Love Me Not.

By wldstrs

6.1K 477 28

Sebagai pengacara profesional, mengerjakan satu kasus seharusnya menjadi hal yang singkat. Yang harus dilakuk... More

Prolog
1
2
3
4
5
6
Break! Opinion?
7
8
9
10
11
Break! :(
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
Break! Thoughts!
40
41
42
43
45
Epilog
Break! Meh \Ω/
Break! Almost :(

44

63 5 0
By wldstrs

Aku selalu suka kembali ke kota dan merestok persediaan, terutama saat belanja bulanan, karena saat itu, aku bisa membeli tanpa mengeluarkan seperak pun, karena Kei yang memasak dan aku memakan apa yang Kei masak, jadi kurang lebih isi trolley belanja bulanan kita kebanyakan makanan mentah dan snack milik ku, selain dari itu, semuanya sepenuhnya milik Kei, dan untuk barang-barang pribadi ku, aku biasanya belinya tidak sekaligus disini, pikirkan dengan akal sehat saja kalau ingin tahu kenapa.

Apakah aku sudah mengatakan berapa banyak minor yang Kei urus? Ternyata cukup banyak. Ingat beberapa minggu lalu saat Kei terlihat sangat bahagia? Itu adalah saat ia menerima kabar anak dari salah satu teman keluarganya melahirkan. Sepertinya Kei suka sekali mengurusi orang lain, terutama saat memang orang itu membutuhkan. Sungguh bukan aku tidak suka atau apa, tapi tidakkah ia merasa terbebani harus mengurus anak orang lain? Aku tidak tahu apa aku bisa melakukan apa yang dia lakukan, aku saja sedikit kesusahan mengurus diri ku sendiri, sementara Kei, ia mengurus lebih dari hanya dirinya. Ternyata setelah mengenalnya, Kei tidak seperti yang aku kira saat pertama, dia tidak egois, dia jelas sekali memperdulikan orang lain, dia tidak menjauhi orang yang di bawahnya, walaupun ya dia kadang suka galak pada mereka tapi dia tetap menjangkau mereka, aku sungguh merasa iri dia bisa seperti itu.

Oh, kembali pada cerita. Ya, anak dari teman keluarganya melahirkan, dan seperti standar anak SMA yang lain, dia terlalu muda untuk membesarkan bayinya dan akan memberikannya untuk diadopsi. Aku sungguh mengira Kei akan mengadopsi bayi itu, tapi tidak, untungnya. Mereka, si orang tua anak yang melahirkan, memang menawarkan, tapi Kei menolaknya, tapi ia akhirnya beralih padaku dan bertanya, apa aku mau mengadopsi bayinya? Apa yang harus aku katakan? Aku tidak tahu, dan aku pun saat itu terlalu terkejut untuk bahkan berpikir dan menjawab yang lain. Tidak aku tidak mengadopsi bayi itu, tapi aku kemungkinan mengatakan akan mengurus bayinya. Jadi ya, sekarang aku memiliki bayi untuk diurus. Sungguh bodoh bukan? Setelah kita keluar dari kamar rumah sakit, Kei mentertawai ku. Sialan. Aku seharusnya keras hati saja seperti Kei dan menolak, sekarang, bayi ini akan menjadi penghambat ku, sekarang, aku tidak bisa menceraikan Kei begitu saja. Sial. Sial. Sial. Ergh, sekarang mengerti kan kenapa aku merasa begitu bodoh? Omong-omong bayi ini bernama Logan.

Yang berarti membuat isi keranjang belanja kita bulan ini sedikit berbeda. Aku akan jujur saja, aku benar-benar tidak tahu bagaimana cara mengurus bayi, maksud ku ya, aku tahu, aku pernah melihat ibuku mengurus 2 adik ku saat mereka bayi, tapi aku tidak pernah mempraktekkannya, jadi.. aku butuh ibuku, setidaknya saran-saran tentang apa yang harus ku lakukan. Dan aku sudah bertanya, dia memang tidak begitu senang aku mengurus bayi orang lain, tapi dia cukup senang aku cukup perduli untuk mau mengurus Logan. Tentang benda-benda yang diperlukan untuk mengurus Logan, semuanya pinjaman dari yang tak lain dari keluarga Saxman, mereka memiliki semuanya.

"Dimana bayi mu?" tanya Kei jahil

"Bukan bayi ku," ucap ku ketus dan Kei tertawa

"Okay, okay, di mana Logan?" ucapnya santai

"Aku taruh dia di daycare," ucap ku

"Sudah lelah dengannya?" ejeknya jahil

"Asal kau tahu, dia berat," komen ku sarkastik

"Aku sudah menawarkan bantuan dan kau menolak, itu salah mu," ucapnya tidak mau disalahkan

"Well, lain kali kau mau membantu, langsung lakukan saja, jangan hanya menawarkan, karena aku pasti akan jawab tidak," ucap ku tidak mood, "kecuali kalau kau hanya basa-basi."

"Sepertinya ada yang sedang moody," ucap Kei jahil, dia jelas sekali benar, "apa ini karena aku tidak membantu mu?"

"Bukan," balas ku singkat

"Tapi sungguh, di mana Logan, Ali?" tanyanya lebih serius

"Sudah ku katakan, daycare!" ucap ku berdecak dan untuk suatu alasan ia tersenyum tahu

"Daycare hanya mengijinkan anak minimal 3 tahun dengan potty training," ucap Kei "dimana Logan?" lanjutnya

Aku membuang nafas menyerah, tidak perlu ditutupi lagi, "dia tidak mau berhenti menangis, aku memberinya susu tapi dia menolak," aku ku

"Lalu?"

"Seorang wanita mengatakan aku harus menyusuinya," ucapku pelan, "jadi aku berikan padanya untuk disusui."

"Kau memberikan Logan pada orang asing?!" Kei berhenti tiba-tiba, "apa kau gila?" huh, Kei terdengar marah, kenapa dia marah?

"Seperti yang aku katakan, Logan ada di daycare, bersama Kelly, wanita yang menyusuinya," ucapku bersedekap

"Dia bisa saja sindikat, Ali!" dan setelah itu, ia langsung berjalan cepat meninggalkan trolley menuju tempat daycare, dan dengan cepat aku menyusulnya

"Dia bukan," ucap ku sedikit tidak percaya Kei kesal karena ini, tapi ia tidak mendengarkan ku, ia tetap berjalan dengan cepat.

Aku melihat Kelly bersama Logan di ruang menyusui, tapi sayangnya Kei sudah melihatnya terlebih dahulu. Menurut ku, sedikit tidak patut untuk Kei masuk ke dalam ruang menyusui, tapi tetap saja ia lakukan, dan kerennya, tidak ada yang komplain.

"Bisa aku meminta Logan kembali?" ucap Kei pada Kelly pelan

"Maaf, suami ku agak sedikit paranoid," ucapku tersenyum malu pada Kelly

"Tidak apa, tidak semua orang mudah mempercayai," ucapnya tersenyum. Huh, Logan sudah tertidur, "hati-hati, dia tidur," bisik Kelly pelan sambil memberikan Logan pada Kei. Dan sudah tertebak, Kei seorang natural. Bagaimana dia bisa dan aku tidak? Aku seorang wanita, demi tuhan, aku seharusnya lebih mahir dari seorang pria.

"Terima kasih sangat banyak, Kelly," ucap ku, dan saat aku akan membayarnya, ia menolak, mengatakan sebuah terima kasih dan dapat membantu sudah cukup membayar. Betapa baiknya wanita ini.. "lihat? Tidak ada yang menculiknya," ucap ku setelah keluar dari daycare

"Kau beruntung dia bukan sindikat, Ali," ucap Kei, "seperti yang dia katakan, kau tidak bisa mempercayai seseorang semudah itu," lanjutnya

"Dia tidak mengatakan itu sama sekali!" sergah ku tidak setuju

"Itu tersirat," ucapnya, "mari kita selesaikan belanja dan pulang," lanjutnya datar.

Oh, Kei benar-benar kesal, tapi kenapa?

Saat perjalanan pulang Kei sepertinya masih kesal, mobil terasa begitu sepi, tidak ada satupun dari kita yang berbicara. Aku jujur tidak tahu apa ini karena Logan atau karena aku yang di mata Kei terlalu bodoh untuk memikirkan kemungkinan adanya sindikat penculikan di supermarket. Okay, aku memang mengakui begitu cepat mempercayai seseorang itu bodoh, aku tidak menyalahkannya kalau sampai ia berpikir aku ini tolol, karena saat ini, kenyataan itu memang benar.

Sesaat kita sampai di rumah, satu-satunya kalimat yang Kei katakan hanya 'bawa Logan ke kamarnya, aku akan mengurus belanjaannya' dan setelah itu ia kembali diam. Sepertinya Kei sering sekali berganti mood, apa ini ada hubungannya dengan harus mengurusi dua orang minor? Tapi Logan adalah tugas ku, Jemma baru tugasnya, dan Jemma juga tidak begitu susah diatur, jadi kenapa ia sepertinya selalu dalam bad mood?

Sesaat aku membuka pintu, aku melihat Jemma dan tersadar aku melupakan sesuatu. Sial, bagaimana aku bisa lupa? Ah, ini pasti gara-gara Kei. Jadi saat ia bertanya apa aku sudah membelinya, aku jawab saja 'membeli benda seperti itu tanpa diketahui cukup susah, apalagi saat teman belanjanya dalam mood yang jelek' lalu aku harus menceritakan apa yang telah aku lakukan sambil menaruh Logan di kasurnya. Jemma mengatakan aku tolol sampai bisa melakukan itu, seperti yang sudah ku duga. Yeah, mungkin aku memang bukan ibu yang baik. Tidak penting untuk terus dibahas, karena akibat kebodohan itu, aku jadi lupa membeli barang Jemma, sebuah shampoo dan alat penghilang cat rambut. Kalau belum jelas kenapa, ia menginkannya rambut pirangnya kembali. Jadi aku menjanjikannya untuk membelinya besok, bersamaan dengan barang-barang pribadi ku.

Untungnya, seiring waktu berjalan, emosi dingin dari Kei ikut mencair, walaupun aku masih bisa merasakan sedikit, setidaknya sudah tidak senyata tadi. Aku tidak berani bertanya faktor apa yang lebih berpengaruh, jadi aku hanya diam dan membicarakan yang lain. Ternyata, aku bukan satu-satunya yang merasakan tegang suasana ini, tamu kita saat ini juga, bedanya, dia cukup berani untuk berbicara terbuka, tidak seperti ku, yang terlalu sopan untuk bahkan berbicara. Sejak kapan aku menjadi pengecut seperti ini?

"Kau sangat diam di meja makan tadi," ucap Kei setelah Jemma masuk dalam kamar, "kenapa?"

"Aku memilih untuk tidak melakukan sesuatu yang akan membuatku menjadi terlihat lebih tolol dari yang sudah terjadi," ucap ku datar

"Kau tidak tolol," ucapnya ringan, "kau hanya.. teledor," lanjutnya

"Itu satu hal yang sama."

"Kalau begitu kau tidak keduanya," ralat Kei cepat

"Tidak, kau benar, kau tidak perlu menghibur ku," ucap ku mengabaikannya, "aku memang teledor," aku ku tiba-tiba merasa begitu emosional, "aku baru sadar kalau aku hanya seseorang yang gagal dalam semua hal yang penting," lanjut ku santai dan pergi dengan cara yang sama, santai

Jika aku berhenti sesaat menjadi seorang keras kepala, aku akan mengerti sudut pandang Kei. Kelly bisa saja penculik, dan yang diculik bahkan bukan anak ku, tapi anak orang yang dititipkan sampai sang ibu cukup umur, bukan hal baik kalau belum 1 bulan berjalan aku sudah membiarkan Logan diculik. Aku mengerti kenapa Kei begitu marah, hal itu lebih condong ke arah dirinya yang akan kehilangan kepercayaan daripada keteledoran ku. Semua ini kembali kepada diri masing-masing dan aku terlalu sibuk berpikir semua ini salah ku yang membuat suasana menjadi begitu dingin.

Aku ingin pulang, aku sungguh ingin pulang. Aku kira aku sudah cukup kuat mental untuk ini, tapi ternyata tidak. Aku masih ingin ibu ku. Insiden kecil ini membuatku sadar akan itu, aku belum siap untuk kehidupan lanjutan dari yang saat ini, setidaknya mental ku belum sepenuhnya matang, mungkin aku memang seharusnya tidak terlalu terburu-buru melanjutkan sekolah diluar, mungkin aku seharusnya menunggu sampai aku setidaknya S2 baru melanjutkan keluar, mungkin ibuku benar, tidak, ibuku selalu benar tentang segalanya, terutama masa depan. Dia sudah mengatakan padaku aku belum siap mental, tapi aku tetap saja membantahnya dan melakukan keinginan ku yang tidak bisa ditawar. Oh, aku sungguh harus menghilangkan sifat keras kepala ku ini, karena sejauh ini, tidak ada hal baik yang dihasilkan dari kekeraskepalaan ku ini.

Tak lama setelah pemikiran itu, aku mendengar ketukan di pintu dan tanpa izin, pintu mengayun dibuka, di sana aku melihat Jemma. Dia tidak bertanya apa dirinya diijinkan untuk masuk, ia langsung melakukannya, menutup pintunya dan berjalan menghampiri ku yang sedang duduk bersila di kasur

"Ali, apa ku baik-baik saja?" tanyanya seperti dia adalah orang yang sepenuhnya berbeda

"Kau mau jawaban jujur atau yang pas kiri-kanan?" balas ku basa-basi

"Jawaban jujur terlihat bagus," balasnya

"Tidak, aku tidak baik-baik saja," ucapku, "itu jawaban jujur ku," tambahku

"Mungkin menceritakan akan lebih baik daripada dipendam sendiri?" ucapnya menyarankan

"Apa Kei menyuruh mu melakukan ini?" tebak ku curiga

"Tidak, aku mendengar perkataan mu," akunya sedikit ragu, "lagipula Kei juga langsung pergi," tambahnya datar

"Dia pergi?" tanyaku bingung

"Tidakkah kau dengar?" balasnya balik bertanya dan juga bingung, aku hanya menggeleng "well, ya, dia pergi," jawabnya untuk pertanyaan ku "jadi, kau mau bercerita?"

"Ini sangat bodoh! Kau 16, aku tidak akan bercerita masalah ku pada gadis berumur 16 tahun!" ucapku mengkritik, "aku hanya ingin sendirian saat ini, jadi bisa kau tolong keluar?" lanjut ku seramah mungkin yang saat ini ku bisa

"Ya, kita akan bicara lagi besok," ucapnya, "semoga semuanya sudah lebih baik," lanjutnya lalu berjalan keluar kamar ku

Bagaimana Logan bisa tidur selama ini? Ia begitu sepi. Oh tidak, jangan katakan dia... tidak, tidak mungkin, aku harus mengeceknya. Tapi saat aku membuka pintunya, dia tidak ada disana, apa Kei membawanya ke manapun ia pergi saat ini? Kenapa? Dia bagian ku, kenapa dia membawa Logan pergi? Kei menculik bayi asuhan ku! Aku baru saja mau menghubunginya saat aku melihat ia meninggalkan HPnya. Luar biasa, sekarang ia tidak bisa dihubungi. Kemana dia pergi? Apa aku harus menunggu sampai ia pulang atau aku biarkan saja dia pulang tanpa aku ketahui kapan? Sepertinya aku akan mengambil pilihan 1, jadi ia tahu aku tidak seluruhnya cuek.

**

Aku sudah menunggu hampir 5 jam, kapan mereka akan pulang? Ini hampir tengah malam, dan dia membawa Logan, tidakkah seharusnya ia sudah tidur saat ini? Logan maksud ku. Tunggu, bagaimana kalau ternyata Kei tidak membawa Logan pergi? Bagaimana kalau Kelly memang sindikat? Bagaimana kalau Logan memang diculik? Ugh! Kenapa Kei tidak membawa HPnya? Sekarang semuanya jadi serba tanda tanya!

"Dari mana saja kau?!" sahut ku turun dari kursi dapur dengan cepat saat mendengar pintu dibuka

"Shh," desis Kei cepat

"Kau seharusnya bertanya pada ku sebelum kau membawa Logan pergi!" ucapku tidak perduli

"Aku membantu," ucapnya datar

"Apa hubungannya dengan ini?" ucap ku bingung menatapnya

"Kau sebelumnya mengatakan kalau aku ingin membantu aku harus langsung saja lakukan tanpa bertanya, karena kau akan menjawab tidak, tapi sekarang kau mengatakan aku harus bertanya terlebih dahulu. Jadi yang mana?" ucapnya ingin tahu. Kei menaruh Logan yang sudah terlelap di atas meja makan—mungkin ia lelah juga menggendong Logan—bersama tas kertas yang di bawanya

"Well, jika aku cukup teledor untuk menitipkan seorang bayi ke orang asing, aku juga bisa mengatakan sesuatu yang bodoh!" ucap ku sarkastik

"Oh, jangan katakan kau masih kesal akibat yang sebelumnya!" ucapnya malas

"Kenapa memangnya kalau aku masih?" ucap ku bersedekap

"Ali, apa yang kau mau aku katakan?" ia menghela nafas lelah, "kalau tidak apa kau meninggalkan seorang bayi pada orang asing di supermarket?" tanyanya balas bersedekap

"Tidak harus seperti itu, kau harusnya tidak bertindak seperti aku ini orang tertolol yang pernah ada!" ucapku kesal

"Sudah kukatakan aku tidak berpikir kau tolol, aku bilang kau itu teledor," ucapnya membela diri

"Keduanya terdengar sama untuk ku!" ucapku lambat tapi hampir menjerit

Aku jelas sekali bukan jenis ibu yang baik, aku menjerit saat ada bayi terlelap di dekat ku, dan sekarang, aku baru saja membangunkannya, dan tidak hanya itu, dia menangis. Ah, ini sungguh hari yang buruk

"Selamat, kau baru saja membangunkan bayi yang susah sekali untuk ditidurkan," ucap Kei sarkastik

"Itu salah mu, kau seharusnya tidak kembali membahas tentang betapa teledornya diri ku!" balas ku tak mau kalah

"Kau yang kembali mengungkit!" balasnya sama sekali tidak terlihat akan menyerah

Dan terus berlanjut. Kita hanya berhenti saat Jemma memotong 'pembicaraan' kami. Dia memanggil kami sesuatu yang tidak begitu nyaman di dengar lalu mengatai kami tuli karena tidak mendengar Logan yang menjerit-jerit menangis, ia bahkan meminta kami untuk melanjutkan hal ini diluar karena ada orang yang terganggu saat mau tidur. Well, sebenarnya ini juga tidak berguna, sudahlah kita biarkan selesai, ini juga bukan pertengkaran yang penting, hanya hal sepele saja, sayang sekali membuang energi hanya untuk seperti ini. Jadi setelah Jemma membawa Logan pergi, aku juga berencana untuk mengikutinya.

Jadi sepertinya aku baru saja mencoret to-do list ku nomer 2, berlaku seperti pasangan normal. Kita baru saja bertengkar, walau tidak selesai dengan sempurna, tapi ya, kita baru saja bertengkar karena hal sepele seperti pasangan menikah lainnya. Aku ambil positifnya saja dari semua kenegatifannya.

**

Aku tidak yakin apa hubungannya yang akhir-akhir ini terjadi dengan yang akan datang. Aku sering sekali berpikir untuk tidak jadi mengajukan perceraian dan melanjutkan hidup, tapi sesaat kemudian, aku sadar kalau itu bukan ide yang bagus karena aku juga ingin sebuah kehidupan yang menarik dan tidak hanya terjebak dengan pria seperti Kei. Aku memiliki beberapa alasan kenapa aku tidak tinggal dan memilih apa yang sudah terjadi, sebenarnya banyak, aku bisa memuat daftar alasan kenapa aku tidak seharusnya tetap menikah dengan Kei, dan ini adalah 5 teratasnya:

1. Aku ingin pria yang menikah dengan ku karena dia mencintai ku, bukan karena kita tak sengaja menikah saat kita mabuk.

2. Aku ingin pria yang menikah dengan ku memiliki kemampuan untuk bersikap seperti seortang pria sejati, bukan yang kekanak-kanakan.

3. Aku ingin pria yang menikah dengan ku setelah ia melamar ku dengan cara yang romantis, bukan setelah ia membuat ku mabuk.

4. Aku ingin pria yang menikah dengan ku setelah kita bersama untuk waktu yang cukup lama, bukan hanya sekedar mengenal sesaat lalu melakukan keputusan yang gila.

5. Aku ingin pria yang menikah dengan ku memiliki kualitas yang tinggi, bukan berarti Kei tidak berkualitas, dia sangat berkualitas, tapi ia terlalu sering menggunakan bagian tubuhnya yang kau tahu yang mana dengan banyak wanita yang berbeda. Tidak, aku tidak akan menikah dengan pria seperti itu.

Semakin panjang daftarnya, semakin konyol juga keinginan ku yang tidak Kei miliki. Aku tidak mengatakan aku ingin pria sempurna, tidak, aku hanya ingin pria yang memiliki kartegori dalam daftar setidaknya 3 dari 5 yang baru saja kusebutkan. Aku harus benar-benar menemukan jalan keluar dari pernikahan ini, aku tidak akan bertambah muda, aku hampir 30, dan aku ingin kehidupan normal di mana aku bisa menemukan pria dengan cara tradisional, bertemu muka, bukan secara online. Kenapa begitu sulit untuk keluar dari pernikahan ini? Mengapa tidak semudah seperti saat kita memulainya? Ini sungguh payah.

Aku pernah sekali memimpikan kehidupan ku tanpa Kei, sedikit membosankan memang, tapi dalam mimpi itu aku terlihat bahagia, sangat bahagia, dicintai, jadi aku tidak peduli kalau kehidupan itu sedikit membosankan. Tapi sayangnya mimpi itu harus cepat berakhir karena aku yang harus kembali ke dunia nyata dan menjalani kehidupan ku yang nyata. Kehidupan itu akan terus menjadi sebuah mimpi jika aku tidak keluar dari pernikahan ini. Aku mencari di internet apa yang harus dilakukan untuk keluar dari sebuah pernikahan dengan cepat, kau tahu apa yang aku temukan? Pembunuhan. Internet menyarankan untuk melakukan pembunuhan, betapa luar biasanya itu, huh? Aku tidak terkejut. Tapi tentu saja aku tidak akan membunuh Kei, itu bodoh. Ya itu memang akan membuat ku keluar dari pernikahan ini, tapi aku tidak akan pernah terbebas dari rasa bersalah dan kemungkinan kurungan penjara yang sangat lama kalau tertangkap. Aku akan mencari jalan lain, itu pasti ada, di dunia ini, semuanya memiliki jalan keluar.

Continue Reading

You'll Also Like

45.8K 5.9K 41
Menangis seorang diri karena pengangguran sudah sering dia lakukan namun dia tidak menyerah, darah Batak dalam dirinya membuat ia pantang menyerah de...
106K 9.1K 34
Baca dulu aja siapa tau suka dan terhibur 🤗 yang udah baca, komen, like makaaaasssiiihhhh 🥰
1.7M 11K 66
Re-publish. Sudah tamat th 2019 Adult (19+) Tidak ada yang lebih berat dari kehilangan sosok yang paling kita sayangi, sosok tumpuan kita. Gelora Jin...
227K 41.3K 40
Bagi Padaka Upih Maheswari, jatuh cinta pada pandangan pertama sangat mungkin terjadi termasuk ke pria kewarganegaraan Daher Reu yang sering wara-wir...