala itu. Abriansyaa.

Andhika tetap terjebak dengan rasa bersalah dan penyesalan yang tiada akhir.
dia mengutuk takdir, skenario Tuhan yang menurutnya terlalu kejam mempermainkan hidupnya inginnya ia berteriak melawan sang Mama tapi ia tak mampu kala itu
menikah diusia muda, disamping menjalankan tugas nya sebagai seorang wishnutama yang mana semua tanggung jawab ada di pundaknya menjadi penyebab rasa frustasi luar biasa yang Andhika rasakan..

Ia punya segalanya tapi tak punya kendali atas kekuasaan tersebut, bak seperti sebuah bidak catur yang leluasa dimainkan itulah hidup Andhika kala itu.
hingga Riani datang perlahan mengubah hidupnya tapi naas andhika malah mengkhianati wanita yang sangat ia cintai itu.
rasanya tak ada hal yang bisa ia lakukan untuk menebus kesalahannya, rumahnya yang hangat tak lagi bisa ia rasakan karena rasa bersalah nya tiap kali melihat wajah cantik Riani bahkan anak-anak nya waktu itu semakin membuat rasa bersalah nya berlipat tak ada damai lagi hidupnya, Andhika yang pengecut untuk mengakui kesalahannya.
Riani yang sangat naif, Mama nya yang terus memaksa untuk meninggalkan orang yang ia cintai karena ketidak samaan derajat di sisi lain ada zannneta yang juga menuntut haknya bahkan cenderung memaksa membuat Andhika geram

Dan sisanya ada anak-anak tidak berdosa yang menjadi korban keegoisan orang-orang dewasa yang bahkan tidak bisa berpikir dewasa...

Andhika merutuki sifat pengecutnya membiarkan semuanya masalah mengalir begitu saja berakar lalu semakin melebar
ia bahkan tak bisa mengenali dirinya sendiri dengan segala pikiran berkecamuknya

Hingga malam itu tiba dimana, dimalam yang turun hujan lebat.
Andhika dikejutkan dengan berita yang disampaikan oleh sekretaris nya sendiri.

Dengan mata kepalanya sendiri Andhika melihat istri yang sangat ia cintai, terlihat merangkul mesra pundak seorang lelaki bahkan tidak hanya ada satu bidikan foto tapi ada banyak dengan adegan berbeda bahkan waktu yang berbeda.

Hingga satu foto Dimana, Riani istri tercintanya tengah terlelap di pelukan seorang laki-laki di sebuah kamar...dalam keadaan tak seharusnya.

Marah jelas tentu saja, Andhika sangat murka kala itu.
ia hanya tak menyangka jika istri yang sangat ia cintai bermain dengan laki-laki lain

Otaknya seakan berhenti berpikir yang hanya ada amarah terhadap keadaan sebagai Riani pelakunya, hingga dirinya teringat satu hal

Kemudian tatapan tajam penuh kemarahan perlahan melunak tergantikan dengan tatapan sendu penuh kekecewaan.

Iya, dia akhirnya menemui balasan untuk apa yang dia lakukan sebelumnya.

Setimpal bukan penghianatan dibalas penghianatan pula

" Adil ya? hhh~ ternyata begini akhirnya "

Andhika tidak bisa menahan air mata yang mengalir di wajah tampannya, berteriak sejadinya melampiaskan amarahnya dengan menghancurkan ruang kerjanya.

Beberapa karyawan di luar berdecak penasaran, ada juga yang bergidik pimpinan mereka murka sekarang ini

Andhika berteriak meraung bagai orang kehilangan akal, membayangkan penghianatan istri tercintanya juga bayang-bayang ia bersama Zanetta.
anak-anak mereka...

Hingga suara ketukan heels memenuhi seisi ruangan, mengalihkan atensi Andhika disana berdiri seorang wanita cukup cantik dengan rambut panjang dan lipstik merah nya

Tengah menatap iba dirinya, senyum ah. Bukan seringai tipis tersungging di bibir wanita itu seakan menertawakan Andhika, seakan berkata

Ah.. akhirnya kau menjadi milikku

Dan Andhika ingat betul malam itu sekali lagi, zannneta berhasil meracuni pikirannya menambah luka untuknya dengan mengatakan hal-hal buruk tentang Riani dan itu berhasil mempengaruhinya

" Kita melakukannya dengan tidak sengaja mas..
sementara Riani, dia tak ubahnya seorang jalang yang tak segan menjual tubuhnya pada lelaki lain,.

Mempermainkan cintamu, tidak kah itu di sebut pengkhianat mas?
kau dan Riani berbeda mas dan tidak seharusnya Riani melakukan ini pada mu dan anak-anak... Dia wanita munafik tak pantas untukmu.. mas wishnu.."

Andhika mengeram bulir air mata kian menderas di pelupuk matanya yang memerah rahangnya mengeras dengan kepalan tangan mengerat

Bukannya itu benar, dikala ia sibuk dengan segala rasa bersalah nya pada Riani justru wanita itu tanpa perasaan mengkhianati cinta nya

Ia Andhika melakukan semua tanpa sengaja, tapi Riani...?
itu sengaja kan..?

Andhika mengeleng beranjak tergesa membuat Zanetta tersentak tapi tak lama sebuah senyuman kembali terlukis di bibirnya sebuah senyum kemenangan

" Harusnya kau tidak melakukan ini Ria~ " geram Andhika pergi dari sana meninggalkan zannneta yang berdecak puas dengan hasil kerjanya

Mengambil ponselnya guna menghubungi seseorang

" Siapkan saja wine nya, segera setelah aku tiba disana kita bisa merayakannya..."

Wanita itu terkekeh dengan jenakanya mungkin ada yang lucu dengan jawaban orang diseberang sana

" Hahaha, tidak Ma... Sebentar lagi puncak pertunjukannya akan dimulai, dan disiapkan saja jamuan nya Karena kita akan menang kali ini"

Lanjutnya diselingi dengan tawa bahagianya kembali mengetuk lantai yang terdapat pecahan beling dimana-mana mengunakan heels mahalnya

" Pekerjaan ku selesai,.. saatnya menikmati hasil" senyum nya

.
.
.
.
.

Andhika ingat betul malam itu, malam terakhir dia menatap Hazel indah manik Riani yang tak lagi menampakkan binarnya justru hanya kesedihan dan kekecewaan yang terlihat disana, malam terakhir ia bisa melihat wajah cantik yang beberapa bulan setelah kejadian itu tak pernah lagi menampakkan air wajah bahagia hanya layu tanpa gairah

Malam dimana ia memutuskan membawa Zanetta yang kembali lagi mengandung anaknya, gila Andhika gila mungkin. Dalam kacaunya hati dan juga pikirannya ia kembali melakukan hal itu bersama Zanetta
hingga membuat wanita itu mengandung lagi, kali ini andhika tak punya pilihan lain selain menikahi zannneta bukan karena cinta justru karena dendamnya pada Riani
bencinya pada Riani mampu membuat Andhika berpikir gila...

Keputusan besar telah di ambilnya, dengan satu persen keyakinan dan sisanya.. entahlah Andhika pun tak mengerti apa yang sedang ia perbuat..

Hingga malam itu, Andhika ingat betul bagaimana Riani meraung meminta Andhika mempercayai nya, memberikan kesempatan padanya tapi apa yang ia lakukan..
Andhika malah memaki wanita itu tanpa belas kasih.

Andhika ingat benar kecupan terakhir yang didaratkan Riani pada bibirnya
sebagai ritual yang selalu mereka lakukan kala hendak memulai hari dan menutup hari..

Andhika ingat sangat bahkan rasanya, kecupan yang biasanya penuh hangat dan cinta
Akan tetapi malam itu masih sama penuh cinta tapi Andhika bisa merasakan luka disana.

Inginnya dia membalas kecupan itu, bahkan lebih dari itu tapi bayang-bayang kekecewaan dan semua yang sudah terjadi membelenggu dirinya membiarkan lelaki itu tertinggal dengan perasaan kacau

" M-mas aku pergi... jika mungkin tolong maafkan aku, aku masih sama mas wanita miskin yang teramat mencintai mu..
hingga selamanya tiada satu orang pun bahkan aku tak berani membagi cinta ini bahkan untuk diriku sendiri, hanya kamu dan sedikit untuk anak-anak kita, kelak setelah kepergian ku harapan ku hanya satu Mas,. kembalilah bahagia~ bersama anak-anak.
dan jika mungkin tolong jangan lupakan aku~ "

" Aku mencintaimu Andhika wishnutama, Sekarang dan untuk selamanya~ "

Selepas nya suara derap langkah ringan bersamaan dengan Harum aroma tubuh yang telah bersamanya selama ini ia hapal sangat hapal aroma khas yang selalu bisa menenangkan nya, menjauh bahkan hilang tidak hanya untuk malam ini tapi selamanya hingga belasan tahun lamanya...

Satu keputusan yang seumur hidup Andhika sesali, bahkan hingga ia mati nanti pun malam itu akan menjadi malam yang paling ingin Andhika ulangi sepanjang hidup nya

Bagaimana jika malam itu ia tidak berpura-pura tidur bagai orang bodoh, membiarkan Riani pergi darinya

Bagaimana jika malam itu ia tidak melakukannya, menahan Riani.
mungkin semua akan berakhir baik..

Tapi sekali lagi, Andhika itu hanya bidak yang tak dapat berbuat jikalau tak digerakkan Tuan nya...

Sekali lagi Andhika itu pengecut sangat, manusia bodoh yang kelewat naif yang takut mengambil keputusan sebab takut berkorban.
membiarkan hidupnya diatur sedemikian rupa mengikuti alur yang bahkan tak pernah terpikirkan oleh nya sebelumnya

Sekali saja ia ingin berontak, berteriak marah pada dunia terutama pada sosok yang telah melahirkannya.

Mamanya...

Sebab dengan tega nya mempermainkan bak, pion pada catur.

Tanpa berpikir dia juga bersalah disini..
Tidak sangat bersalah, sebab membiarkan orang-orang mengendalikan hidupnya.

Membiarkan rumah tangga nya hancur, karena dahsyat nya fitnah dan permainan sang Mama.

Dan korban yang tak bersalah; Riani istri nya yang harus menjadi korban akibat ketidakberdayaan nya

Harusnya ia bisa berpikir hidupnya adalah miliknya, yang lain tak punya hak mencampuri hidupnya...

Jika diperbolehkan Andhika sangat ingin mengatakan betapa ia benci terlahir sebagai wishnutama, ia benci hidup dan juga

Mama-nya.

.
.
.
.
.
.
.

Mengingat nya, Andhika menjadi gelisah pandangan nya tak bisa fokus bergerak liar dengan tangan saling meremas bibirnya di gigit kuat
dadanya tiba-tiba menyesak.

Tidak, Andhika selalu merasa seperti ini ketika masa lalu yang kelam itu kembali menghantuinya.

Hingga guncangan tangan dingin seorang di lengannya, mengembalikan kesadaran nya

" Hhhh!..hhh~ " Nafasnya memburu tubuhnya masih bergetar sekuat tenaga ia berusaha tenang

Abigaeil anak manis itu beringsut mendekat pada Papa nya, Abi takut demi apapun melihat Papa-nya yang melamun panjang sebentar tatapan kosong sang Papa berubah gelisah dibarengi dengan reaksi tubuh Papa-nya yang aneh, Papa-nya seperti menahan untuk bernafas makin panik ketika melihat air mata mengalir dari bola mata memerah sang Papa.

Abi kan jadi takut dan cemas terjadi sesuatu pada sang Papa, bahkan berulang kali abigaeil berteriak memanggil manggil sang Papa tapi papa-nya tak merespon sama sekali

" P-papa?! "

" Papa kenapa? p-papa!! " Abigaeil masih berseru menguncang tubuh besar papa-nya yang bergetar

" Jangan bikin Abi takut, hiks Papa"

Luruh, anak manis itu ikutan menangis melihat reaksi sang Papa.

" Papa! papa kenapa, jangan gini Abi takut hiks "

" Hiks... hiks, Papa! adek takut~
hiks.. Mas Sehan hiks... Kakak!
hiks Papa jadi b-atu.. hiks " Abi malah terisak mencengkram erat lengan sang Papa berharap ada yang datang dan menolong menyadarkan papa-nya

" Pa-pa hiks..! "

" PAPA... tolong! " abigaeil berteriak di sela tangisnya

Tadi ia hanya ingin membahas tentang Nenek, tapi kenapa malah papanya jadi seperti ini.
Abigaeil bingung apa Papa-nya ini sakit melihat wajah papanya jadi pucat berkeringat, kan dia jadi sangat takut.
takut terjadi hal buruk pada sang Papa, apakah ia salah bicara hingga Papa-nya jadi seperti ini

Abigaeil jadi overthinking...

" PAPA! "

Andhika tersentak mendengar suara teriakan anak manis kesayangannya yang telah berurai air mata menatap takut padanya, Andhika sendiri tak mengerti apa yang terjadi pada dirinya

Kepalanya tertoleh pada Abigaeil yang masih menangis

" A-adek..." Lirih Andhika bahkan suaranya begitu serak, dadanya masih bergemuruh sesak.
padahal setahunya ia sehat.

" Papa! "

" Hiks.. papa kenapa hiks.. kenapa jadi batu, hiks Abi takut papa diem aja, Abi panggil hiks... hhh.. hh.. " Abigaeil menangis bahkan sesekali terbatuk nafasnya terdengar kacau sekarang tidak beraturan.

Andhika yang masih lemas tanpa alasan jadi semakin panik, tapi ia tidak tahu harus apa.

" J-jangan sakit, hhh... Abi uhukk
Ta-kut... hhh.. "

" Hei, sayang ma-af..."

" P-papa tidak pa-pa,,. jangan nangis.."

Andhika meraih si bungsu dengan pelan memeluknya dirasanya suara mengi mulai memenuhi kamar ini

" Astaga adek! " Andhika panik

" Hei jangan panik sayang, nafas yang benar... astaga.." andhika gusar sebelah tangannya mencoba meraba-raba nakas hendak mencari benda penunjang hidup anaknya, sebelah lagi menumpu tubuh kecil anaknya yang bergerak gelisah kesulitan bernafas.

" Astaga, adek denger suara papa nak.."

" Mana sih, inhaler kamu.." andhika berdecak mengacak-acak nakas
dengan tangan bergetar bahkan ia turut menangis sekarang

Abigaeil sendiri sudah tergolek di atas ranjang, kepalan tangan mungil nya memukul-mukul dadanya yang terasa sesak dan juga sangat sakit..

Asmanya kambuh disaat yang tidak tepat padahal papa-nya juga sakit sekarang.

" ADEK! PAPA..!! "

Andhika ingin sungkem rasanya pada Sena dan Sehan yang tiba-tiba masuk berlari memberikan pertolongan pada si bungsu yang masih kesulitan bernafas bahkan hingga si sulung dengan ilmu kedokteran yang ia pelajari secara daring berhasil memberikan pertolongan pertama pada Abigaeil.

Andhika sendiri tidak fokus mencoba menetralkan degup jantungnya sendiri.

" Pa, are you oke? " Sena menguncang pelan pundak sang Papa yang tidak seperti biasanya..

Andhika mengangguk samar, hingga tanpa permisi Andhika keluar terlebih dahulu dari kamar Abigaeil yang mana kedua anaknya masih berkutat menangani adik mereka.

Sehan melirik kepergian Papa-nya dengan Langkah tergesa, bahkan tanpa menunggu adiknya baikan dahulu.
ada apa dengan sang Papa pikir Sehan fokusnya masih pada abigaeil yang perlahan mulai lebih baik setelah berhasil mengikuti ritme yang dia buat tak butuh lama Sehan segera menaikan masker oksigen untuk mempermudah sang adik.

" Hhh... " Sehan mengehela nafas panjang setelah menyesalkan pekerjaan nya dilihatnya Abigaeil sudah terpejam dengan jalan nafas kian membaik

" Mas.. hh, hebat " Sena menepuk sebentar pundak lebar Mas-nya

Setelah lepas dari semua ketegangan barusan, kedua kakak beradik itu lantas mengehela nafas bersamaan mendadak lega.

" Kenapa bisa kambuh sih~ " Sehan mendudukkan diri di samping ranjang si adik sembari mengecek oksigen yang digunakan

" Padahal tadi baik-baik aja, terus juga Papa kenapa lagi?
aneh banget... malah kabur lagi "

" Bukannya bantuin anaknya,.." Sehan masih mengerutu

Sena mengeleng pelan menunduk guna mengusap keringat yang membasahi pipi chubby sang adik yang terlihat memerah, dia selalu ketakutan tiap kali melihat Abigaeil kesakitan seperti tadi.

" Cepat sembuh Adek..." bisiknya sesudah memberi kecupan singkat di dahi Abigaeil

Sehan melihatnya hanya bisa diam, otaknya masih dipenuhi tentang apa yang terjadi sebenarnya.
melihat gelagat aneh sang Papa pasti telah terjadi sesuatu.

.
.
.
.

Abigaeil membuka matanya, setelah mendengar suara-suara ribut di sekitarnya.
dahi nya mengerut sejenak kala pusing menderanya, ajaib dia bahkan baru bangun tidur tapi rasanya badannya sakit semua, ia lemas bahkan untuk sekedar menghirup nafas saja Abigaeil merasa kesulitan padahal ia bisa merasakan aliran udara masuk melalui mulut dan hidungnya tapi nafasnya masih sedikit sesak serta dadanya yang masih terasa sakit.

" E..euh~ "

Suara lenguhan terdengar menghentikan Ray dan Ian yang sedang berdebat.
tentang siapa yang berhak memakan potongan mochi terakhir yang masih tersisa

" Ray~ itu jatah Abang ya" Ian protes, dia tidak ingin menyerah kan mochi yang juga sangat ia sukai.

" Emh! mana bisa, itu punya gue Ian! "

" Tapi Lo udah makanin banyak, jangan maruk " gerutu ian, dia malas sebenarnya berdebat hanya karena mochi tapi kan itu memang jatahnya

" Abang, ribut banget sih... adek keganggu nanti. "

" Ian tuh Mas~ "

" Tapi itu hak, Abang" bela Ian

" Astaga Abang itu cuma mochi loh,.
gak usah ribut mending beli lagi sana jangan kaya orang susah " lerai Sehan

" Ta_Kakakk! "

Ray dan Ian serempak memekik, kala Seno dengan wajah tanpa dosa nya memakan mochi sepotong itu dengan santainya...
dihadiahi tatapan tajam dari dua adiknya

Seno sih acuh saja melenggang kembali ke tempat duduknya, mengabaikan kedua adiknya itu

" Ishh.." decak Ray kesal

" Makanya, kalian ribut sih" Sena mengeleng

" Zai masih sama Nenek? " Sehan bertanya

" Iya mas, tadi izin sama Abang.
sorry mas tapi kayanya Idan ngambek gegara tadi pagi" kata Ray

" Karena sikap kita sama Nenek,? " Ray mengangguk mendengar pertanyaan Ian

" Ck.." Seno tiba-tiba berdecak

" Harus banget ya, lagipula maaf-maaf nih.. kita ngelakuin apa yang harusnya kita lakuin, jadi sorry balik Ray kalo Lo juga merasa kita egois "

Rayidan sejujurnya tidak punya niatan sama sekali mengambil kesimpulan sendiri tentang masalah itu

" Ray ngerti, mungkin Idan aja yang berlebihan.
kita tau sendiri lah, gimana dekat nya dia sama Nenek"

Sehan hanya terdiam menyimak obrolan, fokus nya masih pada Abigaeil yang masih tertidur setelah diperiksa dokter tadi.

Hingga mendengar suara lenguhan yang berasal dari sang adik, barulah ia sadar dan segera mendekati Abigaeil

" Hei.. adek? "

Panggilan Sehan mengalihkan perhatian semua adik-adiknya yang memang sengaja berkumpul di dalam kamarnya si bungsu

" Adek bangun" kata Sena meninggalkan tab miliknya ikut mendekat ke sisi ranjang yang mana ada mas-nya dan juga Abigaeil yang sudah membuka matanya

" Adek,. gimana ada yang masih sakit..hm? "

" Coba kasih tau mas, mau minum? " tanya Sehan hati-hati tersenyum manis seraya mengusap wajah sang adik

Abigaeil terdiam sejenak badannya masih lemas, dan sakit.
ia bahkan tak punya cukup tenaga untuk sekedar menjawab pertanyaan sang mas

Mata kucingnya mengerjap pelan, mencoba bersuara karena tenggorokan yang begitu kering

" Mi..num.."

Sehan mengangguk, menyiapkan air sementara Sena bergerak membantu Abigaeil untuk bersandar.

" Udah"

Abigaeil mengangguk lemas menyudahi acara minum nya.

" Gimana... masih sakit ya dek? " Sehan mendudukkan dirinya, tangannya bergerak mengelus dada adiknya perlahan

Abigaeil hanya mengangguk kecil

" Sabar ya sayang, sebentar lagi sakitnya pasti hilang..."

Abigaeil lagi-lagi mengangguk, memperhatikan sekeliling hingga akhirnya mengingat sesuatu

" P-papa mana mas? " tanyanya pelan

" Papa keluar, nganterin dokter Freya"

Tidak, Sehan berbohong sebenarnya sampai sekarang ia juga tidak tahu dimana papa-nya itu. Kerena selepas Abigaeil collapse tadi si Papa tak lagi menampakkan diri, sehan karena ia yakin pasti ada yang tidak beres dengan sang Papa tidak ingin Abigaeil kepikiran jadilah ia memilih berbohong.

" Umh.. Mi-mi kesini? " tanya Abi sedikit panik melirik tangannya sendiri, uhh
syukurlah, benda berujung runcing itu tidak ada di sana

Sehan paham akan kegelisahan sang adik hanya bisa tersenyum sendu.

" Mas gak kasih izin dokter buat infus adek, karena mas tau adek gak suka.."

" Tapi harus minum obat ya Adek, dan kalo besok ga baikan dokter Freya bilang harus kerumah sakit" jelas Sehan

Abigaeil mengembuskan napasnya, bibir mungil nya mengerucut merespon penjelasan mas-nya dengan anggukan kecil.

" Mas..."

" Um, kenapa? " tanya Sehan

" Mau mochi juga~ "

Seisi ruangan terkekeh mendengar permintaan abigaeil, mungkin anak itu mendengar perdebatan mereka sebelum nya.

.
.
.
.
.

Malam hari telah tiba lagi, tidak ada yang spesial di weekend kali ini.
setelah semua ketegangan di hari ini

Zaidan memasuki rumah setelah seharian di luar bersama dengan Nenek.
masuk kedalam rumah yang sudah sepi mengingat jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam remaja bongsor itu, kontan mengehela nafas panjang tak terbiasa dengan suasana seperti ini entahlah hari ini ia merasa lelah seakan semua yang ia lakukan hari ini sia-sia

" Ck... ngapain juga ya gue nemenin Nenek seharian, kan harusnya bisa main sama adek hari ini.." ucap nya mengeleng pelan melangkah menuju kamarnya

" Baru pulang lo? "

Kegiatan zaidan yang hendak membuka pintu kamar terhenti, melihat Rayidanta yang berdiri di depan nya dengan tangan bersedekap di dada, lengkap dengan pandangan sinisnya

Zaidan jadi bingung ada apa dengan ekspresi wajah, Abang nya itu.

" Gimana, asik banget ya kayanya sama Nenek sampe lupa pulang Lo" kata Ray lagi

" Dih apa sih Lo bang, ga jelas tau ga" jawab Zai sewot

" Gue males sebenarnya debat sama lo apalagi itu cuma karena Nenek, minta maaf sama yang lain. Sikap Lo berlebihan dan, soal Nenek" ucap Ray

" Loh emang salah gue apa? gue gini juga karena gue sayang sama Nenek dan gue gak mau ya ikut musuhin nenek tanpa alasan kaya yang lain! "

Rayidanta mendecih mendengar perubahan nada bicara sang adik

" Lo salah dan, pergi tanpa pamit
liat mas dengan mata sinis Lo seolah nyudutin mas kalo dia salah "

" Gue gak akan kaya gitu kalo mereka bisa nge-hormatin nenek " sela Zaidan

" Tapi semua itu ada alasan nya dan.."
jawab Ray

" Lo gak tau betapa chaos
nya tadi setelah Nenek pergi... adek tiba-tiba collapse dan Papa sampe sekarang ga pulang_ "

" Apa?! adek collapse? " tanya Zaidan kaget

Mata bulatnya membesar wajahnya berubah cemas

" Sekarang gimana bang? kok ga ada yang ngasih tau gue? " gerutu zai

" Ya Lo sibuk diluar sama Nenek
makanya kita lupa kasih tau, takut ganggu" jawab Ray penuh penekanan

Zaidan menghembuskan nafas kasar, ingin rasanya memaki sekarang apalagi melihat wajah Ray yang menurutnya menyebalkan

" Ah sialan lo bang!" ketus nya seraya memasuki kamarnya tak lupa membanting pintu membuat Ray yang masih disana memekik kaget

" Dasar adik gak ada akhlaq! " seru Ray

" Untung pintunya ga pa-pa..." katanya lagi sambil mengusap pintu berwarna putih itu dengan sayangnya?

.
.
.
.
.
.

Abigaeil mengerjap pelan, mencoba membuka matanya kala merasakan sesuatu berat yang melingkar di perutnya.

" U-ugh Abang? " tanya dengan suara serak

" Eh? maaf ya, abang bangunin adek"

Abigaeil mengangguk dengan wajah bantalnya, sejak kejadian itu ia jadi mudah terbangun dari tidurnya dia jadi sensitif tentang pergerakan apapun.

" Kenapa ke sini? " tanyanya

" Abang kangen sama adek, numpang tidur ya. Nanti Abang peluk sampe pagi oke "

Abigaeil hanya pasrah menyamakan dirinya kala sosok abangnya itu malah semakin mendusel padanya

" Kata Abang Ray tadi adek collapse lagi ya? sekarang gimana udah baikan kan dek? "

Abigaeil mengangguk mengintip Zaidan, iya. Itu Zaidan yang menerobos masuk kedalam kamarnya Abang yang seharian ini tak dilihatnya.

" Udah, kan udah minum obat " cengirnya

Zaidan mengangguk seusai mengecek suhu tubuh si adik, normal batinnya.

" Maaf ya tadi Abang ada urusan di luar jadi ga tau kalo adek sakit" katanya ia sungguh merasa bersalah
memeluk tubuh mungil itu dalam hangat pelukannya, ug.. dia baru sadar Abigaeil itu benar-benar mungil pas untuk dipeluk tambahan lagi adiknya itu wangi sekali.

Wangi minyak telon dan bedak bayi.
hingga membuat hidungnya yang sensitif merasa nyaman dengan wangi khas sang adik

" Abang..."

" Hm" zaidan berdehem

" Tadi Papa aneh tau"

" Aneh kenapa? " tanya Zai tertarik dengan pernyataan si bungsu

" Kan tadi Abi mau tanya sesuatu sama Papa, tapi na Papa malah diem aja. Jadi batu... nda gerak, nda ngomong juga, terus kan abang Papa juga nangis nda mau nafas juga kan Abi jadi takut, terus Abi juga ikut nangis terus ngik-ngik ndak bisa nafas hehe~ "

Abigaeil bercerita mendongak menatap Zaidan sedangkan tangannya aktif memilin kaos milik sang Abang

Zaidan ingin tertawa rasanya mendengar suara serak Abigaeil, apalagi raut wajah polos dengan mata berembun mendongak menatap dirinya. Gemas

" Lah.. Kok bisa? jadi karena itu asmanya sampe kambuh? "

Abigaeil mengangguk saja

" Hm, kan Abi takut. Papa kenapa ya Abang? " tanya Abi

" Memang nya, Abi mau tanya apa sampai reaksi Papa jadi gitu? " Zaidan balik bertanya

Abigaeil menghentikan kegiatan memilin nya.

" Soal Nenek... "

" Tanya kenapa nenek nda suka Mama? "

Zaidan diam kaget dan juga bingung, dia juga tidak tahu jawabannya
alasan yang sama kenapa mas, Kakak dan juga abangnya tidak menyukai sang Nenek juga pasti ada hubungannya dengan Riani pikirannya.

" Abang ish, kok Abang Idan juga jadi batu" abigaeil mencebik menekan pipi Zai dengan jemarinya berharap mendapat atensi nya lagi karena Zaidan juga malah terdiam

" Hg maaf.."

" Abang kalo nenek ndak suka Mama, Nenek juga pasti nda suka Abi iya kan? " tanya Abi lagi kali ini bibir berisinya maju beberapa senti

" Siapa bilang gitu, Nenek suka pasti bakal suka kan adeknya Abang ini anak baik, udah gitu gemes lagi " Zaidan tersenyum seraya menyentil lembut hidung kecil itu.

Abigaeil berbinar seketika, senyum nya nampak merekah

" Nenek nanyain adek terus loh"

" Oh.. benerin! " kata Abi senang

" Benaran dek, mau ketemu sama Nenek? nanti Abang temenin mau? "

" Boleh?! " antusiasnya sang adik membuat Zaidan terkekeh kecil

" Boleh kan sama Abang" jawab zaidan

" Mau-mau..! " seru Abi

" Yes! akhir na Abi juga punya Nenek kaya fathar, nenek baik juga seperti nenek coklat susu~ "

" Nenek coklat susu? siapa lucu namanya" tanya Zaidan

" Em nenek na Abi Abang, baik suka kasih-kasih Abi Pai yang ennakk~ kasih roti juga suka sayang sekali sama Abi"

Zaidan memperbaiki posisi nya masih dalam posisi memeluk si adik, mendengar kan sang adik bercerita
membuat malam ini kian menghangat padahal jam sudah menunjukkan pukul satu tapi kantuk yang sempat singgah hilang entah kemana.

" Oh ya, seru dong... Kenalin sama Abang juga ya"

Abigaeil mengangguk

" Um nenek coklat susu jualan roti, tapi suka kasih Abi gratis.
tapi kata Mama nda boleh sering-sering nanti nenek na jadi rugi tapi Abi tetap dikasih jadi na Abi bayar "

" Bayar pake apa? "

" Pake jeruk! "

Zaidan tertawa mendengar suara lucu Abigaeil

" Seru ya dek, lingkungan kamu dulu semua kayanya sayang banget sama kamu" katanya

" Umh~ baik.. " Abigaeil mengangguk binar matanya menunjukkan kesedihan, sekaligus kerinduan disana bahkan anak itu tanpa sadar sudah meringsek masuk lebih dalam kedalam pelukan sang Abang

Zaidan melihat nya tersenyum sendu, mengusap perlahan kening sang adik.
dia paham maksud pelukan Abigaeil ia juga bisa merasakan kesedihan anak itu.

" Mau kesana lagi ga dek"

" Hgg"

" Inget rumah lama adek ga? kita kesana mau? " tanya Zaidan, abigaeil mengintip sudah tau kan Abigaeil itu buta arah jangankan mengingat alamat rumah lamanya namanya saja kadang ia suka lupa.

Dengan tatapan berkaca dan bibir berkedut si manis itu mengeleng lirih hampir menangis omong-omong.

" Hahaha, ya udah ga pa-pa" Zaidan menenangkan sang adik tatapan mata cantik itu membuatnya lemah

" Adek~ ga papa, nanti abang coba cari tau oke. jangan sedih"

Abigaeil mengeleng pelan sembari menarik ingusnya, menyembunyikan wajahnya di dada sang Abang.
Zaidan yang merasa Abigaeil menangis terdiam

" Nda mau kesana lagi.. " cicit Abi pelan

" Kenapa hm? " zai perlahan mengusap punggung abigaeil

" Disana nda ada mama lagi..
Abi kangen Mama.."

" Sttttt~ "

" Jangan sedih adek... maaf ya gara-gara Abang kamu jadi inget lagi"

Abigaeil tidak menjawab hanya terus masuk kedalam pelukan sang Abang, menyembunyikan air matanya yang mulai mengalir.

Dia rindu mama-nya, dia rindu dunianya yang dulu.

Sehan terdiam di balik pintu, mengusap wajah nya sendiri tadi niatnya akan tidur bersama adik bungsunya tapi melihat kehadiran Zaidan
dia tak jadi masuk lebih tertarik mendengar kan cerita dua anak itu.

" Hhhh... mas hanya berharap Nenek akan benar-benar berubah pikiran tentang kamu dek"

" Tapi apapun yang akan terjadi nanti, mas janji. Mas tidak akan membiarkan siapapun menyakiti kamu lagi Adek "

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Living room yang tampak mewah bernuansa serba hitam dan keemasan menghadirkan kesan elegan dan berkelas.

Diantara sofa-sofa mahal dengan meja marmer yang tentu berharga tinggi tidak hanya itu disekitarnya rak-rak penyimpanan tersusun rapi puluhan botol minuman dari jenis terbaik
jelas saja terlihat dari satu botol champagne yang terbuka dituang dalam dua gelas, menandakan penghuni ruangan ini ada dua orang banyaknya

" Jadi? bagaimana rencananya"

" Hhh, ini semakin rumit dan berbahaya"

Kegiatan jemari lentik mengetuk-ngetuk gelas minumannya terhenti, sepasang netra hitam melirik tajam sosok yang jauh lebih tua darinya.

" Apa yang terjadi, mama mau menyerah?! " tanya nya sedikit kesal

" Menyerah? bagaimana mungkin aku bahkan tak bisa tidur nyenyak jika wishnutama masih belum ada digenggaman ku " jawab yang lebih tua dengan senyum miring menghiasi wajah berkeriput nya

" Lalu apa yang mama khawatir kan? zaidan ada bersama kita.
bukankah itu poinnya"

" Itu saja tidak cukup, hhh... Dia bahkan tidak menyinggung sedikitpun tentang wishnutama. "

" Jangan khawatir ma, mama hanya harus tetap di sisinya maka perlahan dia akan siap untuk dimainkan "

" Gila "

Si tertua menyeru dalam hati melihat kelakuan wanita cantik yang hampir meminum habis satu botol minuman memabukkan itu.

" Tapi Sehan, dia tau semuanya.
dia tahu perbuatan Mama di masa lalu... Entah bagaimana anak itu mengetahuinya dan bukti apa yang di punya hhhh dia semakin sulit dikendalikan dan kau tau apa artinya itu?
posisi kita dalam bahaya dan kau masih asyik minum disini?! " gerutu yang lebih tua

" Hhhaaa " yang lebih muda tertawa terbahak

" Pelan saja ma, apa yang mama takutkan, anak-anak si jalang sialan itu lemah ma... Mengandalkan kasih sayang dan cinta
berpikir dengan itu saja anak-anak bodoh itu mampu hidup di dunia yang penuh kebohongan ini."

" Kita tau kelemahannya, sedikit menekankan nya saja maka anak-anak itu akan memohon pada kita"

" Kau sudah melihatnya? bagaimana kelihatan nya?
apakah dia berbahaya..? " tanya nya

" Anak yang manis, dia benar-benar perpaduan antara Andhika dan juga Riani..."

Wiranti, dia Wiranti Atmajaya sosok yang pagi tadi membuat keributan di kediaman wishnutama.
menatap tanpa ekspresi wanita cantik di seberangnya itu, iris matanya bergetar sedikit mendengar ucapan wanita itu

" Benarkah... "

" Iya.. Tapi sayang dia idiot!
tak pantas menjadi pewaris sama sekali.. Mama tenang saja anak itu bukan halangan sama sekali dia hanya anak kecil yang bodoh "

" Tapi bagaimana wishnu melindungi segala tentang nya, melihat bagaimana anak-anak itu bahkan Zaidan mengila karena anak itu. Kau sebut itu bukan ancaman? " tanyanya Wiranti jengah dengan sifat wanita itu

" Lalu Mama mau aku apa? menghabisinya..? "

" Kau gila Zane! jangan lupa kau sudah membunuh Riani, kau ingin menghabisi anaknya juga. "

Wiranti tidak habis pikir dengan menantu, ah tidak mantan menantu nya itu.

" Hahaha tenang saja Mama, aku tidak akan melakukan nya secepat itu
lagipula permainan baru saja dimulai kan?
bukankah seru melihat anak-anak itu merengek dan hancur dengan kepercayaan diri yang mereka punya selama ini "

Zanetta tertawa kecil, dengan gerakan pelan meminum champagne nya menghiraukan tatapan mata Wiranti.

" Mama hanya perlu memainkan peran sebagai Nenek yang baik untuk Zaidan dan sisanya biar aku yang kerjakan Mama...
dan sedikit bumbu hasutan mungkin akan berguna. "

" Bukankah dari awal tujuan kita sama? Menguasai wishnutama...
maka cepat lambat kita akan mendapatkan nya.
kerikil-kerikil kecil itu tidak akan kubiarkan mereka menghalangi jalan" lanjutnya kini tatapan berubah tajam wajahnya datar menyimpan dendam.

Wiranti respon nya, tersenyum simpul ikut meminum minuman nya dengan anggun tidak salah ia memilih Zanetta. Dengan adanya wanita ini dia akan semakin mudah mengendalikan Wishnutama.

" Kau memang gila Zane, kau melakukan nya masih karena wishnu kan? apa kau yakin wishnu akan menerima mu kembali setelah semua ini? " tanya Wiranti

Dia tahu benar Zanetta itu terobsesi memiliki anak semata wayangnya hingga rela melakukan apapun untuk mendapatkan nya.

Memang benar ya, cinta itu bisa membutakan mata seorang bisa gila bila cintanya tertolak mungkin itu jua lah yang menjadi motif nya ingin memiliki wishnutama...

" Tentu saja, apapun bisa dibeli dengan uang dan kekuasaan Mama.
dan aku yakin Andhika juga bisa.." ucapnya percaya diri

Tatapan memicing tersenyum manis menatap jari manisnya, masih tersemat sebuah cinta berlian disana

Cincin pernikahan...













































Gak mau ngomong apa-apa, cuma mau minta maaf sama numpang lewat 🥺🥺🥺🙏











lagian gak ada yang kangen juga kan?









Hehehe maaf ya.....












Jangan emosi ya duduk manis aja, baca dan jangan lupa Tinggalkan jejak 💜











Doain semoga real life ku segera membaik, sehingga aku bisa fokus selesai in ini secepatnya 😁😊









CUMA MAU BILANG....

TERIMAKASIH BANYAK!
TERIMAKASIH BANYAK
TERIMAKASIH BANYAK BANYAK BANYAK BANYAK 🙏🙏🙏

BUAT KALIAN YANG MASIH SETIA MENUNGGU DAN AKU BENAR2 MINTA MAAF 🥺












TINGGALKAN JEJAK 👣











I Will be back Soon 👋



















Voment juyeso ☺️✋

🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

Continue Reading

You'll Also Like

34.1K 1.8K 27
Lahar, Fajreon Debian Laharswara. 17 tahun berlalu sudah hidup nya berlalu dengan bahagia bersama bunda nya. Banyak yang sudah dirinya dan wanita ter...
214K 11K 34
Bercerita tentang cilo dan semua tingkah lakunya yang polos, lucu dan menggemaskan, dimana dia mempunyai pawang yang amat dingin tetapi tidak untuk c...
288K 29.1K 27
Lava si anak tengil. Mungkin jika melihat dari sikap Lava sekilas, kalian akan mengatakan seperti itu. Lava si anak pembangkang, tidak memiliki sopan...
63.4K 3.1K 48
( FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!!! ) ( JANGAN LUPA UNTUK TINGGALKAN JEJAK VOTE DAN KOMEN YAAA!!! ) LAPAK BROTHERSHIP NOT BL❌❌❌ [ Tetap votmen ya teman...