AMBER and the vampire prince...

De Nkalestar

257K 11.4K 1.1K

WARNING (18+)❗ Takdir mempertemukan Amber dengan makhluk yang selama ini di anggap manusia hanyalah sebuah mi... Mais

Bagian 1
Bagian 2
Bagian 3
Bagian 4
Bagian 5
Bagian 6
Bagian 7
Bagian 8
Bagian 9
Bagian 10
Bagian 11
Bagian 12
Bagian 13
Bagian 14
Bagian 15
Bagian 16
Bagian 17
Bagian 18
Bagian 19
Bagian 21
Bagian 22
Bagian 23
Bagian 24
Bagian 25
Bagian 26
Bagian 27
Bagian 28
Bagian 29
Bagian 30
Bagian 31
Bagian 32
Bagian 33
Bagian 34
Bagian 35
Bagian 36
Bagian 37
Bagian 38
Bagian 39
Bagian 40
Bagian 41
Bagian 42
Bagian 43
Bagian 44
Bagian 45
Bagian 46
Bagian 47
Bagian 48
Bagian 49
Bagian 50
Bagian 51
Bagian 52
Bagian 53
Bagian 54
Bagian 55
Bagian 56
Bagian 57 (END)

Bagian 20

3.5K 147 42
De Nkalestar

"Giovanni, apa yang kau lakukan di sini?!"

" .... "

"Gio, sakit! Lepaskan tanganku! Kau mau membawaku ke mana?!"

Amber terbaring di kursi mobil setelah di lempar keras oleh Giovanni. Pria itu tidak mengucapkan apa-apa, lalu menyalakan mobilnya dan membawanya pergi. Amber terlihat marah dan ia mendekati Giovanni yang sibuk mengemudi. "Kau mau membawaku ke mana!? Cepat turunkan aku, aku mau balik ke villa itu, GIOVANNI!"

"Ck, bisakah kau diam sebentar!? Aku sedang menyetir, apa kau tidak lihat!?"

Amber masih terus menggoyangkan tangan Giovanni yang membuat mobil yang dikendarainya berjalan tidak teratur. Giovanni mulai panik, dan beruntung dia langsung menginjak rem sehingga mereka tidak sampai menabrak pohon. Giovanni menatap Amber tajam. "Apa kau sudah gila!? Kau sadar yang kau lakukan tadi itu sangat berbahaya!"

"AKU TIDAK PEDULI! Salahmu membawaku tiba-tiba tadi!"

"Itu karena kau sendiri yang tidak mau mendengarkanku!"

"Memangnya siapa kau berani melarang apa yang akan aku lakukan?!"

Giovanni tidak menjawabnya, pria itu lanjut mengendarai mobilnya. Kini Amber tidak lagi mengganggunya jadi ia bisa mengendarainya dengan tenang. 'Siapa aku untuknya? Heh, belum sadar juga ternyata!'

Amber mengambil ponselnya dan mulai menghubungi Celine. Dia menekan tombol huruf di keyboardnya dan pesan itu langsung terkirim ke nomor tujuan. Amber menyimpan kembali ponselnya dan kali ini duduk dengan tenang.

Ia pikir percuma juga melawan pria keras kepala satu ini. Ia tidak mau membuang-buang tenaga lagi. Selagi pria itu tidak membahayakan dirinya, ia akan patuh. Giovanni melirik Amber yang memejamkan matanya. Akhirnya ia bisa menyetir dengan tenang tanpa gangguan lagi.

Giovanni berhenti di tempat parkir apartemennya. Giovanni turun dan hendak menyeret Amber lagi, tapi dia melihat gadis itu sudah tidur dengan lelap. Dengan hati-hati Giovanni menggendong tubuh Amber. Dia membawanya ke tempatnya sebelum gadis itu terbangun dan ia akan mulai memberontak lagi.

Hukumannya belum dilancarkan. Dia tidak akan membiarkan gadis di gendongannya ini kabur. Ia sudah cukup bersabar melihat ke akraban Amber dengan Axelle akhir-akhir ini, tentu saja semua itu tak luput dari pandangannya.

Giovanni membaringkan dengan hati-hati Amber ke ranjangnya. Giovanni mengambil sesuatu di laci meja dan memasangkannya ke kaki kanan Amber. Dengan begitu gadis itu tidak akan bisa kabur darinya. Giovanni duduk di kursi tunggal yang ada di kamarnya selagi menunggu Amber bangun.

Beberapa jam sudah berlalu. Amber mulai membuka matanya perlahan dan melihat tempatnya berada saat ini. Amber asing dengan tempat ini. Gadis itu mencoba duduk, tapi ia merasakan kaki kanannya terikat oleh rantai yang di ikatkan ke kayu ranjang.

Amber panik. Gadis itu mencoba melepaskan ikatannya meskipun itu sia-sia. Giovanni yang dari dapur dan baru memasuki kamarnya, terkejut melihat kaki Amber yang memerah akibat usaha kuat untuk lepas dari rantai tersebut.

Giovanni dengan panik menghampiri Amber yang sudah menangis ketakutan. Pria itu mencoba menenangkan Amber dalam pelukannya, tapi gadis itu mendorong dirinya dan menatapnya tajam serta air mata yang menggenang di pelupuk matanya. "Kenapa kau melakukan ini padaku!? Apa sebenarnya tujuanmu dengan mengikatku seperti ini, Giovanni! Jawab aku!"

"Tenang lah dulu, Am. Kakimu akan berdarah bahkan patah jika kau terus menariknya seperti itu. Jangan jadi gadis yang keras kepala dan dengarkan aku!"

"AKU TIDAK PEDULI! AK--- ...!"

Cup!

Giovanni menjauhkan wajahnya. Tangannya membelai wajah mulus Amber. Gadis itu masih mematung akibat serangan mendadak tadi. Wajahnya tanpa sadar bersemu merah.

"Sudah bicaranya. Jangan lakukan hal yang dapat membuatmu terluka, aku tidak suka itu. Kau mengerti?"

"Jika kau tidak menyukaiku terluka, kenapa kau tega melakukan ini padaku?!"

"Aku melakukannya karena dirimu. Asal kau tahu saja, aku sudah cukup bersabar pada anjing menjijikan itu. Ingin rasanya aku membelahnya menjadi dua karena dia terus mencoba mendekati gadisku!"

"Siapa yang kau maksud sebenarnya?"

"Kau akan tahu jika waktunya tiba. Yang terpenting sekarang ...."

Giovanni mendekatkan mulutnya ke telinga gadis itu. Ia meniup pelan telinga yang merupakan bagian sensitif gadis itu. Tubuh Amber mulai terasa aneh. Wajahnya bahkan sudah semerah tomat. Giovanni tersenyum melihat reaksi Amber atas perlakuan kecilnya ini. "Aku akan menghukummu ... Fiuh ...."

"KYAH ... MENJAUH DARIKU!"

Dengan tangannya yang bebas, Amber mendorong Giovanni menjauh darinya. Amber menutup kedua telinganya dan menunduk, menyembunyikan wajahnya. Ia terlalu malu untuk memperlihatkan wajahnya saat ini. Pria itu pasti akan menertawakan dan mengejeknya.

"Reaksi macam apa itu? Kau mendorongku? Kalau begitu, aku akan semakin mendekatimu seperti ini ...!"

Giovanni menekan kedua tangan Amber di kedua sisi kepalanya. Pria itu sudah berada di atas tubuh Amber dan mengunci semua pergerakan gadis itu. Amber menatap horor Giovanni yang berada di atasnya.

"Baiklah, kita mulai dari mana dulu kira-kira ... Leher, tengkuk atau ... Paha?"

" .... "

"Tidak mau menjawab? Kalau begitu, aku akan mulai dari tempat favoritku dulu."

Giovanni mendekatkan wajahnya ke area leher Amber. Pria itu menggodanya dengan menjilati kulit sensitif gadis itu. Amber yang mendapat godaan tersebut hanya mampu menggigit bibirnya.

"Bersiaplah ... Nnh ... Ah ...?"

Air mata Amber perlahan mengalir. Ia tidak kuat menerima sesuatu yang menyakitkan yang menusuk lehernya. Bibirnya bahkan sampai berdarah akibat ia menggigit terlalu kuat untuk menahan suaranya. Giovanni menghentikan acara minumnya. "Jangan mengigit bibirmu, biarkan suara itu lolos. Aku ingin mendengarnya. Lihat, bibirmu terluka. Kemarilah."

Slurp!

Giovanni menjilat darah dari luka tersebut. Giovanni melepas salah satu tangan Amber. Giovanni mengelus bekas luka itu dan ajaib luka itu langsung hilang tak berbekas.

Amber dengan tangannya yang bebas satu itu, mencoba melawan Giovanni dengan mencakar pundak pria itu. Desisan namun berakhir seringaian dari Giovanni membuat Amber gemetar takut. "Sebagai ganti kau telah melukaiku, maka ... Mmh ... Haah... Darahmu sangatlah lezat, sayang. Biarkan aku merasakannya lagi."

"G--gio ... Cukup ... Nn ...!"

"Kau yakin? Bukankah kau menyukai ini, sayang? Jangan munafik!"

" ... Ugh ... Ini menyakitkan! Siapa yang suka ini!?"

"Wajah dan matamu tidak bisa membohongiku."

"Sudah, hentikan ... Argh ..."

" ... Nn... Haah ... Benar-benar lezat. Ups!"

Amber hilang kesadaran. Kontrol diri Giovanni agak lolos kali ini hingga menyebabkan gadis itu pingsan. Giovanni membersihkan area gigitannya tadi dan semua langsung hilang tanpa bekas. Kecuali bau yang sengaja ia tinggalkan sebagai tanda peringatan bahwa gadis ini merupakan miliknya.

Giovanni melepas rantai yang membelenggu kaki kanan gadis itu dengan sekali tarik tanpa menggunakan kunci. Lalu ia membereskan pakaian gadis itu yang berantakan akibat ulahnya dan mengangkat tubuh Amber. Giovanni memejamkan matanya dan secepat kilat, mereka telah sampai di kamar villa.

Giovanni membaringkan tubuh Amber ke kasur. Pria itu mengecup singkat dahi gadis itu sebelum ia pergi dari sana menggunakan kekuatannya.

Jam terus berputar hingga matahari kembali terbit. Cahayanya menembus gorden sebuah kamar villa yang dihuni oleh kedua gadis yang masih nyaman dalam tidur mereka.

Salah satu dari mereka mulai terganggu oleh sinar matahari tersebut hingga membuka matanya. Celine duduk dan mengumpulkan nyawanya sebentar. Gadis itu melirik ranjang sampingnya yang terdapat Amber yang masih belum bangun.

Celine berjalan menghampiri ranjang Amber tersebut. Gadis itu mencoba duduk di sana sepelan mungkin agar tidak membangunkan temannya itu, akan tetapi belum sampai dirinya mendudukkan pantatnya di sana, Amber mulai membuka matanya perlahan.

Amber menatap Celine yang kembali berdiri itu. Amber mencoba duduk dan memegangi kepalanya yang ia tidak tahu kenapa tiba-tiba dirinya merasa sangat pusing. Celine yang melihat temannya itu kurang sehat, langsung saja membantunya.

Nampak guratan kekhawatiran di wajah Celine yang melihat wajah Amber yang sedikit pucat. Celine mengecek suhu tubuh Amber dengan telapak tangannya, tapi menurutnya gadis itu tidak demam.

"Hey, Amber. Kau yakin tidak apa-apa? Badanmu tidak demam tapi kenapa wajahmu bisa pucat begitu? Jangan membuatku khawatir tahu!"

"Aku tidak tahu, Cel. Entah mengapa kepalaku tiba-tiba sakit begini. Aku belum pernah merasakan ini sebelumnya."

Celine mulai berpikir. Gadis itu buru-buru pergi ke kamar mandi untuk membasuh mukanya dan keluar dari kamar mereka menuju kamar lelaki di sebelah kamarnya, kamar Axelle.

Dengan tidak sabaran tangan itu mengetuk pintu tersebut hingga sang empu yang berada di dalamnya keluar. Seketika itu Celine melongo dengan apa yang ada di hadapannya sekarang. Pemandangan yang begitu indah sekali di pagi hari ini. Ia sampai hampir melupakan tujuan awalnya ia datang ke sini.

"Kalau sudah memandanginya, katakan apa yang membuatmu datang ke sini sampai aku rela keluar menemuimu dengan keadaan begini?"

"Eh, i--itu ... Sebenarnya aku ingin meminta bantuanmu untuk membawa Amber ke rumah sakit terdekat. Dia mengeluh sakit kepala saat baru bangun tadi dan wajahnya sangat pucat tapi ia tidak demam. Aku khawatir sekali melihatnya."

"Nona Amber sakit?!"

"Iya. Cepat bantu aku!"

"Kau kembali saja ke kamarmu dan jaga dia dulu. Aku akan berpakaian dan akan menemui kalian. Aku tidak akan lama!"

"Baiklah. Aku tunggu!"

Celine kembali ke kamarnya. Dia melihat Amber yang bersandar di tepi ranjang sambil memijat keningnya. Desisan kesakitan terdengar dari mulut gadis itu. Celine membantu memijat kepala Amber agar bisa sedikit mendingan.

Tak lama, Axelle mendatangi kamar keduanya. Terlihat jelas di wajah pria itu bahwa ia sangat khawatir akan keadaan gadis yang ia klaim sebagai miliknya itu. Tanpa basa-basi lagi, Axelle menggendong Amber yang hanya pasrah dan menyandarkan kepalanya di dada pria itu. Celine mengikuti mereka di belakang menuju rumah sakit.

Continue lendo

Você também vai gostar

489K 27.9K 25
( TAMAT ) #Rank1inWhat'sNew #Rank29inWerewolf #Rank133inWerewolf Bagaimana jika takdirmu terasa aneh? Kamu tentu percaya dengan adanya dunia lain, la...
21.6K 1.3K 36
𝐖𝐀𝐉𝐈𝐁 𝐅𝐎𝐋𝐋𝐎𝐖 𝐒𝐄𝐁𝐄𝐋𝐔𝐌 𝐁𝐀𝐂𝐀!!! ************************************* Arthur Carlson Theodor, adalah Pangeran dari Kerajaan Theodo...
258K 23K 56
FOLLOW sebelum baca, trims! [Ivanovic series #2] Note : Pure Blood Sequel <3 -- SINOPSIS Ares Alfaro Ivanovic, putra mahkota keluarga Ivanovic. Marga...
PRINCEKANIA [XS-04] De Vinarosa

Ficção Adolescente

1.3M 99.4K 45
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA, KARENA SEBAGIAN PART PRIVATE SECARA ACAK] PRINCEKANIA XAV SERIES KE-04 SEQUEL OF AMETTA. Regita Kania. Sosok gadis yang di p...