ABIGAEIL

By parkchim_chim2

727K 53.8K 4.8K

Abigaeil, namanya manis dan imut anaknya si buntalan daging mengemaskan yang selalu menjadi primadona para te... More

1
02
cast
03
04
05
06
07
08
10
15
09
11
12
13
14
16
00 : 41
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27.
28
29
30
31
32
33
34
35..
36
37
38
39
40
41
42
43
45
46
47
48
49
50
51
Tesss
52
53
54
👋👋
55
56
57
58
59
60
61

44

7.7K 683 58
By parkchim_chim2

🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀



Andhika melamun menatap sendu putra bungsunya.
yang harus kembali menghadapi peristiwa yang menambah luka pada ingatan nya, Andhika tidak tahu harus bereaksi seperti apa dia amat terpukul dan marah atas apa yang terjadi pada anak bungsunya itu.

Ingin rasanya menghancurkan orang yang telah menempatkan anak bungsunya pada kondisi seperti ini, sedikit lega kala Sehan memberitahu orang itu telah pergi ke neraka.

Lagi dan lagi dirinya gagal menjadi pelindung untuk sang anak yang sangat ia sayangi.
helaan nafas berat terus di hembuskan oleh nya pertanda betapa kekecewaan yang dirasakannya pada dirinya sendiri dan juga keadaan yang selalu membuat anaknya menderita.

" Maafin kakak Pa, kalo aja Sena lebih becus jagain adek. Ini pasti tidak akan terjadi"

Andhika kembali mengehela nafas, menoleh pada salah satu anaknya yang menunduk lirih dengan tangan saling bertaut.

" Udahlah kak, kita sudah bahas kan?
ini semua sudah terjadi kita tidak bisa memutar waktu.
jangan terus menerus menyalahkan diri " jawab Andhika melempar senyum tipis pada sang anak.

" Besok pagi kita balik ke Jakarta, Papa sudah menyiapkan dokter supaya adek bisa segera konsultasi" ujarnya lagi

" Gak nunggu adek lebih baik dulu Pa? dia aja ga mau kita dekati, gimana mau ketemu orang lain? " tanya Sehan

" Justru itu Mas, Papa gak mau keadaan adik kamu semakin buruk kalo terlambat konsultasi. Lusa jadwal cek up dan terpaksa jadwal kemo-nya diundur karena Papa gak yakin adik kamu mau...hhuhh" jawaban sang Papa diakhiri helaan nafas berat membuat anak-anak tampan itu, menunduk dengan perasaan bersalah.

" Apa gak bahaya kalo jadwal kemo-nya diundur pa? apa kita ga coba bujuk dulu anaknya? " tanya Sena ragu

" Um, cukup beresiko sebenarnya... tapi yang akan menangani Adek dokter barunya, bukan dokter Tio papa ga yakin kalo dia mau" ujar Andhika

" Dokter baru ya? coba nanti Ray bantu bujuk deh adek. Siapa tau mau" Ray menyela

Andhika tersenyum lantas mengangguk.

" Uughh~"

Lenguhan kecil terdengar mengalihkan atensi mereka terutama Andhika yang langsung menegakkan duduknya. Memperhatikan anak manis nya yang sepertinya mulai terusik dari tidurnya.
Senyumnya terbit kala melihat Abigaeil melenguh dengan mulut mungil nya bergerak-gerak mencari sesuatu, lucu sekali.

Abigaeil membuka matanya ketika perlahan, mengerjap lambat ketika mendengar suara-suara sayup di telinganya.
tubuhnya sudah tidak sekaku dan sakit seperti kemarin hanya menyisakan rasa lemas dan perasaan tidak tenang tiap kali membuka mata.
kejadian hari itu masih terus menghantuinya ketika dia membuka matanya dia selalu membayangkan ia berada di situasi yang mana dirinya dipukuli, di sentuh oleh orang yang cukup menyeramkan di ingatannya.
seperti sekarang ini, ia dapat merasakan jantungnya berdetak cepat hingga membuatnya kesulitan mengambil nafas, tenggorakan terasa tercekat dengan bayangan aneh memenuhi kepalanya ketika melihat sosok yang duduk tegak di samping ranjangnya.

Matanya yang melotot dengan wajah ketakutan Abigaeil menarik tangannya yang di genggaman sosok itu. Menyembunyikan wajahnya dengan badan bergetar pelan.

" J-jangan sentuh~" lirihnya

Andhika tergugu di tempatnya, mematung atas reaksi yang diberikan anak bungsunya. Separah itu sehingga anak kesayangannya tidak mengenali dirinya, anak manis menyembunyikan wajahnya enggan menatapnya terus bergerak gelisah dengan tubuh bergetar.

" A-adek, ini Pa-pa. Ini Papa sayang~"

Andhika menelan salivanya ketika sang anak malah mengeleng menghindari sentuhannya.

" Ndak, orang jahat... Mama~ " Abigaeil mulai meracau lagi, dengan tangan terangkat menutupi telinganya.

" Ja-hat, pergi...pergi..! "

Andhika mengerjap lambat, wajahnya mengeras mengeram rendah,. tertohok perasaannya melihat betapa kacaunya keadaan anak bungsunya.
brengsek mana yang sudah berani menyentuh anak bungsunya hingga begini.

" Sayang, hei~ jangan gitu Adek.
itu Papa"

" Bukannya adek mau ketemu Papa? itu Papa sayang bukan orang jahat, jangan takut oke" Rayidanta bangun dari duduknya mendekat pada Abigaeil yang meringkuk ketakutan

Meskipun tidak seburuk kemarin, untuk saat ini memang hanya Rayidan saja yang bisa mendekati Abigaeil,  Anak itu masih mengambil jarak dari saudaranya yang lain meski tidak setakut sebelumnya.

" Sayang~ coba liat dulu... itu Papa Adek, Papa-nya Abigaeil ingat?
bukan orang jahat Sayang. Papa sangat menyayangi kamu tidak akan menyakiti kamu.
jadi coba buka matanya dulu, adek gak kangen sama Papa? " Ray terus meyakinkan sang adik dengan kata-kata lembutnya melirik Papa dan juga adiknya bergantian.

" P-papa?"

" Iya, coba liat makanya" Ray melepas tangan mungil sang adik yang semula menutupi telinganya.

Abigaeil mencoba mengambil nafas melawan semua bisikan-bisikan aneh dan semua bayangan yang memenuhi kepalanya, dengan suara ringisan tertahan ia mengangkat kepalanya menatap sosok yang tengah tersenyum padanya.

" Pa-pa..." lirihnya

Andhika mengangguk pelan dengan senyum manisnya menatap teduh si kecil.

" I-ini Papa Sayang... "

" Papa... Pa-pa, hiks.. Papa.."

Andhika mengambil tempat di dekat sang anak dengan gerakan pelan dibawanya tubuh mungil itu kedalam pelukannya.

" Ugh.. j-jangan cium..hiks.."

Tangan mungil itu terangkat mendorong dada sang Papa pelan ketika merasa Andhika mengecup kening nya.

Andhika yang mendapat penolakan dari sang anak hanya bisa tersenyum kecut.

" Maaf, ma-aafin Papa sayang~" ujarnya mengusap kepala sang anak dengan lembut berusaha menyalurkan ketenangan pada Abigaeil yang kembali terdengar terisak meracau dalam dekapannya.

Andhika terus memberikan usapan-usapan lembut membisikan kalimat-kalimat penenang pada sang anak yang tengah berada dalam ketakutannya, nyatanya kejadian itu memberikan trauma mendalam bagi anak manis nya. Anak polosnya yang memang tidak seharusnya mengalami hal itu, Andhika mengutuk manusia biadab yang telah menorehkan ingatkan buruk pada putra bungsunya.

.
.
.
.
.

Andhika memejamkan matanya menikmati desiran angin yang menyapa kulit wajahnya yang mulai terlihat kerutan-kerutan meski tidak mengurangi ketampanan nya.

Pikirannya berkecamuk mengingat-ingat yang terjadi, semakin di ingat semakin kalut pikirannya.

" Pah? "

Sehan tersenyum pada sang Papa seusai meletakan cup berisi kopi pada meja disana, keduanya sedang berada di kantin rumah sakit.

" Terimakasih, mas " jawab Andhika membalas senyuman si sulung yang mengambil tempat di hadapannya

Cukup lama keheningan melanda dua orang itu yang sibuk menikmati kopi mereka memperhatikan hiruk-pikuk manusia yang sibuk dengan kegiatannya juga.
Hingga Sehan mengeluarkan suaranya, si sulung tampan yang terlihat lebih layu dari biasanya.

" Sehan minta maaf Pa, karena liburan yang Sehan rencanain. Adek jadi harus mengalami hal ini... Mas lalai menjaga Adek, mas melanggar amanah Papa..."

Sehan menunduk sedikit dengan kedua tangan terkepal diatas pahanya, bukan Sena yang harusnya disalahkan tapi dia, kalau saja dia tidak mementingkan pekerjaannya. Iya, hari itu Sehan memilih menemui kolega bisnisnya yang juga kebetulan juga tengah berlibur berniat bertukar sapa sebentar.
padahal seharusnya dia bisa menemani sang adik.

Andhika menghembuskan nafas pelan meneguk kopinya yang mulai mendingin beralih pada si sulung.

" Sudah ya, tidak usah menyalahkan diri kamu mas... hhhh
jujur Papa sedih dan kecewa sekali, Papa marah karena ini semua terjadi pada adik kamu.
dia sudah mengalami banyak hal dalam hidup dan sekarang dia harus terluka lagi, Papa masih belum berhasil mas memberikan kebahagiaan untuk Abigaeil sebagai mana janji Papa pada mama, Papa pikir setelah Abigaeil tinggal bersama kita, semua akan baik-baik saja"

Sehan mengangkat kepalanya menatap wajah sendu sang Papa, guratan kesedihan tampak terpatri disana.

" You're great pah, sejauh ini Papa sudah melakukan yang terbaik...
mas yakin Mama, pasti senang diatas sana melihat papa bertanggung jawab atas Abigaeil dan berusaha keras untuk kebahagiaan Adek.
Papa udah hebat banget bukan cuma bagi Abigaeil tapi buat Sehan dan adik-adik yang lain..."

Segaris senyum terbit di sudut bibir Andhika, menyadari tidak terlalu buruk membagi gundahnya pada anak sulungnya.

" Hhhh, sedikit menyesal karena tangan Papa tidak sempat bertegur sapa dengan manusia biadab yang sudah melukai adik kamu"

Wajah tampan Andhika yang semula tenang kini tampak berubah kaku, mengeras.
dan Sehan tidak kaget, jelas ada sisi papa nya disetiap anak-anaknya, Sehan jelas tahu seberapa keras dan temperamen nya sang Papa.

" Mati, harusnya dia mendapatkan hukuman yang lebih buruk bukannya seperti ini... iblis sialan! " dengus andhika

" Huh,.. kenapa kalian malah biarin manusia brengsek itu mengakhiri hidupnya sendiri... " lanjutnya

" I don't think so, Abrian killed him
apa papa pikir seorang yang memohon untuk kehidupannya, akan mudah mengakhiri hidup? "

Sehan mengerut sejenak melihat wajah datar sang Papa yang terkekeh seakan ucapannya barusan bukan hal besar, Hei. Anak bujangnya yang baru saja legal sudah berani menghabisi seseorang.

" Kekeke, kenapa Papa tidak berpikir begitu melihat betapa tenang nya Ian, Seno dan juga Zaidan. Setelah milik mereka diganggu" Andhika bergumam bangga.

" Papa tidak marah? tidak berpikir Ian melewati batas?
bahkan Seno yang menembak  bodyguard yang Papa kirim? papa ga marah? " cerca Sehan dongkol

Papa-nya malah mengeleng dengan tenang menyesap kopi nya, sementara sehan bergumam kesal mengusak rambutnya.
dia mati-matian menahan diri agar tidak lewat batas tapi apa-apaan respon papa-nya tahu Begitu dia juga tidak akan melewatkan party.

Kadang tindakan seperti itu diperlukan mas, anggap saja seperti kamu sedang membasmi hama yang mungkin dapat merusak yang lainnya"

" Hari ini adik kamu yang polos yang menjadi korbannya, siapa yang menjamin di kemudian hari ada anak lain yang menjadi korban selanjutnya~
mengurangi beban bumi dari sampah bukan sebuah dosa mas Sehan"

Kekeh Andhika melihat wajah merengut si sulung.

" Ga heran anak-anaknya pada gila, bapak nya begini. Untung Abigaeil gak kaya Papa" decak Sehan

" Em, pah.. Apa sudah ada kabar tentang orang itu? hm... siapa sih? adek nanyain kakak jelek nya beberapa hari ini, sudah ada perkembangan? "

Sehan kembali bertanya setelah hening beberapa waktu.
dapat dilihatnya raut sang Papa berubah sedikit terkejut setelahnya Sehan tidak bisa membacanya air wajah sang Papa
tak ayal ekspresi wajah sang Papa membuat pikiran negatif timbul.

Sehan tidak mengenal sosok yang kerap kali diceritakan oleh sang adik, tapi mendengar cerita Abigaeil. Sehan yakin wanita itu adalah sosok yang sangat baik.

" Abigaeil menanyakan dia lagi? " ulang Andhika, Sehan mengangguk

" Kenapa, perempuan itu baik-baik aja kan Pa? "

Andhika termenung sejenak melirik si sulung yang teramat penasaran sepertinya, bagaimana caranya menjelaskan perihal gadis cantik itu pada anak-anak terutama si bungsu yang begitu mendambakan bertemu lagi dengan kakak perempuannya itu.

" Papa! "

" Kok malah diem sih? " Sehan berseru kecil

" Maaf Papa ga fokus"

" Terus gimana? Papa sudah ada perkembangan tentang kondisinya" buru Sehan

" Um... dia sadar udah dari seminggu yang lalu dan ini hampir Minggu ke dua_ "

" Apa!!? " Sehan menyela dengan nada kaget

" Kok Papa ga kasih tau, itu good news buat adek. Mas tebak dia pasti happy bisa ketemu lagi sama perempuan itu" pekik Sehan

" Papa juga berpikir begitu, dia masih dalam masa pemulihan mas.. dan, "

" Dan apa? pa..." Sehan mengerut sebentar mendengar papanya menggantung kalimatnya.

" Bad news, dia kehilangan ingatannya. Semua tentang ingatan masa lalu nya hilang akibat kecelakaan itu"

Sehan mematung mendengar ucapan sang Papa, bagaimana mungkin bagaimana jika adik kecilnya tau kalau orang yang di nanti nya malah melupakan dirinya Abigaeil akan sangat sedih pastinya.

Sekali lagi Sehan mempertanyakan kenapa takdir suka sekali mempermainkan hidup adik manis nya?
kenapa jahat pada anak sebaik dan semanis Abigaeil.

" Apa bisa disembuhkan? " tanya Sehan

" Belum ada kepastian dari dokter, bukan permanen sebenarnya tapi akan butuh waktu untuk mengembalikan ingatan nya tidak dengan paksaan karena bisa mengancam nyawa nya... papa sudah memastikan perawatan terbaik yang akan diterima perempuan itu karena bagaimanapun dia sudah dianggap Mama kamu sebagai adiknya dan abigaeil, perempuan itu berharga bagi adik kamu.
Papa juga sudah menyiapkan satu apartemen untuk tempat tinggal dia yang baru... dia pasti akan segera sembuh" jelas Andhika panjang

Sehan mengangguk kaku, berharap demikian. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana Abigaeil jika tau tentang ini.

" And.... bad news kedua mas.." celetuk Andhika lagi

Sehan segera mengangkat kepalanya menatap was-was sang papa memasang telinga baik-baik, astaga apa lagi.

" Nyonya Wiranti Atmajaya~ "

Sehan mengembuskan napas kasar perasaanya jadi buruk setelah mendengar satu nama itu.

" Your mom, pah" datar Sehan

" U..your grandma is'nt?
hehe, bete banget ya mas baru denger namanya aja? " Andhika sedikit terkekeh melihat reaksinya si sulung belum lagi anak-anaknya yang lain

" Maunya sih bukan, tapi dia mama nya Papa, nanti Sehan dibilang cucu durhaka lagi... meskipun ga berharap dianggap cucu sih~ " gerutu Sehan

" Maaf ya "

" Nenek bakal datang ke indo, untuk beberapa waktu..." ucap andhika sedikit kaku

" After long time? ada apa? semua oke kan Pa?
Nenek kangen sama Zaidan? " terka Sehan

Lagipula hanya Zaidan saja kan, alasan neneknya kembali.
untuk dirinya atau adik-adiknya yang lain seperti Sehan tidak pernah berharap.
sudah lama setelah sekian lama neneknya itu tidak merecoki kehidupan mereka, dan sekarang kenapa tiba-tiba?

Andhika merasa tidak enak, dirinya paham anak-anak tidak ada yang suka pada ibunya itu.
terutama si sulung dan dua kembar yang kompak sekali musuhan dengan ibunya itu, hubungan mereka tak pernah Harmonis layaknya yang tersorot didepan kamera yang untuk bahan konsumsi publik tentu saja.

Tentang keluarga konglomerat, terpandang yang harmonis dan rukun

In dream's...?

Sedangkan bagi Sehan sendiri, wanita tua yang selama ini menetap di London sana, bahkan sepertinya sudah pindah kewarganegaraan seingatnya.
sosok otoriter, keras dan juga jahat
bagi Sehan, dia lupa jika memiliki sosok yang bisa ia panggil dengan panggilan nenek di hidupnya karena memang sejauh itu mereka kala orang lain dengan bangganya memamerkan nenek dengan sosok penyayang
tapi bagi Sehan dan juga adik-adiknya neneknya hanya sosok antagonis yang kerap kali menyusahkan hidup mereka.

No damai jika sudah ada nenek gayung itu di dekat mereka.

Bukan Sehan yang memberikan julukan itu pada nenek, tapi justru si kembar yang biasanya amat sopan dan ramah lah yang memiliki dendam pribadi pada nenek mereka.

Tidak ada Alasan khusus, mereka hanya tidak menyukai ibu dari papa-nya itu.

" Sekarang apa lagi? Sehan sudah bilang ya pa, Sehan tidak akan ikut campur masalah warisan, tahta dan apalah itu... "

" Sehan tidak peduli, siapapun yang akan menjadi pewaris nanti Zaidan ataupun Abigaeil mereka sama aja buat mas, mas hanya akan menikmati apa yang mas usahakan sekarang"

" .... Mas ga pernah keberatan soal itu, tapi please Pa, kali ini aja. Papa harus tegas... Mas ga mau Papa mengulangi kesalahan lagi dengan tunduk di bawah nenek~
sehan paham posisi papa sebagai anak, mas juga ga minta Papa buat kurang ajar sama ibu Papa.
tapi jangan lupa, papa juga seorang ayah... mas harap papa ngerti."

Andhika terhenyak mendengar penuturan si sulung, apa yang dikatakan Sehan benar adanya dan dia sudah bertekad menjauhkan anak-anaknya dari semua keburukan yang mungkin bisa terjadi.

" Dan Sehan ga mau, Nenek mengusik kebahagiaan yang sudah perlahan kita bangun. Wishnutama mulai sembuh pah, jangan sampai hanya Karena satu hama semua rusak lagi.."

Sehan kembali bersuara begitu tenang tapi syarat akan ketegasan disana.

" Dan pastikan Nenek jauh-jauh dari adik-adik aku, terutama Abigaeil
you know what i mean? kalo nenek bisa bikin Papa pisah sama Mama  tidak segan menyakiti Mama dan adek bahkan sebelum lahir ke dunia ... Tidak mustahil nenek akan melakukan nya sekarang...Mas pikir Papa sudah berbicara soal abigaeil ke Nenek? Dan mas pikir nenek sudah mengerti dan berubah"

" Kali ini biar Sehan tegaskan, Nenek tidak akan pernah bisa menyentuh Abigaeil.
Mas akan melindungi adek dengan cara mas sendiri..dan maaf mengatakan ini pah, bilang sama nenek untuk tetap dibatasnya karena kali mas tidak akan melepaskan siapapun yang berani menyakiti adik-adik aku, terutama Abigaeil."

Sehan menyudahi kalimat panjangnya berharap Papa-nya memahami maksudnya, tidak ada yang akan berjalan baik jika ada wanita tua itu.
dengan sedikit kasar ia raih cup kopinya lantas meneguknya hingga Hampir tandas membiarkan sang Papa larut dalam pemikirannya sendiri.

Bertambah lagi bebannya padahal belum usai yang sebelumnya bertambah pelik lagi masalahnya.
dia hanya bisa berharap semesta benar-benar memberikan nya waktu untuk sekedar menarik nafas, sebelum bersiap.
tapi dia sadar semesta kadang tidak sebaik itu untuk dijadikan teman.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Satu Minggu telah berlalu, seusai kejadian yang menimpa bungsunya wishnutama.
Abigaeil sudah membaik sekarang, setelah menjalani serangkaian perawatan.

Saat ini anak itu sudah mulai kembali lagi seperti biasanya, meskipun tidak secerewet dan seceria biasanya, namun itu sudah lebih baik daripada sebelumnya
Dan perkembangan Abigaeil disambut baik oleh semua keluarganya, yang bersabar dan tidak pernah meninggalkan si bungsu sendirian selama menjalani perawatan, sekarang anak itu tengah duduk tenang di sofa besar ruang tamu dengan mata terfokus pada tayangan di televisi.

" Eh, bayinya Papa?"

Abigaeil mendongak ketika mendengar suara sang Papa mendekat kearahnya.

" Hallo Papa~ " sapa nya riang tersenyum pada sang papa

" Ughh~ Papa cape banget hari ini dek..."

Andhika mendekat pada si  bungsu usai melepas jas menyisakan kemeja hitamnya yang juga tergulung hingga siku dan juga vest nya,menjatuhkan dirinya disamping sang anak menyandarkan kepalanya di bahu sempit sang anak yang fokus sekali pada tontonan nya.

" It's oke, Papa begini hm? "

Abigaeil mengangguk pelan, semula memang dia sedikit berjengit dengan persepsi sang Papa, rasanya masih kurang nyaman tapi melihat itu adalah Papa-nya dan semua akan baik-baik saja.
segera ia angguki kadang dia juga bingung dengan reaksi tubuhnya sendiri semenjak kejadian itu dia menjadi tidak nyaman melakukan skin ship bayangan aneh selalu muncul dikepalanya tiap kali ada yang menyentuh nya.

Meskipun tidak separah sebelumnya dan Abigaeil yakin dia bisa mengendalikan diri, semua baik-baik saja dan itu selalu berusaha ia doktrin di kepalanya kalimat-kalimat penenang yang selalu diucapkan oleh Papa dan juga semua saudaranya ia benar-benar berusaha mengingatnya dan beruntung itu cukup ampuh menghilangkan rasa traumanya.

" Mm, ndak papa" jawabnya lucu

Andhika mengehela nafas lega, kembali mendusel di ceruk leher sang anak. Dia tidak bercanda soal rasa lelahnya.
akhir-akhir ini ada banyak yang terjadi memenuhi kepalanya membuat staminanya berkurang. masalahnya dengan sang Mama, ahh.. rasanya cukup membosankan.

" Hhh... harum banget sih anaknya Papa~ Udah makan malam dek? udah minum obat?"

Abigaeil mengangguk saja menjawab pertanyaan sang Papa.

" Papa cape banget ya? " tanya Abigaeil ketika melihat raut wajah Papa-nya.

" Humm" lirih Andhika merasa nyaman dengan aroma khas bayi yang tercium dari tubuh anak bungsunya, ia jadi relaks

" Kasian Papa na Abi, cape cari wit...heem~ "

Andhika terkekeh kecil mendengar lirihan sang anak

" Cape banget,tapi kalo dapat ciuman pasti cape nya ilang"

Abigaeil memiringkan kepalanya menatap sang Papa yang memejamkan matanya, bersandar pada bahunya.

cup

Andhika membola merasakan pipinya basah, ia tidak menyangka setelah kejadian itu bungsunya jarang sekali bisa di dekati se-intens ini.
rasa lelahnya menguap begitu saja hati nya menghangat

" Um, kurang ih~ kalo lebih banyak pasti langsung semangat lagi" Andhika kembali bersuara menahan senyumnya

" Um..umm~ cup..cup..."

Abigaeil tanpa kata langsung mengecup beberapa kali wajah tegas sang Papa membuat andhika tersenyum bahagia.

" Cape~ cape pergi jangan datang ke Papa, Abi lagi~ kasian Papa.." ucap anak manis itu dengan suara lucunya

" Arghh~ bayinya Papa manis sekali"

Andhika memekik kecil membawa tubuh mungil itu ke pangkuan nya, meluruskan kakinya bertumpu pada meja marmer itu.

" Aduhh~ Papa gemas... bungsunya Papa akhirnya mau deket-deket gini lagi. Tetap sehat ya Sayang"

Abigaeil menyamakan dirinya membiarkan sang Papa melingkarkan tangannya di sekitar perutnya sementara ia bersandar di dada sang Papa menyamakan kakinya yang berbalut kaos kaki berwarna coklat dengan aksen kepala beruang di kedua sisinya, senada dengan tubuh mungil yang dibalut piyama bergambar beruang dengan warna cream. Ditatapnya sebentar kedua kakinya yang lebih pendek kontras dengan kaki panjang milik papa-nya. yang telah memejamkan matanya setelah mengecup kening dan wajahnya.

" Pa-pa? "

" Hum" Andhika berdehem

" Papa kan sudah banyak wit, kenapa harus kerja keras-keras? Wit na papa kan banyak nda habis-habis " celetuk Abi pelan mendongak melihat papa-nya yang bersandar dikepala sofa

Tawa Andhika menguar begitu saja mendengar pertanyaan sang anak.

" Hu'um, Tapi setelah ingat Papa masih punya bayi kecil. Papa harus pastikan bayinya Papa tumbuh sehat, bahagia tanpa kekurangan apapun selamanya~" jawab Andhika masih dalam posisinya tangannya aktif mengusap pelan bagian perut anaknya.

" Bayi? Abi? " abigaeil mengerjap menunjuk dirinya sendiri dengan kepala miring, Andhika berdehem lagi.

Seketika bibir mungil itu mengerucut sedih membenamkan kepalanya di dada sang Papa.

" Um, wit na Papa bisa habis. Kan harus beli obat Abi~ " ucap anak itu sedih

" Maaf Papa. Abi repotin Papa.
Abi sakit, bikin semua susah~ "

Andhika membuka matanya menurunkan pandangan nya melihat mata kucing itu sudah berembun, bibir mengerucut serta hidung kecil yang memerah menunduk sedih memainkan kancing kemejanya

Gemas, Andhika tidak bisa menahan diri dengan gemasnya mengigit hidung kecil itu pelan tapi cukup membuat si kecil terpekik kesal

" Huaa, Papa! " misuh Abi mengusap-usap hidungnya dengan lengan piyama nya yang panjang hampir menutup telapak tangannya menyisakan jari-jari mungil yang ujungnya terlihat memerah

" Duhh, makanya kamu itu jangan imut-imut kan Papa jadi gemas~ pingin Papa mam! "

Andhika mempererat pelukannya mendusel di ceruk leher sang anak yang berusaha menghindar dengan tatapan berubah sengit yang jatuhnya semakin membuat anak itu terlihat lucu

" Jangan ih~ Papa deli tau... Minggir..Papa! " abigaeil berseru kecil

" Enggak, anak bayinya Papa gemess banget, imut, kecil, daaan haruumm sekali" Andhika tertawa, Abigaeil Pundung.

" Papa~ hiks.. sesak tau~ " lirih Abi mendorong kepala papa-nya

" Hehe, sorry " Andhika nyengir ganteng, menyudahi kegiatannya mengunyel-unyel pipi chubby itu, lanjut memberikan satu ciuman didahi sang anak.

" Jangan omong kaya gitu lagi makanya, Papa ga suka dengerin nya~"

Satu tangannya terangkat menyentuh wajah Abigaeil yang menatapnya dengan berkaca-kaca

" Abigaeil anak Papa, kesayangan nya Papa~ Kamu tidak pernah merepotkan Papa selamanya, Abigaeil sehat dan bahagia sudah cukup buat Papa... jadi jangan pernah berpikiran kamu menyusahkan.
Anak Papa tidak ada yang menyusahkan... Papa bekerja karena memang suatu keharusan, Papa punya tanggung jawab untuk anak-anak Papa, jangan pernah merasa bersalah untuk apapun ya~ "

Andhika menatap wajah imut itu mengusap wajah sang anak merapikan helai rambut Abigaeil yang hampir menutup matanya, membubuhi satu kecupan lagi.

Abigaeil tidak bisa lagi berkata-kata hatinya bergetar berdesir hangat mendengar ucapan sang Papa yang begitu lembut menenangkan, semua rasa takut, gugup, bersalah dan menyesal hilang di hatinya.
dia tidak pernah merasakan seperti ini bahagianya ketika merasakan dirinya begitu berharga, dicintai dan disayangi oleh semua keluarganya

Hatinya berbunga, sedikit hampa tanpa kehadiran sang Mama disisinya jika ada, pasti ini akan sangat terasa sempurna.

" Sayang Papa~ " bisiknya

Andhika yang sudah kembali pada posisinya semula, bersandar di kepala sofa dengan mata terpejam melingkar kan tangannya di perut sang anak.
tersenyum mendengar bisikan Abigaeil.

Hening, hanya suara tv yang masih menyala Abigaeil sudah beberapa kali menguap nyatanya hangat dekapan sang Papa serta usapan lembut jemari sang Papa menghantarkan rasa kantuk baginya.

" Papa"

" Umh~ "

Abigaeil tersenyum dia pikir papa-nya benar-benar tertidur, tidak tahu saja jika papa-nya itu seseorang
light sleeper mudah sekali terbangun.

" Mau sekolah..." pinta Abi masih memainkan kancing baju milik Papa-nya

" Hah? ah~ iya, Minggu depan ya dek.
lusa kamu harus Terapy...
ketemu dokter baru kan"

Anak dalam pangkuannya menghela nafas pelan melirik sang Papa

" Hum~em.. No dokter Tio Papa? " tanya Abigaeil lagi

" Hgh.. Not.." Andhika menguap lebar memejamkan matanya yang sempat terbuka

" Bukan dek, dokter Tio harus pindah tugas sayang~ but it's okay Dokter yang baru ga kalah keren, cantik dan berpengalaman" jawab Andhika

Abigaeil mengerjap bingung

" Dokter baru? cantik.."

Andhika mengangguk-anguk membenarkan sandaran nya, mencoba mencari posisi nyamannya.

" Iya... It's oke, dia baik~ "

Abigaeil hanya diam menatap sang Papa yang sudah kembali terlelap, tidak masalah sebenarnya siapapun yang akan merawat nya. Toh dengan siapapun itu sakitnya sama saja kan?
Memilih diam, anak itu mulai menyamakan dirinya dengan sang Papa seraya memejamkan matanya.

.
.
.
.

Sehan memasuki rumah dengan wajah lelahnya, tersenyum tipis kala bertukar sapa dengan beberapa pekerja rumahnya yang siap menyambut kedatangannya

" Selamat datang Tuan muda~ "

Inah sedikit membungkuk diikuti beberapa maid yang lain kala melihat sulung keluarga ini memasuki rumah

" Adek mana bi? sudah makan malam? " tanya Sehan seraya melepas jam tangan nya dan menyerahkan pada salah satu maid berikut dengan jas dan juga tas kerjanya

" Tuan kecil ada diruang keluarga Tuan, Sudah makan malam dengan menu yang disarankan oleh dokter" jawab inah, Sehan mengangguk

" Terimakasih~ " jawab sehan tersenyum menerima segelas air putih yang dimintanya dan berlalu dari sana

Sampai diruang keluarga dia bisa melihat TV besar itu menyala menampilkan film kartun, Senyum nya melebar melihat adik dan juga Papa-nya yang tertidur pulas dengan tubuh mungil itu berada di pangkuan sang Papa.

Pemandangan itu berhasil membuat tertawa gemas, melihat perbedaan postur tubuh yang kentara sekali.
adiknya yang mungil diapit tubuh jangkung nan besar sang Papa.

" Tuhan, gemas banget sih"

Sehan mendekat, mengamati wajah damai papa-nya dan adiknya yang tertidur dengan mulut sedikit terbuka memperlihatkan gigi kecilnya yang mengintip malu-malu pipi tembem yang terlihat seperti bakpao putih sebab tertekan dada sang Papa

Sehan tidak bisa, dia gemas sekali melihat pemandangan itu.

Tangannya terulur mengusap pipi putih itu, mencubit nya pelan.
jika Sena disini pastilah anak itu akan mengomel sebab Sehan menyentuh adiknya sebelum mencuci tangan terlebih dahulu mengingat dia baru saja beraktivitas di luar

Menarik selimut berwarna kuning dengan bulu lembut dari bawah meja, selimut yang memang diperuntukkan untuk adik kecilnya yang selalu ada disana menyelimuti dua orang yang disayanginya.

" Tuhan sekali saja, biarkan selamanya seperti ini "

Sehan tersenyum manis, melangkahkan kakinya menjauh dari sana membiarkan dua orang itu menjelajahi alam mimpi dengan bahagia.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

" Astaga Tuhan! "

" Akhirnya, setelah sekian lama~ "

" Akhirnya kita akan berjumpa lagi~"

Wanita itu berdecak memandangi selembar kertas yang menampilkan biodata.

" Abigaeil Asry Wishnutama?
Nama yang bagus sekali~"

" Hhhh, sungguh tidak sabar bertemu lagi dengan kamu~ "

Senyumnya merekah menelisik lembaran ditangannya dengan tatapan yang sendu.

" Nice to see you, Abigaeil~"














































          * Haiii 👋

Mau minta maaf 😖
karena sudah menghilang...

Dimaafin kan? 👉👈🥺

Hehehe maaf ya, i'm really sorry...

Terimakasih banyak buat kalian semua yang masih menunggu aku up🙏

Terimakasih dan maaf sekali lagi untuk kedepannya aku akan berusaha untuk kembali dan segera menyelesaikan story ini..

Real life ku benar2 gado-gado

Sudahlah, maaf ya sekali lagi dan terimakasih masih mau bertahan 👍😔

So sorry 💜














🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

voment juyeso ☺️✋

Continue Reading

You'll Also Like

90.2K 12.6K 43
- Notes : baca dulu di season awal yaitu 'Your Self' baru kesini, okay? 😉 "Kamu itu sama aku. Kamu itu tuan rumahku Jennie. Kalau dunia maksa kamu b...
6.5K 422 16
"kalian adalah titisan dari power sphera legenda" "Apa..." fang,boboiboy,yaya,ying dan gopal, tida pernah menyangka bahwa dirinya terpilih sebagai...
262K 21.3K 22
Piyo, kisah si bocah polos yang disayang oleh abangnya. "Abang jelek! " "Kamu mirip monyet! " "Abang induknya! " "Dasar gendut! " "HUWEEEE, IBU, ABA...
324K 19.3K 35
Tentang seorang anak yang dari kecil hidup menderita dipukul, dicaci sudah menjadi makanan sehari hari nya. lalu bagaimana jika tiba tiba seseorang m...