Grow Up | Lee Know [END] ☑

By NafiyahFitri

511 101 1.6K

"You're doing good (2×), Bertahanlah sedikit lagi, Aku akan berada di sisimu. Kamu telah melakukannya dengan... More

▪︎ 00. Introduction : 잘하고 있어! ▪︎
▪︎ 01. Thesis Advisor Fierce ▪︎
▪︎ 02. Soft Girl ▪︎
▪︎ 03. What's Wrong With You? ▪︎
▪︎ 05. "I'm Always With You." ▪︎
▪︎ 06. New Threat ▪︎
▪︎ 07. Reveal Everything ▪︎
▪︎ 08. Ino and Icha ▪︎
▪︎ 09. What is Love? ▪︎
▪︎ 10. End of All ▪︎
Salam + Sesi Curhat dari Fiya~!!!

▪︎ 04. Confess? ▪︎

33 6 138
By NafiyahFitri

NB : Heyyo~ Fiya back again! Bagaimana gambaran dari orang tua Lee Minho? Apakah sudah jelas? Kayaknya masih kurang ya, soalnya masih ada beberapa alasan yang tersembunyi! Hehehe .... :D.

Belum, belum mulai. Konflik yang sesungguhnya siap menanti Yeorobun! Jadi, Yeorobun siap sedia, ya! Siapa tahu konfliknya tiba-tiba muncul, karena Fiya tidak akan memberikan spoiler, ehe! :D.

Okay, are you ready? So, Happy Reading, y'all!^^

Micha tengah menatap dirinya sendiri di sebuah kaca dekat wastafel, memperhatikan bibirnya yang dicium oleh Seungmin semalam. Entah mengapa, euforia yang dirasakan tidak sekuat ketika ia bersama dengan sang dosen. Gadis itu tidak bisa mencerna apa yang terjadi dalam dua hari berturut-turut ini.

"Ia menciumku ... Kenapa ia melakukannya ...? Apa benar akulah gadis yang selama ini ia sukai? Tapi ... Bagaimana ini? Aku tidak bisa membalas perasaannya begitu saja, karena aku sudah menganggapnya sebagai kakakku sendiri ...." gumam Micha, kali ini sembari meraba bibirnya sendiri.

Semalam, ia bisa rasakan betapa lembut, hangat, dan lembabnya benda kenyal tersebut menyapa bibirnya. Seungmin bahkan mempertahankan posisi tersebut sampai satu menit, dengan bibir mereka yang saling menempel. Deru nafas dan detak jantung laki-laki itu bahkan bisa ia dengar, jika sebenarnya Seungmin tengah gugup.

"Micha, aku tidak memintamu untuk membalas perasaanku. Aku tahu hatimu untuk orang lain. Aku hanya melakukan hal ini, agar aku tidak terlambat, Micha. Tidak apa jika aku tidak bisa memiliki hatimu, aku hanya berharap kamu bahagia. Jangan menjauh dariku, ya? Kita tetap bersama, sebagai sahabat."

"Maafkan aku, Seungmin. Tidak, kita tidak perlu sampai menjauh. Kamu juga, jangan menjauh dariku, aku minta maaf ...."

"Tidak apa, Micha. Aku sungguh baik-baik saja."

Ia menghela nafas pelan ketika mengingat ucapan sang sahabat semalam. Baiklah, jika begini Micha bisa gila.

Belum lagi ingatannya yang tak usai ketika ia bersama dengan sang dosen. Hanya saja, Micha tidak tahu apa pun selain mereka tidur bersama di sofa. Minho memeluk dirinya dengan posisi memangku. Ia rasakan betapa hangatnya pelukan yang diberikan oleh laki-laki itu.

"Kamu tidur saja, saya akan menemani."

"Jangan pergi, Pak. Saya mohon, satu malam ini temani saya."

"Saya tidak akan pergi. Sekarang tidurlah, ini waktunya kamu istirahat."

"Ah, aku bisa gila!" seru Micha sembari menutup wajahnya sendiri. Kedua ingatan itu terus berputar bak kaset rusak di dalam otaknya.

"Nae gaseumi nae sarangeul maga~
Ibsul kkeuti tteollyeowado chama~
Geuge matneun geonikka~
Geuraeyaman hanikka~
Gajiryeo hamyeon buseojyeo beorineun
Geureon saranginikka ...."

Micha tersentak ketika nada dering dari ponselnya berbunyi, menandakan bahwa ada yang menelepon dirinya. Ketika melihat siapakah pelaku yang mengacaukan suasana tenang di mana gadis itu sedang termenung, Micha terkejut bukan main.

"Astaga! Kenapa sekarang beliau meneleponku?!" gumam Micha dengan panik. Buru-buru, ia segera mengangkat teleponnya. Sebelum sempat menyapa, suara seseorang yang berada di seberang terlebih dahulu menyela.

"Micha, hari ini kamu ada bimbingan jam delapan pagi. Saya harap kamu segera datang, karena saya ingin memeriksa hasil revisi kamu. Saya tunggu."

"Ba-baik, Pak! Saya akan segera ke sana!" balas Micha dengan nada terbata. Setelahnya, telepon pun dimatikan secara sepihak oleh sang dosen.

"Ah, pria ini! Selalu saja memberikan informasi secara dadakan! Tidak tahukah bahwa aku ini masih sensitif akibat perkataannya beberapa hari yang lalu?!" Micha yang tadinya frustasi memikirkan kejadian yang terjadi kemarin dan dua malam yang lalu, kini tengah berdecak kesal lantaran lagi-lagi kejadian yang sama terulang. Definisi dosen pembimbing yang menyebalkan.

Micha segera membersihkan dirinya, memilih baju yang pantas dan berdandan sedikit, kemudian mulai turun ke bawah. Ia tak akan peduli jika nanti ada Jisung atau Seungmin yang menyapanya, lantaran gadis itu sedang terburu-buru.

Beruntung Micha akhirnya sampai di kampus dengan tepat waktu, sehingga ia masih selamat dari kata-kata pedas dari sang dosen seperti beberapa waktu yang lalu. Kampus di pagi hari masih belum terlalu ramai, sehingga gadis itu sedikit tenang dan tak perlu khawatir dengan ucapan orang-orang yang membuat kedua telinganya terbakar.

Ckrek

"Yoon Micha? Kenapa duduk di sana? Cepat masuk! Padahal saya menunggu kamu," titah Minho yang dibalas dengan anggukan kaku dari sang gadis. Sejatinya ia cukup terkejut karena melihat sang dosen yang tiba-tiba membuka pintu dan muncul di hadapannya.

Ah sial, padahal Micha belum siap bertemu lagi dengan sang dosen karena kata-kata pedas yang dilontarkan dan juga kebaikan yang ia lakukan.

"Bagaimana dengan revisimu? Coba saya lihat sekarang," titah Minho lagi. Gadis itu segera memberikan bahan skripsinya pada sang dosen, membiarkan laki-laki itu memeriksa kembali pekerjaannya.

Lebih seperti guru les yang tengah memeriksa tugas dari muridnya setelah beberapa hari tak bertemu.

"Bagus, ini jauh lebih baik dari semalam. Tidak sia-sia saya menyuruh Seungmin untuk membantu kamu juga," Minho kali ini tersenyum tipis, "Sekarang, masih ada yang tidak kamu mengerti? Akan saya ajarkan sebagai ganti dari kemarin,"

Alih-alih menjawab, justru Micha menatap lekat sang dosen, sampai membuat Minho menjadi salah tingkah dan gugup. Namun, sebisa mungkin laki-laki itu menutupi semuanya.

"Bapak, di malam kejadian, kenapa ada Bapak di sana? Sejujurnya saya terkejut ketika ada Bapak yang tiba-tiba muncul," tanya Micha dengan tatapan menyelidik. Sedari tadi, ia memang cukup penasaran mengapa dosen pembimbingnya itu bisa berada di wilayah sana.

Padahal, setahu Micha, jalan itu bukan menuju rumah dari sang dosen. Melihat kejanggalan tersebut, tentu saja aneh.

"Kenapa kamu malah bertanya di luar pelajaran?" tanya Minho balik dengan tatapan datar. Sang gadis berdecak kecil, rupanya salah jika ia berbicara dengan laki-laki menyebalkan seperti Minho.

"Sebenarnya saya tak ingin bertanya, tetapi melihat ada Bapak kemarin bersama polisi, bukankah sedikit aneh? Terlebih wilayah itu bukan tempat tinggal Bapak. Yah ... Bapak 'kan bisa menjawab apa saja untuk membantah perkataan saya ini," jelas Micha, sembari mengedikkan bahunya.

Minho yang tertangkap basah pun lantas mencubit hidung sang gadis. "Saya tidak tahu jika kamu ternyata bisa ingin tahu dengan urusan saya juga. Kamu hanya seorang mahasiswi, tidak perlu tahu. Saya hanya ada urusan di daerah tempat tinggal kamu, dan kebetulan saya melihat ada polisi di sekitar sana. Jadi, kamu tidak perlu mengira apa pun,"

"Ah, iyakah? Setahuku polisi jarang sekali pergi ke wilayah tempat tinggal saya. Mungkinkah karena orang-orang itu buronan, lalu mereka mengejarnya? Hm ...," Micha merasa ada yang salah dengan pengakuan dari sang dosen, tetapi ia tak mungkin membantah lagi.

Gadis itu hanya tidak mau jika mood laki-laki itu menurun seperti kemarin.

"Rasa ingin tahumu besar sekali ya, Micha. Lalu, bagaimana dengan kejadian dua malam yang lalu? Di mana kamu memohon pada saya untuk menginap di apartemen kamu. Bersyukur saya bukan pria mesum yang akan melakukan macam-macam padamu," Kini gantian Minho yang menyeringai, berusaha menjahili sang gadis.

Ah, bahkan mahasiswi bimbingannya itu tidak sadar jika laki-laki itu meninggalkan bekas kecupan di bibir sang gadis. Mungkin, jika Micha tahu, tentu ia akan merasa malu.

"A-ah ... Maafkan saya Pak, sa-saya cukup shock dengan kejadian kemarin. Sa-saya pikir saya akan mati di tangan mereka," Wajah Micha mulai memerah, entah mengapa pembahasan mereka semakin melenceng.

"Oh, jadi kamu suka pelukan saya?" tanya Minho, semakin menjahili sang mahasiswi.

"Ti-tidak! I-itu hanya kebetulan saja! I-iya Pak, itu kebetulan, maafkan saya, Pak!" Micha mulai panik, membungkukkan badannya berkali-kali karena merasa malu.

"Asal kamu tahu, Micha, pelukan saya tidak gratis," Minho kembali menyeringai, terlihat perubahan raut wajah dan tatapan dari sang gadis yang kini menatapnya dengan tatapan bingung bercampur protes.

"Loh, kok gitu, Pak?!" protes Micha. "Kupikir pelukan itu gratis, ternyata minta bayaran juga,"

Minho lantas tertawa ketika mendengar mahasiswi bimbingannya yang mendumel. Inilah yang ia sukai dari Micha, terlihat menggemaskan ketika sedang kesal padanya.

"Sebenarnya mudah saja. Saya tidak butuh uang kamu karena saya sudah cukup kaya," Minho tersenyum simpul sejenak, "Kalau saya mau hati kamu, apa kamu mau memberikannya pada saya sebagai bayaran pelukan itu? Saya bisa memeluk kamu setiap hari bahkan jika kamu sedang ketakutan seperti dua malam yang lalu."

"A-apa?!"

"Ah ... Pria sinting itu, apa ia benar-benar sudah gila? Bagaimana mungkin ia meminta hatiku sebagai bayaran pelukan dengan ancaman tidak akan memberikan bimbingan lagi jika aku tidak mau? Hah ... Benar-benar menyebalkan!" Micha tengah mendumel, tak habis pikir dengan keputusan dosen pembimbingnya yang terdengar tak masuk akal.

Gadis itu bahkan baru tahu jika Minho sangat perhitungan.

"Tahu begitu, lebih baik aku dipeluk Seungmin saja, bukan? Lelaki itu dengan senang hati akan memberikan pelukan tanpa bayaran. Tuhan, kenapa selalu ada orang-orang yang membuatku seperti orang gila?" Micha melangkah masuk ke dalam taman belakang khusus kampus, untuk menemui ketiga sahabatnya yang tengah menunggu. Terlihat, mereka tampak berdiskusi dan berbincang dengan serius.

"Hai, Micha! Selamat pagi! Bagaimana dengan bimbinganmu hari ini?" sapa Kyung Na sembari tersenyum cerah, rupanya gadis itu bersama dengan Jisung, kekasihnya.

"Puji Tuhan, semuanya lancar. Beruntung mood beliau sedang baik, aku senang. Juga, bantuan dari Seungmin yang membantu semuanya menjadi lebih mudah," jawab Micha sembari tersenyum.

"Wah ... Wah ... Seungmin! Sepertinya kalian benar-benar cocok," goda Seo Hyun sembari menaik-turunkan alisnya.

"Benar! Aku berharap kalian bisa bersama," timpal Ayeong.

"Aku juga mendukung!" balas Kyung Na sembari tersenyum jahil.

"Wah, kalian benar-benar mendukung Micha dengan Seungmin, ya? Tapi kalian harus tahu, Seungmin itu galak! Sepertinya memang-"

"Sepertinya memang apa, Jisung? Kamu mengatakan jika aku galak, begitu?!" Micha menyela ucapan Jisung dengan tatapan menyelidik.

"Eh, hehehe ... Jangan marah, Micha." Jisung tersenyum kikuk, sedikit ketakutan melihat aura mencekam dari sahabatnya. Lelaki itu berpikir jika sang gadis benar-benar cocok jika bersama dengan Seungmin.

Micha tadinya ingin menyahuti ucapan Jisung, tetapi urung karena kembali terpikirkan dengan ucapan sang dosen. Tidak, tidak mungkin ia akan menyukai dosen sendiri, bukan? Terlebih karena Minho adalah sosok laki-laki yang galak dan menyebalkan, sehingga membuatnya naik darah terlebih dahulu.

"Selamat pagi semua, selamat pagi, Micha," Lamunan Micha terbuyarkan ketika suara Seungmin yang menyapa mereka memecahkan keheningan sejenak. Terlebih, secara terang-terangan laki-laki itu menyapa dirinya, hal itu tentu saja membuat seluruh sahabatnya menatap dengan tatapan jahil.

"Oh ... Lihatlah ia menunjukkan bahwa dirinya tertarik," goda Jisung sembari menaik-turunkan alisnya.

"Atau jangan-jangan, Seungmin sudah menyatakan perasaannya?" tanya Kyung Na, ikut menggoda sahabatnya.

"Sepertinya begitu," timpal Ayeong.

"Sudah teman-teman, jangan menggodanya terus. Lihatlah, telinga Seungmin sudah memerah, kalau digoda terus nanti seluruh wajahnya lagi yang memerah," Seo Hyun terkikik pelan, merasa gemas dengan kedua sahabatnya yang tampak malu-malu. Kepribadian mereka benar-benar cocok jika disatukan.

"Hei-hei, kalian menggoda terus saja kerjanya, lalu bagaimana denganmu Ayeong? Bukankah kamu sedang dekat dengan Pak Chan? Seo Hyun, bagaimana dengan kabar Hyunjin? Apakah kalian juga sudah berada di tahap seperti Micha?" Bukan Jisung namanya jika membuat keributan, kini mereka mulai memusatkan atensi ke Ayeong dan Seo Hyun secara bergantian.

"Woah, sepertinya Ayeong beruntung sekali! Siapakah yang terlebih dahulu mendekati, sepertinya Pak Chan, ya? Terlihat sekali kalau Bapak Dosen tersebut sangat bucin! Bahkan, mereka bisa bimbingan hingga sejam karena keasyikan belajar sambil mengobrol!" seru Kyung Na dengan gembira.

"Yah ... Seperti itulah," Ayeong kemudian tersenyum sendu sembari menunduk. "Tapi kalian tahu? Karena itu aku menjadi bahan pembicaraan para mahasiswa maupun mahasiswi. Mereka berpikir jika aku menjadi pelacur agar bisa dekat dengan Pak Chan. Padahal, mereka tidak tahu saja jika aku dan Pak Chan memang menjalin hubungan serius. Ayah dan ibu menjodohkanku dengan pria itu,"

Mendengar hal tersebut, tentu saja semuanya menjadi terkejut. Sebuah plot twist tak terduga.

"Setelah lulus, aku dan Pak Chan akan menikah. Yah ... Mungkin aku akan menikah duluan dibandingkan dengan kalian. Aku tunggu susulannya, ya!" Kini Ayeong kembali tersenyum cerah, membuat semuanya ikut tertawa.

"Tenang saja Ayeong, setelah pernikahanmu, aku akan menyusul! Aku juga tidak bisa melepaskan anak imut ini begitu saja, nanti diculik!" seru Jisung sembari mengusak kepala sang kekasih dengan gemas.

"Apa kamu bilang? Bukankah yang imut itu kamu? Tidak sadar pipimu itu semakin gembul?" protes Kyung Na sembari mencubit kedua pipi sang kekasih.

"Itu gara-gara kamu juga, Sayang-aduh, Kyung Na! Lepaskan, pipiku nanti semakin melebar!" Jisung mengeluh ketika pipinya masih saja dicubit.

"Tidak-tidak, kamu itu makan terlalu banyak, jadi itu salahmu, bukan salahku!" balas Kyung Na, melepaskan cubitannya. Sudah puas karena mencubit pipi sang kekasih.

"Ah, lihatlah mereka. Kita semua menjadi obat nyamuk di sini," Seo Hyun menggelengkan kepalanya, sudah terbiasa ketika melihat mereka sedang bucin satu sama lain.

"Kalau begitu, segeralah cari pacar! Hyunjin menantimu, tahu!" balas Jisung sembari mengusap kedua pipinya. "Kau tahu? Kemarin Hyunjin mendekatiku, lalu bertanya tentangmu. Ia bertanya soal apakah kamu punya pacar atau bahkan calon suami, lalu kujawab tidak. Hyunjin langsung berkata lagi kalau ia mau menjadi calon suami kamu, jawablah pertanyaan itu! Ia menunggumu, nanti kalau diambil orang lain kamu sedih,"

"Tapi ... Aku rasa aku tidak sebanding dengan Hyunjin. Hyunjin adalah orang yang berkecukupan, tampan, dan menjadi primadona di kampus. Siapa yang tak akan tertarik dengannya? Terutama ia juga sangat cerdas dalam bidang akademik juga menari. Aku rasa ... Aku tidak bisa bersanding dengannya," balas Seo Hyun sembari memalingkan wajah.

"Seo Hyun, apa yang kamu katakan? Kamu itu cantik, cerdas, dan juga berbakat! Ayolah, Hyunjin itu anak yang baik, aku yakin kalian bisa bersanding. Ingat, tak ada yang mustahil di dunia ini, kamu juga tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan yang memang diberikan untukmu! Jika benar, Hyunjin mencintaimu, itu karena kamu ada di dalam hatinya. Jangan takut, Seo Hyun!" Micha membantah ucapan sahabatnya dengan memberikan semangat, hal ini tentu saja menyita perhatian dari Seungmin yang sedari tadi tersenyum sembari menatapnya.

Bukan hanya Seungmin, tetapi ada laki-laki lain yang juga menatapnya sembari tersenyum. Ia adalah Lee Minho.

"Saya bangga sama kamu, Micha. Kamu adalah sahabat dan pemberi suport yang baik untuk mereka yang tidak percaya diri. Tetapi untuk dirimu sendiri, kenapa kamu masih takut dan tidak percaya diri, Micha?"

Setelah beberapa jam telah dihabiskan untuk berkegiatan di kampus, Micha akhirnya memutuskan untuk cepat-cepat pulang lantaran kedua orang tuanya tiba-tiba saja datang ke unit apartemen. Gadis itu agak heran dan sedikit terkejut ketika mendengar kabar tersebut, yang membuatnya terburu-buru pulang seperti sekarang.

Jujur saja Micha agak lelah hari ini, karena ia bolak-balik pergi demi mengurus skripsinya. Karena sebentar lagi gadis itu akan menghadapi beberapa ujian untuk mendapatkan gelar sarjana. Ya, menurut sang dosen, penyusunan skripsinya bisa dikatakan sudah sembilan puluh persen.

Waktu berlalu begitu cepat, tak terasa ia akan mendapatkan gelar sarjananya.

"Aku harus bisa mendapatkan gelar sarjana, untuk membahagiakan ayah dan bunda. Selain itu, aku bisa membuktikan pada mereka kalau aku pun bisa seperti anak-anak di luar sana. Jurusan yang aku ambil sangatlah langka dan dibutuhkan oleh sekolah-sekolah tentunya." Micha membatin sembari tersenyum lebar, tak sabar untuk memberikan kabar bahagia pada kedua orang tuanya.

Setelah hampir setengah jam menempuh perjalanan pulang, Micha akhirnya sampai di gedung apartemen tempatnya tinggal. Gadis itu segera berlari kecil menuju lift dan masuk ke dalam ketika ternyata suasananya sepi. Ketika sampai, buru-buru ia berlari kecil menuju unit apartemennya.

Benar saja, ketika pintu terbuka, Micha dapat melihat dua pasang sepatu ukuran dewasa yang bisa dipastikan milik dari kedua orang tuanya. Tak lama kemudian, ia juga bisa mencium bau semerbak harum dari masakan yang tampaknya dibuat oleh seseorang. Tampaknya, sang bunda tengah memasak untuknya.

"Micha pulang ...," Micha pun menyapa, memberi tanda pada kedua orang tuanya bahwa ia sudah pulang. Dalam hitungan detik, dapat dilihat senyuman merekah dari ayah dan bundanya yang tengah sibuk dengan kegiatan masing-masing.

"Rupanya anak kesayangan Ayah sudah pulang. Ke marilah Nak, bergabung bersama Ayah," titah sang Ayah yang memiliki nama lengkap Yoon Min Woo, mengajak putrinya untuk bergabung.

"Tunggu sebentar ya, Nak. Kita akan makan malam bersama." Sang Bunda yang bernama lengkap Ha Chae Hyun atau yang sekarang disebut dengan Yoon Chae Hyun itu tengah menuang sebuah sup hangat yang menjadi makanan favorit dari putrinya.

Tak lama kemudian, keluarga kecil itu kembali berkumpul dan mulai makan bersama. Mereka makan dengan khidmat, hingga habis tak bersisa lantaran Micha terlalu rindu dengan masakan sang Bunda.

"Putriku Sayang, bagaimana dengan kuliahmu? Apa semuanya lancar dan baik-baik saja?" tanya Chae Hyun, memulai pembicaraan setelah mereka selesai makan malam.

"Iya Bunda, aku menyusun skripsiku dengan baik, berkat bantuan dari beberapa sahabatku. Jadi, kuliahku semuanya baik-baik saja. Bahkan, sebentar lagi aku akan menghadapi beberapa ujian agar bisa lolos wisuda," jawab Micha sembari tersenyum manis.

"Benarkah, Nak? Syukurlah kalau begitu. Mereka tidak mengganggumu 'kan? Sejujurnya Bunda khawatir jika mereka terus saja menekanmu hingga membuat kuliahmu terganggu. Bunda tidak mau usaha yang kamu lakukan dengan susah payah mereka hancurkan begitu saja," kata Chae Hyun lagi dengan cemas.

Mereka yang dimaksud adalah para mahasiswa maupun mahasiswi yang sering membicarakan dan mengganggu Micha ketika berada di kampus.

"Jangan khawatir, Bunda. Aku baik-baik saja, sungguh. Bunda lihat bukan, aku tidak terluka atau terjadi masalah yang berat? Putri Bunda ini tidak apa-apa," Sekali lagi, Micha membalas dengan senyuman yang meyakinkan, untuk menenangkan hati sang Bunda.

Chae Hyun sebenarnya menangkap ada sesuatu yang disembunyikan oleh putrinya, tetapi wanita itu juga ragu menanyakannya. Ia sebenarnya juga tahu, jika para mahasiswa maupun mahasiswi di kampus putrinya kerap kali membicarakan serta menganggu Micha. Hanya saja, karena gadis itu sudah lelah, ia memilih mengabaikan. Chae Hyun cukup takjub dengan tingkah laku putrinya yang semakin dewasa dan bijaksana.

"Ah iya, Ayah dengar, baru-baru ini ada sekumpulan geng yang mengganggu di sekitar wilayah ini. Kamu tidak diganggu oleh mereka, Nak? Ayah khawatir tentang hal itu," Kali ini Min Woo ikut menyahut, tentu saja membuat putrinya terkejut. Bagaimana sang Ayah bisa mengetahui hal itu juga?

"Ba-bagaimana Ayah bisa tahu tentang hal i-itu?" tanya Micha dengan nada terbata.

"Berarti benar, ya. Kamu tidak apa-apa 'kan Nak? Siapa yang menyelamatkanmu dari mereka?" tanya Min Woo lagi, mengabaikan pertanyaan dari putrinya.

"Aku sendiri juga tidak tahu, mengapa ada dosen pembimbingku di wilayah ini. Kata beliau ada urusan juga dan kebetulan melihatku. Beliaulah yang menyelamatkanku dari kumpulan geng itu," jawab Micha dengan jujur, meski tersirat keraguan di sana. Sedikit skeptis juga karena ternyata kedua oranh tuanya bisa mengetahui hal tersebut.

"Sungguh mulia hati dari dosen pembimbingmu itu, Nak. Siapa namanya? Jadi, beliau yang selama ini membimbing kamu dan skripsimu?" Min Woo lagi-lagi bertanya, seakan tertarik dan ingin tahu lebih lanjut siapakah orang yang berhati malaikat tersebut.

"Iya, Ayah. Beliau yang selama ini membimbingku, meski sifatnya yang menyebalkan karena suka memberi informasi dadakan dan juga sedikit galak. Tetapi kupikir itulah cara mendidik setiap murid bimbingannya," Micha tertawa kecil, "Namanya Pak Minho. Lebih tepatnya, nama lengkap beliau adalah Lee Minho,"

Mendengar hal tersebut, tentu saja kedua orang tua Micha mulai menegang. Seolah ada sesuatu yang mereka rahasiakan dari putrinya sendiri.

"Nak, sebaiknya jangan terlalu dekat dengan pria itu. Kamu harus menjauh dan berhati-hati, ya?" pesan Chae Hyun dengan tatapan yang berubah menjadi serius.

"Mungkin ... Sedikit lancang dan tidak sopan jika aku menanyakan hal ini kepada Bunda. Tetapi ... Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Bunda melarangku untuk mendekatinya?" tanya Micha dengan hati-hati.

"Suatu saat kamu akan mengetahuinya, Nak. Kami hanya berharap agar kamu tetap berhati-hati. Jika ada sesuatu yang aneh tiba-tiba terjadi, jangan sungkan untuk memberitahukan pada kami. Ya, Nak?" jelas Min Woo sembari tersenyum sendu.

Senyuman aneh yang baru kali ini Micha lihat.

"Sebenarnya, apa yang mereka sembunyikan dariku? Apakah sebuah hal besar yang belum siap mereka ceritakan sekarang? Apa pun itu, harus aku cari tahu!" Micha membatin, kemudian tersenyum pada kedua orang tuanya sebagai balasan dari perkataan mereka.































Annyeonghaseyo Yeorobun semua, apa kabarnya hari ini? Grow Up update lagi, nih! Ada yang merindukan ceritanya? 😳😳😳

Waduh, waduh ... Ternyata orang tua dari Micha ini memiliki rahasia yang belum bisa diketahui oleh Micha sekarang. Kira-kira kenapa, ya? Ada yang tahu tidak? Boleh nih, kemukakan teorinya! 😆😆😆

Minho dan Seungmin juga semakin bar-bar saja, ya! Kalau Seungmin melakukan dengan tindakan, maka Minho melakukannya dengan ucapan. Kira-kira siapakah yang berhasil menarik hati dari Micha? Yuk, berikan pendapat Yeorobun juga! 😁😁😁

So, Happy Reading! Stay healthy, stay safe, take care, keep fighting, and keep strong buat Yeorobun semua! Jangan lupa tinggalkan jejak kalian agar Fiya semakin semangat melanjutkan ceritanya!^^ 💜💜💜🌌🌌🌌

Bonus :

Lee Lee Know ada selca senyum, nih! Langka banget sih, lihat ia senyum! Terlihat sangat manis, ya? Fiya kaget banget pas lihat selca yang satu ini. 😭💚💚💚

[Date : 10 Jul 2022].
[3310 Words].

Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 58.2K 69
Cinta atau Obsesi? Siapa sangka, Kebaikan dan ketulusan hati, ternyata malah mengantarkannya pada gerbang kesengsaraan, dan harus terjebak Di dalam n...
2.4M 29.6K 28
"Lebarkan kakimu di atas mejaku! Aku ingin melihat semua yang menjadi hakku untuk dinikmati!" desis seorang pemuda dengan wajah buas. "Jika aku meny...
4.2M 128K 88
WARNING ⚠ (21+) 🔞 𝑩𝒆𝒓𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒘𝒂𝒏𝒊𝒕𝒂 𝒚𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒑𝒊𝒏𝒅𝒂𝒉 𝒌𝒆 𝒕𝒖𝒃𝒖𝒉 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏 𝒅𝒂𝒏 �...
5.5M 287K 58
Serina, seorang gadis cantik yang sangat suka dengan pakaian seksi baru lulus sekolah dan akan menjadi aktris terkenal harus pupus karena meninggal o...