AMBER and the vampire prince...

By Nkalestar

257K 11.4K 1.1K

WARNING (18+)❗ Takdir mempertemukan Amber dengan makhluk yang selama ini di anggap manusia hanyalah sebuah mi... More

Bagian 1
Bagian 2
Bagian 3
Bagian 4
Bagian 5
Bagian 6
Bagian 7
Bagian 8
Bagian 9
Bagian 11
Bagian 12
Bagian 13
Bagian 14
Bagian 15
Bagian 16
Bagian 17
Bagian 18
Bagian 19
Bagian 20
Bagian 21
Bagian 22
Bagian 23
Bagian 24
Bagian 25
Bagian 26
Bagian 27
Bagian 28
Bagian 29
Bagian 30
Bagian 31
Bagian 32
Bagian 33
Bagian 34
Bagian 35
Bagian 36
Bagian 37
Bagian 38
Bagian 39
Bagian 40
Bagian 41
Bagian 42
Bagian 43
Bagian 44
Bagian 45
Bagian 46
Bagian 47
Bagian 48
Bagian 49
Bagian 50
Bagian 51
Bagian 52
Bagian 53
Bagian 54
Bagian 55
Bagian 56
Bagian 57 (END)

Bagian 10

7.2K 288 6
By Nkalestar

Amber berjalan pulang dari cafe tempatnya bekerja dengan kesal. Di jalan pun dia tak henti menghentakkan kakinya guna melampiaskan kekesalannya pada jalanan yang sama sekali tidak bersalah itu.

Bagaimana tidak, setelah Giovanni menariknya dengan kasar kembali ke dalam ruangannya. Pria itu membanting dirinya ke sofa dan berteriak padanya, beruntung ruangan tersebut kedap suara jadi orang luar tidak akan mendengarnya.

Amber terkejut dan gemetar ketakutan karena bentakan Giovanni padanya. Dia tidak tahu apa kesalahannya pada pria itu sampai membuat pria itu marah seperti tadi.

****

"Ouch!"

"SUDAH AKU KATAKAN PADAMU, JANGAN PERNAH MENINGGALKAN TEMPAT INI SAMPAI AKU KEMBALI! KAU MASIH TIDAK PAHAM DENGAN UCAPANKU, HAH!?"

Amber yang posisinya ketakutan atas bentakan itu, tubuhnya gemetar dan ia menangis. Gadis itu menangis sesegukan. Karena memang selama delapan belas tahun hidupnya, dia sama sekali tidak pernah di bentak oleh seorang laki-laki.

Giovanni yang melihat gadis Amber menangis, hatinya tiba-tiba merasa kasihan dan menyesal atas tindakannya barusan. Dia hendak merangkul Amber tapi gadis itu justru menepisnya dengan kasar dan berdiri menjauh darinya.

"Aku tahu kesalahanku. Tapi, haruskah sampai membentakku seperti ini!? Aku kira kau selembut dirimu yang ada di mimpiku, tapi aku salah! KAU KASAR, AKU MEMBENCIMU, aku tidak akan bekerja di sini lagi!"

Amber berlari hendak pergi dari ruangan Giovanni, tapi pria itu dengan cepat memeluk gadis itu dari belakang dan mengucapkan maaf berkali-kali. "Maaf, maaf, maaf. Aku sungguh minta maaf! Aku reflek membantakmu tapi aku tidak berniat sama sekali melakukan hal itu padamu, sungguh!"

Amber tidak menjawabnya. Dia terus menangis dan sesekali menghapus air matanya. Giovanni menyembunyikan wajahnya di bahu Amber.

" ... Kau tidak akan pergi dari sini, kan? Kau akan terus bersamaku, kan? Tolong bicara padaku, aku mohon!"

Amber masih tidak menjawab. Dia mencoba melepas pelukan erat Giovanni dan berhasil. Langsung saja ia berlari keluar dari tempat itu. Giovanni pun tidak mengejarnya, jadi yang tadi itu hanya pura-pura?

****

"Dasar pria menyebalkan! Kenapa aku harus bertemu orang sepertinya!?"

"Wow, ada seorang gadis yang sedang kesal dan berteriak di tengah jalan yang beruntung sedang sepi. Kalau tidak sudah di pastikan kau akan di anggap gila, Nona Amber."

Amber menghentikan jalannya dan berbalik. Axelle berjalan di belakangnya dengan kedua tangan ia masukkan ke dalam saku celananya. Amber tidak mempedulikan pria itu, melanjutkan jalannya dan meninggalkan Axelle.

Axelle menarik tangan Amber yang langsung di tepis kasar oleh gadis itu. Sekali lagi dia berbalik menatap kesal pria yang mengganggunya itu. "Apa masalahmu!? Jangan menggangguku!"

"Ck ck, kenapa Nona ini jadi pemarah sekali sekarang? Apa aku pernah berbuat salah padamu?"

"Karena kalian para pria sama saja! MENYEBALKAN!"

Axelle terkekeh mendengar jawaban yang keluar dari mulut Amber. Dia menarik gadis itu dan memojokkannya ke tembok di sebelah mereka. Dia mengunci pergerakan Amber.

"APA YANG KAMU LAKUKAN, LEPASKAN!"

"Ssstt, jangan berteriak. Aku tidak akan berbuat macam-macam padamu. Tenanglah, Nona Amber."

"Tenang kamu bilang?! Aku akan tenang jika kamu melepaskanku! Jadi, lepaskan aku sekarang juga!"

Axelle tidak mendengarkan gadis di depannya ini. Menurutnya gadis itu sekarang terlihat sangat cantik dan imut. Matanya terfokus pada bibir pink yang menggoda itu. Perlahan dia mendekatkan wajahnya.

Amber yang menyadari wajah Axelle yang semakin dekat dengannya, mencoba mendorong sekuat tenaga pria itu. Hanya sia-sia saja karena perbedaan yang cukup besar kekuatan mereka. Axelle tidak bergerak seinci pun dari tempatnya.

Amber menutup matanya rapat-rapat, menunggu yang terjadi selanjutnya. Persekian detik, dia tidak merasakan apapun. Dia memberanikan membuka matanya dan ternyata pria itu sudah menghilang dari hadapannya. Dirinya pun terbebas dari kuncian pria itu. Matanya menengok kanan dan kirinya, sama sekali tidak menemukan jejaknya sama sekali, 'Cepat sekali perginya.'

Di suatu tempat yang sepi. Giovanni dan Axelle terlibat suatu pertarungan. Giovanni sudah merubah dirinya menjadi sosok vampir sesungguhnya, sementara Axelle hanya merubah dirinya menjadi setengah werewolf.

Kekuatannya jauh di atas Giovanni, jadi dia tidak mau repot-repot meladeninya dengan serius. Dia dengan mudah menghindari serangan bertubi-tubi dari Giovanni. Giovanni di buat semakin menjadi lantaran tidak ada satu serangannya pun yang berhasil melukai Axelle.

Axelle menyeringai dan tertawa meremehkan. Dalam sekali gerakan, dia berhasil membuat Giovanni tak berdaya. Tubuh Giovanni bersandar lemah pada dinding di belakangnya dengan keadaan yang cukup mengenaskan.

Dia menatap Axelle yang sudah kembali ke bentuk manusia dan membersihkan tubuhnya. Dia berjongkok di hadapan Giovanni. "Sadar diri sedikit dengan kekuatanmu itu, vampir menjijikan! Kekuatanmu tidak sebanding denganku, jangan pernah berani macam-macam denganku."

" ... Uhuk ... Aku ... Aku tidak akan ... Menyerah untuk bisa menghabisimu! Tangan kotormu itu, lebih baik kau jauhkan dari gadisku!"

"Hm, gadismu? Tidak lagi. Dia akan menjadi milikku."

"KAU ...!"

Pukulan terakhir Axelle membuat Giovanni langsung tidak sadarkan diri. Axelle meninggalkan Giovanni yang sudah setengah sekarat di tempat itu. Angin malam yang berhembus cukup kencang, menggerakkan lembut surai hitamnya. Setelah beberapa menit, Giovanni telah sadar. Luka di tubuhnya perlahan memulih meskipun sedikit lambat dari biasanya.

Giovanni mencoba berdiri dan memegangi tembok di sekitarnya. Dia berjalan pelan keluar dari tempat itu, lalu ia melirik sekitarnya. Sayap kelelawarnya keluar dari punggungnya dan membawanya terbang ke apartemen yang baru-baru ini ia sewa.

Sesampainya di sana, dia langsung melepas pakaiannya yang sudah penuh noda darah dan memasukkannya ke keranjang. Dia pergi ke kamar mandi membersihkan dirinya. Dia menatap dirinya di cermin, ingatan tadi siang dan barusan terjadi terngiang di kepalanya. Tangannya mengepal erat dan rahangnya mengeras.

"Cih, sial! Bagaimana aku bisa sebodoh itu!? Aku membentaknya dan membuatnya membenciku, bodoh ... Argh!"

Giovanni meninju tembok kamar mandinya, tapi untung temboknya sama sekali tidak mengalami retak atau kalau tidak ia harus ganti rugi. Giovanni mengacak-acak rambutnya dengan kasar seperti orang frustasi. Dia memutuskan menyelesaikan mandinya dan membaringkan tubuhnya di ranjang empuk di kamarnya masih hanya mengenakan handuk yang menutupi pinggul sampai lututnya saja.

'Axelle ... Kau sudah melewati batasmu! Tidak ada yang boleh memiliki Amber selain diriku!' Tangannya meraih ponsel yang tadi ia lempar sembarangan. Dia mulai mencari nomer ponsel Amber dan menghubungi gadis itu untuk pertama kali. Tidak perlu tahu dia dapat nomer ponsel gadis itu dari mana, tentu hal seperti ini sangat mudah baginya. Dia mulai mengetikkan sesuatu.

Beberapa menit dia menunggu, tapi sang empu masih belum membalasnya. Dia mencoba bersabar dan mengirim spam chat padanya. Dia menunggu beberapa menit lagi dan hasilnya masih sama. Dia tahu kalau Amber masih belum tidur meskipun hari sudah larut, tentu saja dia tahu semua tentang gadisnya. Tapi, kenapa dia enggan merespon dirinya? Apa dia masih marah?

"Kenapa dia keras kepala sekali?! Apa yang harus aku lakukan kalau sudah begini?!"

Sementara di kamar Amber. Gadis itu memang masih belum tidur dan masih bermain dengan ponselnya. Dia juga tahu bahwa seseorang mengirimkannya pesan tapi sengaja ia abaikan. Dia masih malas untuk berbicara dengan orang itu. Dia tidak menyimpan nomer Giovanni, tapi pria itu mencantumkan namanya di pesan pertamanya tadi dan ia membacanya dari notif di layar ponselnya.

Amber menguap dengan lebar lalu melempar ponselnya di kasur sampingnya. Amber meraih guling dan memeluknya erat. Matanya perlahan mulai terasa berat, kemudian gadis itu tak lama terlelap.

Keesokan harinya. Amber bangun tepat pukul tujuh pagi. Kesiangan kalau menurutnya karena dia terbiasa terbangun pukul lima pagi sewaktu di desa dan kebiasaannya itu ia bawa sampai dirinya di kota. Meskipun dia tidur terlalu malam, itu tidak menjadi halangan.

Tangannya mengaktifkan ponsel yang kemarin malam lupa ia charger, dia berdecak pelan dan meraih charger ponselnya. Dia melihat tidak ada pesan yang di kirim 'DIA' lagi. Amber kembali kesal. Apakah cuma segitu caranya untuk membujuk dirinya?

Amber meninggalkan ponselnya menuju kamar mandi. Dia akan mandi dulu sebelum memulai aktivitas paginya yang sama sekali tidak sibuk ini. Lima belas menit berlalu ia habiskan untuk mandi. Kakinya membawanya ke dapur rumahnya.

Amber membuka kulkas dan melihat bahan-bahan apa saja yang masih ada di dalamnya, ternyata banyak yang sudah habis. Dia bingung. Dia tidak mempunyai uang sepeser pun, apakah dia harus meminjam pada Celine dan akan ia ganti saat ia menerima gaji pertamanya nanti?

Amber akhirnya memasak telur dadar yang memang cuma ada itu di kulkasnya. Setelah sarapan, gadis itu langsung pergi ke rumah Celine. Amber mengetuk pintu rumah gadis itu dan orangnya meresponnya dari dalam rumahnya.

"Oh, Amber. Ayo, masuk!" Amber terheran, temannya ini kenapa tiba-tiba ramah sekali. Amber tak mau ambil pusing, langsung masuk ke rumah Celine yang selalu bersih itu. Ternyata Celine juga sedang memasak. Amber duduk di kursi yang ada di dapur Celine dan melihat kegiatan Celine yang sedang memasak nasi goreng. Amber menopang dagunya.

"Kau sudah makan, Am?"

"Sudah."

"Kau yakin masih tidak lapar? Aku membuat banyak porsi nasi goreng cukup untuk tiga orang. Kalau kau masih lapar, makan saja lagi."

"Tidak usah, Cel. Aku sudah cukup kenyang. Terima kasih tawaranmu."

"Ya, sudah."

Celine mengambil sepiring nasi goreng dan ia letakkan di meja di depan Amber. Amber masih melihat kegiatannya. Celine mengambil beberapa buah jambu biji merah dan membuat jus. Dia membawa dua gelas jus ke meja itu, satu untuknya dan satu lagi untuk Amber.

Celine mulai memakan nasi gorengnya juga sesekali melirik Amber yang terus menatapnya. Ia pikir Amber benar-benar masih lapar, jadi ia mendekatkan sesuap nasi gorengnya di depan mulut Amber. Amber menjauhkan kepalanya dan menggeleng. Celine menghela nafas. "Kenapa denganmu? Pagi-pagi sudah cemberut saja."

"Aku hanya kesal padanya."

"Hah? Siapa?"

"Bosku."

Celine menghentikan makannya. Dia menatap Amber serius seolah menyuruh Amber melanjutkan ceritanya. Amber menyembunyikan sebentar wajahnya di lipatan tangannya dan mulai menceritakan sebab kekesalan dirinya.

Continue Reading

You'll Also Like

363K 20.9K 25
KAILA SAFIRA gadis cerdas berusia 21 tahun yang tewas usai tertabrak mobil saat akan membeli martabak selepas menghadiri rapat perusahaan milik mendi...
175K 11.2K 19
Ini dia jadinya kalo gadis bar-bar seperti Joana transmigrasi ke dalam sebuah novel romansa dan menjadi anak perempuan dari protagonis yang digambark...
1M 47.2K 27
[ SUDAH TERBIT] TAMAT ( Sebagian part dihapus untuk kepentingan penerbitan) SINOPSIS : Suasana sangat tegang hanya karena perkataan pria yang sedan...
10.1K 1.6K 52
Pair : Akashi X Reader Karakter milik Tadoshi Fujimaki Seorang gadis muda cantik yang bertemu dengan seorang Milliarder yang sangat kaya rupawan, tap...