ABIGAEIL

By parkchim_chim2

727K 53.8K 4.8K

Abigaeil, namanya manis dan imut anaknya si buntalan daging mengemaskan yang selalu menjadi primadona para te... More

1
02
cast
03
04
05
06
07
08
10
15
09
11
12
13
14
16
00 : 41
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27.
28
29
30
31
32
33
34
35..
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
47
48
49
50
51
Tesss
52
53
54
👋👋
55
56
57
58
59
60
61

46

7.4K 559 68
By parkchim_chim2








☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️








Sosok cantik itu masih setia berdiri di tempatnya mendekap tangannya sendiri dengan mata tertuju pada, wajah mengemaskan anak manis yang masih tertidur damai.

Ia tidak sendiri, ada Andhika yang duduk tidak jauh dari brangkar juga anak-anaknya yang lain yang turut memperhatikan kegiatan Dokter cantik itu
Meskipun suasana sempat canggung dan tegang usai si dokter memperkenalkan diri sebagai sahabat dari Riani yang juga dokter yang menangani Abigaeil sedari dulu, dan tentu saja setelah insiden kecil yang terjadi beberapa waktu lalu antara Andhika dan juga Freya.

Freya sendiri tidak peduli tentang pendapat mereka semua tentang tindakannya itu, yang dia tahu. Ia hanya melakukan apa yang diri nya perlu lakukan lagipula urusannya hanya dengan Abigaeil, Wishnutama yang lain dia peduli

" Egh.."

Freya mengerjap kala mendengar lenguhan kecil melihat tubuh mungil itu menggeliat pelan membuat senyum tipisnya merekah, akhirnya ia bisa melihat mata indah kesayangan nya yang ia rindukan beberapa bulan belakangan ini terbuka menampilkan manik kucing yang terlihat bergetar dan berkaca

" Eugh~ P-papa..." lenguh Abigaeil

Berusaha membuka matanya yang terasa berat, beberapa kali mengerjap untuk menetralkan penglihatannya yang buram
Keningnya berkerut melihat siapa yang berdiri dan tersenyum padanya

" Umh.." mulut mungilnya mengecap dengan mata terus berkedip lucu

Sementara Freya, Dokter cantik itu tampaknya terpaku dalam takjubnya matanya berembun wajahnya mendadak sendu tapi senyum terus terpatri di bibirnya

" Terimakasih Tuhan untuk kesempatan ini "

Batinnya bermonolog

Wishnutama, semuanya diam menghela nafas lega setidaknya Abigaeil sudah bangun sekarang.

Masih dengan wajah cengo mengemaskan nya, Abigaeil yang tampaknya masih belum menyadari kehadiran Freya disini otak kecilnya masih mencoba memproses keadaan

Hingga, kedipan mata kucingnya berhenti mulutnya terbuka lebar dengan manik membola.

" M-mimi dokter? " gumamnya ragu

" Abi sayang nya mimi..." jawab Freya, demi Tuhan dia rasanya ingin menangis sekarang

" Hg! Abi nda mimpi kan? " anak itu mengerjap lagi

Freya gemas, tangannya terulur mengusap pipi putih itu dengan gerakan pelan

" It's not dream's, Ini mimi sayang~ " lirih Freya

Abigaeil menatap tidak percaya pada sosok yang ada dihadapannya itu, bergetar hatinya akhirnya setelah sekian lama dia bisa bertemu lagi dengan sosok Dokter cantik kesayangannya.
Sosok yang sudah seperti mama juga baginya, meskipun tetap Mamanya Riani yang nomor satu di hatinya.

Tapi Freya juga tentunya punya space khusus di hati Abigaeil, ia sangat berharap bisa bertemu lagi dengan Freya merindukan sosoknya yang penyayang, lembut dan selalu bisa menghiburnya kala harus berhadapan dengan sakitnya menjadi penenang yang selalu bisa membuat dirinya nyaman

" Hiks... Mimi datang? A-abi rindu sekali sama mimi~ "

Dirinya bahagia sekali bisa melihat Freya ada disini, bisa kembali merasakan hangatnya sentuhan tangan itu.
membuat Abigaeil tanpa sadar meluruhkan air matanya

" Um Mimi disini sayang, Maaf.
Ma-aafin Mimi, Mimi juga rindu sekali sama Abi" Freya tersenyum mengenggam tangan kecil itu, lantas menciumnya

" Hiks...! Hiks Mimi..." Abigaeil terisak kecil

" Mimi hiks.. kenapa baru datang sekarang hiks Abi rindu tau!
rindu na banyak-banyak...hiks"

" Mimi jahat pergi tingalin Abi sendirian hiks! "

Terenyuh Freya, melihat wajah imut itu memerah bahkan kini anak itu menangis keras menceritakan pasal kehilangannya. Berhasil membuat hatinya teremas menyesal setelah kepergian Riani dia tidak pernah lagi bertemu Abigaeil berulang kali ia mencoba mencari keberadaan anak manis itu tapi nihil, anak itu bak hilang ditelan bumi.
Dia tahu setelah kepergian Riani Abigaeil tinggal bersama keluarga dari pihak papa-nya yakni Wishnutama sehingga membuatnya tidak terlalu cemas akan keselamatan anak itu.

Buktinya Abigaeil baik-baik saja sampai saat ini, anak itu tidak banyak berubah tetap seperti Abigaeil yang ia kenali tetap menjadi Abigaeil yang manis dan mengemaskan.

Melihat dari betapa posesif nya dan bagaimana cara mereka semua mengkhawatirkan keadaan Abigaeil cukup membuat Freya percaya jika wishnutama menjaga Abigaeil dengan baik selama ini

" Mimi~ Hiks "

Freya terkesiap

" Maafin Mimi Abigaeil~ maaf ya Mimi baru datang, bagaimana anak kucingnya Mimi kok makin mungil sih? " tanya Freya

Lantas membuat bibir si mungil itu mencebik tak terima

" Hiks mana ada, Abi sudah besar! Mimi" protes Abi disertai sesugukan nya sampai Freya dan yang lainnya terkekeh

" Mimi sini, mau peluk
A-abi belum bisa bangun~ " pintanya sedih, badannya masih sangat lemas sekarang rasanya semua sendi  mati rasa hingga tak bisa ia gerakan sama sekali

Andhika mengerut, dengan wajah cemasnya mendengar ucapan anak bungsunya begitu juga dengan anak-anaknya yang lain

" Eoh~ kasian nya anak kucingnya Mimi, sakit sekali ya sayang? " tanya Freya lembut ia mengerti anak itu baru saja tersadar setelah collapse nya
tentu saja efek serangan dari penyakit nya masih tersisa hingga sekarang

" Umh~umh, tapi ndak papa. Abi kan strong! " ungkap anak itu menyadari perubahan wajah sang dokter

Dengan gerakan pelan kedua tangannya terangkat isyarat meminta sebuah pelukan.

Freya tersenyum membawa tubuh kecil itu kedalam pelukannya, mengusap puncak kepala pasien kecilnya itu penuh kasih tak lupa dengan kecupan hangatnya

" Kangen Mimi~ " lirih Abi menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Freya

" Mimi juga, kangen sekali~ cepat sembuh ya... " bisik Freya

Sementara yang lainnya, wishnutama yang lain hanya mampu menyimak acara temu-rindu, acara mengharu biru pasangan dokter dan pasiennya itu tanpa mau menganggu biarkan keduanya melepas rindu tanpa gangguan.

Andhika tersenyum sendu, entah kebaikan apa yang dilakukan anak bungsunya dahulu hingga membuat anak itu begitu dicintai dan disayangi oleh Setiap orang.
Dalam diamnya dirinya begitu tersentuh anak manis itu memiliki banyak orang yang menyayangi nya meskipun setengah hati nya tak rela sebab kasih sayang sang anak harus terbagi dengan orang lain, tapi biarlah toh Freya bukan orang lain melihat kedekatan keduanya mampu membuat hatinya menghangat.

Freya melepas tautannya pelan menunduk sebentar guna mengusap air matanya yang menetes.

" Berhenti nangis sayangnya Mimi, Mimi jadi gemes..." lanjutnya menangkup pipi tembem abi seraya mengusap air mata yang membasahi pipi bulat itu

" Hhh~ Abi gak berubah, masih aja gemesin"

" Emh, Abi sudah besar ganteng Ndak gemes" Abi mengeleng tak setuju

" iya, si yang paling ganteng" celetuk Rayidan tanpa sengaja

Membuat Abigaeil menolehkan kepalanya ke sisi lainnya, senyumannya merekah melihat semua orang ada disini saking senangnya ia bertemu lagi dengan Freya dia jadi lupa keberadaan keluarga nya di sini.

" Memang Abi ganteng, wle" sewotnya

" Eggh, Mimi kemana aja kenapa baru pulang? " tanyanya pada Freya

" Maaf, mimi beberapa bulan ini kerja sayang keluar negeri.
Mimi sedih waktu gak bisa nemuin Abi lagi, Mimi berusaha cari Abi waktu itu tapi nihil. Mimi juga gak tau kalo Abi sudah pindah sekolah, maaf ya "

Abigaeil mengangguk paham, merasa bersalah karena pergi tanpa pamit terlebih dahulu pada Freya

" Tapi Mimi senang sekali akhirnya Mimi bisa ketemu Abigaeil lagi, liat Abi baik-baik aja... Bahagia seperti sekarang.
Keluarga Abi merawat Abi  dengan baik ya sayang" ujar Freya lagi

" Um! maaf mimi dokter soal na Abi pindah nda kasih tau Mimi "

Freya tersenyum maklum, mengeleng menangapi anak manis yang mengerucut sedih itu

" Abi senang Mimi, Abi baik~ tinggal sama Papa, sama semuanya.." serunya melirik ke arah sang Papa dan Freya bergantian

" Mereka sayang Abi, dan Abi juga sayang mereka banyak-banyak!
iya kan Pa? " lanjutnya disertai pertanyaan

Andhika tersenyum dengan anggukan kepala

" Syukurlah, Mimi senang mendengarnya" respon Freya.

" Masih sakit?" tanya Freya melihat si pasien mengerutkan dahi ketika melakukan pergerakan

Abigaeil mendongak dengan gelengan kecil

" Abi kan memang sakit Mimi, tapi nda papa.
Mimi, sakit na nakal tau, manja Abi nda suka..hhuh~ "

Freya lagi-lagi hanya merespon aduan si kecil dengan senyum hangatnya

" Oya, makanya Abi yang semangat berobatnya supaya cepat sembuh.."

" Diobatin Mimi tapi na, sama Mimi kan? Abi mau na sama Mimi aja"

" Emh.. Abi gak suka sama Dokter Tio?" tanya Freya

" Em,em. Dokter tio galak suka aduin Abi ke Papa, terus juga setiap sakit na datang dokter Tio nda pernah kasih-kasih Abi peluk, dikasih coklat waktu Abi selesai disuntik~
Abi ndak suka. Dokter tio pelit kaya Abang! " gerutu Abi dengan nada lucunya

" Heh sembarangan" Rayidan tidak terima

" Abang-abang diam aja loh dek, masih aja dibawa-bawa" Abrian mewakili kedua adiknya yang mendengus saat Abi mengatai Abang nya pelit, kan ia jadi merasa terzolimi.

" Heheu" si bungsu nyengir

" Kkekke, eem dokter Tio jahat ya" celetuk Freya

Abigaeil tidak menjawab

" Mimi yang terbaik pokok na" ujarnya riang, berhasil membuat Freya tersenyum senang

" Tentu saja, nanti Mimi obatin Abi bakal nurut kan? jadi anak baik terus? "

Abigaeil mengangguk saja

" Nanti obatnya ndak sakit kan mimi~
Abi bisa sembuh lagi? iya kan mimi"

Freya tak lantas menjawab masih dalam senyum kecilnya diliriknya, Andhika yang turut memasang wajah muram mendengar pertanyaan sang anak.

" Iya, kita berusaha sama-sama ya. Sayang" angguk Freya pada akhirnya bermaksud menghibur si anak

" Kalo gitu ayo peluk lagi Mimi, usir sakit na supaya pergi~ " pinta Abi lirih

Freya mengangguk lagi mendudukkan dirinya di samping ranjang dimana Abigaeil dalam posisi setengah berbaring, mendekap daksa kecil itu dalam hangat pelukannya.

Hingga beberapa menit berlalu posisi keduanya masih bertahan, nyatanya kehangatan yang diberikan Freya mampu membuat Abigaeil nyaman mengingatnya pada peluk hangat dari Mama-nya, rindu. Abi merindukan persepsi wanita cantik itu dihidupnya.

" Mimi..." cicitnya bergetar

" Em"

" Mimi pulang? kenapa nda bawa mama juga, Abi rindu Mama... kakak jelak juga~ " lirihnya

Si dokter terdiam, air matanya membendung mendengar suara pelan itu mengalun ada getar kesedihan di sana membuatnya turut merasakan kesedihan yang dialami anak kecil itu.

" Mimi juga, rindu sekali~ " ungkap Freya mengeratkan pelukannya

Melempar tatap pada wajah muram keluarga wishnutama yang mungkin juga mendengar ucapan Abigaeil, sebab Freya bisa melihat wajah-wajah tampan itu berhias mendung, kesedihan.

" Mimi~ sakit na kok nda mau pergi, shhh~ ngilu mimi, sakit juga.." lenguh Abi

Andhika bangkit merasa gelisah mendengar suara lemah sang anak, berdiri di sisi brangkar lainnya tangan besarnya berhenti mengusap punggung sempit itu menatap Freya dengan wajah cemasnya

" Sabar ya sayang, itu cuma sebentar
Syutt~ jangan panik semua disini menjaga Abi"

Freya mengurai pelukannya berusaha memberikan ketenangan pada Abigaeil yang kembali mengerut menahan sakit, penyakit sialan itu benar-benar tidak membiarkan anak manis itu beristirahat barang sebentar.

" Ugh.. sakit Pa-pa " cicit Abi melihat sang Papa berdiri di dekatnya tangannya mungilnya mengenggam kuat jemari Andhika, bahkan wajah yang pucat semakin terlihat pucat dialiri keringat, dahi nya terus berkerut menahan sakit

" Dokter? " Andhika semakin khawatir

Bahkan anak-anak yang lain turut berdiri menatap penuh cemas pada adik mereka.

Freya mengangguk paham, mengeluarkan suntikan steril yang telah disiapkannya lalu menyuntikkan langsung pada lengan pasien nya itu.

Hingga berpuluh-puluh menit lamanya, akhirnya lenguhan sakit itu berhenti terdengar digantikan dengan suara dengkuran halus dan helaan nafas yang terdengar lebih berat.

Abigaeil kembali terlelap, setelah berjuang melawan sakitnya

" Terimakasih fre" ucap Andhika

Melihat Freya mulai membenahi Abigaeil, membaringkan tubuh kecil itu kembali memasangkan masker oksigen untuk membantu anak itu bernafas lebih baik, menyelimutinya begitu telaten membuatnya semakin merasa tak berguna sebagai ayah yang seharusnya bertanggung jawab pada anaknya, Andhika sadar sangat sadar malah sebagai seorang kepala keluarga, dan juga sebagai seorang ayah dirinya masih jauh dari kata baik.

" Itu sudah menjadi tugas saya Tuan" jawab Freya, Andhika sedikit kesal dengan sikap formal Freya.

" Tidak ada yang perlu dicemaskan Tuan, biarkan pasien beristirahat saya akan kembali nanti " lanjutnya membereskan hal yang perlu

" Cepat sembuh sayangnya Mimi "

Gumamnya mengusap kepala Abigaeil sebelum pergi menghiraukan wishnutama yang berdiri kaku sesekali menatap dirinya.

Hampir tiba di pintu, Freya berbalik sejenak menghadap para laki-laki tampan yang masih setia berdiri ditempatnya, melihat wajah-wajah lelah dengan guratan kesedihan tampak jelas disana tatapan cemas mereka membuat Freya menyimpulkan betapa anak-anak itu menyayangi adik bungsu mereka.
itu cukup membuat Freya merasa senang, harusnya dari awal dirinya tak pernah cemas Abigaeil akan kekurangan kasih sayang diluar sana, toh siapa yang bisa menolak pesona yang dimiliki anak itu

Netranya berhenti memindai keenam anak laki-laki itu dengan seksama, berhenti sebentar di wajah datar Zaidan dan wajah tampan Rayidan, mungkin jika sekali lihat tidak akan ada yang mengira mereka terlahir dari rahim yang berbeda dari empat lainnya, sebab mereka mirip satu sama lain
senyum tipis tersungging di bibirnya melihat keduanya

" Biasakan diri kalian anak-anak, kedepannya kalian akan banyak melihat pemandangan yang seperti barusan "

ucapnya menghadap Sehan karena entah kenapa, Freya melihat tatapan si sulung itu begitu dalam

" Jangan terlalu cemas, Abigaeil sudah bertahan cukup baik selama ini bukan setahun tapi sudah hampir empat tahun lamanya~ "

" Kita hanya perlu berusaha lebih keras lagi, untuk tetap bisa mempertahankan Abi tetap disini"

" Abigaeil anak yang kuat, percaya sama dokter "

Ujar Freya panjang, Bak sebuah mantra hebat ucapan Freya mampu membuat guratan kecemasan pada netra pemuda-pemuda itu perlahan menghilang terganti binar penuh pengharapan dan juga semangat disana.

Si sulung wishnutama Sehan, membenarkan semua ucapan Freya melempar senyum pada Freya dan ucapan terimakasih tentu saja membiarkan wanita itu menghilang dari sana.

" Mbak ria anak-anak mu telah tumbuh dewasa Mbak, tampan bertanggung jawab dan sangat menyayangi Abigaeil..."

" Tolong beri aku dukungan dan kekuatan dari di atas sana mbak, untuk merawat Abi mbak...anak itu harus panjang umur"

Monolog Freya setelah menutup pintu, memejamkan mata mengirim seuntai doa pada dia yang telah pergi

" Sepertinya Hazel harus tau, Abigaeil ada disini" gumamnya kembali








.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.





Zaidana kebingungan melihat beberapa mobil mewah yang terparkir di halaman rumah,yang  setahu nya itu bukan mobil milik keluarga nya mobil Alphard keluaran terbaru di ikuti masing-masing dua mobil Mercedez Benz di depan dan juga belakang mobil besar tersebut.

Orang penting mana yang kiranya tengah bertamu ke kediaman wishnutama padahal Papa dan juga saudaranya lain biasanya jarang mengundang tamu ke mansion utama, siapa sebenarnya orang itu Zaidan berusaha menerka

Penasaran remaja itu membuka handphone takut tertinggal informasi, seperti kebiasaan ia  jarang sekali membuka roomchat keluarga berpikir dia memang melewatkan suatu hal
tidak lama mata bulatnya membesar sempurna melihat seutas pesan yang terkirim

From: Papa

Abang dimana?
Pulang nenek mencari kamu

" Shit! " umpat nya, buru-buru keluar dari dalam mobilnya tidak lupa membenarkan pakaian sebelum memasuki rumah

" Loh, Kak? mau kemana? " ditengah jalan Zaidan berpapasan dengan Arseno yang baru saja keluar dari dalam rumah.
pakaian begitu rapi, menenteng tab dan juga beberapa map entah apa isinya mungkin pekerjaan tapi Nenek ada di rumah kenapa Arseno malah ingin pergi?

Seno menghentikan langkahnya menatap datar sang adik

" Darimana aja?  Nenek nyariin kamu" Seno balik bertanya

" Eh, ketemu temen.
Idan ga tau kalo nenek ada di rumah, hm Kakak mau keluar? " jawab dan tanya Zai

Arseno mengangguk melirik tab dalam genggamannya memberitahu Zaidan

" Kerja, jadi kamu temuin nenek sana"

" Kakak ga mau ketemu Nenek? nenek sendiri dong di dalam. Kan Papa, mas, kak Sena masih sama adek di rumah sakit
Kakak ga mau nemenin Nenek? " tanya Zaidan sedikit ragu kala melihat perubahan wajah Arseno menjadi lebih datar

" Ga, lagian Nenek cuma nyari kamu
buat apa kakak disini "

Zaidan mengerjap bingung, ketika Arseno melewati nya begitu saja
nada bicara Seno yang terkesan cuek meskipun dia terbiasa mendengar Seno berbicara ketus tapi kali ini cukup terdengar aneh untuknya.

Dengan perasaan aneh dibawanya langkah kakinya masuk kedalam rumah.

" Nenek?! "

Wiranti mendongak mendengar suara yang mendekat ke arah nya, senyumnya mengembang melihat cucu yang selama ini di banggakan nya berlari kecil kearah nya

" ZAIDAN! " pekiknya tak kalah nyaring, suaranya begitu riang

" Cucu Nenek! "

Zaidan tersenyum menerima pelukan sang nenek, Hangat selalu hangat
dirinya selalu bingung dengan sikap semua saudaranya setiap kali bertemu sang nenek.
semua saudaranya selalu bersikap dingin, acuh pada sang Nenek padahal tidak ada yang salah dari neneknya itu, sosoknya selalu baik dan juga penyayang.

Setidaknya begitulah Wiranti Dimata seorang Zaidan, cucu kesayangannya yang satu-satunya berhubungan baik dengan dirinya masih ada Rayidan sebenarnya tapi entahlah anak itu kadang sulit di terka kelakuannya dan kadang sulit dikendalikan.

" Nenek kapan datang? kenapa ga kasih tau Zai nenek mau ke rumah,. " tanya Zaidan di sela pelukannya

" Nanti aja tanya-tanya nya, nenek masih kangen sama kamu. Hhhh cucu Nenek ini udah semakin besar ya, dewasa dan gagah sekali! "

Wiranti melepas pelukannya menangkup pipi Zaidan, membuat si cucu merona

" Ah Nenek bisa aja"

" Bener! nenek kangen sekali sama kamu, nakal ya sekarang mentang-mentang sudah besar lupa sama Nenek nya. Nenek nunggu kamu jengukin nenek " kata Wiranti

Zaidan mengusap tengkuknya mendudukkan dirinya disamping sang Nenek, ia sungguh merasa tidak enak pada sang Nenek
dari dia kecil, dirinya memang dekat dengan sang nenek makanya dia bingung kenapa saudaranya yang lain tidak menyukai neneknya itu.

" Hehehe, maaf ya nenek nya Zaidan yang paling cantik. Ih makin cantik aja sih lama ga ketemu" rayu Zaidan

Wiranti terkekeh geli mendengar ucapan Zaidan

" Berapa cewek yang udah kamu gombalin kaya gitu, nakal " Wiranti mencubit pelan lengan sang cucu

" Eh, mana ada! cuma nenek kok beneren, tapi kalo adek setiap hari..! "

Wiranti bergumam, wajah berkeriput nya bergerak kesal mendengar ucapan Zaidan.

Dirinya semakin penasaran bagaimana wajah anak yang sudah merengut banyak perhatian cucu dan juga putranya sendiri, sehebat apa anak itu apa yang dimilikinya sehingga mampu menarik semua orang untuk jatuh pada pesonanya

" Oh, bagaimana kabar cucu Nenek ini hm? hadiah yang nenek kirim udah kamu pake? suka gak " tanya Wiranti

Zaidan tersenyum kikuk mengaruk pelipisnya, omong-omong soal hadiah dia ingat bulan lalu sang nenek mengirimi nya motor sport terbaru dia hanya melihatnya sekilas dan masih terbungkus rapi di garasi, habis bagaimana motornya yang sekarang juga masih berfungsi dengan baik dan Zai juga merasa motor hadiah pertama yang diterimanya dari Sehan membawa keberuntungan untuknya jadilah ia cinta mati pada motor berwarna biru itu.

" Ah... iya, udah kok. Bagus Zai suka harusnya nenek ga perlu repot-repot."

Jujur, dia merasa kurang nyaman dengan banyaknya hadiah yang diberikan oleh neneknya sejak dia masih kecil. Ia hanya tidak enak hati pada yang lainnya karena harus menerima semua dari sang nenek.

" Aaa, syukur kalo kamu suka"

Di anak tangga, Abriansyaa menatap datar interaksi antara cucu dan nenek itu.
Iri? rasa itu hanya sepintas lalu Ian rasakan terlampau paham dengan sikap pemilih sang Nenek sedari mereka kecil yang selalu membedakan dan selalu mendahulukan Zaidan tak jarang Rayidan, Ian sudah bebal bisa dibilang dia bahkan muak melihat wajah dan sikap sang sok manis sang Nenek di depan Zaidan

" Cih, munafik"

Desis nya mengendong tas ransel nya hendak keluar dari sana, bisa-bisa Abrian muntah terlalu lama melihat drama yang sedang dimainkan Neneknya dengan memperalat adiknya Zaidan.

" Loh, bang! "

Zaidan berseru kala melihat persepsi abriansyaa yang berjalan santai melewati ruang tamu begitu saja.

" Bentar ya Nek..." pamitnya berlari mendekati sang Abang

" Apa? " sewot Ian

"Lo juga mau keluar? ada nenek loh bang"

Percayalah Zaidan tidak punya maksud apa-apa dia hanya ingin, membuat semua saudaranya mengerti dan menyadari betapa baiknya nenek mereka.
Zaidan hanya ingin mereka juga bisa merasakan kasih sayang dari sang nenek.

" Terus? "

Zai mengerjap menatap Abrian yang tampak datar

" Ya minimal Lo sapa lah bang, Nenek jauh-jauh ke sini. Hargain sedikit lah bang" ujar Zaidan

Abrian ingin tertawa rasanya melirik sang Nenek yang dia bahkan bisa melihat bagaimana raut wajah sang Nenek yang berbeda saat dia sedang bersama zaidan.

" Penting banget ya, lagian Nenek cuma penting sama Lo. Gue enggak,
nenek cuma nyari Lo"

" Jadi minggir gue mau kerumah sakit"

Ian berucap sesantai mungkin menepuk pundak sang adik

" Dan iya, kalo nenek ada niatan nginap kabarin ya.
biar gue bisa stay di apart aja gue malas kalo harus se-atap sama beliau"

Lanjutnya setelahnya melengos begitu saja menghiraukan tatapan tajam sang nenek dan juga Zaidan yang cengo ditempatnya.

" Kenapa? Abrian juga pergi" Wiranti bertanya dengan nada di buat sesedih mungkin

Zaidan semakin merasa tidak enak dengan perubahan wajah sang nenek yang menyendu

" Mm, mau kerumah sakit katanya Nek. Maaf ya Abang memang gitu"

" Oh, adik kamu itu masih dirawat? " tanya Wiranti sekarang wajahnya berubah cemas dan merasa bersimpati

" Iya Nek udah hampir seminggu" jawab Zaidan

" Astaga, nenek turut sedih... semoga dia segera diberi kesembuhan. "

Zaidan yang sempat tertunduk mengangkat kepalanya menatap sang Nenek yang kini mengusap kepalanya

" Aminn~ terimakasih nek.
hm kenapa Nenek gak temuin adek? dia anak yang baik loh nek, lucu, imut pokoknya gemes deh.
Zai yakin nenek pasti suka " ujar Zaidan kembali

" Huh? sepertinya lain kali saja.
kamu tau kan bagaimana, sikap saudara kamu yang lain sama Nenek? nenek hanya tidak mau anak itu juga ikut-ikutan membenci Nenek" lirih Wiranti

" Enggak adek gak akan kaya gitu Nek, percaya sama Zai~ Abigaeil bukan anak yang kaya gitu dia penurut banget manis dan sopan "

" Hm, jadi namanya Abigaeil? " tanya Wiranti

" Iya Abigaeil Asry Wishnutama! " seru Zai

" Asry? " Wiranti bergumam

" Bahkan wanita sialan itu tersemat pada namanya, sial sekali"

Decihnya meremehkan

" Nama yang bagus" imbuhnya pada akhirnya

" Sama kaya orangnya" timpal Zai tersenyum pada sang nenek

" Bagaimana kamu bisa menjamin, anak itu tidak akan bersikap seperti saudaramu yang lainnya Zai?
jangan terlalu cepat menarik kesimpulan dalam menilai seseorang"

Zaidan terdiam sejenak mendengar pertanyaan sang nenek yang seolah meragukan sifat adik kecilnya.

" Tapi Abigaeil tidak akan seperti itu Nek" bela nya

" Terkadang apa yang kita lihat baik belum tentu yang terbaik, bisa saja yang baiklah yang menyimpan banyak kebusukan, yang sewaktu-waktu bisa menusuk kita dari belakang.
jangan terlalu mudah percaya sama seseorang Zaidan itu bisa saja menghancurkan kamu nantinya~ "

Zaidan mengerut sebentar, menimang yang diucapkan oleh sang Nenek entah kenapa ia kurang suka mendengarnya

" Hhh ayolah Nenek, kita hanya sedang membahas tentang adek gak perlu sejauh ini~ Zai gak mudah percaya sama orang tapi sama Abi tanpa berpikir pun zaidan akan selalu percaya karena dia adik Zai
Dan ya, soal kepercayaan yang Nenek maksud Zaidan percaya sepenuhnya pada semua keluarga Zaidan tanpa perlu nenek ragukan"

" Abigaeil gak akan kaya yang lainnya, dia bukan tipe anak yang mudah dihasut untuk membenci seseorang.
lagipula dari dulu Zai penasaran apa alasan mas Sehan sama yang lainnya ga suka sama Nenek, semua anak-anak mama ria berkonflik sama nenek?
Padahal Nenek baik selama ini,
atau Zaidan melawat kan sesuatu? "

Akhirnya pertanyaan yang selama ini tergantung di sudut ingatan Zaidan berhasil di lontarkan nya, dia sadar banyak sekali konflik keluarga yang terjadi di masa lalu dan banyak juga yang tidak ia temukan jawabnya termasuk alasan dibalik renggang nya hubungan antara sang Nenek, Papa dan juga saudaranya yang lain.

Wiranti terperanjat mendengar pertanyaan yang terlontar lancar dari mulut cucu kesayangannya bagaimana ia bisa menjawabnya

Mengatakan keempatnya, ah tidak ke-lima anak itu bukan cucu yang ia harapkan, anak-anak yang terlahir dari menantu yang berkelas rendah dan mencemari keturunan darah biru wishnutama, bahwa Wiranti membenci kehadiran mereka cucu yang selama ini dianggapnya benalu?
atau mengatakan ia membenci Abigaeil sebagai pewaris wishnutama nantinya

" Kamu juga meragukan nenek? zaidan. Kamu tidak percaya pada nenek?
nenek juga tidak mengerti apa alasan mereka tidak suka pada Nenek semenjak kematian Riani, papamu mengacuhkan Nenek bersikap dingin pada Nenek..." ucap Ranti sedih bahkan kini matanya sudah berembun menahan air mata,

" Belum lagi sikap saudara kamu, yang selalu menyakiti hati nenek... mereka menyalahkan nenek atas kepergian mama ria padahal nenek tidak tahu menahu tentang itu, tentang semua yang terjadi di masa lalu... bahkan nenek mengalah dengan memilih tinggal jauh dari kalian semua, padahal Nenek sendiri kesepian merindukan kalian..hiks "

Zaidan kelimpungan mendengar suara isakan sang Nenek, bodoh kenapa dia malah bertanya hal begitu dia lupa neneknya sangat sensitif tentang pembahasan itu.
berpikir dia sudah kelewatan meragukan sang Nenek yang selama ini sangat menyayangi nya, yang selalu menemani nya dulu kala papa-mama dan juga semua saudaranya sibuk, hanya neneknya lah yang selalu ada untuknya jadi jangan heran jika ia sangat menyayangi sang Nenek.

" Umh... maaf Nenek, Zaidan salah.
Zai kelewatan..maaf " pinta Zaidan mengenggam kedua belah telapak tangan sang Nenek tanpa ragu mengecupnya

" Maaf ya Nenek, jangan nangis please.. Zai kurang ajar"

Wiranti tersenyum penuh kemenangan, menyeka air mata palsunya

Dirinya bisa dengan mudah mengendalikan Zaidan, sebuah alat terakhir sebagai bagian dari rencananya tidak sia-sia, ia menghabiskan waktu untuk merawat anak itu.
Anak manja, yang selalu merepotkan nya, banyak tingkah dan juga banyak mau-nya dia akui meskipun paling dekat dengan Zaidan dia lebih menyukai tingkah laku cucu yang lain

" Nenek gak akan maafin kamu, kalo kamu gak mau nemenin Nenek makan siang" ujar Rianti dengan senyum manisnya

" Eh.. siapa juga nolak, hari ini Zai janji bakal nemenin Nenek kemanapun mumpung weekend.
ayo Nek,  hari ini kita ngedate berdua" jawab Zaidan semangat

Wiranti tertawa, melihat reaksi sang cucu mengandeng lengan kekar Zaidan keluar dari mansion.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Berbeda dengan kegiatan yang dilakukan Antara Nenek dan cucu itu, kini di taman rumah sakit yang luas ditumbuhi pepohonan, bunga dan berbagai tanaman lainnya yang tumbuh subur indah memanjakan mata memberikan udara segar yang baik dihirup menghantarkan oksigen segar ke paru-paru.

Pukul 10 pagi, tapi udara masih terasa sejuk disini tidak panas padahal matahari bersinar cukup cerah.
Dibawah naungan pohon Cendana besar dengan tanah berlapis rumput teki yang berpotongan rapi nyaman bila terpijak

Disanalah anak manis, bungsunya wishnutama menghabiskan waktu ditemani seorang perawat perempuan

Duduk tenang diatas kursi roda nya, dengan tangan masih dililit selang infus.
dipangkunya terdapat boneka beruang hitam yang terlihat usang sebuah panganan berupa biskuit bayi dan juga susu dalam kotak lengkap sudah sebagai kudapan menghirup udara segar

Dibawah anak itu berjongkok seorang perempuan tengah melakukan pijatan-pijatan untuk sekedar relaksasi pada otot-otot pasien kecilnya itu, karena sampai sekarang anak itu masih belum bisa berjalan dengan baik

Pijatan lembut ia berikan dibantu minyak urut khusus bayi, bibir si perawat maju beberapa senti kala mangulung celana piyama yang dipakai Abigaeil sampai lutut atas menyamakan punggung tangannya dengan betis kecil itu, nyatanya betis anak itu lebih cerah, lebih putih daripada tangan miliknya

Sad, dia kalah glowing dengan anak laki-laki itu.

" Kalo dingin kasih tau ya, cantik" goda si perawat dengan senyum mengejeknya mulai memberikan pijatan pelan

Abigaeil melirik, perawat perempuan itu sosok bermata bulat, berambut cukup panjang cantik dan juga baik.
sosok yang tidak asing di hidupnya itu Hazelia, suster cantik favoritnya mereka baru bertemu beberapa jam yang lalu setelah melepas rindu tentunya, Hazel buru-buru kembali ke jabatan awalnya di kelas VVIP setelah pindah divisi karena gabut soalnya setelah dia tidak bertemu Abigaeil lagi dan Freya yang pindah tugas Hazel juga mengajukan pindahan tak tanggung dia bahkan lebih memilih bertugas di kelas bawah supaya lebih bisa lebih sibuk, memang random sekali suster cantik yang satu ini.

" Ee-ehe, jangan mulai yah suster Kakak...Abi itu tampan bukan cantik!" gerutu Abi, bukannya merasa bersalah Hazel malah tergelak

" Eh, maaf ya suster Kakak.. Harus pegang-pegang kaki Abi" ucap anak itu sopan merasa segan sebab hazel yang lebih tua harus berjongkok di bawahnya

Hazelia suster cantik itu tertegun, anak itu tidak pernah berubah selalu mengingat setiap ajaran baik yang diajarkan orang-orang disekitarnya, sikapnya yang sopan santun, tutur katanya yang selalu menyenangkan bila didengar membuat siapa saja akan terbuai dengan anak ini.
dan juga merasa tersentuh jarang sekali, bahkan bila dengan orang-orang berkuasa jarang sekali ia merasa dihargai.

" It's oke, ganteng... ini adalah pekerjaan Kakak~ " katanya mendongak melempar senyum pada Abigaeil yang juga tersenyum manis

" Oke kan? ga sakit kan Abi? " tanya Hazel memastikan yang dibalas gelengan oleh si pasien

" Adek? "

Sebuah suara mengintrupsi kegiatan abigaeil dan Hazel membuat keduanya serempak menoleh

" Loh!? "

" Manusia sombong!"

" Suster kucel! "

Abigaeil mengerjap bingung kedua orang dewasa ini, kompak sekali.

" Sombong? sembarangan..." Arsena berdecak menunjuk dirinya sendiri lalu pada sosok yang masih berjongkok di depan adiknya

" Heh?! ngapain kamu, pegang-pegang adik saya!
pake buka-buka lagi..? "

Hazel melotot menatap tajam sosok laki-laki jangkung, yang sayangnya memang terlihat sangat tampan hari ini.

" Minggir.." Dengus Sena, mengambil tempat dihadapan Abi yang sontak membuat Hazel terjungkal

" Aws! Biasa aja dong! " gerutu wanita itu kala bokongnya terpaksa mendarat di rerumputan, namun secepat kilat ia bangkit berdiri menantang laki-laki yang menatapnya dengan remeh.

" Jaga ya bicara Anda! tidak punya mata hah?
lihat, saya seorang suster. Suster VVIP "

Tunjuk Hazel pada nametag di dadanya.
dahinya mengernyit heran ketika Sena malah tertawa

" VVIP? bukannya bangsal VVIP hanya mempekerjakan perawat yang hampir setara dengan model? cantik, cerdas, berpenampilan menarik... lalu? apa sekarang rumah sakit ini sudah kehilangan standar?
memperkerjakan orang seperti Anda..hm? Kucel, urakan, tidak sopan..."

Hazel mengeram, hampir saja mengigit jemari telunjuk Arsena yang dengan lancangnya memindai penampilan nya.

" Huhh~ berani sekali anda menilai orang dari penampilannya..
Anda tidak berkaca? tidak punya cermin di rumah hah?
kelakuan anda, tidak mencerminkan sikap orang terhormat sombong, tidak punya tata Krama, menyebalkan
dan apa tadi kakak?
hahhh.. mimpi apa Abigaeil punya kakak seperti anda..ck.. "

Hazel bersedekap dada menatap Arsena.

" Hg... ini kenapa kakak-kakak jadi berantem sih"

Abigaeil di tengah keduanya, melihat bingung perdebatan kedua orang itu.
menusuk susu kotaknya dan menyedotnya perlahan

" Mamon? tau nda kenapa mereka ribut-ribut? " tanyanya pada boneka usang nya menghadapkan nya pada dua orang itu, lumayan FTV live.

" Saya memang kakaknya, Abi ya!
lagipula kamu siapa sih.. setiap ketemu rese nya minta ampun, ngeselin tau gak. Dan ngapain kamu pegang-pegang adik saya? "

" Keliatan banget mau modus, iya sih Abi ini mukanya sugar baby sekali..tapi awas kamu macam-macam! " peringat Sena

" Ck! tidak sadar diri memang, bukannya anda yang setiap kali bertemu saya selalu mencari masalah!
Dan apa tadi modus? saya, maaf ya tuan muda wishnutama!
saya sedang melakukan treatment pada adik anda, tidak lihat?! "

Hazel nge-gas memajukan telapak tangannya yang masih tersisa aroma terapi

" Eyuw! " Sena berlagak ingin muntah

" Apa cium sini, kalo ga percaya" tantang Hazel

" Aduh! Kakak cerewet, suster Kakak!
Stop, ribut tau..."

Arsena dan Hazel serempak berhenti berdebat merasakan tarikan tangan kecil, Abigaeil di masing-masing tangan mereka.

" Kenapa malah berantem? kuping Abi jadi bunyi ngingg~ begitu dengar-dengar kalian ribut" misuh Abi menatap keduanya dengan wajah cemberut, mengemaskan.

" Ahh~ maaf ya, habisnya kakak Abi ini nyebelin banget" Hazel tersenyum

" Heh.." Sena menyela

" Apa? mau berantem lagi" abigaeil menyadari gelagat kedua orang itu.

" Ayo baikan, anak baik ndak boleh berantem nanti Tuhan marah" nasehat Abi untuk keduanya

Hazel dan Sena kompak tertawa mendengar suara lucu Abigaeil

" Ayo kakak minta maaf" lanjut Abi lagi mendekatkan tangan keduanya

Dengan perasaan dongkol, Arsena menjulurkan tangannya mana bisa dia menolak permintaan adik kesayangannya

Hazel juga begitu dengan ogah-ogahan wanita itu menyambut uluran tangan besar Arsena.

" Maaf~ " ujar keduanya hampir bersamaan, membuat senyum Abigaeil merekah.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Di sudut lainnya, di waktu yang hampir sama.
seorang pemuda tampan dengan bahu lebarnya berjalan santai menenteng sekeranjang buah-buahan dan juga sebuah sticky note yang sepertinya sebuah alamat

Tubuh idealnya dibalut stelan jas berwarna soft blue dengan dalaman kaos putih polos, senada dengan sepatu basic berwarna putih pula.
cukup sederhana, tapi tidak ada yang bisa membantah betapa tampannya si sulung wishnutama itu

Hingga, mata legamnya menangkap seekor hewan berbulu lucu yang berlari mendekati parkiran yang terlihat ramai.
mungkin itu peliharaan seorang yang tidak sengaja terlepas

Happ

Dengan gerakan pelan, Sehan menahan pergerakan hewan tersebut menjauhkannya dari jalanan yang berpotensi membuat hewan tersebut dalam bahaya.

" Heii, kau tersesat ya? "

Sehan mengajak hewan tersebut berbicara, mendudukkan diri didekat kursi panjang yang tersedia di sana, sebentar saja mungkin pemilik hewan lucu ini akan segera mencarinya jika tidak, Sehan akan menitipkan nya pada satpam saja.

Senyumnya terbit kala hewan berbulu lebat, berwarna putih bersih itu mendusel manja dalam pelukannya. Mengingatnya pada seseorang

" Kau mirip seseorang~ " gumamnya mengelus bulu hewan tersebut

" Meong~"

Kucing Persia berbulu putih itu mengeong manja, seakan mengetahui maksud Sehan

" Ah, lucunya" gemas Sehan

Hingga suara seorang membuat nya menoleh

" Abiii..! "

Seorang perempuan berambut cokelat, memakai long dress berwarna putih yang ditimpa lagi dengan cardigan dengan warna biru berlari mendekati Sehan

" Abii... astaga kau darimana saja, aku mencari mu, nakal hm.."

" meong~"

Sehan mengedipkan matanya, ketika perempuan tersebut langsung memeluk kucing yang ia temukan.

" Eh? Anda siapa?  kenapa Abi bisa ada bersama anda? apa abii merepotkan Anda? " tanya perempuan tersebut yang mungkin pemilik kucing itu, cukup cerewet pikir Sehan.

Akan tetapi itu bukan poinnya, nama hewan itu mengingatkannya pada sosok adik kecilnya, hei kenapa nama adiknya jadi pasaran begini.

" Em, itu kucing kamu? "

" Iya, Abi namanya Abigaeil" jawab si perempuan membuat Sehan hampir tertawa

" Abi,.. hahaha ma-af, secara kebetulan itu nama adik saya~ "

Tampak perempuan itu melotot mendengar Sehan.

" Oh, kebetulan sekali. Saya tidak punya maksud apa-apa, saya hanya menyukai nama itu dan saya berikan pada nya" tunjuk nya pada si kucing yang memang terlihat manja, lucu dan menggemaskan. Sama seperti Abigaeil.

" Tidak masalah, hm bisa saya meminta foto Abi? saya akan menunjukkan nya pada kembaran nya nanti"

Sehan tidak bercanda mengeluarkan iPhone nya.
si perempuan tertawa lirih, yang anehnya suara tawa terdengar menyenangkan bagi Sehan.

" Silahkan~ sesama Abi, mungkin akan menyenangkan" kata si perempuan memberi izin.

" Eoh~ anda ingin mengunjungi seseorang? " tanya si perempuan melihat bawaan Sehan

" Ah iya.." jawab Sehan sambil menyimpan handphonenya kembali

" Kalau begitu silahkan, maaf saya dan Abi menyita waktu anda.. dan iya terimakasih sudah menjaga Abi, kakaknya Abi~ " kata si perempuan membuat Sehan tersenyum

" Haha~ sama-sama pemiliknya Abi "

balas Sehan.

" Hehe, Tyas nama saya Tyas~"

Sehan mengerjap beberapa kali dengan wajah cengo nya.
Tyas? dia tidak asing dengan nama itu apa perempuan ini yang di carinya...?

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.




































* Say hai to Mimi dokter



Suster kakak


Kakak jelak

































Voment juyeso ☺️✋










☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

Continue Reading

You'll Also Like

727K 67.9K 42
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
397K 28.8K 27
Hanya Rafka, seorang anak kecil yang mengerti bahwa dunianya tidak bisa berjalan sesuai keinginannya. Semua seakan menjauh dari Rafka, sejauh jarak a...
407K 24.5K 22
Menceritakan kisah tentang seorang anak kecil yang menggemaskan bernama zello Yang kepo yuk baca ajaa😆✌🏻 𝟏𝟐 𝐉𝐮𝐥𝐢 𝟐𝟎𝟐𝟑 𝐊𝐢𝐲🌻
2.9K 150 10
pertemuan dua orang yg tiba-tiba saling mencintai dngn hnya bertatapan dalam waktu satu detik.