I Am Pluto

jaeseidon

2.5K 1.4K 3.2K

[SELESAI] Erlangga Nicholas Saputra. Dia cowok paling baik di planet bernama Bumi. Dia juga cowok paling roma... Еще

Draft
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 24
EPILOG

Chapter 23

19 7 10
jaeseidon

Chapter 23

23 Oktober 2022

"Terima kasih, Pak." Gadis dengan rok hitam dan blouse putih rapi miliknya dengan perlahan turun dari bis kota penuh sesak. Ia Shenina Taslim yang memulai hari dengan mendengarkan lagu 'Awan Kelabu' sembari membaca buku tentang planet-planet di tata surya. Akhir-akhir ini, ia sangat tertarik pada salah satu benda langit bernama Pluto.

Hari ini ia tidak berkendara dengan mobil, karena mobilnya tengah dipinjam Wulan untuk memboyong keluarganya datang ke Jakarta. Bagi Shena jelas hal itu bukanlah masalah karena ia bisa berangkat pagi sembari berolah raga dan ditemani Angga.

Angga menyusul di belakang gadis itu. Membawakan payung. "Jangan lupa kotak makan siangnya dihabisin. Ini payungnya." Mereka telah sampai di depan kantor Shena dan Angga lekas menyerahkan kotak bekel makan siang itu pada sahabatnya.

Shena menerimanya dengan senyum, lalu berbisik, "Makasih."

Mereka akhirnya berpisah. Shena akan berjalan santai memasuki area kantornya dan disapa hangat oleh Isabel yang diam-diam meliriknya sejak turun dari bis. Dan Shena akan melayangkan tatapan jengkel yang dihadiahi tawa kecil Isabel. Sedangkan Angga akan berjalan-jalan santai melewati trotoar, lalu duduk di salah satu kafe, jika tidak ia akan ke perpustakaan di sudut jalan, membaca buku dengan masker yang menutupi separuh wajahnya, takut jika ada seseorang yang mengenalinya.

Begitulah rutinitas mereka. Angga menarik diri dari dunia entertain yang dengan senang hati disambut bahagia oleh Evan. Cowok itu yang mengatur segala kontrak Angga yang belum selesai, bernegosiasi dengan Mix dan Mia, menyelesaikan masalah dengan Elijah dan Retta-Gadis yang merasa dicampakkan oleh Angga-serta memberinya banyak hari libur sehingga Angga bisa ikut mengantar Shena bekerja setiap hari, dan menjemput gadis itu. Lalu, mereka akan makan malam di salah satu warung atau restaurant dan sibuk bercerita tentang kegiatan masing-masing.

Bukan sebagai sepasang kekasih.

Hanya sebatas sahabat.

***

Semua keluarga telah berkumpul di ruangan luas dan indah, apartemen milik Azka. Mama dan Papa Shena tengah sibuk menceritakan tanaman bernama anggrek dan bonsai pada kedua orang tua Wulan serta Tante Sofia. Di dapur, Shena berjibaku dengan kue, Wulan dengan minuman, Azka dengan buah semangka yang gagal dipotong rapi oleh Angga, serta Leopold Archary, kakak tingkat Shena yang tiba-tiba saja diundang oleh Angga. Sedangkan Evan dan dua anak kembar Azka sibuk bermain piano di ruangan tengah, menghibur keluarga besar yang sedang berbahagia itu.

Angga menghampiri Shena, "Ada kerjaan lain? Tugas motong semangka gagal dijalankan."

Shena mendengus, "Dasar! Ya udah ini, hiasin kue pake krim cokelat."

Angga menurut, meski hampir menjatuhkan kue yang susah payah dibuat Shena, mereka akhirnya berhasil menghiasnya dengan rapi. Mereka semua berkumpul dalam rangka merayakan hari ulang tahun Mama Shena.

Leo melirik tangan Angga yang kini menggenggam pisau bersamaan dengan Shena. Ia berdeham, kencang, "Hmmm, maaf, tangannya."

Wulan dan Azka ikut menoleh dan mereka terkekeh. Tak terkecuali Shena.

"Tolong, Mas Angga, lepas ya tangannya."

Angga tersenyum kikuk. "Santai aja anjir. Belum juga jadi pacar udah posesif!"

Leo menjawab, "Kan anda mantannya. Saya harus hati-hati dan bersiap perang kalo perlu."

Evan yang tiba di dapur tak kuasa menahan tawanya, mereka akhirnya berhenti berdebat dan membawa kue itu ke ruang tengah sambil menyalakan lilin. Lalu, semuanya terjadi begitu saja. Azka dan Wulan sibuk membawakan minuman dan makanan kecil, Leo membawa buah, Evan menggiring dua anak kembar yang sudah ia anggap keponakan ke arah ruang tengah juga sembari menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun dengan lantang.

"Selamat ulang tahun, Mama."

Mama tersenyum sangat bahagia dan mereka semua akhirnya saling mendekap dan mendoakan satu sama lain untuk kehidupan yang berbahagia dan kesehatan yang tiada tara. Kue itu dipotong oleh Papa Shena sesuai dengan jumlah orang yang ada. Minuman di angkat setinggi-tingginya layaknya berpesta dan mereka semua orang tersenyum dengan lebar.

Sisa hari itu dihabiskan dengan banyak mengobrol bersama.

"Shena, kamu cantik sekali. Boleh aku cium bibir kamu?"

Gadis yang tengah mencuci piring itu lantas mendorong pelan lengan kakak tingkatnya, Leopold. "Husstt! Nanti ada yang dengar!"

"Memangnya kenapa kalau ada yang dengar? Kamu memang cantik. Jadi, boleh...?"

"Kak Leo!"

"Please, jangan panggil aku kakak lagi. Leo saja."

Tiba-tiba, Angga dan Evan muncul di balik dapur dan segera saja mereka menggoda Leo dan Shena yang pipinya sudah semerah kepiting rebus. "Anjir! Anak baru lulus serem banget cuyyy! Tancap gas sekali ya!"

Layaknya Evan, Angga mendengar setiap patah kata yang muncul dari bibir Leo, dan entah mengapa, ada suatu hal yang menyayat hatinya perlahan. Sakit. Tetapi malam itu, Angga dipaksa untuk tersenyum tulus karena Shena juga tersenyum, bahagia.

Berbeda dengannya, yang tersenyum karena menyimpan luka.

***

Dini hari, ketika semuanya tengah terlelap dalam tidurnya di malam yang gelap dihiasi bintang-bintang, Angga terbangun karena ada sesuatu yang rasanya ingin meledak dalam dadanya. Cowok itu bangkit, meninggalkan Evan dan Leo yang tertidur di kamar tamu Azka dan membuka balkon. Ia merokok di sana, bersama Azka.

"Bang, lo harus jaga kesehatan. Gue yakin Wulan nggak mau lihat suaminya mati duluan."

Azka terkekeh, "Sok bijak lo, najis!" ia mendorong pundak Angga pelan. "Ngga, gimana kabar lo? Jujur aja, cuma gue yang masih melek."

Jika sudah begini, Angga tak bisa lagi berpaling dan mengubah topik. Jadi, ia dengan jujur menjawab, "Capek. Takut. Menyesal. Kurang sedih apa hidup gue, Bang?"

Azka melirik teman adiknya yang juga temannya itu dengan tatapan lembut. Seperti seorang kakak, ia menepuk-nepuk pundak Angga yang mulai rapuh, atau sebenarnya sudah rapuh sejak lama. Azka sudah menganggap Angga sebagai bagian dari keluarganya sendiri. Ia melihat Angga sejak anak itu baru saja dilahirkan. Bertemu dengan Shena, bermain bersama, hingga menjadi kekasih yang mengecewakan untuk adiknya, Azka tetap tidak bisa marah padanya. Meski saat Angga menampakkan muka di hadapannya, Azka langsung menonjoknya hingga hidung Angga berdarah. Namun pada kenyataannya, Azka tahu bahwa setiap manusia punya jalan hidupnya masing-masing. Ia percaya pada takdir.

"Lo harus belajar merelakan."

Angga mengangguk.

"Hubungan lo sama Tante Sofia gimana?"

Angga tersenyum tulus, "Well, gue sekarang udah nggak benci lagi sama Mama. Masalah yang lalu, ya udah biarlah berlalu. Mau gue ngamuk-ngamuk juga bokap gue udah pergi sama selingkuhannya, dan Mama nggak punya siapa-siapa lagi kecuali gue. Gue udah maafin mereka. Sekarang, kita baik-baik aja." Angga melirik Azka dengan jengkel karena kakak Shena itu tersenyum menyindir. "Kalau bukan karena Shena, mungkin gue udah mati di kubur di TPA Jeruk Purut."

"Salah lo sendiri ngecewain adek gue. Rasain."

"Bang, ini kesempatan gue udah habis semua ya?"

"Shena udah nggak cinta lagi sama lo. Lo yang milih jalan hidup kayak ini, dan Shena pun milih jalan hidupnya seperti itu. Ketemu Leo, yang kayaknya, dia bisa lebih baik sedikit daripada lo. Kesempatan bakal selalu ada. Tapi menurut gue, kesempatan lo jadi ipar gue, udah minus," jelas Azka.

Benar kata Azka, bahwa mau bagaimana pun ia mencoba memperbaiki hubungan cintanya dengan Shena, semuanya sia-sia. Angga terlalu mengecewakan. Dan Shena berhak membuka lembaran baru, dengan orang baru, memulai hidup yang baru pula.

Azka tertawa, "Lebay! Lo nanti kerja apaan, Ngga? Udah berhenti jadi artis?"

Angga mengangguk. "Paling jadi pelatih drama, atau kerja di belakang layar, nulis skenario."

"Ya udah, semangat."

"Bang, gue nggak suka Leo."

"Derita lo!"

***

[Picts from Pin. All rights reserved]

Dikit lagi ending 🥹

Продолжить чтение