ALINGGA (Completed)

By HumayAira14

714K 58K 4K

Walaupun jahil semua orang menyukai Alingga. Kecuali Lyana. Alingga akan bersikap baik pada semua orang. Kecu... More

prolog
1 ALINGGA
2 ALINGGA
3 ALINGGA
4 ALINGGA
5 ALINGGA
6 ALINGGA
7 ALINGGA
8 ALINGGA
9 ALINGGA
11 ALINGGA
12 ALINGGA
13 ALINGGA
14 ALINGGA
15 ALINGGA
16 ALINGGA
17 ALINGGA
18 ALINGGA
19 ALINGGA
20 ALINGGA
21 ALINGGA
22 ALINGGA
23 ALINGGA
24 ALINGGA
25 ALINGGA
26 ALINGGA
27 ALINGGA
28 ALINGGA
29 ALINGGA
30 ALINGGA
31 ALINGGA
32 ALINGGA
33 ALINGGA
34 ALINGGA
35 ALINGGA
36 ALINGGA
37 ALINGGA
38 ALINGGA
39 ALINGGA
40 ALINGGA
41 ALINGGA
42 ALINGGA
43 ALINGGA
44 ALINGGA
45 ALINGGA
46 ALINGGA
47 ALINGGA (End)
Promo Bentar
extra part
yuuuhu

10 ALINGGA

14.8K 1.2K 68
By HumayAira14

Alingga sampai di kelasnya dengan napas ngos-ngosan setelah berlari dari depan UKS, ia mengamati kelas yang ramai selama beberapa detik lalu tersenyum saat melihat sesuatu yang dia butuhkan.

Cowok itu berjalan cepat kearah Rinjani, cewek yang sedang sibuk mengelus rambut pacar bucinnya. Siapa lagi gerangan kalau bukan bapak Gean yang terhormat.

"Minta dikit Rin," kata Alingga, lalu mengambil minuman milik Rinjani di atas meja tanpa mau repot-repot menunggu izin dari cewek itu.

"Ah segerrrr!" Katanya sambil tersenyum dan mengembalikan botol itu kepada Rinjani.

Rinjani melotot."Itu Kiranti Li!" Pekiknya heboh saat baru sadar Alingga mengambil minumannya bahkan sampai menghabiskan isi minuman itu.

Alingga mengernyit. "Iya gue tau, gue bisa baca," balasnya dengan santai.

Rinjani mendorong kepala Gean agar bangun. "Ini jamu datang bulan!" Lanjutnya semakin heboh.

Alingga langsung membulatkan matanya, ia menggapai air mineral di depan Gean dan menenggaknya. "Gila lo Rin! Kenapa gak bilang?" Katanya panik.

Rinjani menggeleng. "Lo main minum aja."

"Anjir!" Alingga kembali menenggak air mineral milik Gean. Cowok itu langsung pucat dan makin panik. "Kalau anu gue keluar darah gimana cok? Gila lo Rin!"

Sumpah, Alingga panik bukan main. Dia takut malah ikutan datang bulan seperti Rinjani atau paling parah bisa saja Alingga hamil?

"Anjir, Rinjani! Kalau naga gue berubah gimana oi!" Teriak Alingga, seisi kelas langsung menertawakannya habis-habisan. Lagian salah cowok itu sendiri, kenapa mengambil minuman orang tanpa izin.

"Kenapa jadi nyalahin ayang gue? Ayang nggak pernah salah," si raja bucin membela pacarnya. Gean berdiri dengan mengangkat dagunya tinggi-tinggi.

"Hueeek!!"

"Pacar lo gila!" Desis Alingga, ia berusaha memuntahkan isi perutnya. Alingga tidak ingin datang bulan, dia masih ingin menjadi lelaki sejati.

"Lo yang gila!" Balas Gean, tidak terima pacarnya di katai oleh Alingga.

"Kok gue? Jelas-jelas yang punya minuman si Rinjani."

"Lo main asal minum Li, yang salah siapa?"

Alingga menatap Gean tidak percaya, bisa-bisanya cowok itu lebih membela pacarnya dari sahabat macam Alingga yang selalu siap siaga untuk mengganggu hidupnya.

"Lo kalau gini, gue nggak mau temenan sama lo lagi Ge!" Kata Alingga dengan nyolot.

"Dih? Yaudah!" Gean melotot. "Gampang banget lo bilang gitu, nggak semua hal harus di besar-besarin Li!"

Seisi kelas terdiam mendengar untuk pertama kalinya Alingga dan Gean bertengkar, padahal semua juga tahu betapa lengketnya mereka berdua.

Sementara, Abi, Dewa dan Abun malah duduk-duduk santai di atas meja sambil memakan pilus dan menonton percekcokan itu.

"EH LO LAGI PAKAI SEMPAK GUE SEKARANG LO!" Teriak Alingga sambil menunjuk kearah celana Gean.

Gean menepis tangan Alingga. "GUE PAKAI SEMPAK LO, KARENA LO PAKAI SEMPAK GUE LINGGA!"

"ITU EDISI BARU WOI! SEMPAK KAYAK CELANA!"

"NIH SEMPAK LO MODEL LAMA, MANA JAMURAN LAGI!" Lanjut Gean, ia menunjukkan pahanya sendiri.

Alingga melotot, cowok itu menarik kerah baju Gean dengan marah. "EH SEMPAK LO BAHANNYA JELEK GE! GUE BARU PAKAI 2 JAM UDAH BOLONG TENGAHNYA!"

"KELUAR DONG KEPALA LO?" Tanya Gean sempat-sempatnya.

"IYALAH!"

"EH, GUE BELI SEMPAK ITU DI INDOMARET YE! MAAP-MAAP NIH, BUKAN SEMPAK CEBAN DAPAT 3 BIJI!" Balas Gean.

Seisi kelas bersorak kecewa atas pertengkaran mereka, padahal mereka kira akan seru, ternyata Alingga dan Gean malah membahas dalaman masing-masing saja.

"EH SEMPAK GUE CUMA JAMURAN YA, GAK BOLONG!" Alingga kembali menyulut emosi.

"BAHAN SEMPAK TUH LEBIH PENTING DARI PADA MODEL!" Lanjutnya.

"Ada apaan sih?" Tanya Lyana yang baru saja datang, ia bingung melihat keributan itu.

Abun mengangkat bahunya acuh. "Biasa Lingga, nggak ribut gak hidup," katanya.

Lyana mengangguk, lalu memperhatikan Gean dan Alingga yang masih terus beradu mulut, sampai ketika Alingga tidak sengaja menoleh dan tatapan mereka bertemu, Lyana langsung menunduk dan segera duduk di tempatnya.

"Woi balik ke tempat! Pak Edo datang!" Teriak Rio saat masuk ke dalam kelas.

Semua langsung kembali ke tempat masing-masing dengan panik, pak Edo memang guru yang terkenal tidak suka ketidak rapihan, makanya semua berusaha kembali ke meja sendiri sebelum guru itu datang. Seragam Abi bahkan sampai terkait di kursi hingga membuatnya hampir terjengkang.

Sambil berjalan ke bangkunya sendiri, Alingga mengacungkan jari tengahnya pada Gean. "Gue tunggu itikad baik lo, kembaliin sempak gue," ujarnya ketus.

"Nggak akan gue balikin sebelum lo jahit sempak gue," balas Gean.

Alingga berdecih, ia kembali ke tempatnya. Kemudian sebelum benar-benar duduk, cowok itu masih sempat-sempatnya menyentil telinga Lyana. Hingga cewek itu mendongak dan melotot.

"Lingga!"

"Ssstt udah diem, gue bentar lagi mens nih kayak lo!"

Kalau di pikir-pikir sebenarnya Alingga bukanlah tipikal cowok yang mudah membenci orang, dia sudah memaafkan Dewa yang mengubah warna bulu Jennie, atau sekarang dia sudah saling tertawa dengan Gean dan kompak membuang napas ke wajah Abi dengan jahil.


Ya cuma masalahnya satu, Alingga tidak pernah bisa akur dengan Lyana. Cowok itu terlalu jahil kalau sudah menyangkut manusia manis bernama Lyana Arletta.

"Eh ketek lo berdua bau asem nggak sih?" Tanya Abi sambil berjalan kearah parkiran.

"Nggak sih, punya gue malahan harum plus ada bling-blingnya gitu," sahut Alingga.

"Gue sih netral, kalau belum mandi ya asem, kalau udah mandi bau harumnya mengalahkan kasturi," kata Gean dengan santai.

"Ketek gue semenjak di pakein pomade sekarang asem banget anjir!" Lanjut Abi, ia memotong menjadi tiga sebuah permen dengan bentuk kayu. Lalu, memberikannya pada Gean dan Alingga.

"Pomade?" Tanya Gean.

Abi mengangguk. "Iya, biar bulu ketek gue mudah di bentuk. Seru cok, apalagi kalau di bentuk tumpeng, suka nusuk-nusuk baju."

Alingga tertawa renyah mendengarnya, sambil mengusap kepala Jennie dan menghisap permen kayu di bibirnya. Mata cowok itu menyipit, ia melihat kearah parkiran, dimana ada Abun, Lyana dan Dewa disana.

Ketiganya semakin mempercepat jalan mereka.

"Kok ada Lyana?" Tanya Gean saat mereka sudah berdiri di depan motor masing-masing. "Diakan bukan anggota Ikpen KTM," lanjutnya mendesis.

"Apatuh Ikpen KTM?" Tanya Abi penasaran, ia baru mendengar nama itu dari mulut Gean.

"Ikatan Pecinta Kutang Merah Muda. Gue sama Dewa yang namai geng kita," kata Gean lalu menjulurkan tangannya pada Dewa, dan mereka bertos dengan bangga.

"Yoi! Gue sama Gean gitu yang ngarang, gila! Keren banget namanya," timpal Dewa.

Mata Alingga masih melirik Lyana yang duduk di atas motor Abun, cowok itu menarik napas berkali-kali dengan kasar. Seolah ingin menarik perhatian Abun agar melihatnya.

Benar saja, Abun menoleh pada Alingga. "Apa?"

"Gue udah janjian sama Lyana, kita mau pulang bareng," ujar Alingga.

Abun mengerutkan kedua alisnya, ia menoleh pada Lyana sebentar lalu mengangguk-anggukan kepalanya. "Oh yaudah."

"Eh, nggak!" Lyana kontan saja melotot, ia menggeleng cepat. "Gue nggak ada janji pulang sama manusia gila ini, gue pulang sama lo aja."

"Widiiiih, lupa ingatan si monyet," ejek Alingga. "Kasih bukti Ge!" Lanjutnya, ia menggerakkan dagunya pada Gean.

Gean menyengir, ia membuka handphonenya, lalu menunjukkan photo saat Alingga mencium Lyana di depan UKS tadi.

Kening Abun mengernyit. "Kapan tuh?" Tanyanya penasaran.

"Tadi di depan UKS, kita ciumannya mesra banget. Liur gue masih rasa cilok sama liur dia rasa boba tea menjadi satu, gila enak banget gak tuh?" Kata Alingga menyengir.

Lyana yang masih di atas motor Abun, langsung menendang perut Alingga. "Ngarang lo! Mana ada kayak gitu!" Desisnya.

"Halah gak usah malu-malu, boba lo ketinggalan nih di gigi gue."

"Lingga!"

"Gean hapus! Gila lo!" Teriak Lyana marah, cewek itu beralih menatap Gean, ia akan turun dari motor Abun, tapi Alingga malah menahannya dan mengangkat cewek itu untuk pindah ke motornya.

"Bantu Bi, Wa!" Teriak Alingga heboh.

Dewa siap siaga, ia menahan tubuh Lyana dari sebelah kanan dan Abi dari sebelah kiri.

"Woi! Gila ya lo semua!" Lyana berteriak memberontak. "Gue nggak mau pulang sama Lingga!"

"Woi! Lepasin!"

"Abi, Dewa! gila lo!"

Alingga langsung menghidupkan mesin motornya, bersamaan dengan Abi dan Dewa melepas bahu Lyana, motor milik Alingga melaju cepat hingga membuat Lyana refleks memegang perut cowok itu.

"Alingga anjing!!"

Para sahabat Alingga tertawa melihat kejadian itu, Abun dan Dewa sampai terpingkal-pingkal saat Lyana dengan kuat menjambak kepala Alingga.

"Si Lingga ada-ada aja," gumam Abun terkekeh.

"Ngapain sih ke rumah sakit segala? Kenapa nggak langsung pulang aja?"

"Lo mau periksa otak lo yang sengklek itu?"

Alingga menoleh sekilas, ia tidak menjawab pertanyaan Lyana dan malah membuka jok motornya. Cowok itu melepas kemeja seragam sekolahnya hingga hanya tersisa kaos hitam. Lalu Alingga mengambil sebuah jaket dan menyodorkannya pada Lyana.

"Apa?" Tanya Lyana ketus.

"Pakek nyet! Lo mau masuk ke dalam pakai seragam sekolah, kalau di sangka bolos gimana?"

"Siapa dulu yang sakit? Gue nggak mau nih kalau gak jawab."

"Kakek gue!" Ketus Alingga.

Lyana mendengus, ia menerima jaket itu dengan kasar. "Lo punya kakek ternyata," ujarnya.

"Yaiyalah! Lo pikir emak gue di download?" Balas Alingga ngegas.

"Yee kan gue pikir udah meninggal."

Alinngga langsung menjambak poni Lyana dengan kuat, hingga kepala cewek itu menunduk.

"Lingga!" Pekik Lyana kesal.

"Udah buruan pakek, cuma sebentar kok habis itu kita langsung pulang."

Lyana memakai jaket itu dengan ekspresi ogah-ogahan, Alingga terus memperhatikannya sambil menahan senyum, cowok itu berjanji tidak akan pernah mencuci jaket itu setelah nanti di lepas oleh Lyana.

Alingga akan memakai jaket itu setiap akan tidur, agar ia merasa seakan-akan Lyana sedang memeluknya.

Aih, Alingga jadi tidak sabar untuk menjadi orang dewasa. Ia ingin segera menikahi Lyana, membayangkan mereka memakai baju adat minang dan duduk di pelaminan dengan mesra.

Astaga! Cowok itu benar-benar tidak sabar.

"Udah nih," kata Lyana setelah selesai memakai jaket itu.

Alingga mengangguk, cowok itu langsung melangkah masuk ke dalam rumah sakit dan Lyana mengikutinya dengan sebal.

Hanya butuh waktu 5 menit, keduanya sudah sampai di depan sebuah pintu kaca. Alingga langsung membuka pintu itu dan masuk ke dalam.

"Assalamualaikum kek, cucu gantengnya udah dateng nih!" Salam Alingga pada seorang pria tua yang tengah duduk bersandar di tempat tidurnya.

Wajah keriput kakek tertarik ke atas hingga menampilkan sebuah senyum tulus. "Waalaikum salam," balasnya dengan suara pelan.

"Sama siapa Lingga?" Tanya Kakek, ia melihat kearah Lyana.

Alingga mencium tangan kakeknya yang langsung Lyana ikuti juga, cewek itu tersenyum manis. "Aku Lyana," katanya dengan lembut.

Kakek mengangguk-anggukkan kepalanya. "Cantik," pujinya.

Kakek menggerakkan tangannya, seolah menyuruh Alingga mendekat. Dan Alingga menurutinya.

"Yang ini kata kamu?" Bisik kakek.

Alingga senyum-senyum sendiri, ia perlahan mengangguk dengan alis naik turun. "Gimana kek? Restu gak?" Tanyanya balas berbisik.

Kakek mengacungkan ibu jarinya. "Kalau kayak gini, kakek setuju."

Alingga menjauhkan lagi dirinya dari kakek, lalu cowok itu dengan tiba-tiba menarik pinggang Lyana hingga tubuh mereka berdekatan. "Lyana nih ya kek, udah jelek, tukang tidur di kelas, suka nyolong duit Lingga lagi, makanya Lingga bawa kesini supaya bisa kakek sidang," ujar Alingga dengan santai.

Lyana melotot, ia menginjak kaki Alingga cukup. "Nggak kek, itu semua bohong. Malah Lingga yang sering nyolong pulpen Lyana!" Ujar Lyana membela diri.

Tangan Alingga bergerak mengusap kepala Lyana dengan lembut, lalu turun ke bahunya dan merangkul cewek itu. "Udah deh, kakek tuh ngerti nggak usah lo membela diri. Kita tuh sama-sama suka nyolong, iya nggak?"

"Ih, mana ada kayak gitu!" Lyana menggeleng. "Nggak kek bohong! Lyana nggak suka nyuri."

Kakek tersenyum melihatnya, ia mengangguk-angguk dan wajahnya terlihat sangat senang. "Iya kakek paham, kalian sama-sama sudah saling mencuri, mencuri dalam kata lain. Udah kakek paham, kakek juga pernah muda."

Alingga cengengesan sendiri, sementara Lyana malah kebingungan mendapati tanggapan seperti itu dari kakek Alingga.

"Adat minang kek, yang mewah," kata Alingga tiba-tiba.

Kakek mengangguk. "Siap!"

"Habis lulus juga nggak papa, kek."

"Nggak mau kuliah dulu Li?" Tanya kakek.

"Gampang itu kek, yang penting Jennie punya Mommy kandung."

"Oke kalau gitu, kakek siapin deh."

Lyana hanya celingukan mendengar obrolan antara Alingga dan kakeknya, cewek itu benar-benar tidak paham pada apa yang keduanya bicarakan.

Lagian Lyana kesini cuma terpaksa ikut Alingga, dia tidak ada urusan untuk harus memahami obrolan mereka.

Tobecontine.

Continue Reading

You'll Also Like

2.6M 159K 57
High rank 1 #mostwanted (08 nov 2020) 1 #coldprince (13 nov 2020) 1 #remajabaper (15 nov 2020) 1 #wattpadstory (15 nov 2020) 1 #manis (20 nov 2020) 1...
14.6M 1.4M 69
"Papaaaaa!!" Sontak mata Damares membulat sempurna saat gadis kecil itu meneriaki nama 'Papa' menatap mata mungil itu. Ranayya menjadi mengingat apa...
1.5M 125K 160
"You do not speak English?" (Kamu tidak bisa bahasa Inggris?) Tanya pria bule itu. "Ini dia bilang apa lagi??" Batin Ruby. "I...i...i...love you" uca...
332K 27.3K 58
"Lo mau jadi pacar gue yang ke 898 gak, Ay?" "Mau. Tapi lo harus siap, jadi mantan gue yang ke 899." Arthur Adam El-farez. Cowok jangkung berparas t...