My Psychopath Husband

By JessiEliezer23

117K 3.8K 360

Bella Celestyn, wanita asal Indonesia yang bekerja di New York tak sengaja bertemu dengan seorang pria arogan... More

Bab 1. Poor Morgan
Bab 2. Meet The King Of Evil
Bab 3. Bad Dream
Bab 4. No Way Home
Cast
18+ Bab 5. Don't Make Me Feel Sorry
Bab 6. Inhumanity
18+ Bab 7. Crazy Things
Bab 8. Sniper
Bab 9. Hospital
Bab 11. Ketulusan Alex
Bab 12. Freedom
Bab 13. 18+ I'm Sorry
Bab 14. Ugly Truth
Bab 15. Mafia
Bab 16. 18+ Alicia
Bab 17. Tulus
Bab 18. Hailey
Bab 19. Good Well Soon
Bab 20. Revenge (TAMAT)

Bab 10. Kidnapped

4.2K 160 35
By JessiEliezer23

Hai semua. Balik lagi dengan cerita dari author yang berjudul'My Psychopath Husband' ini.
Author bersyukur cerita ini sudah mencapai hampir 200 kali dibaca.
Rasanya ga nyangka aja akhirnya ada juga yg mau membaca karya author yang mungkin kurang bagus ini😂

Oh iya, author sebenernya baru aja mulai nulis lagi setelah vakum selama 4 tahun. Jadi mohon maaf kalo ceritanya masih kurang bagus dibanding cerita penulis lain.

Jangan lupa vote + komen yaa setelah membaca.
Terimakasih.

Restoran Wellington.

Dave dan Bella telah tiba di sebuah restoran.
Bella sedikit ragu turun dari mobil mengingat ia masih mengenakan baju rumah sakit.
Dave seolah mengerti dengan keraguan Bella dan memberikan sebuah jaket.

"Pakailah jaket ini."

"Terimakasih."
ucap Bella seraya tersenyum tipis.

"Sama-sama."

Dave dan Bella turun dari mobil. Mereka memasuki restoran yang sederhana namun cukup ramai pengunjung.

Jujur, Bella sedikit menyesal karena telah menerima ajakan makan siang dari Dave yang baru dikenalnya.
Ia hanya takut kalau ternyata
Dave adalah seorang penjahat.

"Kau ingin memesan apa?"
tanya Dave sembari melihat daftar menu.

"Aku ingin memesan bubur saja."
jawab Bella sedikit kikuk.

Dave memanggil seorang pelayan wanita dan memesan beberapa menu untuk mereka.

Suasana begitu canggung saat ini, Bella berharap dapat menyelesaikan makan siang ini secepatnya kemudian pergi ke rumah Kimmy.

"Jadi... siapa yang menculikmu?
Apa ia seorang mafia, atau penjual organ?" tanya Dave serius.

Bella pun menceritakan kejadian yang sebenarnya.
Namun, ia tak menyebut siapa identitas orang yang telah menculiknya itu.
Bella hanya tak ingin mengumbar kejahatan yang pernah dilakukan Alex kepada orang asing.
Karena ia juga tak dapat mempercayai orang yang baru ia kenal.

Dave terpukau mendengar ceritanya.
"Hmm.... kurasa penculiknya itu sudah terobsesi dengan kecantikanmu." puji Dave seraya terkekeh.
Bella hanya tersenyum getir.

"Biar kutebak, apa kau berasal dari Asia?"
tanya Dave lagi.

"Ya, aku orang Indonesia."

"Wow... Indonesia, great.
I would like to visit your country someday."
ucap Dave mencoba mencairkan suasana.

Bella mulai tertarik mengobrol lebih banyak dengan Dave yang kelihatannya begitu ramah dan friendly.
Mereka pun terus mengobrol hingga seorang pelayan datang membawakan hidangan.

"Thank you so much, Dave.
Kau sudah membantuku kabur dari penculik itu." ucap Bella sembari menyeruput tehnya.

"Sama-sama. Jika kau membutuhkan sesuatu, kau bisa hubungi aku di nomor telepon ini."
Dave menyerahkan selembar kertas berisi nomor ponselnya.

Bella menyimpan kertas itu di dalam jaket.

"Thanks."

Dave mengangguk.
"Oh iya. Kau ingin diantar kemana setelah ini?"

"Bisakah kau mengantarku ke Long Island Apartemen?
Teman wanitaku tinggal di sana. Aku ingin menginap dulu di rumahnya malam ini sebelum aku pergi meninggalkan New York."

"Kenapa kau ingin pindah?"

"Aku takut kalau si penculik itu mencariku.
Jadi, lebih baik aku pindah saja."

"Kapan kau ingin pergi?"
tanya Dave antusias.

"Besok pagi, pokoknya secepatnya."

"Aku bisa mengantarmu besok."

"Maaf, aku tidak punya banyak uang. Mungkin aku tak bisa membayarmu nanti." ucap Bella yang tidak ingin merepotkan.

"Kau tidak perlu bayar.
Aku akan mengantarmu secara gratis. Oke?"

Bella menggeleng resah,
"Aku akan berangkat dengan teman wanitaku saja."

Jujur, ia mulai merasa tak nyaman dengan situasi ini.
Pria itu terkesan memaksa dan terus memberinya rentetan pertanyaan.

"Baiklah kalau begitu.
I just wanna help you." ucap Dave tampak kecewa.

"I'm sorry." ucap Bella.

"Tidak masalah."

"Ayo pergi dari sini.
Aku akan mengantarmu ke Long Island sekarang."

Bella pun mengikuti Dave pergi meninggalkan restoran.

Ditengah perjalanan,
Bella sedikit was-was melihat Dave yang terus meliriknya.

Lelaki itu menghentikan mobilnya di pinggir jalan.

"Kenapa kau menghentikan mobilnya?" tanya Bella mulai panik.

Dave tidak menjawab dan langsung meremas bokongnya.

"Aww!" pekik Bella.
Ia menepis tangan Dave dan
menarik handle pintu namun sial, mobil itu telah dikunci.

PLAKK!!

Bella menampar lelaki mesum itu.

"Kurang ajar!"
Teriak Dave dengan tatapan berapi-api. Ia langsung mengambil sebuah jarum suntik dari sakunya dan langsung menyuntik Bella hingga pingsan.

Dave kembali melanjutkan perjalanan sembari meremas payudara Bella sesekali.
Ia ingin membawa wanita itu ke suatu tempat.

                          ***

Brown Hospital. Pukul 6 sore.

BRAKK!!

Alex membanting tubuh seorang pengawal yang ditugaskan menjaga Bella.

"Ini semua gara-gara kau!
Aku tak akan mengampunimu!"
Teriak Alex sambil menendang wajah pengawalnya bertubi-tubi.

"Maafkan saya, tuan.
Saya mengaku bersalah karena telah gagal menjaga nona.
Saya mohon ampun, tuan."
Pemuda bertubuh besar itu langsung terdiam ketika Alex menodongkan pistol ke dagunya.

"Tuan Alex, sebaiknya anda memberi William kesempatan sekali lagi. Mengingat ia sudah cukup lama bekerja dengan anda."
Seorang pengawal berusaha menenangkan bosnya itu.

"Diam! Posisimu sama saja dengan William, sama-sama kacung rendahan. Kau tidak berhak mengaturku." tekan Alex.

"Maafkan saya... tuan ampuni saya..."
William hanya bisa memohon belas kasihan.
Tubuhnya melemah setelah dihajar berkali-kali.

"Kau sudah melakukan kesalahan besar, dan kau harus menerima akibatnya." ucap Alex dengan tatapan membunuh.

Ia mengeluarkan sebuah pisau lipat dan memainkannya dengan gerakan memutar.

William memejamkan mata dan pasrah menunggu ajalnya.
Alex melempar pisau itu ke arahnya dan...

William membuka matanya.
Pisau itu tidak mengenai tubuhnya dan hanya menancap di sebuah meja.

William langsung bersujud dibawah kaki tuannya.

"Terimakasih... tuan. Saya berjanji tidak akan membuat kesalahan lagi." ucap William dengan mata berkaca-kaca.

Alex hanya berdecih kesal kemudian pergi meninggalkan William yang kini menangis sejadi-jadinya.

Ia sungguh tak menyangka kalau tuan Alex mau memaafkannya.
Pengusaha kejam itu terkenal sadis selama ini dan tak pernah memaafkan siapapun yang berbuat salah.

                          ***

Alex beserta anak buahnya sedang memeriksa rekaman CCTV.
Ia hendak memantau apa yang sebenarnya terjadi.

Alex memperhatikan rekaman CCTV itu dengan tatapan tajam.
Rekaman itu memperlihatkan aksi Bella yang tengah menendang seorang petugas keamanan hingga jatuh.

"Ganti. Aku ingin melihat rekaman yang selanjutnya."

Amarah Alex kian membuncah ketika melihat wanitanya sedang menghadang sebuah mini Van.

"Kau berani kabur dariku.
Lihat saja nanti, aku pasti akan menemukanmu secepatnya."

Mungkin ia harus mengikat kedua kaki dan tangan Bella nanti, agar wanita itu tak bisa kabur lagi darinya.

"Perbesar layarnya. Aku akan melacak plat mobil sialan itu."

"Baik, tuan." sahut anak buahnya.

Alex langsung menelpon Dave, pemuda berkulit hitam yang merupakan seorang peretas kepercayaannya.

Alex menyebutkan nomor plat mobil yang membawa Bella.
Dave segera melacaknya.
Ia juga mengirimkan rekaman CCTV kepada Dave.

"Aku akan mencari tau informasi mengenai pengemudi mini Van itu."
Dave mengetik sesuatu di laptopnya.

Tak lama kemudian, ia menemukan sebuah fakta yang sangat mencengangkan disebuah situs kepolisian.

Pemuda yang membantu Bella  pergi dari rumah sakit itu berada dalam daftar pencarian orang di kepolisian California.
Nama aslinya adalah Scott.

"Gawat, bung.
Kurasa kekasihmu sedang dalam bahaya. Ia pergi bersama seorang buronan kasus kekerasan seksual dan narkoba."
ucap Dave dengan nada khawatir.

Mata Alex membulat sempurna ketika Dave mengirimkan daftar laporan kejahatan yang pernah dibuat oleh Scott.
Mayoritas korbannya adalah wanita Asia seperti Bella. Tampaknya, Scott memiliki obsesi terhadap wanita dari Asia.

Alex sadar wanitanya sedang dalam bahaya atas kebodohannya sendiri yang sudah meminta tumpangan kepada orang asing.
Mungkin, Alex harus mencuci otak Bella setelah ini agar wanita itu tidak bertindak bodoh lagi.

Ia keluar dari ruangan CCTV diikuti oleh anak buahnya yang berjumlah sepuluh orang.
Alex mengeluarkan pistolnya.

"Menyingkir!"
Alex menodongkan pistol kepada semua pengunjung rumah sakit.

"Jangan halangi jalanku atau kalian semua akan aku tembak!"

"Setelah urusanku selesai aku akan memecat kalian semua!"
Alex menunjuk ke arah seorang dokter wanita.

DORR!!

Alex menembakkan pelurunya ke atas hingga membuat semua orang panik dan berlarian ke luar.

"Tuan Alex sudah gila."
gumam seorang perawat yang bersembunyi di bawah meja.

                          ***

Mobil Alex melaju kencang dan berkali-kali menerobos lampu merah namun tak ada satupun polisi yang berani menghentikan.

"Dimana mereka saat ini?"
tanya Alex kepada Dave melalui telepon.

"Dari rekaman CCTV yang terakhir kulihat, mereka mengarah ke North Georgia Camp."

"Sial. Apa yang mereka lakukan disana, huh."
Alex menggeram penuh emosi.

"Setahuku, North Georgia itu sudah tak berpenghuni lagi karena pembangunannya dihentikan."

"Sial! Bedebah itu pasti hendak memperkosa wanitaku."
Rahang Alex menegang ketika membayangkan Scott sedang menikmati tubuh wanitanya.

Lihat saja nanti.
Ia akan mencincang tubuh Scott menjadi beberapa bagian.
Buronan kelas teri itu tidak tau dengan siapa ia akan berurusan.

                         ***

North Georgia.

Bella POV.

Aku sedang meringkuk kedinginan di lantai dalam keadaan kedua tangan yang terikat.
Dimana aku?
Semuanya gelap.

Tiba-tiba, Dave muncul dan menyalakan lampu.

Aku tercengang menatap tempat kumuh ini.
Sepertinya aku sedang disekap
di dalam sebuah gudang.

Mengapa Dave melakukan ini? Apakah ia seorang penculik?
Ya Tuhan. Aku bodoh sekali karena sudah percaya dengan orang asing.
Aku hanya bisa berdoa sekarang, semoga Alex mencariku.
Hanya ia harapanku satu-satunya.

Aku sadar Dave sedang memandangi belahan payudaraku.
Dress merah muda yang kukenakan ini sangat terbuka dibagian atas.

Bajingan ini rupanya sudah mengganti pakaianku saat aku masih pingsan.

Dave mendekatiku dan mencium keningku. Aku berusaha menghindar darinya namun ia mencengkram daguku erat.
Dave membuka kain berbau amis yang menutupi mulutku.

"Help me...!!"
Aku menjerit sekerasnya dan berharap ada seseorang di luar sana yang mendengarku.

Dave menamparku keras.
Ia bahkan meludahi wajahku dengan tatapan merendahkan.

"Jangan berteriak, paham!"

Dave mengancamku dengan sebuah alat setrum yang diarahkan ke perutku yang terbalut perban bekas operasi.
Tidak!
Kumohon jangan lakukan itu.
Aku menggeleng keras.

SRRRTTT!!

Ia menyetrumku dan sekujur tubuhku bergetar.
Sakitnya sungguh luar biasa!

"Buka mulutmu sekarang!"
Dave memasukkan sebuah pil ke dalam mulutku kemudian ia memaksaku meminum segelas air putih.
Aku pun terpaksa menuruti kehendaknya karena takut.

"Pil apa itu?"
tanyaku lirih.

"Ekstasi, sayang. Kau akan merasa horny setelah obatnya bereaksi."

Dave meraba payudaraku dan meremasnya kuat. Aku berusaha melepaskan diri namun tak bisa.
Ia menjilati leherku namun aku tak merasa bergairah sama sekali.
Sungguh menjijikkan!

Air mataku berlinang deras.
Entah mengapa kini aku teringat dengan Alex.
Aku sungguh merindukan pria itu sekarang. Aku menyesal karena sudah bertindak bodoh. Seharusnya aku tidak kabur.

"Kumohon lepaskan aku."
ucapku sambil menangis.

"Dave, kumohon. Aku janji tidak akan melaporkan kejadian ini ke pihak berwajib."

"Panggil aku Scott. Nama asliku Scott Wayne." ucapnya sambil menjambak rambutku.

Scott membenturkan kepalaku ke tembok hingga aku merintih kesakitan.

Ibu... ayah... aku butuh kalian.
Mengapa kalian melupakanku?
Kalian bahkan tidak pernah ada untukku disaat aku dalam kesulitan.
Tuhan memang tidak adil.
Mengapa hidupku begitu menyedihkan!

Scott mengambil sesuatu di dalam meja.
Apa itu?
Sebuah alat hisap narkoba!

"Kau harus mencoba ini, sayang."
Ia mencengkram daguku erat.

Aku menggeleng keras.
"Aku tidak bisa menghisap itu."

"Kau tidak boleh menolak."

Ia menyalakan sebuah korek dan membakar alat penghisap yang sudah diisi bubuk narkoba.

"Cepat hisap!"
ancam Scott sambil menyentak wajahku.

Tidak akan. Aku lebih memilih mati daripada harus menyentuh barang haram itu.

"Cepatlah!"

PLAKK!

Ia menamparku bertubi-tubi hingga aku meringis kesakitan.

SRRRTTTT!!

"Arghhhhh!"
Tubuhku bergetar hebat saat ia menyetrumku tepat diperut.
Ya Tuhan. Sakit sekali!

"Hisap ini, jalang!"

Scott kembali memaksaku menghisap bong itu.
Aku bersikeras menolaknya.

"Tidak akan! Lebih baik kau membunuhku sekarang juga."

Tiba-tiba kepalaku terasa pening.
Aku merasakan sensasi yang aneh bergejolak dalam diriku.
Mungkinkah ini efek dari pil sialan itu?

"Hisap sekarang, atau aku akan menggorok lehermu.!"

Aku bergidik ngeri melihat sebuah pisau yang ditodongkan ke leherku.

BRAKKK!!!

Aku menoleh ke sumber suara.

Alex masuk dan ia berjalan cepat ke arahku disusul oleh kedua anak buahnya.

"Alex..."
Apakah aku hanya berhalusinasi saat ini?

Author POV.

"Apa yang sudah kau lakukan kepadanya, huh!"
bentak Alex setelah melihat sebuah bong dalam genggaman Scott.
Ia mencengkram kerah baju Scott dan pria itu malah terkikik, hal itu semakin membuatnya emosi dan langsung menusukkan pisaunya ke ulu hati Scott.

"Arghhh!" pekik Scott sambil memegang pisau yang menancap.
Tubuhnya ambruk seketika.

Alex melirik wanitanya sekilas.
Hatinya begitu hancur melihat keadaan Bella yang sangat menyedihkan.

"Alex, kumohon jangan bunuh Scott."

"IA SUDAH MELECEHKANMU. PECUNDANG SEPERTINYA HARUS MATI!"
Teriak Alex.

"Aku mencintaimu, honey.
Dan tak ada satu orang pun yang boleh menyentuhmu selain aku."

Bella mengernyitkan dahinya seolah tak percaya dengan pernyataan cinta Alex.

"Lebih baik ia membusuk di dalam penjara, Alex."

Alex mendekati Bella kemudian mengecup keningnya lembut.

Pria itu tak menghiraukan permohonan wanitanya.
Ia hanya sibuk menyelami mata indah Bella saat ini.

"Scott sudah sangat keterlaluan, honey. Ia pantas dihukum mati."

Bella menggeleng tak setuju.

Alex melepas ikatan yang menjerat wanitanya kemudian memakaikan Bella sebuah jaket untuk menutupi tubuhnya.

Alex berjalan mendekati Scott yang sedang ketakutan.
Pria itu memekik kencang saat
Alex mencabut pisau yang menancap pada ulu hatinya.

"Arghhh...!!"
pekik Scott dengan mata terbelalak.
Alex mencekik leher Scott hingga urat lehernya mencuat.

"Kau sudah mencari masalah dengan seorang iblis." desis Alex.

Bella tak tahan melihat Scott disiksa begitu sadis dan memilih menutup telinga dan kedua matanya
Seorang pengawal yang iba membujuknya pergi.

"Jangan menyentuhku!
Aku bisa jalan sendiri."
ucap Bella sambil mengibaskan tangan.
Ia terpaksa meninggalkan Scott dalam keadaan sekarat.

Meski tubuh Scott melemah, namun pria itu masih bisa mengejek Alex.

"Aku pernah melihat berita mengenaimu di televisi, tuan Alex yang terhormat.
Kau memiliki masa remaja yang menyedihkan, bukan?
Kau ditinggal mati oleh kedua orangtuamu saat masih remaja."

"Kau jadi yatim piatu saat masih berusia tiga belas tahun.
Jujur saja, uang tak bisa membeli kebahagiaan, bukan.
Kau memiliki segalanya namun masa lalumu sungguh menyedihkan."
lanjut Scott lagi dengan tatapan mengejek.

Alex yang sudah habis kesabarannya, langsung menerjang tubuh Scott.
Namun, pria itu melawan.
Mereka saling baku hantam hingga akhirnya Scott terkapar lemah setelah dibanting oleh Alex.

Kedua anak buah Alex hanya diam menyaksikan.
Mereka tak berani bertindak apapun sebelum diperintah.

Alex memiringkan kepalanya dan menyeringai,
"Uang memang tak bisa membeli kebahagiaan... akan tetapi, dengan uang kita bisa menguasai segalanya."

Ia kembali mencekik Scott hingga pria itu nyaris kehabisan napas.

Alex yang sudah tak sabar pun segera mengambil pisau lipat dan menusuk wajah Scott berkali-kali hingga hancur.

Ia bahkan menancapkan pisaunya ke dalam mata Scott dan mencongkel bola mata pria itu hingga jatuh menggelinding.

Merasa belum puas, ia berniat memotong kejantanan Scott.

"Aku akan memotong burungmu, bedebah sialan."

Alex menurunkan celana Scott yang sudah tewas.
Ia langsung memotong kejantanan Scott hingga putus kemudian mencincang milik pria itu hingga hancur.
Darah segar menciprat ke wajahnya.
Alex terkekeh puas dan kemudian pergi meninggalkan tempat kumuh itu.

                          ***

Didalam mobil,
Bella sedang mengamuk karena geram dengan perbuatan Alex.

"Kenapa kau selalu membunuh orang-orang, huh!"

"Honey... tenanglah."

"Tidak! Biarkan aku pergi sekarang!
Aku ingin pulang ke negaraku, bangsat!"
Bella memukul dada bidang Alex dan terus berteriak meluapkan segala emosi yang terpendam.

Alex berusaha sabar dan tetap bersikap lembut kepada Bella.

"Hei. Aku sudah menyelamatkanmu dari bajingan itu, honey.
Jadi, tidak seharusnya kau bersikap kasar begini kepadaku."
Alex melumat bibir Bella secara lembut.

Bella yang masih dalam pengaruh obat-obatan pun sedikit terbuai dengan ciuman Alex yang begitu memabukkan.

Kemudian Alex tersadar, kalau saat ini Bella sedang mengalami sedikit pendarahan dibagian perutnya akibat disetrum.

"Honey... perutmu berdarah!
Aku akan membawamu ke rumah sakit sekarang juga."
ucap Alex yang panik.

"Kita ke rumah sakit sekarang!"
perintah Alex kepada supirnya.

Bella hanya bisa pasrah untuk sementara waktu.
Mungkin, hanya kematian yang dapat membuatnya terbebas dari iblis seperti Alex.

Bersambung.

Continue Reading

You'll Also Like

3.4K 154 46
*𝑆𝐴𝐺𝐴𝑅𝐴 𝐴𝐺𝐿𝐸𝑅 π‘πΈπ˜π‘…π‘‚π‘ˆπ‘* Pemuda berparas wajah tampan, kulit putih, datar, cuek dan berbahaya. Dia orang yang paling tidak suka disen...
527K 15.3K 43
[Sudah Terbit,oleh Eternity Publishing] Rank #1 Love 11 januari 2021 #1 Misteri 13 januari 2021 Seorang gadis berjalan pulang dimalam hari dan tiba-t...
725K 23.6K 35
Abbaya Fahmi Putra anak tunggal dari keluarga Fahmi yang hidupnya penuh dengan semua apa yang ia inginkan. Hingga pada akhirnya ada satu permintaan y...
749K 30.2K 21
Sudah pernah End di Wattpad- sebagian cerita di hapus Sudah tersedia di Playstore "Sejak pertama kali melihatmu, Sejak itu kau harus jadi milikku, ba...