ARABELA STORY (END)

By Yantiiiii_

61.2K 6.1K 2.1K

Fhatur tersenyum menatap hijab Ara yang di terpa angin laut tangan lelaki itu dengan gesit menahan hijab Ara... More

2.PERJODOHAN
3.MOOD
4.FREE
5.PENGAJUAN NIKAH KANTOR
6.PEDANG PORA
7.PINDAH RUMAH DINAS
8.TAMU BULANAN
9.KEHIDUPAN BARU
10.SALTING
11.SENIOR JUNIOR
12.MASALALU
13.CERAI
14.TUGAS
15.SATGAS
16.MANDIRI
SKRIPSI
WISUDA
KEJUTAN
CUTI
LIBURAN
BROWNIES
ALLHAMDULILLAH
RENANG
LIBANON
LAHIRAN
ENDING

1.NASGOR

6.5K 414 489
By Yantiiiii_

Happy reading
terimakasih sudah singgah
Jangan lupa vote dan komentnya

________


"Kak Ara, buatin Galang nasi goreng," ucap Galang dengan wajah memelasnya setelah seharian berkutat dengan game di ponselnya.

Gadis yang bernama Ara mendongak, menatap Galang yang baru saja sampai di kamarnya. Ara menahan nafasnya kesal, tugas kampusnya belum selesai tetapi adik bungsu yang super dupel nyebelin resek itu menyuruh nya membuat nasi goreng benar-benar menyebalkan.

"Makan tuh game! kamu gak liat apa tugas kampus kaka belum beres!" seru Ara dengan raut wajah kesal.

"bisa lanjut nanti kak, buatin nasgor Galang bentaran doang, gak sampe sejam kok," ucap Galang dengan wajah memelasnya nya menjatuhkan dirinya di sofa kamar Ara.

"Bodoh, kaka gak peduli, mending kamu keluar!" seru Ara mengusir Galang.

"Tega banget kak sama adik sendiri, gimana kalau Galang pingsan karena kelaparan, terus di bawa ke rumah sakit, gimana kalau Galang mati, dan kaka._"

"Stop! kaka buatin nasgor!"

Brak

Ara membanting pintu kamarnya kuat-kuat Galang hanya tersenyum kecil melihat tingkah Ara.

Tak sampai lima menit Ara telah menyelesaikan masakannya, di panggilnya Galang dengan teriakan menggelegar memenuhi seisi ruangan rumah kalau saja ada bunda serta Ayahnya itu ia tak berani berteriak sekencang ini bisa-bisa ia di ceramahi tujuh hari tujuh malam.

"Santai dong kak, gak usah teriak segala kayak di hutan aja," ucap Galang menutup kedua telinga nya.

"Suka-suka kaka."

"Galang laporin bunda juga mampus loh kak."

"Ancam aja terus,Kamu nyuruh kaka masakin lagi ogah."

"Hehe iyah deh kak maaf, Galang becanda," sahut Galang dengan deretan gigi putih tak berdosa nya.

Ara hanya berdehem mengambil pelan, segelas air putih meneguknya hingga tandas, segera kembali ke lantai atas di kamarnya mengerjakan tugas kampusnya kembali.

"Loh kak Ara gak makan."

"Bentar, kaka kelarin tugas dulu."

"Ouh yaudah," sahut Galang kembali menyantap masakan Ara yang lezat itu.

💚💚💚💚

"Hoam." Ara gadis cantik berambut sebahu itu menguap pelan, di tatap nya jam masih pukul 6 pagi.

Ia segera melangkah ke lantai bawah membuat roti pangang untuk keduanya sarapan, memang apes ia harus mandiri selama Ayah dan bundanya keluar kota memenuhi kunjungan penting setiap tahunya.

Setelah selesai dengan tugasnya ia segera membersihkan diri berganti baju dengan khasnya seperti biasa.

Setelah di rasa cukup Ara segera beranjak ke lantai bawah, sudah jelas terlihat Galang adiknya sedang duduk menunggunya sarapan bersama.

"Kak, Galang numpang ya, motor Galang di bengkel,"ucap Galang setelah keduanya menyelesaikan sarapan.

"Tiada hari tanpa Kamu nyusahin kaka," cibir Ara dengan malas memberikan kunci mobilnya pada Galang.

Galang hanya tertawa tak membalas ucapan Ara yang sudah biasa seperti itu.

"Buruan Lang, bentar lagi telat mau presentasi juga."

"Iya, ini juga udah kelar."

Setelah itu keduanya pergi meninggalkan pekarangan rumah, beruntung Sma Galang dan kampus Ara searah jadi Ara sedikit lega karena tidak membuang-buang waktu lebih lama lagi.

"Makasih kak, Galang duluan, kaka hati-hati bawa mobilnya, Assalamualaikum."

"Hem, Wa'alaikumsallam."

Ara segera meninggalkan sma Galang dan pergi ke kampus nya.

Tak butuh waktu lama Ara sampai di gedung kampus yang menjulang tinggi, Ara segera memarkirkan mobilnya di parkiran seperti biasa.

Ara menyusuri koridor demi koridor untuk sampai di kelasnya.

"Huhf syukurlah," ucap Ara bernafas lega karena bu Andin belum tiba di kelas.

"Ara tugas dadakan dari bu Andin udah lo buat? gua beneran gak paham sumpah." lanjut Dinda dengan wajah lesunya menatap Ara yang baru saja tiba di kelas.

"Udah kok," sahut Ara menduduki dirinya ke bangku dekat dengan Dinda.

"Otak lo encer amat sih, gua aja udah belajar mati-matian tapi gak pernah paham,ucap Dinda dengan menggerutu sebal.

"Mana gua tau, itu derita lo, bukan derita gua."

"Dasar sahabat gk ada akhlak lo," ucap Dinda dengan kesal menatap Ara yang tertawa puas.

Bagi Dinda Ara itu menyebalkan, tapi baik kok sejak awal masuk kuliah ia dan Ara sudah menjalin hubungan pertemanan jadi tak kaget lagi dengan sifat Ara yang kadang berubah-ubah itu.

"Sory Din, gua speecehless," ucap Ara menghentikan tawanya kembali serius.

"Nyebelin banget untung sahabat."

"Hahaha lebay lo, emang mana yang belum lo pahami sih?"

"Semuanya Ra, gua gak paham."

"Ck belajar Dinda, kuncinya hanya belajar, kurangi opa-opa korea lo itu, coba deh sesekali lo pelajari lagi, sama apa yang dosen sampai waktu di kls, lambat laun lo bakal ngerti."

"Buset deh mana bisa gua kurangin drakor Ra, gak bisa asupan gua disitu, entar gua gak semangat kuliah kalo gak liat mark."

"Astagafirullah Dinda terserah lo," ucap Ara yang sudah lelah menghadapi sikap lebay Dinda.

"Ck kok malah terserah-"

"Harap diam semuanya, bu Andin udah di koridor bentar lagi sampai." suara Dimas Memotong ucapan Dinda.

Dinda mendengus sebal, memilih diam daripada kena hukuman dosen terkiler mereka.

Dan benar saja tak butuh waktu lama bu Andin memasuki kls dengan aura mencekam, bu Andin mulai memaparkan materi, setelah penjelasan materi kembali di lanjutkan dengan presentasi yang setiap kelompoknya terdiri empat, hingga lima orang.

Tibalah saat dimana kelompok Ara yang beranggotakan 4 orang, yang tak lain , Intan, Ara, dan Lala.

Tugas Ara sendiri sebagai moderator yang mempimpin berjalannya presentasi.

"Assalamu'alaikum selamat pagi semuanya,berdirinya saya disini untuk mempersentasikan hasil diskusi kelompok saya,bukan untuk mempresentasikan perasaan saya ke dia," ucap Ara dengan senyuman merkahnya.

Suasana yang tadi sempat mendebarkan, kembali di penuhi sorak ramai. mendengar ungkapan Ara, bahkan bu Andin yang terkesan kiler itu menggelengkan kepalanya tersenyum menatap mahasiswinya yang begitu kreatif seperti Ara.

"Uhuy perasaan buat siapa? buat pak pol yang di jalanan itu kah?" sahut Dimas tetangga rumah Ara yang paling menyebalkan.

"Enak aja Ara gk suka pak pol, dia mah sama yang kacang hijau iya gak Ra?" sahut Dinda tersenyum jahil.

"Dimas Prasetyo, Dinda Amelia diam atau kalian keluar dari matakuliah saya!" teriak bu Andin dengan nada suara naik dua oktaf.

Suasana yang tadi ricuh mendadak hening seketika.

"Rasain," ucap Ara dalam tersenyum puas menatap Dinda dan Dimas yang diam bagai patung, Ara dan anggota kelompoknya kembali melanjutkan diskusi presentasinya dengan tenang.

💚💚💚💚

"Sejak kapan? lo jadi alay kayak tadi?" tanya Dimas yang sudah habis menyeruput es tehnya.

"Hooh dah, gua aja sampe kejeng-kejeng dengerin presentasi maut lo itu," sambung Dinda yang sedang melahap bakso di mulutnya.

Ara hanya memutar bola matanya malas, menatap dua mahluk hidup di depannya ini, bertanya tanpa henti.

"Lebay lo pada, buruan habisin makanan kalian gua mau jemput Galang juga."

"Galang gak bawa motor?" tanya Dimas yang sudah selesai menghabiskan makanannya.

"Motor dia di bengkel."

"Yaudah yuk cus kabur, jam terkahir pak Aslan dan bu Dea gk masuk."

"Hem iya, gua nyusul Galang ya, lo bareng Dimas gapapa kan?"

"Sans gapapa."

"Yaudah, gua duluan."

"Yoi, tiati lo."

Ara hanya tersenyum menanggapi ucapan Dinda dan Dimas, ia segera beranjak melangkah ke arah parkiran.

Namun saut-saut ia mendengar seseorang yang memanggil namanya.

"Ara."

"Arabela."

Ara dengan cepat berbalik ke sumber suara, benar di belakangnya telah berdiri seorang lelaki tampan dengan senyuman khasnya. dia adalah Kevin Aldebaran lelaki yang tiga bulan terkahir mengejar serta menyatakan cintanya pada Ara secara terang-terangan, namun Ara tak pernah menerimanya.

"Apa?" tanya Ara dengan wajah datar berhadapan dengan makhluk astral seperti Kevin yang tak pantang mundur dengan perasaannya.

"Cuman manggil doang, lagian lo keliatan buru-buru banget," lanjut Kevin tersenyum.

Sinting memang tidak ada angin tidak ada hujan lelaki ini malah tersenyum benar-benar gila pikir Ara.

"Bukan urusan lo, kalo gak ada hal penting gua cabut," balas Ara malas berbalik badan hendak pergi, tetapi tangan kevin lebih dulu mencekal pergelangan tangannya.

"Kenapa lo selalu menghindar dari gua Ra?"

"Lepasin!" sentak Ara melepaskan cekalan Kevin pada tanganya.

"Sory, gua refelek."

Ara hanya memutar bola matanya jengah.

"Jawab Ra, gua mau tau kenapa lo selalu hindarin gua akhir-akhir ini."

"Gk perlu gua jawab lo juga tau, gua jauhin lo karena perasaan lo yang salah, gua udah tolak lo baik-baik udah jelasin semuanya, gua gak ingin pacar-pacaran, tapi apa lo selalu maksa gua, selalu ngatain perasan lo berulang kali, gua udah muak kevin, lo ngerti gak!" kesal Ara yang sudah lelah akhirnya mengeluarkan semua isi hatinya.

Kevin terdiam sesaat sebelum berkata."Sory Ra, gua bakal berusaha hapus perasaan gua ke lo, maafin gua yang selama ini ngejar lo," ucap Kevin tersenyum kecil menutupi rasa sakit hatinya selama mencintai Ara yang sepihak.

"Kevin sory gua-"

"Gak usah nyalain diri lo, gua paham, lo gak salah disini. Gua yang salah karena udah maksa lo selama ini."

Ara hanya mengangguk dalam diam.

"Kalau gitu gua cabut duluan, lo hati-hati."

Kevinlangsung berlalu pergi dari perempuan cantik berambut sebahu itu.

Ara tersenyum membuang nafasnya pelan menatap punggung kevin yang mulai menghilang, ia lega setelah ini kevin tidak lagi menganggu dan mengusiknya seperti biasa.

Ara mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang menikmati kemacetan di siang hari.

Ara kembali melamun di tengah-tengah kendaraannya menuju ke Sma Galang, ia merasa menjadi wanita paling jahat yang menolak Kevin, tapi apalah daya ia tak memiliki perasaan apapun selain menganggap Kevin sebagai kaka tingkat nya.

Mobil Ara berhenti di depan Sma pelita. di lihatnya Galang telah berdiri di depan sana tak buang waktu lagi adik menyebalkan nya itu menghampiri nya.

"Kak Ara, ke bengkel dulu ambil motor Galang," ucap Galang yang baru saja masuk kedlaam mobil.

Ara hanya berdehem membawa mobilnya pergi ke arah bengkel yang sudah Galang beritahu.

"Turun udah sampe."

"Okee makasih, kaka balik aja Galang masih latihan basket."

"Udah makan kamu."

"Udah kak."

Ara mengangguk segera pergi meninggalkan adiknya.

Tak ada yang istimewa, ia pulang dengan wajah lesuh segera membersihkan diri dan berganti dengan baju rumahan ala kadarnya.

"Ke tempatnya bang Rafa aja," gumam Ara segera mengetikan beberapa pesan singkat ke sepupunya itu.

"Yes bang Rafa bolehin," girang Ara tersenyum.

💚💚💚💚

Tibalah Ara pada rumah dinas bercat hijau, dengan senyuman lebar ia menatap anak kecil berusia 8 tahun itu sudah berlari ke arahnya.

"Aunty, huwa caca kangen!" teriak Caca dengan girangnya berlari kecil ke arah Ara.

Ara tertawa kecil mensejahterakan tinggi badannya dengan gadis kecil keponakannya ini.

"Sama aunty juga kangen Caca," ucap Ara mencium kedua pipi Caca gemas.

"Aunty bilang Kangen, tapi jarang main kesini," ucap Caca dengan cemberut.

Ara terkekeh gemas mengacak rambut ponakan cantiknya ini.

"Maafin aunty, tugas kampus aunty numpuk jadi jarang kesini."

"Baiklah Caca maafin aunty, tapi...,ada syaratnya aunty harus temenin Caca main boneka."

Ara tersenyum." okay, Aunty temanin Caca main boneka."

"Huwaa makasih aunty." girang Caca kembali memeluk Ara dengan sayang.

"Caca di suruh masuk dong aunty Aranya, gak baik loh ngobrol di luar," ucap Perempuan cantik bernama Kirana kaka Ipar Ara istri dari sepupunya Rafa.

"Heheh iyah mba," sahut Ara terkekeh kecil segera mengapit tangan Caca membawanya masuk kedalam rumah setelah memeluk dan menyalimi Kirana dengan sopan.

"Gimana kuliah nya lancar?" baru saja duduk di sofa empuk Rafa sepupunya bertanya.

"Lancar gak lancar harus di lancarin," sahut Ara tertawa kecil.

Kirana tertawa kecil." iyah Ra mba dulu juga gitu, mau bilang lancar gk juga tapi harus tetap di lancarin,"

"Iyah mba, emang gitu konsepnya,"balas ikut Ara tertawa.

"Iyah Ra, mba tinggal ke dapur dulu,"pamit Kirana tersenyum.

Ara berohria menganggukan kepalanya paham.

"Bunda sama Ayah belum balik?"tanya Rafa kembali.

"Lusa katanya," sahut Ara yang sibuk bermain dengan Caca.

"Syukurlah kalo gitu, Galang kamu tinggalin di rumah sendiri, kenapa gk di ajak aja," ucap Rafa lagi.

"Dia lagi latihan basket."

Rafa berohria menanggapi ucapan Ara.

"Ara makan dulu, tadi mba masak kangkung tumis sama ikan teri,"panggil Kirana dari arah dapur.

"Wah enak tuh, Caca kak Ara makan dulu nanti kita lanjutin," senyum girang Ara pada Caca.

"Okay kak Ara," sahut Caca yang sibuk dengan bonekanya.

"Ckck kayak gak makan setahun aja nih anak."

"Lah biarin, orang Ara tadi gak sempet makan."

"Udah-udah makan aja, gak usah dengerin omongan abangmu itu," sahut Kirana yang mengeluarkan air dingin dari kulkas.

"Iyah mba, btw mas Rafa santai di rumah emang gk dinas apa."

"Bentaran lagi baru dinas."

Ara berohria kembali menikmati makannya.

"Mba selama tinggal di asrmaa gimana? ada yang julitin gak."

Kirana tertawa kecil." banyak Ra, tapi mba mah bomat selagi mereka gk ngusik mba ya mba diem aja, takut nanti ujung-ujungnya mas Rafa yang kena imbasnya."

"Iya juga ya, susah emang jadi keinget dulu waktu bunda sengaja di sirami jus jeruk waktu pertemuan dengan kasad, bunda kan bar-bar tuh gk tinggal diem aja, di bales dong yang ujung-ujungnya Ayah yang kena imbasnya di tegur sama komandan batalyon."

"Semenajak dapet teguran bunda jadi kalem gak bar-bar lagi," lanjut Ara tertawa garing.

"Iyah Ra, mba juga denger bunda cerita gitu, gimana nih kamu mau nikah sama abdi negara juga?" tanya Kirana tertawa jahil.

"No, cukup bunda aja aku gk mau, gk sanggup banget kalau di tinggal tugas apalagi sama peraturan yang berlaku Ara gak mau hehe."

"Hemm iya deh, serah kamu tapi kita gak tau Ra jodoh udah Allah yang tentuin mau gk mau suka gak suka kalau nanti jodohmu abdi negara kamu harus terima," ucap Kirana tersenyum.

"Iya juga sih, tapi Ara belum mikirin jodoh males ribet apalagi soal cowok," ucap Ara dengan malas.

"Bagus kalau gitu," ucap Kirana tersenyum.

"Iya mba."

Tak lama dering telpon masuk di ponsel Ara ternyata Galang yang menelpon.

"Galang udah balik, Ara pamit pulang mba," ucap Ara setelah mematikan sambungan telepon nya dari Galang.

"Loh buru-buru banget gak nginep aja Ra."

"Next time aja mba, mana Caca sama Bang Rafa."

"Di depan mungkin, biasanya jam segini nunggu bakso."

Ara keluar dari rumah dinas yang di tempati Rafa dan Kirana benar rupanya Rafa dan Caca sedang mengantari di gerobak bakso.

"Aunty Ara makan bakso!" teriak Caca tersenyum melambaikan tangannya memanggil Ara.

Ara tersenyum semua perhatian pusat mata kini fokus ke arahnya, malu tetapi ia segera menghampiri ponakan cantiknya itu.

"Gak dulu deh, Kak Ara balik dulu, udah sorean juga," ucap Ara tersenyum mengacak rambut Caca gemas.

"Bang Ara balik."

"Hati-hati jangan ngebut."

Ara tersenyum mengacuhkan jempolnya segera pergi dari asrama.

"Om Rafa tadi Ara ya anaknya Kapten Dani?"tanya Ibu-ibu disitu.

"Iya bu."

"Wah makin cantik aja, padahal dulu masih kecil, eh gak kerasa sekarang udah besar, boleh tuh om jodohin sama om Fhatur yang ganteng itu."

Rafa hanya tersenyum menganggapi ucapan mereka ia segera berpamitan masuk kedalam rumah dinas sebelum bu Asya terus berceloteh yang tidak-tidak.

Spam emot💚
See uu

Continue Reading

You'll Also Like

489K 30.3K 44
Anak pungut sepertiku berharap apa dengan takdir? Benar katanya, aku tak pantas diperlakukan layaknya manusia, karena takdirku sudah terlanjur tengge...
963K 29.7K 42
-please be wise in reading- ∆ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ∆ Tentang Vanila yang memiliki luka di masalalu dan tentang Vanila yang menjadi korban pelecehan...
516K 10.8K 56
Allea kembali ke Indonesia setelah 8 tahun untuk menemui calon tunangannya, Leonando. Namun Allea tidak tahu telah banyak hal yang berubah, termasuk...
Say My Name By floè

Teen Fiction

1.1M 65.9K 33
Agatha Kayshafa. Dijadikan bahan taruhan oleh sepupunya sendiri dengan seorang laki-laki yang memenangkan balapan mobil malam itu. Pradeepa Theodore...