AMBER and the vampire prince...

By Nkalestar

257K 11.4K 1.1K

WARNING (18+)❗ Takdir mempertemukan Amber dengan makhluk yang selama ini di anggap manusia hanyalah sebuah mi... More

Bagian 1
Bagian 2
Bagian 3
Bagian 5
Bagian 6
Bagian 7
Bagian 8
Bagian 9
Bagian 10
Bagian 11
Bagian 12
Bagian 13
Bagian 14
Bagian 15
Bagian 16
Bagian 17
Bagian 18
Bagian 19
Bagian 20
Bagian 21
Bagian 22
Bagian 23
Bagian 24
Bagian 25
Bagian 26
Bagian 27
Bagian 28
Bagian 29
Bagian 30
Bagian 31
Bagian 32
Bagian 33
Bagian 34
Bagian 35
Bagian 36
Bagian 37
Bagian 38
Bagian 39
Bagian 40
Bagian 41
Bagian 42
Bagian 43
Bagian 44
Bagian 45
Bagian 46
Bagian 47
Bagian 48
Bagian 49
Bagian 50
Bagian 51
Bagian 52
Bagian 53
Bagian 54
Bagian 55
Bagian 56
Bagian 57 (END)

Bagian 4

11.3K 612 36
By Nkalestar

"Celine, aku di sini!"

Reflek Celine mendongakkan kepalanya ke seseorang yang memanggilnya. Amber datang dengan senyum tanpa dosanya karena telah membuatnya khawatir setengah mati. Celine ingin menjitak keras kepala gadis itu, namun sayang Amber tidak datang seorang diri. Amber ditemani oleh seorang pria dengan rambut hitam dan memakai hoodie merah. Pria itu tersenyum padanya dan ia hampir terpesona.

Celine berdiri dari duduknya dan menatap Amber tajam. Amber yang sadar akan tatapan Celine yang diberikan padanya, hanya cengar-cengir saja.

"Kau tahu apa kesalahanmu?"

"Ya, aku tahu. Maafkan aku. Aku tidak akan mengulanginya dan membuatmu khawatir lagi."

"Bagus. Lalu, bisa kau jelaskan siapa dia? Kenapa dia bisa ada bersamamu? Dia tidak menyakitimu, kan?"

"Kenapa kau bertanya seperti itu, dia orang baik. Namanya Axelle Bernard. Dia tadi menolongku saat tersesat di toko pakaian dan membawaku mencarimu."

"Oh."

Celine kembali menatap pemuda bernama Axelle itu. 'Tampan dan baik, typeku sekali.' Tanpa sadar, dia menatap Axelle seperti orang yang jatuh cinta berat dengan muka memerah. Axelle menyadari tatapan Celine padanya hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Amber menatap heran Celine yang dari tadi menatap ke arah Axelle tanpa berkedip. Dia pun menyikut pelan perut gadis itu sampai gadis itu terlonjak kaget dan melotot kesal padanya.

"Em ... Benar yang di katakan temanmu ini, Nona ...?"

"Celine Robert, panggil saja Celine."

"Ah, Nona Celine. Benar tadi Nona Amber tersesat di toko pakaian milikku jadi aku menawarkan bantuan padanya. Kebetulan dia juga baru di sini."

"Baiklah aku percaya padamu. Terima kasih karena sudah membantunya dan mungkin ... Em ...."

Amber dan Axelle saling bertatapan, heran dengan Celine. Gadis itu tiba-tiba menunduk dan telinganya terlihat sekali memerah. Amber sampai sedikit khawatir dengannya.

"Ada apa, Nona Celine?"

"Apa kita masih bisa bertemu lagi? Aku ingin kita pergi ke cafe atau makan berdua."

"Ha ha, tentu saja bisa. Kapan pun kamu mau untuk kita bertemu, Nona Celine. Bisa aku meminta nomer ponselmu agar kita lebih mudah berkomunikasi?"

Celine membagikan nomer ponselnya kepada Axelle lalu pria itu pamit untuk pergi. Setelah kepergian Axelle, Amber dan Celine kembali melangkah ke supermarket yang tadi sempat tertunda. Kesan pertama yang didapat Amber saat memasuki tempat itu adalah dingin. Gadis itu memeluk dirinya sendiri dan berjalan di belakang Celine.

"Ayo, Amber. Pilihlah buah yang kau sukai, sementara aku akan memilihkan sayuran untukmu. Kalau sudah memilih, letakkan saja di keranjang ini. Kau mengerti?"

"I--iya."

Celine pergi ke samping, ke tempat banyak sayur-sayuran yang telah di bungkus rapi itu berjejer. Amber melihat-lihat buah yang ingin ia beli, lalu berdecih. 'Harganya mahal sekali kalau untuk buah yang isinya sedikit ini. Lebih baik menanam sendiri seperti di desaku, kan? Aku tidak tahu kenapa orang-orang kota ini hobi menghamburkan uang mereka.'

Amber mengambil buah pisang, strawberry, dan jeruk. Lalu ia meletakkan semua itu ke keranjang yang ia bawa. Amber berjalan ke tempat Celine yang masih serius memilah-milah sayuran. Amber juga ikutan bingung. Lagi-lagi harganya mahal yang membuatnya menggelengkan kepala.

Celine yang sekilas melihat Amber menggelengkan kepalanya, mengira kalau Amber tidak menyukai semua sayuran di sini. Jadi ia menyeret Amber untuk pergi dari sana, namun Amber tak beranjak sama sekali dari tempatnya berdiri, justru menatap tangannya yang di tarik oleh Celine dengan heran.

"Kau tidak suka, kan? Kenapa tidak mau pergi?"

"Apanya yang tidak suka?"

"Aku tadi melihatmu menggelengkan kepala, artinya kau tidak menyukai sayur-sayuran ini, kan?"

"Eh, bukan begitu! Aku menyukai semua jenis sayuran, aku tadi hanya kaget dengan harganya saja yang mahal untuk isinya yang sedikit ini. Aku heran, kenapa mereka tidak mau menanamnya sendiri?"

Celine menghela nafas pasrah mendengar ucapan temannya ini yang terlampau ... Entahlah, Celine tidak bisa mengatakannya. Dia kembali ke tempatnya semula dan mengambil sayur bayam, lobak dan cabai yang menurutnya lebih dibutuhkan.

Tak hanya membeli itu saja, Celine membawa Amber ke tempat ice cream berada. Celine mulai memilih beberapa ice cream yang ia suka, tapi tidak dengan Amber yang hanya diam saja sambil memperhatikan Celine.

Celine menatap Amber yang hanya diam sambil memperhatikannga, lalu dia inisiatif mengambilkan salah satu ice cream yang lumayan laku di sini. Tidak hanya satu, tapi tiga dengan rasa yang berbeda-beda. Amber hanya tinggal menerima saja tanpa banyak bicara.

Kemudian berlanjut ke tempat yang penuh dengan camilan. Seperti tadi, Celine lah yang mengambilkan semuanya sampai kedua keranjang mereka hampir penuh dengan belanjaan. Celine dengan semangat pergi ke kasir untuk membayarkan belanjaan mereka. Beruntung tidak ada antrian sama sekali. Setelah itu penjaga kasir memberikan nota belanjaan mereka yang berhasil membuat Amber terkejut dan hampir menjerit.  Gadis itu menutup mulutnya tidak percaya. Celine menatapnya aneh. "Ada apa denganmu?"

"I--itu ... Kita habis sebanyak ini? Darimana kau dapat uang sebanyak ini, Celine?"

"Dari hasil bekerjaku lah, kau pikir apa? Tidak perlu terkejut seperti itu, sudah biasa bagiku belanja habis sebanyak ini. Dulu juga pernah sampai tiga keranjang penuh camilan. Kau tentu tahu bagaimana kecintaanku terhadap makanan, kan?"

"Iya, tapi segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Ubahlah kebiasaanmu itu!"

"Iya, iya cerewet! Sudah, ayo kita pulang. Masih banyak yang harus kita bereskan di rumah barumu itu karena nanti malam aku tidak bisa membantumu!"

Celine berjalan keluar duluan lalu di susul Amber dibelakangnya meninggalkan supermarket untuk kembali ke rumah sewanya.

Di lain tempat, di gang sempit terdapat dua sosok pria muda. Satu dengan mata merah menyala dan satunya dengan mata emasnya yang tak kalah terang. Terdapat geraman dari pria beriris emas tersebut. "Kau bilang dia ratumu? Bagaimana bisa kerajaan vampir nantinya memiliki ratu yang seorang manusia?"

"Itu bukan urusanmu, anjing gila! Pikirkan saja dirimu yang sudah lima abad masih sendiri itu! Tidak punya mate, ya? Kasihan!"

"Cih, vampir sombong! Lihat saja apa yang akan aku lakukan pada manusiamu itu!"

"KAU ... Jangan berani sesekali kau menyentuhnya!"

"Kalau aku bilang akan membunuhnya, kau mau apa? Ingatlah terakhir kali aku berhasil membuatmu sekarat. Apa masih belum puas? Mau sekali lagi, atau kalau bisa tidur untuk selamanya?"

"BERISIK!"

Giovanni hampir saja melayangkan cakarnya ke arah Axelle, tapi dengan cepat pria itu menghindar. Lalu ia menahan tangan Giovanni ke belakang tubuhnya menggunakan kekuatannya. Tentu saja Axelle dapat melakukan hal itu dengan mudah, melihat dirinya merupakan seorang Alpha dari Bloodmoon pack, sebuah kerajaan werewolf yang paling kuat.

"Jangan membuat keributan di sini kalau kau tidak mau menjadi buronan para manusia itu!"

"Baiklah, baiklah. Cepat lepaskan tanganku ini, brengsek!"

Axelle melepaskan Giovanni dan langsung melesat pergi dengan kekuatannya meninggalkannya sendirian di gang sempit itu. Giovanni membenarkan kembali tulang tangannya yang geser akibat cengkraman Axelle padanya tadi. Vampir itu sedikit meringis saat melakukannya. "Aku akan selalu menjaga gadisku itu. Aku tidak akan membiarkannya dekat dengan Alpha gila kehormatan itu!"

Giovanni mengeluarkan sayapnya yang mirip seperti sayap kelelawar dan langsung melesat begitu cepat ke langit malam. Dia memutuskan akan menjaga gadisnya dengan ekstra mulai malam ini, jadi ia mendaratkan dirinya di atap rumah Amber.

Sedangkan di dalam sebuah rumah itu, Amber sedang mengantarkan Celine sampai ke pintu rumahnya. Gadis itu terlihat bersedih karena dia akan sendirian di rumah itu.

"Aku hanya pergi bekerja, Amber. Kenapa harus sedramatis itu!? Jam sebelas malam nanti aku akan pulang, lalu besok pagi aku akan mengajakmu jalan-jalan. Bagaimana?"

"Iya, Celine. Kau berhati-hatilah saat bekerja, jangan memaksa dirimu sendiri di sana ... SEMANGAT!"

"Iya, iya. Kalau begitu, sampai bertemu besok, Amber. Selamat malam, mimpi indah!"

Celine berlari kecil menuju rumahnya yang tidak terlalu jauh dari rumah Amber. Amber kembali memasuki rumahnya menuju dapur. Dia membuka kulkas dan melihat-lihat produk mie yang tadi Celine belikan untuknya. Ngomong-ngomong dia ingin mencicipi salah satunya. Mie ramen tidak terlalu pedaslah yang ia pilih.

Tak butuh waktu lama, mie itu sudah siap. Amber membawanya ke ruang tamu yang terdapat televisi besar. Amber sekarang hanya memakai kaos lengan pendek yang tipis serta celana di atas lutut miliknya Celine yang dipinjamkannya padanya.

Sambil menyaksikan acara kartun yang baru saja menjadi film favoritnya, sampai membuatnya lupa kalau waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam yang artinya ia harus segera pergi tidur. Amber membereskan sisa mangkuk dan gelasnya tadi dan membawanya ke tempat bak cuci piring. Ia memutuskan mencucinya besok saja karena ia sangat mengantuk.

Sesampainya di kamarnya, Amber langsung merebahkan dirinya di kasur barunya yang empuk. Sambil memeluk guling dan bergulung dengan selimut, gadis itu langsung terlelap.

Giovanni masuk ke kamar Amber dengan hati-hati lewat jendela yang lupa gadis itu kunci. Ia mengamati wajah tidur Amber yang damai. Dia berjongkok di depan gadis itu dan mengelus wajah Amber dengan lembut. Tubuh Amber sedikit terkejut lantaran sentuhan kulit Giovanni yang sedingin es menyentuh wajahnya.

Mata Giovanni tertuju pada leher gadis itu yang terekspos di depannya. Dia meneguk ludahnya, taringnya perlahan muncul dan nafasnya mulai memburu. Aroma darah gadisnya sangat menggoda, setiap kali ia berada di sisinya, dirinya tidak dapat menahan godaan itu. Pada akhirnya, Giovanni tetap kalah dengan nafsunya akan darah gadis itu.

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 76.2K 40
(BELUM DI REVISI) Aline Putri Savira adalah seorang gadis biasa biasa saja, pecinta cogan dan maniak novel. Bagaimana jadi nya jika ia bertransmigra...
5.6M 513K 66
WARNING!!! Fantasy - Romance. #1 in World 《22 desember 2020》 #1 in Warewolf 《22 desember 2020》 #1 in Devil 《28 desember 2020》 #1 in Human 《28 desemb...
784K 46K 25
═ PREQUEL ALPHA KING ═ COMPLETED [BELUM REVISI] Ranked #3 in Werewolf (1/5/20) Ranked #1 in Alpha (11/8/20) "Just learn to love me. It's not hard, i...
3.6M 357K 95
Bercerita tentang Labelina si bocah kematian dan keluarga barunya. ************************************************* Labelina. Atau, sebut dia Lala...