ALINGGA (Completed)

By HumayAira14

713K 58K 4K

Walaupun jahil semua orang menyukai Alingga. Kecuali Lyana. Alingga akan bersikap baik pada semua orang. Kecu... More

prolog
1 ALINGGA
2 ALINGGA
3 ALINGGA
4 ALINGGA
5 ALINGGA
6 ALINGGA
7 ALINGGA
8 ALINGGA
9 ALINGGA
10 ALINGGA
11 ALINGGA
12 ALINGGA
13 ALINGGA
15 ALINGGA
16 ALINGGA
17 ALINGGA
18 ALINGGA
19 ALINGGA
20 ALINGGA
21 ALINGGA
22 ALINGGA
23 ALINGGA
24 ALINGGA
25 ALINGGA
26 ALINGGA
27 ALINGGA
28 ALINGGA
29 ALINGGA
30 ALINGGA
31 ALINGGA
32 ALINGGA
33 ALINGGA
34 ALINGGA
35 ALINGGA
36 ALINGGA
37 ALINGGA
38 ALINGGA
39 ALINGGA
40 ALINGGA
41 ALINGGA
42 ALINGGA
43 ALINGGA
44 ALINGGA
45 ALINGGA
46 ALINGGA
47 ALINGGA (End)
Promo Bentar
extra part
yuuuhu

14 ALINGGA

13.2K 1.1K 67
By HumayAira14

Rooftop rumah sakit malam ini begitu sunyi, mungkin karena sudah larut malam sehingga suara bising kendaraan dari jalanan di bawah sana tidak mampu terdengar. Beberapa menit lalu Alingga menyempatkan dirinya menjenguk kakek, sebelum akhirnya ia mengajak Lyana naik ke bagian paling atas dari gedung rumah sakit ini.

Setidaknya walau suhu tubuh Alingga semakin panas, hatinya tidak merasakan hal yang sama. Dia ingin tenang, melupakan semua masalah yang menumpuk tebal dalam pikirannya.

Seruputan terakhir dari susu kotak rasa strawberry yang Alingga bawa sudah Lyana habiskan, cewek itu memandangi bungkus susu itu dalam beberapa detik, lalu tangannya bergerak melempar, tapi Alingga dengan cekatan menahan pergelangan tangannya.

"Di mulai dari hal kecil, seperti buang sampah ke tempatnya, lindungi bumi supaya bumi akan balik lindungi lo," ujar Alingga dengan nada kalem, cowok itu mengambil bungkus kotak susu di tangan Lyana lalu meletakkannya di samping kakinya.

Lyana merengut. "Hm, maaf deh cowok penyayang bumi," sindirnya jengkel.

Alingga tidak membalas, ia hanya diam.

Lyana pikir Alingga sepertinya memang benar-benar sakit, cowok itu tidak membalas untuk mendebatinya atau bahkan menjahilinya. Wajah Alingga sangat pucat dan matanya memerah.

"Kenapa sih harus kesini? Kan lo lagi sakit, mending ke kamar inap kakek lo aja," ujar Lyana.

Lyana memiringkan tubuhnya, ia menatap Alingga lalu tangannya ia tempelkan di kening cowok itu.

Panas, bahkan lebih panas dari suhu tubuh Lyana ketika sedang sakit cacar. Cewek itu mendengus dengan pilihan Alingga. Bukannya berada di tempat istirahat yang nyaman, Alingga malah memilih diam di rooftop yang anginnya begitu kencang, Lyana saja yang sedang sehat merasakan dingin luar biasa, apalagi Alingga?

"Lo panas Lingga, ke kamar kakek lo aja yuk?" Bujuknya.

Alingga menggeleng pelan. "Nanti dia khawatir kalau tau gue sakit."

"Tapi kan lo emang sakit."

"Akting doang gue," bibir pucat itu melengkung, Alingga menyengir seperti biasanya. "Lagi akting sakit nih gue, bagus nggak akting gue?"

"Lingga.."

Cowok itu tertawa hambar, ia memposisikan jari telunjuknya di depan kening Lyana. Lalu menariknya, dan melepas hingga terdengar bunyi 'Tuk!' cukup kuat dari bertemunya jari dan kening itu.

"Lingga! Sakiiiiit!"

Lyana langsung memukul lengan cowok itu, ia mendengus marah sambil mengusap keningnya yang nyeri.

Alingga makin tertawa, ia lalu dengan jahil  menarik-narik poni cewek itu.

"Lingga! Diem deh lo!" Teriak Lyana marah.

"Lo tuh jadi cewek oon banget, gue nih lagi akting tau. Lo pernah nonton kartun Masha and the Bear nggak sih? Episode Masha pura-pura sakit terus dia pakai air panas di taruh di kening biar keliatan sakit. Nah gue kayak gitu tuh!" Ujar Alingga sambil tertawa terbahak-bahak.

"Garing lo!"

Alingga lalu menyentil kuat telinga Lyana, dia masih saja jahil pada Lyana walaupun tubuhnya terasa lemas. "Gue mah Lingga bukan garing. Garing tuh bapaknya si Gempi," katanya bercanda.

"Itu Gading!" Ketus Lyana.

"Liat gue Lyana," Alingga menarik kedua pipi Lyana menghadap kearahnya, cowok itu menyipitkan matanya lalu mengangguk-anggukan kepala. "Lo punya kembaran ya?" Tanyanya dengan serius.

Lyana tentu saja bingung. "Apasih lo?"

"Lo punya kembaran, sangat mirip sampai gue susah membedakan kalian. Lo mau tau siapa?" Alingga terlihat sungguh-sungguh.

"Siapa?" Tanya Lyana mulai penasaran.

"Kutil di pantat gue, kalian berdua kembar. Muka lo mirip kutil di pantat gue Lyana, sumpah! Gak bohong gue."

Lyana mendengus, ia langsung menepis kasar tangan Alingga dan menendang kuat kaki cowok itu. "Nyebelin!"

"Hehe, tapi beneran mirip. Lo mau liat nggak?" Tanya Alingga dengan jahil.

"Tai! Lo mirip tai Lingga!"

Alingga tertawa, dia benar-benar puas sudah menjahili Lyana. Baginya menjahili Lyana seperti kewajiban yang sudah seharusnya dia lakukan setiap hari.

Keduanya lalu sama-sama diam, Lyana sibuk mendengus dan Alingga kembali bungkam setelah tawanya hilang.

Kemudian waktu terus berjalan, suasana makin sunyi dan dingin.

Lyana melirik Alingga dari ekor matanya, wajah cowok itu memerah dan bibirnya kering pucat. Lyana yakin sebenarnya Alingga memang sakit, tapi dia sok jagoan saja supaya Lyana tidak meremehkannya.

"Ehem!" Lyana berdehem pelan, membuat Alingga menoleh dengan alis terangkat satu.

"Keselek kegantengan gue lo?" Tanya cowok itu dengan percaya diri.

"Gue lagi dalam mode baik nih, ini terjadi 700 tahun sekali jadi jangan sia-siakan kesempatan ini. Gue mau menawarkan diri kalau lo pusing tiduran di paha gue, biar gue urut kening lo," ujar Lyana sambil berdecak.

"Udah mandi lo?" Bukannya menjawab Lyana, Alingga malah balik memberikan pertanyaan.

"Kok jadi nanya mandi? Kan gue lagi menawarkan kebaikan."

"Ya gue mau mikir-mikir dulu lah bego! Kalau lo bau, mana mau gue tiduran di paha lo. Yang ada bukannya sembuh gue malah langsung log out dari dunia," balas Alingga dengan senyum jahil.

"LINGGA-"

Alingga buru-buru menutup mulut cewek itu dengan tangannya, ia lalu segera membaringkan kepalanya di paha Lyana dan dia tertawa pelan. "Yaudah buru, pijetin yang enak. Hitung-hitung gue lagi open BO," ujar Alingga sambil melepas tangannya dari mulut Lyana.

Lyana menggeram marah, rasanya ingin mencekik cowok itu dengan kuat sampai dia kesuliatan bernapas. Tapi Lyana langsung ingat kalau membunuh seseorang bisa di pidanakan, dia tidak ingin masuk penjara.

Cewek itu menarik napas sebentar, berusaha membuat dirinya tidak kesal pada Alingga. Lalu, Lyana perlahan mulai memijit kening Alingga dengan pelan dan hati-hati.

"Gue mau tidur, jangan kentut lo ya! Nanti bangun-bangun gue beda alam," seru Alingga.

"Lo bacot mulu, lama-lama gue jahit mulu lo!"

"Ssssstt!" Alingga mendesis dengan jari telunjuk di depan mulutnya. "Udah calon istri yang baik nggak boleh ngomong kasar sama calon suami gantengnya."

"Jijik gue dengarnya!"

"Dan calon istri yang baik gak akan manggil suaminya pakai nama, mulai sekarang lo harus panggil gue Ayah dan gue akan panggil lo Abah."

"Linggaaa!!"

"Bunda, maksudnya."

***

Mata coklat Lyana terbuka, ia menyipit sebentar melihat sekeliling. Cewek itu ketiduran.

Ah, ternyata dia masih berada di rooftop rumah sakit, dinginnya angin semakin menembus bajunya. Lyana pikir Alingga akan menggendongnya dan memindahkan cewek itu ke tempat yang lebih nyaman seperti di drama-drama yang pernah dia tonton. Tapi memang salah Lyana berharap pada Alingga, cowok banyak tingkah itu mana sudi melakukan hal baik pada Lyana, apalagi sekarang Alingga memang masih sakit.

Tapi omong-omong soal Alingga, kemana cowok itu sekarang? Dia meninggalkan Lyana sendirian di rooftop tengah malam begini. Apa Alingga sudah pulang? Pasti cowok itu lagi-lagi mengerjainya.

Lyana melenguh sebentar, ia kemudian duduk dan merenggangkan tubuhnya.

Buk!

Sebuah kain besar jatuh di kepala Lyana hingga menutupi pandangan cewek itu, Lyana langsung menyingkirkan kain itu dan mendengus marah. Lalu di depannya, Alingga berdiri dengan sebuah bantal yang ia apit di antara ketikanya.

"Apaansih lo, bikin kaget tau nggak? Gue pikir kuntilanak tadi tabrak gue," ujar Lyana mendesis.

Alingga hanya terkekeh, ia meletakkan bantalnya di samping Lyana. Lalu cowok itu menarik selimut yang barusan ia lempar ke kepala cewek yang sedang merengut dengan wajah imut seperti bayi.

Alingga membaringkan dirinya di samping Lyana, memakai bantal dan selimut dengan nyaman.

"Ambil dimana selimut sama bantalnya?" Tanya Lyana.

"Di kamar kakek, tapi udah nggak ada lagi."

Lyana mengerucutkan bibirnya, dia juga sedang kedinginan tapi Alingga malah membawa selimut untuk dirinya sendiri tanpa mau mengingat kalau Lyana juga ada disini, Alingga memang cowok yang suka seenaknya. "Terus guenya pakai apa?"

Alingga membuka matanya lagi, ia tersenyum tipis. "Tunggu, gue mau lepasin sempak gue dulu. Lo pakai sempak gue aja, sempak gue hangat sehangat matahari pagi," katanya dengan nada jahil.

Lyana langsung memukul kaki cowok itu dengan kesal. "Ish! Gue juga dingin Lingga!" Desisnya.

Alingga bergeser sedikit, dia lalu membuka setengah selimutnya. "Yaudah masuk, tapi lo nggak boleh apa-apakan gue. Jangan lecehin gue, gue cowok baik-baik."

"Najis!"

"Mau nggak? Kalau nggak, yaudah."

Kenapa sih Alingga itu di takdirkan menjadi manusia menyebalkan, kenapa Lyana harus mengenal Alingga dalam versi anak itu yang petakilan. Seandainya Alingga bisa kalem sedikit saja, Lyana pasti tidak akan marah-marah setiap hari pada cowok itu.

Menurut Lyana, Alingga itu benar-benar tuyul berkedok anak SMA.

Dia banyak tingkah dan selalu jahil setiap hari, bahkan dalam keadaan apapun Alingga tidak akan pernah absen untuk membuat Lyana marah.

Sambil terus mendengus, Lyana akhirnya masuk ke dalam selimut itu. Tidur di samping Alingga dengan jarak begitu dekat, Lyana bahkan bisa mencium aroma minyak telon dari tubuh Alingga.

Alingga bergeser makin mendekat. "Demam gue udah turun, barusan minta obat ke suster kakek."

Lyana menoleh, kemudian tangan kirinya dia tempelkan di kening Alingga.

Benar, suhu tubuh cowok itu tidak sepanas tadi. Lyana tersenyum tipis.

"Lo pakai minyak telon, ya?" Tanya Lyana.

Alingga mengagguk pelan. "Hm."

Lalu hening, Alingga kembali menutup matanya dan akan tidur. Lyana sendiri hanya menatap langit yang masih pekat dengan warna gelapnya, tidak ada bintang atau bulan malam ini.

"Lingga?" Panggil Lyana dengan pelan.

Alingga tidak menjawab, tapi cowok itu mendengus memberi tanda bahwa dia belum tidur.

"Gue mau nikah sama lo, tapi nggak papa ya kalau misalkan gue sukanya sama orang lain bukan sama lo?"

Lyana menoleh menatap Alingga. Cowok itu tidak menjawab apapun, matanya juga masih terpejam rapat.

"Soalnya gue suka sama Abun."

***

"Lo nggak sekolah cok, bisa banget lo berani masuk kelas?" Dewa melotot, kepalanya melongok keluar dari pintu untuk memastikan tidak ada guru atau anggota osis yang lewat, Alingga tidak boleh ketahuan masuk sekolah tanpa seragam.

Seisi kelas bekerja sama dengan baik, tidak ada yang melapor satupun kalau Alingga berada di kelas mereka di jam pelajaran ketiga. Alingga tidak perlu khawatir akan ada yang diam-diam mengadu, dia tahu semua anggota kelasnya baik.

"Gue semalam sama Lyana tidur di atap rumah sakit," balas Alingga dengan enteng, dia melirik Abun yang sedang sibuk menulis sesuatu di buku.

Abun tidak meliriknya, tapi dia mendengarkan dengan baik apa yang Alingga ucapkan.

Gean dan Abi mendekat. "Ngapain lo sama Lyana tidur berdua, di atas atap lagi?" Tanya Gean.

"Bulan madu."

"Si anjir! Gue serius!"

Alingga menggeleng, dia berjalan mendekati Abun. Lalu, cowok itu duduk tepat di depannya. "Gue mau melarang sesuatu," bisik Alingga.

Abun mendongak, sebelah alisnya terangkat menunggu pernyataan Alingga.

"Lo nggak boleh main lagi sama Lyana," ujar Alingga dengan tatapannya yang tajam. Wajah cowok itu terlihat sungguh-sungguh, tidak ada ekspresi menyebalkan seperti biasanya.

Dewa, Abi dan Gean mendekat. Mereka berdiri menghalangi pandangan murid lain untuk mendengar pembicaraan Abun dan Alingga.

"Kenapa?" Balas Abun dengan santai.

"Nggak papa, gue cuma udah berani ngasih coklat sendiri ke dia," Alingga menjilat bibirnya sebentar, lalu mengulurkan tangannya pada Abun.

"Gue suka Lyana dari lama dan lo tau itu, gue juga nggak mau pertemanan kita rusak seandainya nanti ada kesalahpahaman. Jadi sebelum semuanya makin lanjut, gue minta lo nggak perlu main lagi sama Lyana."

Abun terdiam, sangat mengerti dengan maksud Alingga. Dia juga bukan cowok bodoh yang tidak memahami gerak-gerik Lyana padanya, Abun sadar Lyana menyukainya.

Dan Abun juga cowok normal yang akan nyaman pada perempuan yang memberikannya perhatian, menanyakan kabar setiap hari bahkan bercerita apapun tanpa merasa bosan. Jujur, Abun juga menyukai Lyana sekarang.

Abun tidak tahu keputusannya ini benar atau salah, tapi dia tidak pernah sedikitpun ingin merusak persahabatannya dengan Alingga hanya karena perempuan. Maka dengan senyum tipis, cowok itu menerima uluran tangan Alingga.

"Iya, gue nggak akan main lagi sama dia."

Alingga tertawa pelan lalu menendang kaki Abun dari bawah. "Makasih."

"Cepat tembak, jangan sampai Lyana makin nggak suka sama lo," ujar Abun, Gean dan Dewa mengangguk setuju.

"Benar tuh, lo jadi cowok jangan klemar-klemer dong. Tembak kalau suka, di tolak langsung bawa KUA," celetuk Gean.

Alingga tertawa, dia lalu berdiri dari kursinya. "Ini lagi pdkt-an, bentar lagi bukan cuma gue tembak tapi gue dorong ke jurang."

"Sialan!"

"Udah ya gue mau minggat, nggak ada manfaat juga ngomong sama seenggok daging nggak berguna seperti kalian," Alingga menarik keripik di tangan Abi, lalu memakannya tanpa izin.

"Gue juga mau antar Lyana pulang, dia masih di rumah sakit nemenin kakek gue," lanjutnya sambil membawa keripik milik Abi tanpa rasa bersalah.

"Nggak sekolah kok couple-an, parah!" Teriak Dewa sebelum Alingga pergi.

"Sssttt! Ini gue lagi berjihad untuk membuat Jennie bertemu Momynya. Doakan semoga lancar!"

"Tai sekebon!"

***

Motor itu berhenti tepat di depah rumah Lyana, cewek itu langsung turun sambil tertawa menghadap pada Alingga.

"Jangan di lepas kuncirnya, lucu tau nggak," ujar Lyana, dia tertawa memperhatikan rambut Alingga yang ia kuncir dua dengan tali karet bekas membeli nasi bungkus di rumah sakit tadi.

Alingga mendatarkan wajahnya. "Ayah mah ngalah aja sama Bunda, di iket di tiang bendera Ayah juga ngalah," ujarnya dengan nada tengil.

Lyana mendesis. "Apasih lo, garing!"

"Nggak boleh durhaka Bun sama Ayah, nanti kena kutuk jadi keroppi, mau?"

Lyana makin kesal, dia memang selalu akan emosi kalau sudah berbicara dengan Alingga. Cowok ini terlalu menyebalkan dan tengil pada Lyana.

"Udah deh gue masuk rumah aja, lo nyebelin!" Ketusnya, lalu berbalik dan akan masuk ke dalam rumah.

Alingga dengan cepat menarik belakang kaos cewek itu, hingga Lyana hampir terjungkal.

"Apasih!!"

"Bentar, Ayah ada sesuatu buat Bunda," ujar Alingga merogoh saku celananya. Dia mengeluarkan dua batang coklat dan memberikannya pada Lyana.

"Buat Bunda, karena udah mau nemenin Ayah semalaman."

Lyana mengernyit, memperhatikan coklat pemberian Alingga. Cewek itu langsung tersenyum begitu melihat tulisan kecil di sebuah kertas yang menempel di kedua coklatnya. From: Dukun.

"Dari Abun, ya?" Tanya Lyana dengan ceria.

Alingga langsung menyentil hidung Lyana cukup keras. "Sembarangan, dari Ayah itu! Bunda nggak liat barusan Ayah yang ngasih?"

"Halah bohong, ini pasti dari Abun. Merk sama note di coklat ini sama kayak yang biasanya Abun kasih buat gue."

"Dih? Emang yang boleh beli merk coklat ini cuma Abun?" Tanya Alingga dengan nyolot.

"Tapi tulisannya sama kayak di tulisan coklat yang sering Abun kasih," ujar Lyana tidak ingin kalah. "Lucu, ada kata dukunnya."

"Nggak! Itu dari Ayah bukan dari Abun!" Sembur Alingga dengan galak, cowok itu menyalakan mesin motornya lagi.

"Gak percaya!"

"Yaudah sih, pokoknya itu dari Ayah."

"Dih?"

"Makan, kalau nggak makan Ayah sumpahin pantat Bunda korengan tujuh turunan," ketus Alingga, lalu dia menjalankan motornya meninggalkan Lyana.

"Ish! Mulutnya Linggaaaaaa!"


Tobecontine.

Continue Reading

You'll Also Like

4.6M 361K 90
Nareshta Ravaleon Arkana adalah cowok populer di SMA Ganesha. Kepopulerannya ditunjang oleh penampilan dan tampang yang rupawan juga kiprahnya sebaga...
4.8M 222K 62
[SELESAI] šŸ”„BOOK_1 [ALBERIC]šŸ”„ šŸ”„BOOK_2 [LENRIC]šŸ”„ šŸ‘‘Conten :16+šŸ‘‘ Lena gue mau nanya, lo berubah ya? Lo beda, lo lebih cuek, dingin dan tak tersentu...
1.4M 182K 36
į“¹įµƒŹ³ā± į“ŗįµįµƒįµįµƒįµ Ė¢įµƒįµįµ–įµƒā± į“®įµ‰āæįµįµ‰įµ "Diam atau gua sleding!" ujar Libra tegas. Tidak ingin bernasib buruk, Embun diam mematung sambil menunduk. Dia sangat kece...
97.4K 8.4K 59
Tentang Aksa Gibran Pratama yang dipertemukan dengan orang yang selalu mengejar cintanya, tak lain adalah Sherina Aliesa Alexandra. Namun, hatinya ju...