ARABELA STORY (END)

By Yantiiiii_

58.3K 6K 2.1K

Fhatur tersenyum menatap hijab Ara yang di terpa angin laut tangan lelaki itu dengan gesit menahan hijab Ara... More

1.NASGOR
2.PERJODOHAN
3.MOOD
4.FREE
5.PENGAJUAN NIKAH KANTOR
6.PEDANG PORA
7.PINDAH RUMAH DINAS
8.TAMU BULANAN
9.KEHIDUPAN BARU
10.SALTING
11.SENIOR JUNIOR
12.MASALALU
13.CERAI
14.TUGAS
16.MANDIRI
SKRIPSI
WISUDA
KEJUTAN
CUTI
LIBURAN
BROWNIES
ALLHAMDULILLAH
RENANG
LIBANON
LAHIRAN
ENDING

15.SATGAS

1.5K 196 41
By Yantiiiii_

Jangan lupa vote komentnya
Terimakasih sdh singgah
_______


"Tur gua masuk dulu"ucap Ara tersenyum mengambil tangan Fhatur menyaliminya.

"Jangan dekatan sama siapa-siapa"

"Dinda juga?"tanya Ara yang sudah kesal

"Khususnya cowok"

"Iyah"Jawab Ara malas lelaki ini tak berhenti mengingatkannya soal ini.

"Nanti saya tidak bisa menjemput kamu"

"Iyah gapapa"

"Di jemput bang Rafa langsung ke bandara"

Ara mengangguk mengerti"iyah Tur udah gua masuk dulu,sana lo pergi katanya mau ambil apel pagi"

"Iyah saya pergi,kamu baik-baik inget jangan dekatan sama cowok termasuk Kevin" peringat Fhatur sekali lagi

Ara menghela nafasnya pendek"iyah iyah Tur udah gua masuk dulu Assalamualaikum"

"Wa'alaikumsallam"

Setelah melihat mobil Fhatur menghilang Ara bernafas lega lelaki itu sungguh cerewet.

Dengan tak semangat Ara melangkah melewati koridor demi koridor untuk sampai di klsnya.

"Ara wajah lo kusut amat"

Gadis yang di panggil Ara itu tak mneyahut memilih membenamkan wajahnya dalam-dalam di meja sungguh tak semangat dan sedih sebentar siang pak suaminya sudah berangkat bertugas

"Ara lo kenapa,berantem sama pak suami lo"tanya Dinda sekali lagi ia sedikit heran menatap wajah tak semangat Ara

"Ngaco lo"sahut Ara kesal

"Habisnya di tanya malah diam aja,mana raut wajah lo udah kayak mau nangis gitu"

"Gapapa gua cuman sedih aja,bentar Fhatur udah satgas"

"Lo di tinggal dong" tanya Dinda

"Mau gimana lagi udah konsekuensi nya"

"Mantul sahabat gua udah banyak paham"

Ara hanya terkekeh kecil"gimana perjuangan lo sama Dion"lanjutnya bertanya

Wajah Dinda yang tadi antusias menjadi masam seketika, perlahan tapi pasti Dinda bisa melupakan Dion walaupun sulit tetapi ia akan berusaha, semalaman di marahi bukan hanya kakanya saja tapi mami dan papi nya juga ikut serta menyemprotinya dengan bibir yang terus berkomat kamit Dinda rasanya ingin pingsan saja jika di sidang seperti semalam

"Gua udah ikhlas"

Ara yang tadi tak bersemangat dan sedih menatap ke arah Dinda dengan tak percaya"maksudnya"

"Ya gua bakal lupain Dion,semua akun sosmed nya udah gua blok"

Ara senang melihat sahabatnya yang sudah sadar namun sedih di waktu bersamaan melihat raut wajah Dinda yang menutupi kesedihan nya.

"Sabar,lo bakal temuin lelaki yang lebih baik lagi" ucap Ara

Dinda mengangguk kan kepalanya tersenyum"Aamiin Ra"

"Udah gk usah sedih lagi, yakin dan percaya deh,suatu saat bakal ada satu lelaki yang buat lo bersyukur milikin dia, tanpa lo ngemis nyari perhatian dia bakal datang ke lo dengan sendiri.lo tau siapa dia?" lanjut Ara tersenyum.

Dinda menggelengkan kepala tanda tak tau

"Jodoh lo"jawab Ara tersenyum

"Iyah gua tau jodoh gua,tapi siapa"kesal Dinda

"Malaikat izrail"jawab Ara mantap

Dinda begidik ngeri "gila yo yakali gua belum mau mati"ketusnya kesal

Ara tertawa terbahak-bahak"tapi kita gk tau Din jodoh sama maut mana yang lebih dulu nyamperin kita" ucap Ara setelah meredakan tawanya.

"Ngeri Ra jangan bahas ini ah kesal gua"

"Buat nyadarin lo biar gak melulu mikirin jodoh kali-kali mikirin akhirat juga"

"Ara lo makin nyebelin sumpah"

"Serah lo Dinda" malas Ara

Percakapan mereka terhenti dengan Dosen yang sudah masuk ke dalam kls mereka untuk mengajar.

Dinda masih cemburut begidik ngeri dengan perkataan Ara barusan tidak ada yang salah ada benarnya juga. Kita tidak pernah tau mana yang lebih dulu menghampiri kita.

Dinda tersenyum sahabatnya memang sudah banyak berubah makiam Ara sudah jarang bahkan tidak pernah Dinda dengar rupanya Ara sudah berhijrah bukan dari segi pakaian tapi segi tutur katanya Dinda berharap semoga lambat laun Ara segera berhijab.

Dua jam lebih berkutat dengan mata kuliah yang lumayan menguras otak dan tenaganya Dinda dan Ara berangsur berjalan ke ara kantin. Kedua gadis itu sudah lapar bukan main.

Dinda dengan gercep memesan dua porsi bakso.

"Lapar banget" ucap Dinda mulai menyendoki sesendok bakso ke dalam mulutnya.

Ara berdecak kesal"Doa dulu gk biak langsung makan gitu"

"Lupa"sahut Dinda menyengir kuda tanpa dosa segera mengangkat kedua tangan nya berdoa

Ara tersenyum ikut berdoa

"Ra lo udah banyak berubah yah gua seneng"ucap Dinda menyuarakan isi hatinya

"Berubah gimana jadi badut"

"Ck bukan itu,maksd gua lo udah jarang ngomong kasar"

"Gua juga mau tobat lah Din merubah diri yang lebih baik walaupun gua belum berhijab"

"Tapi orang berhijab udah pasti baik"

"Iyah gua tau doain aja cepat lambat hati gua segera kebuka buat berhijab"

"Aamin" sahut Dinda

Keduanya tak berbincang lagi fokus melahap bakso yang begitu menggiurkan dengan sambel yang lumayan poll.



Ara berharap cemas menatap jam yang menunjukkan pukul 1 lewat namun dosen di depan sana terus saja menerangkan materi bagaimana ini ia takut telat tidak bisa hadir di tengah keberangkatan Fhatur.

Ponsel Ara terus bergetar panggilan dari Rafa abang sepupunya. Pasti lelaki itu sudah berada di parkiran kampus

Dinda sudah jelas bisa membaca raut kecemasan Ara.

Dinda dengan cepat berdiri"Bu Fika"panggil Dinda mengangkat satu tangannya tinggi-tinggi.

Bu Fika yang sedang menerangkan materi memberhentikannya seketika menatap Dinda dengan bertanya

"Maaf sudah menganggu kefokusan ibu,begini bu saya dan Ara ijin ke bandara sebentar lagi suami Ara berangkat,kasian Ara nya udah mau nangis liat deh bu"lanjut Dinda dengan menyengir.

"Sudah silahkan pergi," ucap Bu Fika

Ara bersorak riang tak percaya dengan bu fika

"Beneran bu kita boleh ijin lebih dulu"

"Iyah Ara sudah buruan pergi kasian suami mu sudah menunggu" ucap bu Fika lagi

Ara tersenyum berterima kasih pada bu Fika. Ia dan Dinda langsung berpamitan keluar kls

"Makasih Dinda lo paling the best,gua tadi bingung mau bilang takut di bentak kayak tempo lalu"

Dinda tertawa"udah kayak siapa aja lo gk usah bilang makasih buruan ke parkiran"

Keduanya melangkah cepat ke arah parkiran benar saja disana sudah ada Rafa abang sepupu Ara.

"Lama benget kamu dek,buruan sebentar lagi Fhatur berangkat udah habis acara pelepasan" semprot Rafa panjang kali lebar

"Tadi masih ada jam bu Fika"

"Yasudah buruan masuk" suruh nya pada Ara dan Dinda

Ara mengangguk tak membantah lagi. Mobil Rafa melaju sedang meninggalkan parkiran kampus menuju ke arah bandara.

Sedari tadi Ara sudah harap cemas semoga saja suaminya itu belum berangkat di tatap nya jam yang mengarahkan pukul 1 lewat 23 menit.

"Sabar Ra" ucap Dinda terkekeh menatap Ara yang begitu cemas

"Udah sabaran banget takut gak bisa sampai tepat waktu" sahut Ara dengan raut wajah sedih

"Tenang Ra abang udah balap banget nih" sahut Rafa

"Jangan bang pelan-pelan aja,takut kecelakaan gak lucu" kesal Ara memperingati Rafa

Rafa hanya mendegus sebal kembali fokus ke arah jalanan kota dengan kemacetan yang lumayan menguras emosi.

Tak memakan waktu lama mobil Rafa sampai di bandara Ara dengan gerakan cepat telah keluar dari mobil berlari kecil ke arah sana dimana para prajurit sudah bersiap pergi

Mata nya memanas mencari keberadaan Fhatur tampaknya lelaki itu sudah masuk kedalam pesawat lihatlah ia sangat telat bukan?semua para tentara sudah berbondong-bondong memasuki pesawat

Air mata Ara jatuh ia tak bisa menatap lelaki itu untuk terakhir kali sebelum berangkat ke papua

Dengan lutut yang sudah melemas akibat berlari dari jarak jauh hingga sampai disini Ara terjatuh dengan air mata mengalir tak peduli dengan tatapan-tatapan aneh orang di sekitar.

"Kenapa duduk di lantai ayok bangun"suara yang sangat tidak asing di pendegaran nya

"Fhatur" ucap Ara dengan nafas memburu langsung berdiri tegap memeluk lelaki itu erat se eratnya membenamkan wajahnya di dada bidang lelaki ini

Fhatur terkekeh membalas pelukan Ara.

Semua keluarga nya ikut haru menatap Ara dan Fhatur seperti itu.

"Gua pikir lo udah masuk kedalam pesawat"ucap Ara yang sudah Redah dari tangisannya.

"Mana tega saya begitu melihat kamu berlari dengan semangat seperti tadi"ucap Fhatur tertawa menghibur Ara tak sanggup melihat gadis ini menangis

"Udah gk usah di bahas gua lari juga karena lo"kesal Ara mengerucutkan bibirnya sebal

Melihat tingkah Ara seperti ini membuat Fhatur gemas seketika

"Iyah-iyah maafkan saya" kekeh Fhatur

Ara hanya menganggu kan kepalanya tak tau ingin berkata apa lagi ini baru pertama kalinya di dalam hidup Selain mengantarkan keberangkatan ayahnya.

Fhatur berjalan ke orang tuanya mama dan papah nya meminta restu seperti biasanya setiap kali ia berangkat satgas seperti ini. Dan berkahir pada Bunda dan Ayah Ara.

Lelaki itu dengan tegas menyuruh Hana dan Galang serta Dinda yang notebatnya sahabat paling dekat dengan Ara, untuk tetap sedia kala ada untuk Ara ketika ia masih di medan tugas.

Tanpa diminta juga ketiganya sudah tau apa yang mereka lakukan.

Fhatur tersenyum tipis beralih ke pada gadis yang bernama Ara itu.

"Baik-baik selama saya pergi,jaga shalat jangan kecapean dan satu tetap jaga diri baik-baik selama saya tidak ada di sampingmu"ucap Fhatur

Ara memaksakan senyumnya untuk tidak lagi menjatuhkan air matanya dengan sigap gadis itu berdiri

"Siap" ucapnya tak kalah tegas memberi hormat Fhatur.

Fhatur terkekeh kecil mengacak gemas rambut Ara.

Menatap kembali jam di pergelangan tangannya tak ada waktu lagi pesawat segera berangkat.

"Saya pergi"pamitnya pada Ara setelah mencium keningnya dalam

Ara hanya menganggukan kepalanya tersenyum berusaha menepis air mata yang sudah berlinang di pelupuk matanya.

Langkah kaki Fhatur terasa berat tahun lalu dan sekarang begitu beda. Dulu ia pergi dengan hati membara senang namun sekarang berbeda rasanya sangat berat berjauhan dengan gadis itu.

Ara menarik tali ransel Fhatur kuat ketika lelaki itu melangkah pergi

Fhatur membalikkan tubuhnya menatap Ara dengan tangan gadis itu masih mengait di tas ranselnya ia semakin berat

"Boleh peluk"tanya Ara dengan polos membuat Fhatur tersenyum membawa gadis itu kembali di pelukannya air mata Ara yang sedari tadi ia tahan sudah merembes deras tanpa di pinta

"Janji harus selamat Tur"pinta Ara di sela isakannya.

Fhatur tertawa gemas menghilangkan rasa sedihnya agar tidak ikut menangis. Ia melonggarkan pelukannya pada gadis itu. Dengan gesit jemari Fhatur menghapus air mata Ara.

"Saya tidak berjanji,tetapi saya akan berusaha untuk selamat"balas Fhatur mantap setelah menghapus air mata Ara

Ara di buat semakin menangis mendengar jawaban Fhatur yang tak sesuai harapannya

"Harus janji" ucap Ara dengan kesal air matanya terus berlinang

Fhatur menghela nafasnya sebentar" saya tidak bisa berjanji,janji hanya kesenangan sementara"

Ara tak bisa berkata apa apa lagi selain air mata yang menetes kembali jawaban Fhatur membuatnya sedih bukan main

Fhatur membawa Ara kembali di pelukannya"Maafkan saya bila jawaban saya tak sesuai keinginanmu,tapi ingatlah saya akan berusaha untuk selamat,jangan sedih lagi saya harus berangkat"

Dengan berat lelaki itu melepaskan pelukannya dari Ara berlari cepat ke arah pesawat. Sebelum pesawat itu pergi.

Para orang tua termasuk Dinda Hana serta Galang ikut tersentuh haru mau bagaimana pun ini tugas negara seorang prajurit telah bersumpah mati demi ibu pertiwi. pulang karena nama itu lebih baik daripada gagal dalam medan tugas

Galang melangkah pelan ke arah kakanya yang sedang terduduk terisak itu

"Kaka harus kuat gak boleh cengeng,bang Fhatur pergi hanya sementara"hibur Galang

Ara tak bergeming terus menangis ia sangat teramat kesal dan sedih di waktu bersamaan mengapa Fhatur tidak bisa berjanji

Mungkin ini kali pertama nya untuk seorang Ara gadis manja yang harus di tinggal tugas oleh pak suaminya.



Setelah membujuk Ara dengan segala rayuan akhirnya gadis itu luluh juga untuk pulang.

Ara bersama Dinda bunda ayahnya dan Galang dengan Rafa sepupunya yang menyetir sementara di satu mobil lainya Mamah Rani papah Herman dan Hana yang sudah berpamitan pulang lebih dulu.

Ara gadis itu dengan kekuhnya tak ingin pulang ke rumah bunda ia meminta di antarkan ke rumah dinas tempat bernaungnya disana setelah menikah.

"Sayang kamu beneran gak mau di rumah bunda dulu selama nak Fhatur tugas"

Ara menggelengkan kepalanya pelan"gak bun,Ara disana aja capek bolak-balik kalo ada kegiatan Persit"

"Nanti abang yang anterin"sahut Rafa yang sedang menyetir.

"Nggak Ara pengen disana aja mau mandiri "

Ara sudah mutlak di pilihannya Irena dengan berat hati mengiyakan permintaan Ara.

"Nanti kalo capek atau apa jangan sungkan-sungkan hubungi kami nak"ucap Dani

"Iyah Ayah tenang aja" sahut Ara

Tak ada obrolan lagi mobil Rafa berhenti tepat di rumah dinas Ara gadis itu segera keluar dari mobil Rafa setelah berpamitan dengan semuanya.

Ara melangkah masuk kedalam rumah dinas setelah mobil Rafa berlalu pergi.

Gadis itu dengan sedih dan tak semangatnya membuka pintu utama,segera masuk kedalam dan kembali menguncinya dari dalam.

Ara masuk kedalam kamarnya begitu banyak kenangannya dengan Fhatur yang hanya seminggu ini tetapi begitu banyak kenangannya.

Tak ingin bersedih lebih lama Ara memilih membersihkan dirinya. Setelah itu berganti dengan baju rumahan.

Bingung bosan ingin melakukan apa gadis itu dengan malas berjalan ke arah dapur mengisi perutnya yang mulai berbunyi meminta makan.

Dengan tak lahap Ara mulai menikmati makanya dengan diam air matanya menetes merindukan sosok Fhatur yang biasanya sudah merocikinya memintanya mengambilkan makan atau hal semacam lainya yang membuat kadar emosinya naik.

Tetapi sekarang tidak lagi karena lelaki nya itu sedang bertugas menjaga Keutuhan NKRI di tanah papua.

Huhu papua pasti sudah banyak di antara kalian yang tau begitu banyak setiap tahun bahkan bulan dan minggu dan hari begitu banyak kabar tak sedap dari pengendara mobil hingga motor dari masyarakat sipil hingga aparat sipil terkena tembakan.

Dengan lesuh gadis itu beranjak membersihkan piring kotor dan gelas kotor.

Setelah dirasa beres Ara menonton tv di depan kasur lipat.

Sedang asyik menonton siaran yang membosankan dering telpon berbunyi Ara segera berlari mengambil ponselnya ternyata dari Mba Kirana ia pikir dari suaminya huh dengan cepat Ara langsung mengangkatnya.

"Assalamualaikum Ra"

"Wa'alaikumsallam mba"

"Ara kamu di rumah sibuk gak"

"Gak kok mba sepi banget "keluh Ara setengah tertawa

"Nah pas banget,Mba titip caca yah,mas Rafa sama mba mau hadirin acara pertunangan teman mba"

"Boleh-boleh mba Ara kesana ambil caca"

"Gak usah kita udah kesana"

"Okay mba Ara tunggu" putusnya memutuskan panggilan.

Ara tersenyum keponakan cantiknya itu akan menemaninya jadi ia tak merasa sedikit bosan

Benar saja tak berlangsung lama Mba Kirana dan Bang Rafa tiba

"Aunty Ara" panggil Caca yang sudah bersorak riang menghampiri Ara

"Caca gak boleh lari-lari entar jatuh" peringat Ara menangkap tubuh caca memeluknya erat.

"Caca jangan repotin aunty Ara yah", ucap Rafa

"Iyah Ayah"

"Raa maaf yah repotin"

"Aduh kalian ini udah sana berangkat gapapa kok Ara malah senang gak sepi nih rumah"

"Yaudah kita berangkat Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsallam"

Setelah Bang Rafa dan Mba Kirana pergi Ara segera mengajak Caca masuk kedalam rumah dan mengunci pintu rapat-rapat.

"Aunty Ara om tampan udah pergi yah"

Ara tertawa mendengar julukan Caca untuk Fhatur"iyah sayang"balas Ara tersenyum

"Aunty tanen om tampan"tanya Caca polos menatap wajah Ara yang sudah berlinang air mata

"Gak aunty cuman kelilipan" sangkalnya berbohong.

" Udah yuk Ca main ke kamar, Aunty punya boneka lucu" lanjutnya tersenyum.

"Beneran aunty"

"Iyah Ca ayok" ajak Ara menggendong gadis kecil itu.

"Huwa Aunty bonekanya banyak banget"serbu Caca dengan riang mengambil boneka berbie

"Caca main aja nanti Aunty kasih kok"

"Hore Aunty Ara makasih"

Ara tertawa gemas mencium kedua pipi Caca yang begitu gembul.

"Sama-sama sayang" balas Ara terus saja gemas dengan Caca.

Ara menyimak mendengarkan celotehan Caca dimana ponakan cantiknya ini menceritakan keseharian ia di sekolah hingga berujung hobinya.

Benar-benar gadis jenius pikir Ara tersenyum.



Malam hari tiba Caca telah di jemput Mba Kirana dan Bang Rafa beberapa saat lalu.

Sebelumnya mba dan abangnya itu memaksa ia agar ikut bersama kalau saja Ara merasa takut namun Ara ini gadis keras akan pendirian nya tak mau menolak ajakan mereka dengan sopan akhirnya Kirana pasrah juga tak memaksakan Ara.

Ara baru saja selesai dengan makan malamnya ia memilih menuju kedalam ruang belajar untuk melihat ada tugas atau tidak gadis itu takut pelupa dengan kecerobohan nya.

Rupanya tak ada Ara bernafas lega.memilih menuju kedalam kamardi tatapnya ponselnya belum ada pesan atau panggilan dari Fhatur.

Ara jujur sangat khawatir memilih memejamkan mata nya untuk terlelap tetapi dering telpon berbunyi benar saja itu pak suaminya. Senyum Ara langsung terukir jelas memencet tombol hijau mengangkat panggilan Fhatur.

"Assalamualaikum Ra"

Ara masih berdiam diri air matanya sudah menetes bener-bener cengeng bukan?

"Umm walaikumsalam Tur" sahutnya sedikit serak

"Kamu nangis"?tanya Fhatur di seberang sana ia juga ikut sedih

"Nggak,Ara gk nangis kok"albinya setengah tertawa menutupi tangisan nya

"Bohong saja terus,saya tau kamu nangis,sudah dong jangan menangis terus gak kasihan mata kamu nanti sakit seharian tadi nangis,"

"Iyah ini udah berhenti nangis"

"Kamu sudah makan"

"Sudah baru aja"

"Syukurlah"

"Lo sendiri gimana sudah makan"

"Sudah juga"

"Tugas-tugas kampus kamu sudah di kerjakan belum"

"Gak ada tugas Tur"

"Beneran jangan sampai lupa kayak kemarin-kemarin"

"Iyah tadi udah gua periksa tapi gk ada"

Fhatur tertawa kecil di seberang sana"syukurlah kalau gitu"

"Iyah Tur, lo lagi dimana kok bisa telpon katanya tempat tugas lo gak ada jaringannya"

Terdengar helaan nafas berat dari sana"kami masih istirahat di salah satu pos yang ada jaringannya,sebentar mungkin sudah tidak ada jaringannya"

Ara mengigit bibirnya dalam "selama sembilan bulan Tur"

"Iyah Ara,gapapa kan kita masih bisa berkomunikasi lewat doa"

"Iyah Tur"balas Ara menahan tangisnya.

"Yasudah kamu istirahat gak boleh begadang,kami mau apel terus ke pos selanjutnya"

"Tur hati-hati"

"Kamu juga,Assalamualaikum"

"Wa'alaikumsallam"

Ara menutup telponnya tangisannya semakin deras dengan menelungkupkan wajahnya pada bantal Ara menangis sejadi-jadinya selama sembilan bulan tanpa komunikasi begitu berat bukan tetapi gadis itu berusaha untuk sabar badai pasti berlalu.

Perlahan tapi pasti dengkuran halus teratur mulai terdengar. Ara sudah tertidur pulas dengan mata sembabnya.

Kalian sanggup ldr?
Pasti sanggup dong hahaha
Dah ya bay-bay mohon di koreksi ya
Dan jangan lpa vote komentnya
Seee uu

Continue Reading

You'll Also Like

750K 90K 12
"Gilaa lo sekarang cantik banget Jane! Apa ga nyesel Dirga ninggalin lo?" Janeta hanya bisa tersenyum menatap Dinda. "Sekarang di sekeliling dia bany...
521K 25.7K 73
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
453K 16.5K 31
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
3.4M 275K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...