DRAGON

By StarsShine_1603

4.8M 736K 511K

( Sudah terbit, end & masih lengkap!) Andrew Shaquille Calzeylions. Cowok tampan sekaligus mengerikan yang me... More

Prolog
1. Satu
2. Dua
3. Tiga
4. empat
5. Lima
6. enam
7. Tujuh
8. Delapan
9. Sembilan
10. Sepuluh
11. Sebelas
12. Dua belas
13. Tiga belas
14. Empat belas
15. Lima belas
16. Enam belas
17. Tujuh belas
18. Delapan belas
19. Sembilan belas
20. Dua puluh
21. Dua Satu
22. Dua-dua
23. Dua tiga
24. Dua empat
25. Dua lima
26. Dua enam ( bagian a )
26. Dua enam (bagian b)
27. Dua tujuh
28. Dua lapan
29. Dua sembilan
30. Tiga puluh
31. Tiga satu
Vote Cover
32. Tiga dua
33. Tiga Tiga
34. Tiga empat
35. Tiga Lima
challenge 🔥
Epilog
Special Dragon!
Tara mak jreng!
Special🧨🎇
Extra Part 1 + PREQUEL Lavender x Dragon

36. Tiga enam

118K 16K 8.4K
By StarsShine_1603

36. TRAGEDI BERDARAH

Cerita Drystan bakal di up tanggal 15!

Happy reading 💘🔥

Hari ini ngapain aja?

Absen pake emot kesukaan dongs🔥🔥🔥

YANG BELI NOVEL, TIDAK USAH BACA INI GUYS. TAPI KALO BACA YA GAPAPA SIH HEHE.

Soalnya mendekati ending ada dua versi.

Kalo bisa sambil setel lagu "Bunga terakhir"  ya!"

Okey enjoy.

****

"Ikut, biar lo liat secara live gimana gue gigit bibir penuh kemanisan itu," titah Andrew lalu tersenyum miring. Ini saatnya balas dendam kepada Al karena selalu memanas-manasinya soal kemesraan.

Al menanggapinya dengan kekehan geli. "Oke. Butuh tutor juga gue. Mau praktek ke adek lo."

Andrew langsung menoleh menatap Al sinis sembari mengacungkan jari tengahnya. "Gue robek bibir lo sampe beneran terjadi."

Al tertawa renyah melihat Andrew kesal. Senang rasanya meledek si galak ini. "Ck, lo aja mau gitu sama cewek lo, masa gue nggak boleh?"

"Ya, lo pikir?" balas Andrew sedikit menyentak, niatnya tadi hanya memanas-manasi. Bisa habis ia dibunuh Mark kalau benar-benar melakukannya. "Gue nggak sebajingan itu juga. Belum nikah, nggak berani gituan."

Al mengangguk ber-oh ria. Sedikit tak menyangka dengan jawaban Andrew yang sedikit soleh.

"Prinsip gue masih sama, cewek itu harus diratuin." Andrew menegaskan.

Keduanya malah mengobrol santai sembari duduk di jok motor padahal habis menghajar orang.

"Omong kosong," balas Al ketus. Ia hapal perangai Andrew kalau sudah marah, maka tak peduli apapun. "Lo kalo ngamuk aja nggak pandang bulu."

"Cewek bagi gue itu cuman adik gue, Mommy, dan Raquel," ujar Andrew santai.

"Fuck," umpat Al lalu menahan tawanya. "Lainnya apa?"

"Lainnya gue anggep kambing."

Andrew mengatakannya dengan ekspresi wajah tanpa dosa membuat Al meledakkan tawanya.

"Becanda," ralat Andrew dengan ekspresi muka datar.

Al hanya menggelengkan kepalanya pelan tak habis pikir. Bisa tertawa terus kalau ia masih melanjutkan obrolan ini. "Ayo buruan. Keburu cewek lo ada apa-apa nanti."

Andrew mengangguk lalu menyalakan mesin motornya. "Berhenti ke toko bunga sama beli coklat dulu."

Al mengernyitkan dahinya. "Buat apa?"

"Mau nembak cewek gue." Ia tadi malam sudah melihat di google cara-cara yang baik menjadikan perempuan sebagai pacar.

Al kembali dibuat bingung. "Konsepnya gimana, sih?" herannya. "Lo ngebacot 'cewek gue' mulu dari tadi, tapi belum lo jadiin pacar?"

Andrew dengan polosnya mengangguk membuat umpatan Al terdengar merdu.

"Si paling ngeklaim," gumam Al.

****

Demi mempertahankan kehormatannya sebagai perempuan, tidak ada pilihan lain selain melawan. Raquel sudah maju menyerang preman itu satu persatu. Sempat kewalahan karena badan mereka besar-besar, tapi untungnya ia punya belati dari Andrew.

"Pengecut lo semua. Ngelawan cewek aja ramean," hina Raquel sinis.

Wajah Raquel berpaling ke kiri ketika mendapatkan satu tinjuan kuat. Sudut bibirnya pecah, pipinya lebam membiru menimbulkan rasa nyeri tiada tara. Raquel lalu meludah ke aspal, cairan merah gelap bercampur dengan air liur terlihat.

Tak menyerah, ia masih tetap berdiri kokoh melawan mereka semua. Galang bahkan dibuat terpukau dengan ketangguhan gadis ini.

Satu preman menodongkan pisau siap menusuk perut Raquel. Dengan senyuman menyeringai, Raquel memberhentikan laju pisau itu dengan cara menggenggamnya erat sampai merobek kulit telapak tangannya. Belati tajam itu menyayat kulit Raquel dalam, cairan merah gelap berangsur-angsur menetes ke aspal.

Galang meringis, membayangkan bagaimana sensasi nyeri yang dihasilkan karena menggenggam pisau. Ia lalu mengambil ponselnya di saku karena merasakan getaran.

08xxxxxxxxx

Bakal mati lo di tangan gue, anjing.
Gue bakal nyiksa lo sadis kaya nyiksa binatang 🖕

Pesan berisi ancaman ini jelas sekali dari Andrew. Galang menelan salivanya gugup, sedikit takut dengan ancaman ini. Jantungnya berpacu cepat harus mengambil keputusan. Mendapatkan Raquel adalah impiannya sejak dulu, tapi ia juga tak ingin mati muda.

Lagi, handphonenya bergetar. Galang langsung melihat kiriman gambar dari Andrew. Refleks, ia langsung ingin mual melihat tubuh Reno yang bersimbah darah, bahkan luka-lukanya terlihat mengerikan.

08xxxxxxxxxx

Bentar lagi giliran lo yang kaya Reno
Siapin diri🖕

"Ber-berhenti," perintah Galang terbata-bata dengan raut ketakutan. Keputusannya sudah bulat.

Raquel menaikkan satu alisnya melihat ke arah Galang heran. Sepersekian detik, ia merebut pisau yang berlumuran darah itu dan melemparkannya ke sembarang arah.
Jari tengahnya yang terhiasi darah mengacung penuh keberanian di depan preman yang masih terlihat kaget.

"Stop!" perintah Galang membuat preman-preman suruhannya bingung.

"Cupu ah," cerca Raquel lalu berjalan ke arah motornya dirasa semuanya sudah cukup.

Raquel melihat tangannya yang penuh darah, ia meringis karena darah itu tidak berhenti mengalir. Lalu, ia mengaca lewat spion motor, mukanya banyak terhiasi lebam membiru. Bibirnya juga terasa nyeri.

Ponselnya berdering tanda ada pesan masuk. Ia langsung membukanya, ternyata dari Andrew.

Dragon

Gimana? Luka gak?

Raquel langsung mengetikkan pesan balasan.

Sedikit.

Kemudian ia selfie agar Andrew tahu bagaimana kondisi luka-lukanya saat ini. Raquel langsung mengirimkannya.

Andrew langsung mengetikkan balasan.

Dragon

Cantik banget anj cewek gue

Sontak, pipi Raquel langsung memanas. Ingin membalas, tapi niatnya urung karena melihat Andrew juga sedang mengetik.

Dragon

Gue ciumin nanti setiap inci muka lo biar sembuh tuh lebam.

Raquel tersenyum tipis walaupun sedikit nyeri.

Hm, tulisannya blur jadi ga kebaca. Udah ya ... Gue mau pulang dulu hehe

Raquel langsung memasukkan ponselnya ke dalam saku. Ia menyalakan mesin motornya. Terpaksa menyetir dengan tangan yang berlumuran darah. Raquel mengembuskan napasnya berat sebelum melesat cepat membelah jalan raya.

Jantung Raquel berdebar hebat ketika melihat ke spion, di belakangnya ada dua orang mengendarai motor hitam yang terlihat mengikuti dari tadi. Ia menelan salivanya sendiri gugup lalu menarik gas motornya agar lebih kebut. Motornya melesat cepat menyalip kendaraan-kendaraan yang melintas.

Melirik spion, ternyata pengendara itu masih mengikuti. Raquel makin was-was karena kondisinya juga sudah lemah. Ia hampir tersalip, pengendara itu sejajar dengannya.
Ia oleng ketika motornya ditendang saat melaju.

"Fuck!" umpat Raquel menggebu-gebu. Ia menambah kecepatannya lagi sehingga membuat mereka berjarak beberapa meter. Raquel tidak bisa menduga ini musuh siapa, karena dilihat dari gerak-geriknya sangat ahli.

Raquel melirik spionnya lagi, matanya membola kaget Jantungnya berpacu cepat, keringat dingin bercucuran. Memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi. Jalanan juga sepi membuatnya panik luar biasa.

Ia tak pernah menyangka kalau orang di belakang pengendara itu mengeluarkan pistol dan menodongkan ke arahnya.

Dor!!

Tembakan satu kali terdengar menggema, peluru melesat cepat tepat menembus perut Raquel.

Raquel merasakan sakit yang luar biasa di bagian perutnya. Peluru ini benar-benar berusaha membuatnya mati. Pandangannya mulai mengabur, darah bercucuran di perut. Kepalanya seakan berputar-putar karena pening di kepalanya. Raquel kehilangan fokusnya, jalan motornya pun sudah tak beraturan.

Dor!!

Lagi ... tembakan menggema, kali ini dengan jarak yang lebih dekat. Peluru itu menembus perut Raquel sehingga membuat motornya langsung tumbang.

Tubuh Raquel terpental, berguling menggesek aspal, kepalanya yang terlindung helm terbentur keras ke aspal. Tulangnya seakan remuk, darah langsung mengalir membasahi aspal panas.

Perutnya bercucuran darah. Kesakitan yang luar biasa ini membuat Raquel mengeluarkan rintihan pilu. Detak jantungnya melemah, pasokan udaranya menipis, Raquel meneteskan air matanya sebelum memejamkan mata sempurna. Raquel tak sadarkan diri.

****

Andrew dan Al kompak menyusuri jalan untuk mencari Raquel. Keduanya kebut-kebutan di jalan raya berniat menyusul laju jalan motor Raquel yang akan pulang ke rumah.

Andrew tak mengerti kenapa dirinya tiba-tiba dilanda rasa gelisah. Batinnya berkecamuk, perasaannya tidak enak. Tangannya lalu mencengkram kuat setir motor, ia menambah laju kecepatannya membuat Al yang di belakang merasa kewalahan.

"KALEM, ANDREW!" seru Al, karena takut terjadi apa-apa ketika Andrew tak fokus.

Andrew memelankan laju motornya ketika melihat ada motor terjatuh di depannya, motor ninja hitam itu sudah remuk di beberapa bagian. Ia menelan salivanya sendiri, takut luar biasa karena hapal betul itu motor siapa. Sekujur tubuhnya langsung mendingin, ketika tahu tak jauh dari situ ada beberapa orang yang mengerumuni satu titik.

Andrew memberhentikan laju motornya membuat Al ikut berhenti. Al masih santai karena mengira Andrew berhenti hanya untuk menolong orang yang kecelakaan.

Andrew turun dari motor sembari menggenggam erat setangkai mawar putih dan sebatang coklat yang sudah ia beli dari toko tadi. Jantungnya berpacu cepat, mendengar bisikan-bisikan orang yang mengatakan korbannya perempuan.

Lantas, ia langsung berlari menerobos kerumunan. Begitu melihat korbannya, ia mematung. Matanya berangsur-angsur berubah memerah menahan air mata yang ingin keluar. Rasanya ... terlalu menyakitkan. Dunia seakan berhenti sejenak, Andrew perlu waktu untuk mencerna apa yang terjadi. Ia perlu memastikan bahwa ini juga bukan mimpi.

"Mas," panggil satu bapak-bapak berbadan gempal sembari menepuk punggungnya.

Al ikut menerobos kerumunan. Ia melihat raut wajah Andrew yang seperti syok, matanya juga memerah membuat Al bingung. Ia lalu beralih menatap korban perempuan itu. Hanya butuh waktu beberapa detik untuk paham apa yang terjadi.

"Andrew, dia ...." Al menggantungkan ucapannya. "Dia bukan Raquel kan ...?"

Andrew menggelengkan kepalanya pelan, masih berusaha menyangkal kalau korban di depannya ini bukan Raquel.

"Di nametag yang ditemuin di saku namanya Raquella Ceystar," ucap salah satu bapak-bapak.

Andrew syok luar biasa karena ini bukan mimpi. Ternyata benar gadisnya yang tergeletak lemas tak berdaya dengan badan berlumuran darah.

Andrew mengerjapkan matanya tak percaya, genggamannya pada bunga dan coklat melemas membuat barang itu jatuh ke aspal yang sudah berlapiskan darah Raquel. Sekujur tubuhnya menggigil. Dadanya sesak hebat, hatinya perih melihat kondisi mengenaskan Raquel.

Andrew buru-buru duduk di aspal lalu dengan tangan gemetaran menaruh Raquel di atas pahanya hati-hati. Satu tangannya yang lain mengelusi pipi Raquel yang membiru. Air matanya menetes pedih, ia kembali menggelengkan kepalanya cepat.

"Detak jantungnya melemah," ucap orang yang baru memeriksa urat nadi.

"Nggak!" gumam Andrew dilanda ketakutan yang begitu besar. Takut kalau perempuan yang disayanginya pergi lagi. Matanya memerah sendu, wajahnya terlihat benar-benar kacau.

"Lo ... nggak boleh pergi!" Andrew lalu memeluk kepala Raquel menaruh di dadanya. Ia mencium puncak kepala Raquel berulangkali walaupun sebagian kepala itu sudah berlumuran darah.

"Raquella-nya gue harus kuat biar bisa bertahan," lirih Andrew pilu sembari terus memeluk kepala Raquel. "Iya kan, Sayang?" lanjut Andrew dengan suara serak lalu mencium dahi Raquel lembut.

"AMBULANCE MANA ANJING?!" serunya menggelegar dengan mata memerah memancarkan kesakitan.

"Arghhhh!" teriak Andrew frustasi lalu menggigit bibir bawahnya menahan perih yang menggerogoti dadanya. Rasanya ... benar-benar menyakitkan menatap wajah pucat Raquel.

Di detik yang sama sirene mobil ambulance dan polisi terdengar. Andrew langsung bergegas menggendong Raquel ala brydal style menuju ke dalam ambulance. Sementara Al harus menghubungi semuanya dan mengurus motor Andrew.

Di dalam ambulance, Andrew duduk di samping Raquel sembari menggenggam tangannya lembut. Dalam hati Andrew merapalkan doa untuk keselamatan gadisnya.

"Jangan, Tuhan," lirih Andrew pedih. Sudah dua perempuan yang direnggut dari hidupnya. Ia tak akan sanggup jika harus bertambah lagi.

"Jangan lagi tolong ...." pinta Andrew dengan nada suara menyayat hati sembari air matanya menetes pedih. Ia menggigit bibir bawahnya sejenak untuk melampiaskan rasa sakit. Melihat luka-luka Raquel yang serius membuatnya sangat takut.

"Saya memang pendosa ... tapi jangan hukum saya dengan hal ini lagi," gumam Andrew ketakutan. Ini siksaan paling kejam selama ia hidup.

"Mommy ... tolong jangan ajak kesayangan Andrew yang ini ke sana," pinta Andrew dengan dada sesak.

****

Raquel sudah cepat-cepat ditangani di ruang IGD dengan dokter-dokter terbaik karena Andrew membawanya ke rumah sakit miliknya sendiri. Cowok itu sekarang duduk di kursi sembari menunduk mencengkram rambutnya frustasi. Kemungkinan buruk menghantuinya sejak tadi. Ia takut ... bahkan sangat takut.

Kepalanya menoleh begitu tahu ada rombongan yang datang. Ternyata saudara-saudara dan beberapa anggota gengnya. Viorz juga ikut di sana.

"Kenapa bisa begini?!" tanya Viorz marah. Ia kaget karena mendapat kabar Raquel kecelakaan.

Al maju menatap Viorz nyalang. Mata biru safir itu sama-sama beradu sengit.

"Bisa nggak lo jangan memperburuk situasi?" peringat Al penuh penekanan. Ia kasihan dengan Andrew yang kacau malah dicerca denga pertanyaan.

"Gue perlu tau," balas Viorz mencoba untuk tenang.

Al mendengkus kesal. "Sekarang sepupu lo cuman butuh doa. Yang lain diurus nanti.

"Shut up!" titah Drystan membuat Al dan Viorz langsung diam.

Calista datang berlarian menuju Andrew. Keringat membasahi pelipisnya. Wajahnya panik karena mendengar kabar yang sangat mengejutkan ini. Ia mencari di mana kakaknya di antara gerombolan laki-laki itu. Air matanya menetes begitu melihat Andrew benar-benar terpuruk.

Andrew yang melihat adiknya datang langsung menghampiri dengan langkah tertatih. Matanya menatap Calista sendu. Kedua tangannya mengepal kencang.

"It hurts," ungkap Andrew lirih membuat Calista langsung menerjangnya dengan pelukan.

Calista menangis pilu, air matanya berderai melihat kakaknya sekacau ini. Pelukannya mengerat, sesekali mengelus punggung Andrew untuk menguatkan.

Andrew tak membalas pelukan Calista karena tubuhnya terlanjur lemas. Ia menaruh kepalanya di pundak Calista sembari matanya memejam. Setidaknya ... pelukan hangat ini sedikit menenangkannya.

"Raquel pasti sanggup ngelewatin semuanya," ujar Calista menenangkan lalu tersenyum tipis dengan air mata berderai.

Mata Andrew terbuka ketika mendengar suara langkah kaki yang datang. Mata yang tadinya sendu langsung berkilat amarah. Ia melepaskan pelukan Calista. Dua tangannya mengepal kencang penuh emosi melihat dua orang paruh baya itu.

"ANAK SAYA KENAPA, VIORZ?!" tanya wanita paruh baya itu yang wajahnya sudah bersimbah air mata. Yang ternyata ibu dari Raquel bernama Luna. Tak sendiri, di sampingnya ada laki-laki berwibawa bernama Albert—ayah Raquel.

Emosi Andrew bangkit ketika melihat wajah tanpa ekspresi Albert. Andrew tahu sumber kesakitan Raquel saat ini ada pada keluarganya.

Andrew menghampiri Albert dengan langkah buru-buru. Tanpa pikir panjang, ia langsung mendorong Albert sampai membentur tembok. Andrew gelap mata lalu mencekik leher Albert dengan kekuatan penuh.

"Mati lo, bajingan!" geram Andrew membuat semuanya kaget. Beberapa orang berteriak histeris.

Albert terlihat tersiksa, pasokan udaranya menipis. Cekikan Andrew terlalu kuat, apalagi jari-jari lelaki itu terhiasi cincin menambah kadar kesakitan.

"ANDREW LO JANGAN GILA!" bentak Drystan berusaha melepaskan Andrew walaupun usahanya sia-sia. Emosi telah menguasai, membuat kekuatan Andrew bertambah kali lipat.

"SEMUA YANG NYAKITIN RAQUEL BAKAL GUE HABISIN!" geram Andrew dengan mata berkilat amarah. Urat-urat lehernya menonjol. Auranya menggelap. Suasana sedih itu seketika berubah mencengkam.

Tidak ada yang bisa menghentikan tindakan gila Andrew walaupun beberapa orang sudah berusaha. Bahkan Calista dibuat tercengang dengan kakaknya yang menjelma sebagai monster. Sisi lain Andrew yang ini baru pertama kali ia melihatnya.

"Apa dengan membunuhnya bisa membuat Raquelmu sembuh, Boy?" Suara bernada bariton itu menginterupsi.

Semuanya langsung menoleh ke sumber suara. Ada Mark di sana memakai setelan jas hitam membuatnya terlihat berwibawa.

Mark berjalan lalu mencengkram tangan Andrew yang sedang mencekik Albert. Matanya menatap menyalang Andrew. "Berhenti," titah Mark tegas.

Andrew menatap sekilas Mark lalu menggeleng cepat. "Dia harus mati, Dad!"

"RAQUELMU HANYA BUTUH DOA SEKARANG!" bentak Mark lalu secara memberi satu pukulan di rahang anaknya agar sadar.

Cekikan itu terlepas membuat Albert jatuh terduduk sembari mengambil pasokan udara banyak-banyak.

Andrew mengelusi rahangnya sendiri yang nyeri karena pukulan.

"Kamu bertingkah gila dan membuat keributan padahal di sana Raquel sedang berjuang antara hidup dan mati," tegas Mark sembari menunjuk pintu ruang rawat.

"Yang bisa menyelamatkannya hanya doa sekarang!" beritahu Mark. Ia sudah pernah mengalami hal ini sebelumnya.

Andrew tertegun. Matanya memerah sendu menatap ayahnya. Bahunya melemas, ia lalu menggigit bibir bawahnya menahan perih di dadanya.

"Sakit, Ayah," ungkap Andrew seperti Andrew kecil yang sedang mengadu kepada ayahnya.

Panggilan Daddy juga seketika berubah menjadi ayah. Waktu kecil, Andrew punya ciri khas memanggil Mark 'ayah' ketika kesakitan saat mendapatkan hukuman. Setelah bertahun-tahun lamanya, kini Mark mendengarnya lagi.

"Sakit ...." Lagi, Andrew berkata lirih membuat semua orang di sana berpaling ke arah lain karena tak sanggup melihat kelemahan Andrew.

Mark mendekat lalu mengelus punggung anaknya untuk menguatkan. "Tenang. Kita kirim doa sama-sama."

"Raquel suka benda-benda langit, Ayah," kata Andrew sembari menahan sesak di dadanya. "Andrew takut, kalau Raquel bakal ke atas sana gabung sama benda-benda langit."

Ucapan Andrew membuat tangis Calista makin deras. Juga membuat orang-orang di sana merasa iba. Andrew benar-benar kacau malam ini.

Pintu ruang rawat terbuka, menampilkan dokter lelaki bernama Rey. Peluh menghiasi dahi dokter itu, mimik muka putus asa tergambar di wajahnya.

Semua langsung mendekat ke arah dokter itu. Terlebih Andrew yang langsung menghadangnya.

"Bagaimana keadaan anak saya, Dok?" tanya Luna dengan air mata yang turun begitu derasnya.

Kemungkinan terburuk langsung menghiasi kepala mereka melihat Dokter Rey hanya diam.

"Maaf—"

Andrew menggelengkan kepalanya sembari menggigit bibir. Ia lalu menunjuk Dokter Rey dengan jari tengahnya. Matanya berkilat amarah.

"Ngomong yang bener!" bentak Drystan marah.

Dokter Rey mengembuskan napasnya berat. "Ma-maaf, kita sudah berusaha semaksimal mungkin," ucap Dokter Rey terbata-bata, ia benci mengatakan ini kepada keluarga korban. Apalagi, di depannya ada pemilik rumah sakit.

Andrew langsung meninju kaca di pintu ruang rawat. Tinjuan yang begitu kuat hingga membuat suara pecahan beling nyaring.

Ia kemudian menarik kerah Dokter Rey emosi. "What the fuck!" umpat Andrew emosi.

"DOKTER MACEM APA LO BANGSAT?!" bentak Andrew dengan raut marah. Air mata menetes di pipinya merasakan sakit yang luar biasa.

"BERANI-BERANINYA LO NGOMONG CEWEK GUE MATI?!" seru Andrew frustasi.

Orang tua Raquel sudah berpelukan menangisi anak mereka bersama. Mereka menyesal karena membuat Raquel selalu mendengar keributannya setiap hari. Rumah berubah menjadi neraka bagi putrinya.

Drystan dan Kenan sudah duduk dengan lemas sembari menunduk karena kabar ini. Sementara Calista sudah menangis histeris di pelukan Al.

Mark mendekati Andrew memegang tangan anaknya yang masih mencengkram kerah dokter. "Andrew," panggil Mark ikut merasakan sakit melihat putranya sekacau ini.

"Bohong kan?" tanya Andrew dengan tatapan kosong berusah bertanya kepada ayahnya bahwa Raquel benar-benar masih hidup. Napasnya memburu, berusaha menepis segala kenyataan ini.

"JAWAB AYAH!" bentak Andrew meraung kesakitan. Ia lalu memukul dadanya sendiri.

"RAQUEL GUE MASIH HIDUP KAN?!" Ia lalu menatap ke sekeliling dengan sorot berkilat amarah. "Jawab gue tolong ..." ucapnya lirih sembari memegang dadanya yang terasa nyeri. Ia lalu meremas kaos hitamnya.

"Jawab gue ...."

Masih tak ada jawaban hanya suara tangisan makin pecah melihat kekacauan Andrew.

Mark bahkan sudah bersandar di dinding karena tak sanggup menahan badannya sendiri. Rasanya begitu sakit melihat anaknya kacau.

"Kita sudah berusaha sekuat tenaga, Tuan. Namun, ananda Raquel tidak bisa diselamatkan karena benturan di kepalanya parah. Dan juga tembakan di perutnya yang membuatnya kehabisan darah, bahkan ternyata ananda Raquel juga mempunyai penyakit lambung yang sudah fatal." Penjelasan dokter Rey itu membuat semuanya kaget.

Bahkan Andrew tak tahu kalau ternyata Raquel punya luka tembak. Ia kira luka di perutnya tadi karena kecelakaan. Ia meraup wajahnya kasar lalu meninju dinding secara brutal untuk melampiaskan emosinya.

Al yang mendengar itu seketika menatap Drystan. Pikiran mereka berdua langsung terkoneksi ke seseorang yang kemungkinan besar menjadi pelaku.

"Jaga Calista," perintah Al membuat Drystan langsung mendekat mengganti memeluk Calista yang sedang menangis.

Al memakai maskernya hingga menutupi sebagian wajahnya, seketika berubah menjadi Evander Zeus. "Mati lo, Marchel," geram Al lalu berlari keluar untuk memberikan pelajaran kepada tua bangka itu.

Sementara Andrew menatap ke sekelilingnya merasa linglung. Tatapannya kosong. Dunia seakan berhenti saat ini juga. Perih menggerogoti dadanya. Ketakutannya benar-benar terjadi. Ia harus kehilangan perempuan yang disayanginya lagi.

Penyiksaan ini tak berujung. Tidakkah Tuhan melihat penderitaannya selama ini? Tidakkah Tuhan sedikit iba kepadanya selama ini? Terlalu banyak hal berharga yang direnggut darinya. Terlalu banyak penyiksaan kejam yang selama ini ia rasakan.

Andrew menunduk, sedikit kecewa kepada Tuhan karena memberikannya ujian seberat ini. Dalam benaknya bertanya-tanya, kenapa bukan dia saja yang diambil? Kenapa harus orang-orang yang disayanginya?

Satu tetes air mata jatuh. Berusaha menahan isakan yang akan keluar. Ternyata hal ini masih sangat menyakitkan, padahal ia sudah berkali-kali menghadapi situasi ini.

Raquel-nya pergi tanpa ada kata pamit. Raquel-nya pergi secara tiba-tiba menimbulkan kesakitan yang tiada tara. Lalu tiba-tiba Andrew teringat dengan pesan terakhir gadis itu.

Gue mau pulang dulu, hehe.

"Lo pulangnya terlalu jauh, Raquella." Andrew bergumam lirih. "Gue nggak bisa jangkau tempat itu."

Pusat semestanya ... kini benar-benar telah tiada.

Andrew menguatkan dirinya sendiri. Dengan langkah tertatih Andrew memasuki ruangan IGD. Jantungnya seakan berhenti beberapa detik saat melihat tubuh penuh luka Raquel terbaring kaku di bankar. Matanya tertutup. Wajah cantik itu terlihat pucat. Alat-alat medis juga sudah dilepas karena sang pasien sudah tidak membutuhkannya lagi.

Melihat tuan mereka masuk, Dokter dan suster langsung menyingkir memberikan ruang.

Andrew mendekati dengan dada yang begitu sesak. Tangannya gemetaran. Tak menyangka ia akan mengalami fase menyakitkan ini lagi.

"Hei, My Favorite Girl?" sapa Andrew sembari memegang jari-jari Raquel yang terasa sangat dingin.

"Pulangnya kejauhan, Sayang," ucap Andrew dilanda perih hebat di sekujur tubuhnya.

Andrew tersenyum getir melihat wajah tenang Raquel. "Titip salam ke Mommy Zelva, sama Caistal, okay?"

"Bilang ke mereka, kalau Andrew kangen."

Hening sejenak, berusaha untuk kuat tapi hasilnya sia-sia. Air matanya menetes tanpa aba-aba. Andrew lalu meremas rambutnya penuh frustasi.

"Thanks, Love." Andrew berucap tulus. "Datengnya lo di hidup gue bikin gue ngerasain banyak kebahagiaan."

Mark yang baru saja masuk langsung menepuk punggung anaknya dua kali. "Kainnya udah mau ditutup."

Andrew mengepalkan kedua tangannya kencang sebagai pelampiasan rasa sakit yang terasa di hati. "Tuhan ... Rasanya sakit sekali," batinnya.

"Sial sial sial!" gumam Andrew perih. Berusaha ikhlas tapi tidak bisa. Ini sangat menyakitkan.

"Ikhlas, Lions." Suara lembut Mark menginterupsi. Memanggil Andrew dengan panggilan kecilnya. "Biar perjalanan dia mudah."

Dengan berat hati Andrew mengangguk pelan. Ditatapnya lama wajah cantik itu untuk terakhir kali. Wajahnya mendekat, mengecup setiap inci lebam-lebam di wajah Raquel seperti janjinya tadi.

"Selamat tidur di keabadian, Mahakarya Termanis," bisik Andrew lalu air matanya menetes pedih. Dadanya sesak luar biasa.

Perlahan, bibirnya mendekat ke arah kening Raquel, lalu menciumnya penuh kelembutan. Bibir dingin itu menempel di dahi Raquel lama sekali. Matanya memejam walaupun air mata tak berhenti mengalir. Kehangatan dan ketulusan ia salurkan lewat ciuman ini. Andrew ... seakan menikmati moment terakhir ini.

"Rest in love beautiful soul, My Girl." Lagi, Andrew berkata dengan nada pilu membuat semua orang yang ada di sana ikut merasakan sakitnya.

"I love you, Dangerously."

Semesta menjadi saksi bagaimana tameng terhebat semua orang itu hancur malam ini.

****

TBC.

Hehe mati😁

Huhu:( berat nulis ini tapi bisa full senyum😇😇😇

MASIH ADA SATU PART EPILOG!

SIAPA TAU INI PRANK KAN🙃 mwheheheh kaya pas lavender dlu kalian kena prank.

DAN AKAN ADA EXTRA PART YANG AKAN DIPOST DI INSTAGRAM GUYS @starsshine1603

Di novel endingnya full senyum kok, sumpah deh🌟🌟🌟💖💖💖 mbak e juga bangkit disana. Bikin salting brutal pastinya.

CERITA DRYSTAN AKAN DI UP TANGGAL 15 YA!

Mau bilang apa ke mas Andrew?

Mau bilang apa ke mbak Raquel?

Mau bilang apa ke Mas Drystan?

Mau bilang apa ke Reiner?

Atau ke tokoh yang lainnya?

Atau ke author wkwkwk?

SPAM EMOT ♥️ INI SEBANYAK-BANYAKNYA YUK!

Spam nama "Dragon" biar lebih berdamage 🔥

Thank you! See you next chapter<3

Salam hangat,
Star dan para maung🦋

Tengkyu💖

Kalian boleh bikin konten cerita ini atau ss part yg kalian suka dan tag aku serta para Rp. Makasih💖

Follow Instagram :
@calzeylions_wp @starsshine1603 @official.lionix

Dan para Rp, kalian bisa seru-seruan di sana :
@andrewcalzeylions_
@raquellaceystar_
@reinervgaz_
@markcalzeylions
@equelzxavior_
@calistashaqueenaa
@alcakrawala_
@drystancalzeylions
@kenan.calzeylions
@defancalzeylions
@shenacutee
@reynasylv_
@vionasheinzel
Gabung Chanel Telegram : Starsshine. Seru-seruan di sana!
Tiktok : @Dragonlions36 @calzeylions2320

Continue Reading

You'll Also Like

RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.6M 222K 67
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
327K 18.3K 66
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
5.5M 371K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
5.9M 249K 57
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...