GAMALIÉL

Por geladis_afira

7.6M 974K 837K

Sheila tidak pernah menyangka jika dengan kehidupan baru yang ia mulai semenjak Ibu nya menikah lagi dengan p... Mais

PROLOGUE
01 | WHO IS GAMALIEL?
02 | FIRST STEP TO MET YOU, SHEILA
03 | KHAKI DRESS AND BLACK BANDANA
04 | I GOT YOU, SHEILA
05 | SCARED
06 | DESTROY
07 | STUCK WITH THE DEVIL
08 | ONE STEP OUT, ONE BROKEN LEG
09 | SECOND LEAD
10 | BAD SHADOW
11 | OUT OF PATIENCE
12 | ANGRY BOY AND SO CUTE
13 | WHAT IF WE ARE AT PEACE?
14 | FIRE ON FIRE
15 | CONFIDENT
16 | CHEATED
17 | HESITATION
18 | COMPLAINANT
19 | I LOVE YOU, SHEILA
20 | LOOSING YOU
21 | I HATE YOU, SHEI
22 | ONE SCENE IN MONICA'S PARTY
23 | THE LION KING RAGES
24 | LION'S TEARS
25 | CAN WE KEEP THIS A SECRET?
26 | THREAT
27 | IN THE WATER
28 | CONFESSION
29 | MOVING HOUSE
30 | TWO MINUTES
31 | BIG BABY
32 | SKIPPING SCHOOL
33 | AND FINALLY
34 | DANGEROUS SITUATION
35 | SHOCKED
36 | CONTRAVENTION
37 | LOSING THEIR DAUGHTER
38 | ALMOST MEET YOU
39 | THE GRUDGE BETWEEN TWO MEN
40 | TRYING TO ESCAPE
41 | THE PEAK OF EVERYTHING
42 | STUBBORN
43 | I LOVE YOU, GAMALIÉL
45 | MY FAULT
EPILOGUE
Perbedaan Novel Wattpad / Season 2???

44 | EXPLANATION OF STEVEN'S PLAN

117K 15.3K 21.4K
Por geladis_afira

Banyak juga yang minta kejelasan dari aku sendiri selaku author, buat part sebelumnya apa maksud dari itu semua.

Ini ya perwakilannya ya. Gama Sheila belum ke intim. Dan walaupun udah melakukan hubungan intim, nggak perlu heran juga. Ini cerita dark romance, dan di awal pun udah aku umumin cerita ini mengangkat pergaulan bebas dan kebudayaan luar. Sksks

VOTE DAN RAMEINZ YAAA

-----

     Gama membuka matanya saat matahari sudah bersinar cerah pukul 10 pagi ini. Begitu kesadarannya terkumpul dan matanya bisa melihat dengan jelas, seorang gadis dengan kaos putih kebesarannya itu sedang tersenyum manis padanya.

     Perlahan senyuman Gama ikut mengembang, dia pun langsung menarik Sheila untuk jatuh padanya. "Minimal morning kiss lah."

     Sheila menga-nga mendengar Gama bilang begitu. Bukan kaget karena omongannya melainkan suara cowok itu saat bangun tidur. Wow. Jantung Sheila langsung berdegup kencang.

     "Kenapa, Sayang?"

     Sheila lalu bangkit dari Gama untuk duduk. "Aku minjem baju kamu yang ini ya."

     Perlahan Gama pun duduk hingga selimutnya jatuh, menampakkan dada telanjangnya lagi.

     "Nggak gratis." jawab Gama akhirnya.

     Sheila yang masih gugup dengan keterpesonaannya pada otot-otot cowok itu hanya berani menatap ke wajah Gama, tidak ke bawah dari situ. "Bayarannya morning kiss?"

     Gama menggeleng.

     "Apa dong?"

     Lelaki itu malah makin tersenyum gemas padanya. Yang Sheila tau senyuman ini biasanya ada maunya. "Udah sana mandi. Paman udah nungguin tau makan siang bareng kita. Katanya ada yang mau di omongin."

     Gama masih tak menggubrisnya.

     "Idih idih. Ngapain senyum kek gitu? Di kira gemesin apa ya?"

     Gama bangkit hingga bayangannya di atas Sheila sudah menghalangi cahaya yang ada.

     Gadis itu mendongak saat Gama mengusap kedua pipinya juga merapikan rambut-rambut Sheila ke belakang.

     Sepertinya Sheila tahu ini pertanda apa.

     Gama langsung akan menyosor bibirnya dan cepat-cepat Sheila menolak. Tuh, kan?!

     "Kak!" Sheila menutup mulut.

     Gama mencium punggung tangan itu.

     "Ish! Kak Gamaa." Sheila memukulnya dan bibirnya tanpa penghalang lagi.

     "Aaa Kak Gama. Nggak mauuu." Sheila terjatuh ke kasur dan langsung menghindarkan wajahnya ke samping saat Gama terus mengincar bibirnya.

     Gama menekan kedua tangan gadis itu ke kasur, sekarang Sheila tidak punya pelindung lagi. Entah yang keberapa kalinya ciuman Gama hanya kandas ke hidung, rahang, rambut cewek itu karena dia terus menghindar.

     "Kak Gama, stop!!!" bibir Gama terhenti di depan bibirnya. Nafas Sheila tercekat panik, bagaimana dia bisa bebas, Tuhan?

     "Kak, kamu denger sesuatu, nggak?"

     "Apa?"

     "Aku, aku tadi denger kayak ada jejak orang mendekat kesini."

     Keduanya sama-sama diam untuk mendengarkan jejak tersebut.

     Sheila menengok ke pintu yang terbuka. Dia pun menga-nga dan kembali menatap Gama lagi. "Astaga, pintu belom di tutup. Pasti sekarang ada yang ngintip."

     "Kalo dia mau iri ya liat aja."

     "Iiih nggak mau, aku nggak mau di liat orang lain. Tutup dulu pintunya."

     "Nggak ada orang di rumah ini selain Paman."

     "Aaaa, tetep aja. Aku malu nanti."

     Gama tersenyum sambil mengangkat alisnya. "Nanti? Berarti pengen lebih dari ciuman? Padahal gue niatnya cuman minta ciuman loh barusan."

     "Iya, Kak. Makanya di tutup pintunya. Nanti kita bisa puas-puasin lagi kayak semalam." Sheila mengedipkan sebelah mata menggodanya.

     Hal itu membuat Gama menggigit bibir bawahnya tergoda. Dia pun bangkit melepaskan Sheila membuat Sheila ikut duduk. "Ikut, Kak." pintanya. Keduanya pun sama-sama turun dari kasur untuk menuju pintu.

     Tiba-tiba Sheila memeluk Gama dari belakang erat membuat langkah cowok itu berhenti. "Eh, kenapa nih?"

     "Hehe. Suka." Sheila menempelkan pipinya ke punggung Gama sedangkan tangannya bermain di kotak-kotak perut cowok itu.

     Gama mengusap-usap tangan Sheila yang ada di perutnya, mereka pun berjalan sampai ke pintu. "Ada orang, Kak?"

     "Nggak." mata Sheila membulat saat Gama akan menutup pintu.

     "APA PAMAN? MAKAN? OKE."

     "KAK, AYO MAKAN!!!"

     Gama tertawa puas melihat ketakutan gadis itu. Dia yang memancing duluan kan tadi?

     "KAK.. AKU DULUAN!" hanya dengan sekali tarikan pada baju kaosnya, Sheila kembali ke tempatnya semula.

     Brak! Pintu langsung tertutup rapat-rapat.

     "PAMAN DAMIAN. BUKAIN AKU, TOLONGIN AKUUU!!" Sheila memukul-mukul pintu.

     Gama menumpukan tangannya ke pintu, kasihan sekali gadis ini.

      "Gama? Sheila?" itu suara sahutan dari Paman itu dari luar.

     "PAMAN, PAMAN! KESINI CEPET!"

     "Semuanya aman, Paman. Nggak usah kesini." jawab Gama tegas. Dan yakinlah Pamannya itu tentu lebih mendengarkan Gama daripada Sheila.

     Cowok itu akhirnya mengangkat tubuh Sheila dengan mudah.

     "Kak Gama aku becandaa. Ya kan aku tadi tuh takut, pengen kabur, kalo orang mau kabur mah pasti semua cara di lakuinnya. Huaaa. Aku nggak mau Kak. Aku boong buat yang tadi, jangan apa-apain akuuu."

     Tamatlah riwayat Sheila saat Gama membawanya ke kamar mandi.

     Dia di turunkan dan langsung di kurung ke dinding detik itu juga. Gama menyalakan shower hingga menghujani keduanya.

     Lelaki itupun menumpukan dagunya ke bahu Sheila. Memeluk pinggang Sheila dengan manis.

     Sheila sendiri hanya mendongak merasakan air yang turun deras membasahi mereka. Di tambah dengan pundak kekar Gama di depan matanya saat di aliri air yang sama.

     "Hmm.. I love you." bisik cowok itu.

     Gama lalu berdiri tegap lagi, menarik pinggang Sheila untuk rapat padanya membuat gadis itu terkejut.

     Gama mengusap rambutnya, kemudian melepaskan ikat rambut gadis itu membuatnya tergerai lepas.

     "Pengen kayak gini terus tanpa ada orang jahat yang misahin kita lagi." ucapnya pelan.

     Sheila menelan ludahnya. "Hmm.." dia bergumam.

     "Nggak usah mikirin itu dulu. Yang penting aku kan sekarang udah sama kamu."

     "Lo harus bisa bertahan lama sama gue,"

     "Karena lo milik gue, Sheila."

     Gama pun mencium bibir gadis itu perlahan. Dia menaikkan kedua tangan Sheila untuk menggantung di pundaknya kemudian menyandarkan gadis agar hanyut dalam ciuman mereka.

-----

     Sheila berjalan ke meja makan saat menemui Damian sendirian di sana sudah menghabiskan makanannya. Sheila dan Gama terlalu lama sedangkan dia sudah lapar. Orang kasmaran memang Damian maklumi kebucinannya.

     Sheila hampir tiba ke meja makan dan sudah melemparkan senyuman ke Paman itu tapi tiba-tiba handuk melilit dan menarik lehernya ke belakang membuatnya kaget.

     Gama tertawa lalu mendekap lehernya dari belakang.

     "Cekek aku, Kak. Cekek." pasrah Sheila.

     "Sheila di suruh bangunin Gama malah keperangkap di sana ya." sindir Damian.

     Sheila langsung menjauh dari Gama. "Kak Gama yang ngunci aku di dalam sama dia, Paman. Paman tadi juga kok nggak nolongin aku??"

     "Bukannya lo yang nyuruh gue nutup pintu biar nggak ada yang ngintipin kita?" Gama mengangkat alis matanya.

    Damian tertawa mendengar itu. Sheila dan Gama pun sama-sama menarik kursi di hadapannya untuk sarapan pagi, ralat, sudah siang sih ini.

     "Oh iya, Sheila. Kita belum kenalan, kan?" Damian menyapa nya. "Saya Damian. Paman Gama, sekaligus Paman Steven, yang bawa kamu kemaren."

     Sheila mengangguk paham dengan perlahan. Dia pun menuangkan susu cair ke mangkuk yang sudah di isi dengan sereal.

     "Paman.. Kandung?" tanya Sheila terdengar hati-hati. Masalahnya, dia tidak kenal dengan Paman ini sebelumnya. Jika dia Paman kandung Gama, pasti dia Paman Sheila juga.

     "Cuman Steven. Tapi Gama udah kayak ponakan Paman sendiri kok."

     Sheila langsung ber'oh' paham. "Paman kandung Kak Steven..?" tanyanya, kemudian bergeming lama karena masih tidak menyangka.

     "Tapi Paman lebih sayang gue dari pada dia." ujar Gama tak mau kalah.

     "Idih, GR ya kamu." ledek Damian.

     "Paman sendiri yang bilang gitu dari kecil! Katanya Steven itu nggak sekuat aku, nggak setangguh aku, nggak sepintar aku."

     Sheila hanya diam mengaduk sereal nya yang sudah bercampur dengan susu itu.

     "Tapi kalo urusan psiko kamu kalah sih." Damian masih memanas-manasinya.

     "Iya lah. Dia kan gila."

     Damian tertawa dan bersandar ke kursi nya. "Perasaan Paman udah ngasih kaca besar deh di kamar mu."

     Pria itu pun memainkan korek di jemarinya lalu memandangi Sheila yang makan dengan tenang. "Sheila." panggil Damian.

     "Iya??" Sheila tersentak.

     "Kamu nggak ada yang di lukain sama dia tadi malam? Kamu aman?"

     "Oh, iya-ya, aman."

     Damian pun berdeham. Jarinya masih memutar-mutar korek itu tadi.

     "Paman minta maaf, paman udah tau ini dari kemaren-kemaren tapi baru bertindak tadi malam ngajak Gama."

     "Tepat di hari pas kamu hilang, Gama nyari kamu semalaman sampe pagi, dan dia kesini, kebetulan ketemu Steven, ternyata kamu pernah sama Steven kan sebelumnya? Di situ kamu tau lah gimana reaksi Gama pas Steven nunjukin sendal kamu ke kami, Gama ngabisin Steven tanpa ampun sampe babak belur."

     Sheila menengok ke Gama tapi cowok itu mengangkat pundaknya seakan tanpa rasa bersalah sama sekali.

     "Dan Paman biarin mereka, Paman emang selalu gitu, setiap mereka berantem Paman nggak akan ngelerai karena itu bukan urusan Paman. Kalo ada yang kalah dan luka ya itu urusan dia."

     "Di situ Paman ke dapur angkat telfon dari Mama Steven, dia nyariin Steven ke Paman dan bilang kalo Steven udah nggak minum obat selama dua hari belakangan ini."

     Sheila pun diam mencernanya, benar sih, selama di rumah sakit kemarin pun Sheila sering mendengar Steven bermonolog dengan dirinya sendiri, juga keanehan lainnya.

     "Paman bingungnya gini, kalo emang dia mau nyakitin 'cewek Gama ini' dari dulu, kenapa dia nggak nyakitin kamu pas di rumah sakit itu aja? Ya itu bagus, cuman Paman rasa ini semua efek dia yang nggak minum obat. Jadi dia bisa aja lupa kalo dia punya dendam sama cewek Gama."

     "Di tambah dengan Gama yang ngabisin dia sampe babak belur. Paman pun udah paham itu udah nggak aman lagi. Paman yakin Steven akan menggila setelahnya."

     "Dan bener, Steven ketawa-ketawa sendiri pas Gama udah pergi ninggalin dia."

     "Di situ Paman coba buat dateng ke dia dan ngertiin posisi dia yang sedang kambuh itu. Karena Paman tau ini akan bahaya ke Gama dan juga ke kamu, akhirnya Paman seakan ada di pihak dia saat itu. Paman bilang Paman bakalan bantuin rencana dia dan ikut nyelakain kalian berdua. Itu semua biar Paman tau rencananya. Dan.. Bener kan? Kamu yang di culik dari rumah Fathan, kamu yang di bawa ke rumahnya, kamu yang di bawa ke SMA nya, paman udah tau itu dari awal."

     "Dan kalo buat yang kamu di bawa ke rumah nya, itu belum kejahatan. Kamu di kenalin ke Mama Papa nya cuman buat jurus dia bisa bertahan di sini. Biar dia ada alesan nggak di kirim ke Singapura, karena kan dia jadi ada cewek di sini."

     Sheila merunduk dan memelankan kunyahannya, dia perlahan mengerti dengan ini semua tapi.. Mengingat yang semalam membuat perasaannya kembali terasa mengganjal.

     "Karena lo tau siapa Gamaliel itu hm? Ketua dari 8 cowok berengsek itu tadi!"

     Gama berdiri dari duduknya karena sudah selesai makan. "Paman, kunci mobil dimana?"

     Sheila masih berusaha menepis ingatannya yang itu. Kata siapa itu tidak mengganggu pikirannya? Kata siapa Sheila membiarkan hal itu?

     Sheila sekarang ini hanya berusaha untuk tidak mendengarkan semua yang Steven ucapkan, dia tahu semua sifat Gama dan pergaulan bebasnya. Tapi untuk pernyataan Steven tadi malam, Sheila baru percaya jika Gama menjelaskan semua padanya. Dan Sheila akan mencari tahu itu ke Gama sendiri nanti.

     "Pilih aja di laci lemari." jawab Damian.

     "Sheila, ayo buruan makannya. Kita pulang."

     "Pulang? Kemana?" Sheila membalik memperhatikan gerak-gerik cowok itu.

     "Apartemen gue."

-----

     Selama ini Larissa memang patut di acungi jempol untuk menutupi masalah besar yang terjadi di rumah tangganya. Sekuat dan setangguh apa dia sampai-sampai tidak membagi masalahnya dengan yang lain? Dia tidak ingin keluarganya tahu, atau sudah tidak menganggap mereka lagi sebagai keluarganya? Begitu?

     Hari ini, sekeluarga dari Larissa datang ke rumah. Ada Nani, Ibunda nya yang dari awal memang sedikit menentang pernikahannya dengan William akibat pria itu bukan asli berkewarganegaraan Indonesia, tapi itu bisa di maafkan hingga akhirnya mereka berdua mendapat restu.

     Kemudian ada Wirda dan Abang tertua mereka, Marko. Duduk di hadapan William dan Larissa.

     Serta dengan Istri Marko, Julia. Dan adik bungsu mereka, Reza, di kiri dan kanan Nani.

     Juga ada Fathan dan Ayah Bunda nya ikut pagi ini, bersama Javas karena mereka berniat ingin membantu mencari Sheila untuk Larissa.

     Tidak ada satupun dari keluarga Larissa yang memasang raut senang dan prihatin, melihat Larisaa masih terisak menceritakan semua kejadian sejujur-jujurnya, jangan pikir Marko akan memaafkan hal itu.

     "Dan kamu baru menceritakan hal ini sekarang, Larissa?" suara Marko bergetar geram menunjuk adik nya itu.

     Bayangkan jika bukan karena Sheila yang menangis minta jemput pada Wirda hari itu, di tambah dengan sifat mencurigakan Larissa yang sebelumnya memang menanyakan Sheila padanya, tidak mungkin mereka sekeluarga akan mengetahui bahwa rumah tangga Larissa sedang tidak baik-baik saja.

     "KAMI MENERIMA APAPUN MASALAH RUMAH TANGGAMU, ITU BUKAN URUSAN KAMI. TAPI KALAU INI SUDAH MENYANGKUT SHEILA, ANAK KAMI, PONAKAN KAMI, CUCU KAMI, KAMI NGGAK AKAN TINGGAL DIAM!!!" BUGH! Marko menghantam meja dengan murka.

     Larissa makin menangis dalam tundukannya. Dia takut dengan Abang sulungnya ini.

     "Dan nggak mungkin Abang tiri Sheila itu mendadak ngelecehin Sheila di hari kemaren, pasti dari lama dia emang udah ngincer Sheila. Dan Kakak masih diam?" tambah Reza.

     "Sheila pernah nangis minta jemput ke aku waktu itu. Begitu aku nyampe, aku nemuin dia jatuh di depan mobil Gama. Aku sempet berpikir Gama yang ngelakuin itu ke Sheila tapi Sheila kekeuh bilang enggak." jelas Wirda. "Pasti Kakak nggak tau itu, kan? Ye jelas! Anak baru aja tinggal sama keluarga barunya kalian malah enak-enakan bulan madu."

     "William." akhirnya Nani yang sedari tadi diam langsung memanggil ke kepala keluarga rumah tangga ini. Menantunya.

     "Dalam 24 jam kamu nggak bisa nemuin cucu saya, atau cucu saya yang di temukan dalam keadaan lecet sedikitpun.."

     "Pergi dari keluarga saya!"

     "Mamaaa!" Larissa makin menangis ke arah Mama nya itu.

     Tangan William mengepal erat.

     Ini semua gara-gara Gamaliel.

-----

     Motor berhenti di lampu merah. Capek-capek memilih mobil Damian untuk Gama pinjam, namun saat melihat kunci motor di salah satu kunci tersebut, Gama jadi lebih tertarik untuk membawanya. Pasti akan lebih romantis jika naik motor bersama Sheila.

     "Kak Gamaaa. Chat-in Angela sama temen-temen kita yang lain. Ajak ke apartemen kamu hari ini biar main bareng. Aku kangen sama Angelaa."

     Gama melepaskan kedua tangannya dari stang motor, kemudian menarik tangan Sheila untuk memeluk pinggangnnya.

     "Woi Gamalion, denger nggak?" kata Sheila di telinganya.

     "Denger, Sayang. Ambil aja HP nya nih. Chat sendiri."

     Sheila mengambil HP cowok itu di kantong celananya. "Ih, Angela harus tau cerita ekstrim aku tadi malem! Dia harus tau siapa itu Steven, karena kan dia yang jodohin aku sama dia!!"

     Sheila pun mengetikkan pesan ke Angela untuk menyuruh mereka main ke apartemen Gama siang ini. Pasti akan seru jika makin ramai.

     "Udah?" tanya Gama.

     "Udah." Sheila pun menyimpan HP Gama ke dalam kantong celananya dulu untuk sementara.

     Gama kembali mencari kedua tangan Sheila dan membawanya untuk memeluk nya lewat bahu.

     Ketika lampu sudah hijau, mereka pun kembali melaju untuk sampai ke apartemen milik Gama.

     Di perjalanan pun, tahu apa yang Sheila lakukan? Gadis itu dengan beraninya menyentuh jakun Gama dan memainkannya sesuka hati. Dia bahkan tertawa sendiri dengan ulahnya itu.

     Gama pun tidak keberatan lah, semua yang ada padanya memang untuk Sheila.

     Hingga akhirnya keduanya tiba di tujuan.

     Senyuman Sheila memudar saat melihat mobil yang sangat dia kenali dari dulu itu terparkir di sini. Di tambah dengan mobil Daddy nya, mobil Bang Javas juga.

     Tunggu..

     Gama turun dan melepas helm nya.

     Di lihat nya sekeluarga Sheila keluar dari mobil tersebut, kedua orangtua mereka, Javas beserta keluarga Fathan juga datang kemari.

     Sheila menga-nga cemas. Apalagi dengan wajah tanpa damai milik Marko, Pamannya yang paling garang itu datang kemari.

     "Sheila.." Larissa menangis melihatnya.

     Dan William berjalan cepat ke arah Gama.

     BUGHHH!!

------










15k komen: UP BESOK (aku usahain)🔥🔥🔥🔥🔥

Spam 'Happy Endingnya' DI SINI!!!!

gama keknya gajadi sampe partai 48. cuman sampe part 45 + epilog. Asksksksksks

Continuar a ler

Também vai Gostar

2.3M 127K 53
[PART MASIH LENGKAP] "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan den...
5.2M 355K 67
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
ARSYAD DAYYAN Por aLa

Ficção Adolescente

2M 106K 57
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
2M 99K 58
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Kita emang nggak pernah kenal, tapi kehidupan yang Lo kasih ke gue sangat berarti neyra Gea denandra ' ~zea~ _____________...