DRAGON

By StarsShine_1603

4.8M 735K 511K

( Sudah terbit, end & masih lengkap!) Andrew Shaquille Calzeylions. Cowok tampan sekaligus mengerikan yang me... More

Prolog
1. Satu
2. Dua
3. Tiga
4. empat
5. Lima
6. enam
7. Tujuh
8. Delapan
9. Sembilan
10. Sepuluh
11. Sebelas
12. Dua belas
13. Tiga belas
14. Empat belas
15. Lima belas
16. Enam belas
17. Tujuh belas
18. Delapan belas
19. Sembilan belas
20. Dua puluh
21. Dua Satu
22. Dua-dua
23. Dua tiga
24. Dua empat
25. Dua lima
26. Dua enam ( bagian a )
26. Dua enam (bagian b)
27. Dua tujuh
28. Dua lapan
29. Dua sembilan
31. Tiga satu
Vote Cover
32. Tiga dua
33. Tiga Tiga
34. Tiga empat
35. Tiga Lima
challenge ๐Ÿ”ฅ
36. Tiga enam
Epilog
Special Dragon!
Tara mak jreng!
Special๐Ÿงจ๐ŸŽ‡
Extra Part 1 + PREQUEL Lavender x Dragon

30. Tiga puluh

100K 18.3K 11.3K
By StarsShine_1603

Happy reading 💖

Absen pake kamu jam baca ini coba ^_^

Oh iya aku buat daily chat tokoh-tokoh cerita aku.

Di Instagram @shinelions16
Up tiap hari disana. Banyak spoiler jg.

Andrew meresahkan versi chat😭😭😭

Enjoyyy yaaa!

****

"Maaf karena bajingan ini harus menjadi putramu," ucap Andrew sendu sembari air matanya menetes pedih.

Tidak ada yang pernah menyangka 'Dragon' si pemimpin geng yang terkenal sadis akan bersimpuh memohon maaf seperti ini. Tameng hebat banyak orang itu kini menunjukkan sisi lemahnya, membuktikan bahwa dia juga hanya pemuda biasa.

Semua yang melihatnya ikut merasakan kepedihan yang Andrew rasakan. Gilgey yang mengunci tangan Drystan langsung melepaskan kunciannya. Tangan Drystan jadi terbebas.

Drystan kemudian memukul dadanya sendiri, ikut merasakan sakit yang luar biasa melihat Andrew kacau seperti ini. Kepalanya menunduk dengan kedua tangan terkepal kencang. Satu lelehan air mata kepedihan mengalir di pipi. Drystan menangis tanpa suara, tanpa ekspresi, hanya air mata yang mengalir. Ikatan persaudaraan mereka begitu kuat. Drystan ingin menunjukkan bahwa Andrew tak sedih sendirian.

Sementara Mark menunduk ke bawah menatap anaknya yang terlihat kacau. Ia kecewa kepada anaknya, tapi melihatnya seperti ini membuat hatinya ikut sakit. Perlahan, tangannya bergerak mengelus rambut Andrew lembut. Seperti yang selalu ia lakukan ketika Andrew kecil dulu.

"Andrew bukan pelakunya, Dad," gumam Andrew menjelaskan. Kepercayaan ayahnya begitu penting.

"Andrew nggak bakal pake cara kotor." Andrew mengambil napasnya dalam-dalam sebelum berbicara.

"Tapi maaf, kali ini Andrew ingkar janji," ungkap Andrew lalu meninju tanah dengan kepala tangannya.

Mark masih diam membiarkan anaknya berbicara.

"Andrew nyakitin cewek tulus," beritahu Andrew.

Mark melirik sekilas ke arah Raquel yang mematung. "Kenapa?" tanya Mark dingin meminta penjelasan.

Bibir Andrew bergetar, ada jeda sesaat sebelum ia menjawab.

"Andrew mau ngerasain sedikit aja kebahagiaan," ungkap Andrew sendu membuat semua yang menyaksikan tertegun.

"Sedikit aja ...." lanjut Andrew bernada lirih.

Mark membeku, matanya memejam menahan sesak di dada. Ia baru tahu kalau selama ini putranya tersiksa. Ia memberikan segalanya, fasilitas mewah, kekuasaan, uang berlimpah, tapi ternyata itu tidak bisa membuat Andrew bahagia.

"Tapi cara bahagia yang kamu ambil salah, Boy," balas Mark memberi pengertian.

Andrew mendongak dengan mata memerah. Sorot kesakitan yang Andrew pancarkan membuat Mark lagi-lagi ikut merasakan sakitnya. Ia baru tahu, bahwa sebenarnya Putra kebanggaannya sangatlah rapuh.

"Maaf." Lagi, Andrew mengucapkan kata maaf setulus hati. "Andrew siap nerima hukuman, Dad."

Gilgey menghampiri Mark sambil membawa cambuk yang dilapisi duri-duri kecil berbahan besi di pinggirnya. Semua yang melihat itu menelan salivanya sendiri, takut akan apa yang dilakukan Mark selanjutnya.

"Om," ucap Drystan sambil menggelengkan kepalanya. Rautnya memelas berharap Mark tidak menghukum Andrew.

"WOY OM DUDA HOT! DIA ANAK LO!" bentak Reiner emosi. Darahnya mendidih walaupun badannya basah kuyup karena air hujan. Muka Reiner memerah kesal, ekspresinya begitu menyeramkan, tanda ia begitu emosi sekarang.

"INGET OM, ITU HASIL SPERMA LO!" bentak Reiner lagi kepalang emosi. Mulutnya memang kotor jika sudah emosi.

Leo langsung memborgol tangan Reiner, lalu menempelkan lakban juga ke mulutnya agar diam.

Sementara Mark sudah menerima cambuk dari Gilgey. Ia mengangkat cambuknya lalu memutarkannya di udara dengan gerakan gesit. Semua bergidik ngeri melihat itu.

Hujan makin deras, udara dingin menusuk kulit, semuanya menggigil. Raquel, masih terpaku menatap Andrew. Entah kenapa, melihat Andrew tersiksa seperti ini juga menyakitinya. Air matanya menetes bercampur dengan air hujan. Viorz mendekat, lalu merangkul sepupunya untuk menyalurkan kekuatan. Lain dengan Degaz yang hanya berekspresi datar.

Drystan menyapu pandangan, lalu tatapannya berhenti di Degaz. "Liat nanti, Bangsat," umpat Drystan benar-benar marah. "Gue bakal siksa lo."

"ARGHHHH!" teriak Andrew kesakitan ketika Mark tiba-tiba menendang dadanya.

"Berdiri!" bentak Mark dengan tatapan tajam.

Andrew meringis kesakitan lalu berusaha berdiri dengan susah payah. Luka-lukanya perih karena terkena air hujan. Dadanya sakit karena tendangan kuat dari ayahnya.

Drystan menatap ayahnya sendu. "Pa please berhentiin Om Maung," pinta Drystan memohon sambil menangkupkan kedua tangannya.

Gilgey menggeleng, tidak ada yang berani menghentikan amukan brutal Mark dari dulu.

"Tendangan tadi hukuman dari Mommy," beritahu Mark. Dulu istrinya mengatakan, kalau Andrew salah hukumannya adalah tendang. Sekarang, Mark sudah melaksanakannya.

Andrew mendongak menatap langit gelap, membiarkan rintikan air hujan menghantam wajahnya. "Maaf, Mommy," batinnya.

Andrew melepaskan jaket hitamnya lalu membuangnya ke sembarang arah. Sekarang, tinggal kaos hitam yang melekat ditubuhnya. Andrew memejamkan matanya sejenak untuk meyakinkan dirinya sendiri.

"Silahkan, Dad," suruhnya. Ia sudah siap dilukai.

Mark mendekat lalu mencambuk punggung Andrew sekuat tenaga. Satu kali cambukan tapi mampu membuat kulit punggung Andrew robek dan tersungkur ke tanah. Punggung itu penuh darah. Darah segar itu mengalir. Bau anyir menguar. Andrew terngkurap lunglai. Perih di sekujur tubuhnya menggerogoti. Kesakitan ini menyiksanya perlahan.

"ARGHHHH!" pekik Andrew kesakitan ketika lukanya terkena tetesan air hujan. Lagi, Andrew mencoba bangkit dengan susah payah dengan tubuh yang penuh luka-luka.

Semuanya memalingkan wajahnya ke arah lain, tak sanggup melihat siksaan kejam ini.

Mark sudah ancang-ancang ingin mencambuk lagi. Ini harus dilakukan, agar kedepannya Andrew tak melakukan kesalahan.

"OM!" seru Drystan. "BAGI SIKSAANNYA KE TUBUH DRYSTAN!"

Mark tak memperdulikannya, ia mengangkat cambuknya siap menghantam punggung Andrew lagi.

Namun, tindakannya urung ketika Raquel datang menghalanginya. Gadis itu memeluk tubuh Andrew kuat sambil menangis tanpa suara. Di bawah derasnya air hujan, mereka berdua berpelukan hangat. Keduanya sama-sama manusia yang terbiasa dengan luka, kini saling menguatkan.

Raquel benar-benar tak tega harus melihat Andrew disiksa kejam. Ia juga tahu rasanya disiksa ayah sendiri, dan itu sangat menyakitkan. Luka batin susah untuk disembuhkan, ia tak mau Andrew merasakannya.

Andrew tertegun, merasakan hangat pelukan dari Raquel. Pelukan yang begitu tulus dan sanggup mengurangi rasa sakit di tubuhnya.

Setelah dirasa cukup, Raquel melepaskan pelukannya lalu berbalik menatap Mark.

"Cukup, Om!" bentak Raquel berdiri di depan Andrew menjadi benteng. Drystan dan Reiner bahkan dibuat terpukau.

Mark tertegun sesaat melihat keberanian manusia marlboro ini. "Minggir. Ini urusan saya dengan anak saya."

"Jangan siksa dia lagi," ujar Raquel tanpa rasa takut padahal aura Mark mengintimidasinya.

Mark berdecak kecil. "Hak saya!"

"Tapi saya pihak yang tersakiti di sini," balas Raquel. "Saya sudah memaafkannya, jadi tolong stop!"

Malam ini Raquel sadar ... mau sebrengsek dan sebajingan apapun Andrew, Raquel tetap mencintainya.

"Saya masih mau menyiksanya."

"Maka saya akan jadi tamengnya," tegas Raquel membuat semuanya kembali tercengang. Hujan perlahan reda, membuat suara Raquel mampu didengar jelas semuanya.

Mark tersenyum menyeringai sebelum berbicara, "Tadi kamu menuduh putra saya membunuh kakak kamu 'kan? Kenapa sekarang jadi berbalik arah dan melindunginya?"

"Karena saya mencintainya," tegas Raquel. Ia juga jadi yakin kalau Andrew bukan pelakunya, setelah Andrew menjelaskan begitu tegas ke Mark tadi.

Andrew yang ada di belakang Raquel tersenyum tipis walaupun tubuhnya terasa sakit.

Mark menatap Raquel tak percaya. Tak menyangka gadis secantik ini mencintai putranya yang mempunyai tampang biasa saja.

Mark menatap Degaz tajam. "Kamu punya bukti 'kan?" tanya Mark lagi memancing.

"Foto itu memang sudah termasuk bukti kuat," imbuh Mark. "Tapi saya yakin, pasti masih ada bukti yang lebih 'kuat' lagi."

Suasana hening, hanya terdengar suara rintikan gerimis kecil.

"Andrew!" seru Mark menggema tiba-tiba.

"Yes, Dad?" sahut Andrew serak.

"Kalau benar kamu bukan pelakunya, maka buktikan!" titah Mark tak terbantahkan.

Andrew mengangguk. Ia akan mencari siapa pelaku itu dan menghajar dengan tangannya sendiri. Lihat saja nanti, pelaku itu tak akan bisa lepas begitu saja dari amukan sang raja naga jalanan.

Andrew maju dengan langkah tertatih lalu menggenggam tangan mungil Raquel. Rasanya begitu hangat membuat Andrew nyaman.

"Kenapa?" tanya Raquel.

"Mau ngerokok," jawab Andrew santai tak memperdulikan semua orang yang sedang menatap mereka. Bahkan Reiner masih seperti tahanan, tangannya diborgol serta mulut yang dilakban.

Raquel geleng-geleng kepala. Tak habis pikir dengan Andrew yang terluka parah tapi masih memikirkan rokok. "Rokok Marlboro lo abis?"

Andrew mengangguk lalu meringis sekilas karena luka di punggungnya tiba-tiba sangat perih. Kepalanya juga terasa pening.

"Bosen ngerokok Marlboro," jawab Andrew lalu mengelusi pipi Raquel lembut. Semua orang seakan jadi obat nyamuk, serasa dunia hanya milik berdua.

"Pengen ngerokok pipi lo," kata Andrew mengungkapkan keinginannya. "Boleh?"

"Engg——"

Belum saja menjawab, Andrew sudah menggigit gemas pipi Raquel membuat semua orang yang ada di sana mengumpat dalam hati. Bahkan Mark sudah memegang cambuknya kembali.

Raquel berdesis kesal lalu menjauhkan pipinya. "Lo bener-bener ya!" sentaknya emosi. Luka-luka tadi seakan tidak ada artinya bagi Andrew.

"Marlboro nggak ada apa-apanya dibanding sama pipi lo," bisik Andrew lalu tersenyum menyeringai. Tatapannya lalu beralih menatap Mark, ia masih berdiri walaupun tubuhnya sudah lemas. Dari tadi juga ia mati-matian menahan rasa sakit.

"Kenalin ... namanya Raquella Ceystar," tegas Andrew. "Si gemesnya gue, Dad!"

****

TBC.

Ksjdjdjfhdhsksks akhirnya baikan🤩🤩🤩

Kalian mau part wattpad sampe berapa?

30 an?

40 an?

Atau berapa😄

ANDREW : The Dragon TERBIT AKHIR AGUSTUS YAAAA! TANGGAL 31! AYO NABUNG MWHEHEHEH.

TENANG BAKAL END DI WATTPAD KOK. DAN NANTI EXTRA CHAPTER VERS WP BAKAL DIPOST DI IG AKU @Starsshine_1603

Spam next di sini!

Spam api🔥

Spam Dragon!

Emot yang mewakili kamu chapter ini?

Mau bilang apa ke mas Andrew?

KE MAS DRYSTAN?😭😭

Follow Instagram :
@calzeylions_wp @starsshine1603 @official.lionix

Dan para Rp, kalian bisa seru-seruan di sana :
@andrewcalzeylions_
@raquellaceystar_
@reinervgaz_
@markcalzeylions
@equelzxavior_
@calistashaqueenaa
@alcakrawala_
@drystancalzeylions
@kenan.calzeylions
@defancalzeylions
@shenacutee
@reynasylv_
@vionasheinzel
Gabung Chanel Telegram : Starsshine. Seru-seruan di sana!
Tiktok : @Dragonlions36 @calzeylions2320

Continue Reading

You'll Also Like

510K 40.5K 26
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
393K 25.3K 50
JANGAN DISIMPAN, BACA AJA LANGSUNG. KARENA TAKUT NGILANG๐Ÿคญ Transmigrasi ke buku ber-genre Thriller-harem. Lantas bagaimana cara Alin menghadapi kegi...
5.8M 272K 53
๐€๐ค๐ก๐ข๐ซ ๐ฒ๐š๐ง๐  ๐ข๐ง๐๐š๐ก. start: 31 Juli 2023 finish: 27 Januari 2024 rank 1 in #motor (Selasa, 14 Mie 2024) 3 in #sahabat (Selasa, 14 Mie 2024...
6.2M 108K 25
"Mau nenen," pinta Atlas manja. "Aku bukan mama kamu!" "Tapi lo budak gue. Sini cepetan!" Tidak akan ada yang pernah menduga ketua geng ZEE, doyan ne...