NAGEN : MY TOXIC BOYFRIEND

By ayufaziraa

227K 15.4K 2.1K

Awalnya, Kyomi mengira Nagen itu adalah sosok laki laki penyayang yang memiliki hati selembut mendiang Ibunya... More

1. BERAWAL DARI SINI
2. SEMAUNYA NAGEN
3. DI PANGKUAN NAGEN
4. CARA PEMBALASAN NAGEN
5. LO MILIK GUE
6. SI BRENGSEK NAGEN
7. UNGKAPAN SAYANG
8. IBLIS BERWAJAH TAMPAN
9. BERUJUNG NARSIS
10. RASANYA BEGITU SESAK
11. MENCINTAI DENGAN KEKERASAN
12. BERLEBIHAN
13. CINTA YANG MENYAKITKAN
14. PERMINTAAN NAGEN
15. MEMINTA BANTUAN
16. TIGA PERMINTAAN KYOMI
17. KECUPAN SI IBLIS TAMPAN
18. SATU DARI BEBERAPA ATURAN
19. SEPAKET RASA SAKIT
20. UNDANGAN KHUSUS
21. NAGEN, MY TOXIC BOYFRIEND
22. SISI LAIN NAGEN
23. SEKARANG APALAGI?
24. SYARAT WAJIB
25. DICAMPAKKAN
Lanjutan Nagen in September
26. YANG PALING DIHINDARI
28. MENGHILANG
COMEBACK?

27. HARI PALING SAKIT

5K 350 45
By ayufaziraa

Sesuai judul cerita ada toxic-nya. Alurnya juga bakal toxic, orang orang di dalamnya sebagian juga toxic.

Apapun adegan kekerasan di sini jangan diikuti ya guys. Ambil sisi positifnya, yang negatif dibuang.

***

Hari ini hari yang sangat Nagen benci. Sudah lama sejak pertemuan kedua yang tetap saja tidak ada bedanya dengan pertemuan sebelumnya. Nagen menghindari wanita itu. Wanita yang dibayar mahal oleh kakeknya untuk sesuatu hal yang menurutnya tidak penting.

Hanya untuk menyuruhnya memutuskan Kyomi. Nagen rasa wanita itu sudah tidak waras. Bisa-bisanya menerima tawaran dari kakeknya. Padahal sudah enak tinggal di Amerika sana.

Sekali saja demi kakeknya. Nagen terpaksa merelakan waktunya yang seharusnya mengajak Kyomi jalan-jalan jadi menemui wanita bernama Angel itu. Nagen bahkan menunggu selama hampir satu jam di rumah Angel yang katanya akan segera tiba.

Nagen terus mengumpat sambil melirik jam dinding.

"Kamu sudah menunggu lama?"

Nagen menoleh lalu mendengus, "Nggak lihat ada berapa gelas kosong di atas meja?"

Angel tahu apa maksud Nagen maka dari itu dia tertawa kecil, "Maafkan saya. Kebetulan anak saya sedang ada di Indonesia dan saya baru saja siap menemuinya."

"Saya nggak peduli. Saya pingin segera keluar dari rumah ini."

"Okey. Saya juga nggak akan berlama-lama." Angel duduk di sofa sebrang Nagen. Wanita itu menyandarkan punggungnya dengan tatapan lurus pada Nagen yang enggan menatap balik dirinya.

Angel tersenyum. Nagen tidak pernah berubah. Ketus dan begitu sangat menghindari kontak mata.

"Seperti biasa. Saya akan melayangkan beberapa pertanyaan," Angel terus memperhatikan gestur tubuh Nagen, "Gimana hubungan kamu dengan Kyomi?"

"Baik."

"Kapan terakhir kali kalian bertemu?"

"Semalam."

"Di mana?" tanya Angel lagi.

Nagen menghela napas, "Anda itu psikiater atau wartawan?"

"Tinggal jawab saja, Nagen."

"Di apartemen saya."

"Apa yang kalian lakukan semalam?" Angel memicingkan matanya. Sedang Nagen yang mendapat pertanyaan seperti itu justru tampak tenang-tenang saja.

"Saya mencambuk seseorang."

"Berarti kalian nggak cuma berdua saja?"

Nagen mengangguk.

"Jadi siapa yang kamu cambuk?"

"Yang pasti bukan Kyomi," jawab Nagen sudah mulai muak berada di sekitar Angel.

Angel menegakkan punggungnya, terlalu fokus menuliskan sesuatu di buku kecilnya sampai-sampai dia tidak sadar bahwa dia tengah diperhatikan oleh Nagen.

"Boleh saya minta cambuknya?" Angel menaikkan tatapannya dan Nagen buru-buru menoleh ke arah lain.

"Itu mainan saya. Nggak ada satupun orang yang bisa memilikinya termasuk pacar saya sendiri."

Angel tersenyum penuh makna, "Berarti Kyomi adalah penyebab kamu melakukan penyiksaan terhadap seseorang."

Rahang Nagen mengetat. Pupil matanya membesar, namun dia masih bisa menahan amarah yang bergejolak dalam dirinya. Nagen sengaja diam untuk mendengarkan lebih banyak lagi perkataan wanita itu.

"Kehadiran Kyomi membawa dampak buruk bagi psikis kamu. Kalau kamu terus-terusan bersamanya, emosi kamu semakin tidak terkontrol. Apapun yang menyangkut Kyomi, harus kamu jauhi." Angel mengatakan itu dengan raut wajah serius. "Kyomi hanya akan membuat hidupmu semakin kacau. Perasaan tidak tenang akan selalu menghantui kamu. Percayalah, lama kelamaan kamu bisa gila jika tetap bersikukuh mempertahankannya."

"Bukannya saya memang udah gila?" Nagen tertawa, "Bahkan pacar saya mengakuinya."

"Belum dan jangan sampai kamu beneran gila, Nagen. Saya di sini ingin membantu kamu keluar dari penderitaan ini."

Nagen berdiri. Sudah berakhir pertemuan mereka. Cowok itu mengambil kunci mobilnya kemudian mengenakan jaket kulitnya seraya berkata, "Saya rasa anda yang sudah kehilangan akal sehat. Percuma anda dibayar mahal hanya untuk mengatakan semua omong kosong itu. Sejauh ini cuma Kyomi yang bisa mengendalikan amarah saya. Dia yang buat saya marah, dia juga yang bisa meredakannya. Anda nggak perlu ikut campur lagi ke dalam hubungan saya dengan Kyomi. Lebih baik anda balik ke Amerika daripada mengacau di hidup saya."

Angel menahan pergelangannya yang sudah akan mencapai pintu, "Tolong kali ini dengarkan apa yang saya katakan."

"Lepas!"

Angel tidak mendengarkan seruannya. Membuat Nagen melepaskannya secara paksa.

"Jangan pernah anda mendoktrin pikiran kakek saya lagi. Kalau anda butuh uang, saya bisa memberinya pada anda tanpa perlu anda melakukan hal yang sangat sia-sia." Nagen melangkah menjauhi rumah, berjalan ke arah mobilnya yang tadi dia parkirkan di pinggir jalan besar.

Angel ternyata membuntutinya sampai depan gerbang. Nagen bisa mendengar suara wanita itu meskipun dia sudah berada di dalam mobil.

"Saya yakin kamu nggak akan menyesal meninggalkan anak itu."

Nagen tersenyum miris, "Justru gue akan menyesal seumur hidup kalau sampai gue lepasin Kyomi, " ujarnya seraya membayangkan kalau itu beneran terjadi.

***

Ketika menginjakkan kaki di apartemennya, Nagen mengerutkan kening menemukan kamarnya dalam keadaan gelap gulita. Nagen juga tidak melihat Kyomi dimanapun.

Gelisah, khawatir, marah, berpadu menjadi satu. Nagen mengerang seraya mengecek ponselnya. Tanpa pikir panjang dia menelpon Kyomi, namun ponsel cewek itu sepertinya mati. Nagen menendang barang apa saja yang ada di dekatnya.

"Kemana sih tuh cewek?! Mana pergi nggak pamit-pamit dulu ke gue!" Nagen duduk resah di atas ranjang. Cowok itu akhirnya menanyakan Kyomi pada Mahika, tapi Mahika juga tidak tahu dimana Kyomi berada.

Nagen buru-buru membuka pintu saat suara ketukan terdengar dan sosok di luar sana membuatnya kembali menendang sebuah tong sampah tepat di sampingnya.

"Mau ngapain lagi lo ke tempat gue?! Nggak cukup satu cambukan di punggung lo?!" Nagen mendorong bahu Yona. Sudah dia pusing memikirkan keberadaan Kyomi, ditambah kedatangan Yona. Kepalanya serasa mau pecah.

"Gue punya informasi bagus buat lo."

"Nggak usah buang-buang waktu gue." Nagen hendak menutup pintu yang langsung ditahan Yona sekuat tenaga.

"Kyomi yang ngasih tau abang gue soal gue ada di apartemen lo semalam."

Nagen menggertakan giginya, "Gue nggak percaya. Mending lo enyah dari hadapan gue."

"Gue punya buktinya. Ini gue ambil diam-diam dari ponsel abang gue." Yona menunjukkan hasil screenshot-an panggilan terakhir di ponsel Uriga juga sebuah pesan singkat dari Kyomi yang menyuruh Uriga untuk berhati-hati terhadap Nagen.

"Sialan!" umpat Nagen dengan rahang mengeras.

"Kyomi masih perhatian ke abang gue. Takut abang gue kenapa-napa."

"Diem lo!"

Namanya Yona pasti tidak akan tutup mulut secepat itu. Yona semakin mengompori Nagen. Di saat begini, pikiran Nagen memang mudah terkontaminasi.

"Gue mau dong jadi selingkuhan lo. Setelah gue pikir-pikir, gue juga bisa jadi kayak Kyomi. Gue mencoba tahan banting diapain aja sama lo. Kalau lo mau cambuk gue, gapapa cambuk aja. Gue ikhlas."

Nagen menghiraukannya. Cowok itu masuk ke kamar diikuti Yona, berniat menghubungi Kyomi yang dengan cepat Yona hentikan.

"Mungkin sebentar lagi Kyomi datang. Soalnya gue tadi lihat dia di minimarket lantai satu. Duduk-duduk sambil makan mie instan."

Nagen mengusap kasar wajahnya. Harus dengan cara apalagi agar Kyomi mematuhi semua hal yang tidak dia sukai. Nagen tidak bisa lagi berpikir jernih. Cowok itu merapatkan tubuhnya pada Yona lalu membisikkan sesuatu yang membuat wajahnya berseri-seri.

"Serius?"

"Iya, mulai sekarang lo jadi mainan gue."

Yona malah kegirangan, "Gue boleh peluk lo juga nggak?"

Nagen menjauh beberapa langkah, "Tergantung gimana gue ke lo."

"Gue berharap kita beneran jadi pasangan selingkuhan pada umumnya." Yona berteriak meluapkan perasaan senangnya. Sementara itu Nagen meninggalkan Yona begitu saja dan memilih mondar-mandir di ruang tamu, menantikan kepulangan Kyomi.

"Nagen, gue bawa jajanan buat lo." Itu kalimat pertama Kyomi saat muncul di depan Nagen. "Lo kapan baliknya? Kenapa nggak ngabarin dulu?"

"Nomor lo nggak aktif," jawab Nagen pelan.

Cengiran Kyomi sama sekali tidak mempan bagi Nagen. Nagen ingin memberikan hukuman, setidaknya Kyomi paham benar kalau Nagen orangnya tidak pandang bulu.

"Baterai ponsel gue abis. Lupa gue cas. Sori ya, Gen."

Nagen menatapnya tanpa kedip, "Kenapa lo bohongin gue lagi?"

"Hah? Maksud lo?" Jujur, Kyomi bingung.

Nagen tiba-tiba mencekiknya, membuatnya susah napas, "Lo yang ngasih tau Uriga tentang keberadaan Yona! Lo telpon dia, lo ngirim pesan ke dia bahkan lo masih sempat-sempatnya mengkhawatirkan tuh cowok!"

Kyomi gelagapan. Lehernya terasa panas juga sakit. Matanya sampai berair membuat Nagen sadar lalu melepaskan cekikannya. Kyomi tidak bisa lagi membendung tangisnya. Dia menangis terisak di hadapan Nagen yang sama sekali tidak merasa bersalah.

"Lo melanggar syarat yang udah gue buat. Lo udah janji. Tapi lo ingkari," ujar Kyomi masih senggugukan. "Lo melanggar syarat nomor dua."

Nagen tersenyum sarkas, "Persetan sama syarat-syarat itu! Lo memang gatel jadi cewek! Lo lebih memihak Uriga daripada pacar lo sendiri! Kenapa lo nggak jadian aja sama dia?"

"Yauda kalau itu yang lo mau." Kyomi mengusap airmatanya. "Gue mau kita putus!"

Maniknya membulat. Nagen kian meradang tatkala Kyomi mengambil koper miliknya di samping rak tv lalu melangkah lebar ke arah kamar. Nagen mengikutinya yang mana di dalam kamar masih ada Yona. Entah apa yang cewek itu lakukan di sana.

"Taruh tuh koper ke tempat tadi!" Nagen berusaha menghalangi niat Kyomi yang ingin mengemasi barang-barangnya. "Lo denger gue nggak?!"

"Lo juga melanggar syarat nomor tiga." Kyomi tersenyum pedih setelah melihat Yona tengah tidur-tiduran di atas ranjang mereka. "Lo lebih parah dari gue, Gen. Nggak salah gue minta kita putus. Lo bajingan."

"Gue nggak akan pernah ngebiarin lo pergi. Gue nggak akan mau putus dari lo."

Kyomi melempar lampu tidur dan lemparannya tepat mengenai pelipis Nagen. Membuat darah segar mengucur memenuhi lantai. Ulahnya itu berakhir buruk sebab setelahnya Nagen tidak tingal diam. Cowok itu menyeret Kyomi untuk ikut bersamanya ke loteng lalu kemudian mengikat kedua tangannya di besi penyangga.

"Lepasin gue, sialan! Lo jahat! Gue nggak mau sama lo lagi! Gue mau pulang!"

Nagen menarik rambutnya ke belakang, "Sama gue lo sakit. Nggak sama gue lo bakal jauh lebih sakit. Jadi, jangan coba-coba."

'Lo selingkuh! Gue benci sama lo!"

"Bukannya kita impas? Lo sama Uriga, gue sama Yona." Nagen tersenyum manis yang mana itu terlihat menjijikkan bagi Kyomi.

"Gue nggak selingkuh macam lo!"

Nagen berdiri setelah memastikan ikatan talinya sudah kencang, "Lo di sini aja sampai satu hari kedepan. Ini hukuman buat lo."

"LEPASIN GUE, BRENGSEK!" teriak Kyomi berusaha melepaskan diri. Tubuhnya tidak berhenti bergerak guna melonggarkan tali yang mengikat pergelangannya.

"LO IBLIS! LO NGGAK PUNYA HATI!" Kyomi kembali menangis. Dan Nagen tidak peduli dengan keadaannya, dengan perasaannya. Nagen bahkan tidak meliriknya sedikitpun.

"GUE TAKUT, NAGEN! TOLONG LEPASIN GUE!"

"Kenapa lo setega ini ke gue?" lirihnya pilu. "Kenapa lo nggak sekalian bunuh gue?"

Kyomi menangis tersedu-sedu, "Ma, Nagen jahatin Kyomi. Kyomi nggak bisa lawan dia, Kyomi capek. Kyomi pingin ikut mama ke surga. Jemput Kyomi ya, Ma," ujarnya begitu memilukan. Lamat-lamat kedua matanya mulai terpejam, kakinya melemas kemudian kepalanya terjatuh ke sisi bahu kanan.

Hari itu adalah hari yang paling menyakitkan untuk Kyomi selama berpacaran dengan Nagen.

Hari yang tidak akan pernah dia lupakan.

***

Hope u like it guys!

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 44.7K 51
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
2.7M 276K 64
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?
295K 13.5K 18
Level tertinggi dalam cinta adalah ketika kamu melihat seseorang dengan keadaan terburuknya dan tetap memutuskan untuk mencintainya. -𝓽𝓾𝓡𝓲𝓼π“ͺ𝓷�...
7M 295K 59
On Going Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...