Love Me Not.

By wldstrs

7.6K 532 32

Sebagai pengacara profesional, mengerjakan satu kasus seharusnya menjadi hal yang singkat. Yang harus dilakuk... More

Prolog
1
2
3
4
5
6
Break! Opinion?
7
8
9
10
11
Break! :(
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
39
Break! Thoughts!
40
41
42
43
44
45
Epilog
Break! Meh \Ω/
Break! Almost :(

38

39 5 0
By wldstrs

Aku beritahu saja sebelumnya, ini akan menjadi mimpi terakhir yang Lander bintangi, karena entah untuk alasan apa, mini Ali tidak lagi mendatangi Lander yang setia menunggunya, yang jujur saja cukup menyedihkan, tapi aku tidak bisa mengontrolnya, siapa yang bisa pula? Sebelumnya, aku melihat cerita mereka berlanjut, tapi yang mereka lakukan hanya bicara, bicara, dan bicara. Cukup manis sebenarnya Lander mau mendengarkan ocehan gadis 13 tahun yang awalnya sangat ia benci, memberinya nasihat dan memberikannya sesuatu untuk ditertawakan walaupun masa mini Ali saat itu sangat suram.

Semua tempat terjadi mimpinya selalu sama, kita akan ada di ruangan putih dengan 1 meja dan 2 kursi yang selalu muncul setelah Lander dan mini Ali bertemu. Sampai suatu hari, di mimpi terakhir ini, semuanya berubah, kita tidak lagi di ruangan putih itu lagi, kita ada di tengah kota, benar-benar di tengah di antara dua kota, saat aku melihat ke kanan, aku melihat kota Jakarta dan segala masalahnya, saat melihat ke kiri, aku melihat Connecticut, New Haven tepatnya. Aku melihat mini Ali berdiri di kanan ku dan Lander di kiri ku.

Aku bergerak sedikit dan BAAM! Yang bisa ku lihat hanya kegelapan, tidak bisa melihat apapun, meraba-raba tidak menemukan sesuatu yang nyata, aku tidak bisa berjalan kemanapun, aku terlalu takut untuk melangkah, bagaimana kalau di depan ku saat ini adalah sebuah jurang dengan binatang buas yang lapar di dasarnya? Walaupun ini cuma mimpi, aku tidak akan mengambil resikonya.

Aku terus mengedipkan mataku, mencoba menangkap cahaya sebanyak mungkin, tapi itu mustahil, karena disini setitik pixel cahaya pun tidak ada, tapi aku tetap gigih mencobanya. Setelah lama, tindakan ku ini membuahkan hasil, walaupun sangat-sangat-sangat bukan yang ku harapkan. Aku menemukan diri ku ada di basement—yang omong-omong sangat aneh untuk orang di indonesia miliki—tempat Riki menyekap ku, semuanya persis seperti yang ku ingat, sampai ke detailnya, tidak ada jendela ataupun jam.

"Selamat pagi, sayang," ucap Riki memasukan cahaya saat ia membuka pintu, "tidak mau kau kelaparan bukan?" lanjutnya menaruh sarapan di hadapan ku, oops, mini Ali maksud ku

Seperti yang aku ingat, ia selalu menunggu ku menyelesaikan makan, menonton ku seperti aku ini semacam hiburan. Sungguh aku serba salah, cepat-cepat menyelesaikan berarti aku akan mendapat hal selanjutnya lebih lama, menyelesaikan lambat-lambat akan membuat Riki menatap ku lebih lama dan akan menghukumku dengan memberikan 2 kali lipat hal selanjutnya daripada yang normal. Aku sudah mencoba kedua opsinya dan sudah jelas juga keduanya tidak membuat ku sangat berantusias menantinya.

Dia suka menyentuh, walaupun memang ia tidak melakukan kau-tahu-apa padaku, dia tidak pernah benar-benar melakukannya, yang ia lakukan hanya menyentuh ku dengan cara yang sangat tidak benar dan memaksa ku menontonnya melakukan kau-tahu-apa—lebih sering yang pertama sebenarnya, tapi walaupun begitu, pada akhirnya tetap sama—aku baru 12 tahun demi tuhan! Pria ini benar-benr iblis. Orang gila macam apa yang melakukan hal ini pada gadis yang bahkan belum dewasa? Aku bahkan tidak yakin ia seorang manusia dengan akal sehat, tapi apapun dia, dia sangat cocok menjadi penghuni neraka. Bahkan iblis sialan pun kalah dibandingkan dengannya.

Kenapa otak ku membuat ku kembali menjalani hal ini? Tidak bisakah kita mengunjungi tempat yang lebih asik? Seperti tempat Lander, aku sudah tahu yang ini, sementara tempat Lander belum, kenapa aku tidak dibawa ke dunia Lander saja? Dengan begitu aku tidak perlu lagi menyaksikan adegan buruk ini di depan mataku dan disaat yang sama bisa menemukan siapa sebenarnya Landerson itu.

Untuk entah alasan apa, aku bisa merasakan apa yang mini Ali rasakan seperti hal itu terjadi langsung pada ku, aku merasakan sentuhan tangan kasar Riki menyentuh lengan ku sebelum ditariknya untuk diikat di berbagai macam tempat yang berbeda setiap kalinya, kali ini, yang membuat sangat spesifik akan waktu kapan terjadinya, ia mengikat tangan ku—mini Ali, aku hanya merasakan dan menyaksikan—ke pipa yang terletak di atas kepala ku. Kenapa harus adegan yang terburuk dari semua yang harus otak ku reka ulang? Oh, hampir lupa, Riki selalu membuatku lemas tak berdaya dengan menyuntikan dosis kecil entah apa pada ku dan menaruhnya di makanan yang ia berikan pada ku, hanya agar aku tidak melawan balik, seperti aku bisa saja melawannya saat itu.

Aku sudah mengatakan adegan ini memiliki waktu yang spesifik. Walaupun aku membenci mengingatnya, tapi aku akan selalu ingat kalau pada hari ini, aku berhasil membebaskan diri dari iblis pedofil ini. Kau lihat, walaupun aku memang memiliki semacam obat bius di dalam tubuhku, tapi sepertinya Riki cukup bodoh untuk mengerti biologi. Aku sudah menghilang hampir 1 tahun, dan dalam jangka waktu itu, aku tahu tubuh ku sudah mulai terbiasa dengan obat tersebut, seperti pecandu kau tahu, tapi sepertinya Riki tidak tahu itu, ia tetap memberiku dosis yang sama. Jadi pada saat ini tiba, aku hampir tidak terbius sama sekali, aku hanya berpura-pura, aku hanya harus ikut bermain di pertunjukan Riki sebelum aku bisa memulai melakukan pertunjukan ku sendiri.

Setelah ia selesai melakukan tindakan tidak patut dengan 'mainan' favoritnya, ia melepaskan tali yang ia gunakan untuk mengikat kaki ku lalu tangan ku, dan itulah saat tiba-tiba aku mendapatkan kekuatan yang tidak pernah aku tahu aku miliki, mungkin berasal dari dendam tertanam atau sesuatu? Bisa jadi. Intinya, aku mendorong Riki sekuat mungkin ke dinding batu di belakangnya, membuatnya pingsan dan mungkin berdarah aku tidak tahu, memberikannya beberapa penyerangan sebelum aku berlari sekencang mungkin keluar dari tempat Riki menyembunyikan ku hampir 1 tahun belakangan itu. Aku bebas. Akhirnya. Lalu aku terbangun.

Aku tidak butuh bermimpi untuk tahu apa yang terjadi selanjutnya, memori itu kurang-lebih tertanam di tempat yang sangat mudah untuk diingat kembali, aku tidak bisa membuatnya pergi lebih jauh lagi. Ingatan itu akan terus ada di sana selama aku hidup, beban yang akan terus ku bawa selama aku masih menjejak di dunia ini. Sekarang cerita ku sudah terbongkar, jadi kurasa, aku tidak sesuci yang aku tunjukan, huh? Seseorang sudah melecehkan ku, secara nyata dan mendalam, tapi setidaknya ia masih membiarkan hal tersuci dari diriku tetap utuh. Itu satu hal baik dari sejuta keburukan, bukan?

"Kenapa kau menangis?" aku menangis? Sial, tidak di hadapan Kei, "tidak perlu di jawab kalau kau keberatan," lanjutnya

"Ya, aku keberatan untuk menjawab," balasku meneguk teh ku

"Pasti parah, aku tidak pernah melihat mu menangis," ucapnya

"Tidak perlu dibahas lagi," balas ku menatapnya serius, atau seserius yang seseorang habis menangis bisa tunjukkan setidaknya, "aku harus berangkat," gumamku berdiri dari kursi sarapan menuju pintu depan

"Jangan membentak," cegahnya menyentuh tangan ku, tapi secepat sentuhannya mendarat, sentuhan itu kembali ditarik, "tapi apa semalam kau tidur baik-baik saja?" tanya Kei hati-hati

"Tentu saja, kenapa kau pikir tidak?" balas ku berusaha santai

"Hati-hati di jalan," ucapnya mengangguk lalu berbalik pergi

Setelah aku mulai menyibukan diri pada pekerjaan ku, aku sudah melupakan apa yang terjadi semalam, semuanya digantikan oleh hal yang menyenangkan, teman sekantor, Mia, lelucon Trent, Sarah yang tiba-tiba muncul dan mengajak ku pergi trip tiba-tiba bersama Mia, sudah bisa ditebak yang terakhir tentu saja akan menjadi yang paling menyenangkan, dia pada dasarnya menculik ku dan Mia langsung dari kantor.

Dibutuhkan 2,5 jam untuk sampai di mana pun tujuan kita, dan selama perjalanan, kita tidak melakukan apapun selain tertawa dan bergosip seperti jaman dulu kita kuliah, sungguh menyenangkan. Sarah menceritakan banyak cerita menarik, lebih menarik lagi saat ia menceritakan tentang pernikahannya yang sungguh rahasia ini. Ternyata, ia tidak menikah karena cinta, mereka menikah karena perjodohan konyol orang tuanya, itu dia kenapa ia menghilang begitu saja tanpa kabar sampai sekarang. Ternyata selama ini ia diasingkan oleh keluarganya dan keluarga si suami untuk membuat hubungan, dan katanya itu sungguh bekerja setelah 1,5 tahun tinggal bersama dan harus bergantung dengan satu sama lain, mereka mulai merasakan sesuatu, dan saat ini, dia sudah melupakan bagaimana dirinya menolak perjodohan konyol orang tuanya

Yang aku tahu, saat ini kita berada di New Hampshire, aku tidak tahu apa yang akan kita lakukan, tapi di sanalah kita saat ini.

"Kenapa New Hampshire?" tanya Mia

"Vegas terlalu jauh," balas Sarah tertawa

"Apa yang akan kita lakukan di sini?" tanya ku

"Semua hal yang ku lewati dan pantas untuk dibuat pesta," balasnya mengedipkan sebelah matanya, "tidak ada pria dari rumah, itu saja syarat kita di malam ini," lanjutnya tenang, "matikan telepon kalian, bitches!" ucapnya bersemangat

Sungguh waktu yang tidak tepat untuk berpesta. Ini masih tengah minggu, kita semua memiliki pekerjaan untuk dilakukan keesokan paginya. Kenapa Sarah melakukan ini? Apa ia sedang ada masalah dengan suaminya, 'trouble in paradise' seperti yang orang barat katakan?

Seperti biasa, istilah 'pesta' itu digunakan sebagai kata ganti dari 'meminum alkohol sebanyak mungkin sampai kau mabuk dan muntah'. Kalau dulu saat kita masih kuliah, aku selalu yang berakhir menjadi mengemudi yang ditunjuk, karena aku tidak pernah mabuk, tapi sekarang, aku tidak yakin aku masih bisa menjadi pemegang gelar. Tapi aku harus, teman ku terlalu liar untuk melakukannya. Berkorban sekaligus mencegah menciptakan dosa dalam waktu yang sama. Win-win bukan?

Malam terasa begitu panjang saat kau ada di pesta tapi tidak berpesta, jadi ya, mungkin aku memang sedikit minum. Maksud ku, saat ini kita ada di club, sungguh aneh kalau aku hanya menonton teman-teman ku meminum sementara aku tidak, jadi aku membaur.

"Ali, kenapa kau tidak bersenang-senang?" ucap Sarah menatap ku

"Aku kan sang suci," balas ku tertawa santai

"Oh, ayolah, secara teknis kita merayakan ulang tahun mu," ucap Sarah membenturkan bahunya ringan pada ku

"Biarkan saja dia," ucap Mia membelaku, "biar seorang pria manis menghiburnya," ternyata tidak. Fine...

"Ya, biarkan pria manis menghibur ku," balas ku tersenyum sarkastis

"Luar biasa!" pekik Sarah memeluk ku senang. Oh aku tidak percaya ia sudah mabuk. Berapa gelas yang telah ia minum?

Aku tidak mengerti kenapa orang-orang mudah sekali menerima tawaran seks. Aku tidak tahu New Hampshire, tapi sepertinya Sarah tahu, dia menerima tawaran sesorang untuk ikut pulang bersamanya, dan begitu juga Mia. Mereka memiliki hubungan yang mereka inginkan dan malam ini mereka berselingkuh? Sangat tidak masuk akal, aku saja yang tidak menginginkan pernikahan ku sendiri tidak melakukan itu. Kenapa banyak sekali orang yang mudah diperbudak oleh nafsu? Aku tidak akan munafik dan mengatakan aku tidak termasuk, tapi setidaknya, hanya ada satu pria yang bisa melakukan itu pada ku. Godaan setan memang sialan!

Well, aku menyimpulkan terlalu cepat, ini bukan yang paling seru, memang iya di awalnya, tapi setelah mereka menemukan seseorang, aku ditinggalkan sendiri. Ini sungguh tidak menyenangkan. Tapi, hanya karena aku tidak bersama seorang pria saat ini, bukan berarti aku tidak laku, aku hanya menolak tawaran mereka untuk pergi ke tempat tinggal mereka.

Jadilah saat ini, aku duduk di bar, sendirian, tidak lagi mau minum. Sarah membawa kunci mobilnya dalam tasnya, jadi aku terlantar. Tidak bisa menghubungi Mia karena dia juga ada disini, jadi tinggal lah satu pilihan lain, sayangnya kita sudah berjanji untuk tidak menggunakan HP untuk menelpon pria atau siapapun dari rumah selama kita disini. Jadi, ku rasa aku akan tinggal semalam di sini dan kembali besok, karena ku tidak yakin dengan bus keluar kota pada tengah malam hari seperti ini.

**

Saat aku terbangun, kepala ku tidak bisa menyambungkan titik-titik memori di mana keberadaan ku, jujur aku sempat berpikir ada yang menculik ku dan kejadian Riki akan terulang hanya saja sekarang akan menjadi 1000x lebih buruk, tapi untungnya aku ingat setelah beberapa detik kemudian. New Hampshire, bersama Mia dan Sarah. Hmm, dimana mereka saat ini?

"Hey, kalian di mana?" tanya ku begitu mendengar suara Sarah mengangkat telepon

"Perjalanan kembali ke CT," balasnya

"Mia?" tanya ku

"Ada disini," terdengar suara Mia menyahut

"Kalian meninggalkan ku di New Hampshire?" ucapku, "wow, teman yang luar biasa kalian ini!" lanjut ku sarkastis

"Ali, kau masih di sana?" Sarah teringat terkejut, "kami kira kau sudah pulang, tidak berpikir kau tidak tertarik dengan.. kau tahu.. aktifitas itu dan kau pulang dengan bus malam," ucap Sarah terdengar bersalah

"Tolong katakan semua ini hanya lelucon..." ucap ku sangat berharap seperti itu

"Ali.." ucap Sarah terdengar menyesal

"Aku meninggalkan pesan suara di HP kalian!" pekik ku frustrasi, "tidak kah kalian mengecek pesan suara di HP kalian?" ucap ku mulai berderap mondar-mandir dalam kamar

"Kami akan berputar dan menjemput mu sekarang, B," ucap Mia setelah sepi beberapa detik

"Tidak perlu, aku bisa naik bus dari sini, lebih praktis dari pada kalian kembali," ucap ku memutuskan

"Ali, kami minta maaf telah meninggalkan mu," ucap Mia

"Ya, ya, terserah," balasku mematikan sambungan

Jadi mereka meninggalkan ku. Sangat luar biasa. Sekarang di mana terminal bus luar kota di kota ini? Mari kita lihat. Oh, dekat, jalan kaki sampai. Tidak masalah.

Tak lama setelah itu, aku menemukan kalau ternyata hari ini aku memang harus terlantar, pertama teman ku meninggalkan ku di kota asing, lalu di kota asing ini tidak ada bus yang bertujuan atau mengarah ke Connecticut sampai lusa. Sungguh memang luar biasa. Pada akhirnya, aku memang harus menghubungi harapan terakhir ku, sejak aku tahu tidak ada taksi yang mau mengantarku ku sampai Connecticut karena itu sungguh gila juga konyol belum lagi jaraknya jauh.

"Hey, bisa kau bantu aku dengan pergi ke New Hampshire saat ini juga?" tanya ku langsung tanpa basa-basi

"Kenapa? Apa apa di sana?" balas Kei penasaran

"Uh, diriku," balasku polos

"Bagaimana tepatnya kau bisa sampai di sana?" tanyanya.

Apa dia tidak sadar aku tidak pulang semalam? Itu sangat luar biasa! Bahkan suami ku yang menolak untuk bercerai tidak sadar aku tidak pulang!

"Tidak penting, kau bisa jemput atau tidak?" Ucap ku menegaskan

"Ya, tentu saja, kebetulan ini hari libur ku," balasnya, "sampai di sana mungkin sekitar 3 jam?" lanjutnya tak yakin

"Kalau bisa lebih cepat," ucap ku

"Di mana aku harus menjemput?" tanyanya

"Terminal bus di Concord" balasku

"Akan ku telepon kalau aku sampai lebih cepat. Sampai nanti!" argh! Selalu saja ia mematikan telepon walaupun aku belum selesai bicara.

Pada 1 jam pertama, aku sudah 4 kali bolak-balik ke mesin makanan kecil. 45 menit selanjutnya, aku habiskan untuk berjalan membeli makan pagi dan berjalan kembali. 15 menit berlalu, dan sudah 2 jam total ku menunggu. Tidak bisakah Kei sampai lebih cepat? Aku mulai bosan dengan segalanya disini. Berjalan mondar-mandir ditonton orang seperti aku ini gila, sampai akhirnya, HP ku berdering. Tapi ternyata bukan dari Kei, melainkan dari Blight, cukup masuk akal kenapa yang bunyi nomer HP kantor ku. Okay, aku di jemput Blight, tidak masalah, yang penting aku bisa pulang hari ini juga. Aku mengangkat teleponnya, ia memberi tahu ku ia sudah menunggu di depan, dengan sigap aku langsung mengambil tas ku dan berjalan cepat keluar, dan ternyata aku tidak akan sendiri

"Dari mana kau?" Tanyaku melihat Kei ada di kursi belakang tidak jadi masuk

"Tidak kemana pun yang penting," balasnya "kau butuh undangan?"

Benar. Sesaat aku masuk, aku mengarahkan diri ku menghadapnya, "ini terlihat penting," ucap ku menarik pelan kerah jas yang dipakainya, "ku kira ini hari libur mu?"

"Apa kau lupa? Ini pakaian sehari-hari ku sekarang," ucapnya santai

"Kau juga tidak pernah mengemudi lagi?" ucap ku tidak serius bertanya tapi lebih ke arah menyindir

"Tidak juga," balasnya melepas jas yang dipakainya, "sekarang, ceritakan kenapa kau bisa berakhir terdampar di New Hampshire,"

"Agent mu meninggalkan ku di sini setelah pesta sepanjang malam," ucap ku memberikan sedikit nada santai dalam kekesalan ku

"Kau keluar semalaman bersama Martin?" ucapnya menahan tawanya

"Dan Mia," tambah ku datar, "dan saat pagi tiba, mereka berdua meninggalkan ku," lanjutku

"Well, yang penting kau sekarang tidak lagi terlantar bukan?" Ucapnya

"Yep," ucapku mengangguk, "omong-omong, terimakasih sudah menjemput ku," tambah ku santai

"Tak masalah," balasnya, "suami mengurus istrinya, ingat?"

Lalu sunyi. Tidak ada musik yang mengalun atau apapun, yang ku dengar hanya suara ban bergerak di aspal. Apa kita bisa memainkan musik atau sesuatu?

"Sir, kemana tujuan kita sekarang?" ucap Blight memecah hening

"Rumah," ucap Kei, "kecuali kau memiliki tujuan lain?" lanjutnya menatap ku

"Tidak," balas ku membuang nafas lelah

Setelah itu, kembali sunyi, tidak ada yang ingin membuka pembicaraan, Blight sudah jelas akan mengunci mulutnya saat ada Kei dalam mobil. Blight bukan jenis yang kaku, aku tahu karena sebelumnya, saat hanya ada aku, ia tidak begitu kaku. Aku hampir saja tertidur saking bosannya saat tiba-tiba HP Kei berbunyi dan caller ID terbaca tulisan 'papà', Kei meliriknya sesaat dan mematikannya tanpa diangkat, dua kali, tiga kali aku melihat HPnya bergetar di tangannya tak dihiraukan lalu tak lama kemudian Blight menyodorkan HPnya sambil berkata 'it's your father, sir'. Jelas, Kei tidak terlalu antusias untuk menjawabnya, sudah 4 kali Kei menghindari mengangkat telepon itu, entah apa yang terjadi. Saat Kei menjawabnya, ia langsung berganti bahasa, lagi-lagi rahasia lainnya. Saat mereka selesai bicara di telepon, Kei memerintahkan Blight untuk mengarah ke 'gedung'. Hmm, jadi ia bekerja untuk ayahnya ya? Penasaran apa aku akhirnya akan bertemu dengan ayahnya atau ia hanya meminta untuk di antar lalu Blight mengantarku pulang. Tebakan ku, yang kedua.

'Gedung' yang Kei maksud adalah gedung yang tidak begitu jauh dari gedung kantor ku. Sekarang aku mengerti kenapa aku pernah melihat Blight di sekitar sini. Tentu saja, ia pasti bekerja untuk ayah Kei, tidak seperti ia menguntit ku atau sesuatu, ia pasti memiliki urusan seperti Kei memiliki urusan di sana saat ini. Kei turun dari mobil setelah meminta untuk memberinya 10 menit. Aku penasaran jenis kantor apa yang ada di gedung ini, maksud ku, di distrik ini isinya kebanyakan perkantoran, jadi aku berasumsi, ini adalah gedung kantor lainnya.

Saat Kei muncul kembali, dari jauh aku melihat ia memegang file dalam folder hitam dan seseorang mengikutinya di belakang sambil berbicara. Apa ia memiliki PA? Pekerjaan apa yang ia miliki sampai membutuhkan PA? Tunggu, itu PA dia atau ayahnya? Oh wow, sekarang aku tidak yakin siapa bekerja untuk siapa. Okay, itu pasti PA milik ayahnya, karena atlet macam apa yang memiliki PA dengan pakaian formal seperti itu? Kecuali kalau Kei sudah benar pensiun dan sekarang bekerja kantoran? Sungguh aku adalah istri yang buruk. Semoga, saat aku menikah untuk yang sesungguhnya, aku tidak akan setidak peduli ini pada pasangan ku.

"Kau pernah mengerjakan kasus akuisisi, bukan?" tanyanya setelah kembali ke dalam mobil

"Ya, tapi aku meninggalkan kasusnya karena kasus mu," balasku menyindir

"Maaf tentang itu," ucapnya selintas, sebelum kembali ke topik awal, "tapi kau sudah pernah, bukan?" tanyanya serius

"Ya," aku mengagguk "kenapa?"

"Aku tidak mengerti ini," ucapnya memberikan folder hitam yang ia pegang

"Tidakkah perusahaan memiliki pengacara khusus untuk ini?" Tanya ku bingung, "mereka akan mengurus semuanya dan kau terima jadi saja," lanjut ku. Karena Kei tidak kunjung menarik foldernya, aku berakhir menerimanya, "perusahaan siapa yang diakuisisikan?" lanjut ku membuka folder tersebut, tapi belum membaca apapun

"Bukan milik ku, aku terlalu miskin untuk itu," balasnya

"Diskusikan saja dengan pengacara perusahaan," ucap ku kembali menutup folder, "secara teknis kalau aku membaca tanpa ijin aku melanggar dan bisa terancam disbarred," lanjutku menyodorkan folder kembali ke Kei

"Tidak bisakah kau membantu?" ucapnya, "sebagai penasihat atau sesuatu?"

"Tidak," balas ku menggeleng

"Tapi kau pengacara ku."

"Ya, tapi kontrak ku dengan mu, secara personal," jelas ku, "bukan dengan perusahaan apapun ini," aku menggoyang folder yang masih di tangan ku, "aku tidak bisa, Kei."

"Ugh, fine," gumamnya lalu memerintahkan Blight untuk mengantarnya ke 'kantor'

Kei menghabiskan waktunya dalam perjalanan ke 'kantor' berbicara dengan seseorang. Dari caranya berbicara, aku bisa menebak kalau Kei bagian dari staff eksekutif yang memiliki cukup bawahan untuk diperintahkan, hanya jenis pekerjaan apa yang ia miliki saja yang aku tidak bisa tebak.

Beberapa saat kemudian, kita berhenti di sebuah gedung tinggi yang dipenuhi kaca, seperti yang sudah ku tebak sebelumnya, aku akan mendapat opsi kedua, Kei turun dan Blight sang-penurut-apa-kata-bos diperintahkan untuk langsung mengantarku pulang tanpa mampir kemana pun terlebih dahulu. Aku merasa seperti anak pingitan, aku adalah wanita dewasa, kenapa aku masih harus diatur-atur?

"Blight, aku ingin mampir ke mall terlebih dahulu," ucap ku jahil

"Apa anda mengetes kemampuan saya untuk mengikuti perintah?" balas Blight santai

"Mungkin," ucap ku netral, "atau mungkin aku memang harus mampir kesana."

"Mohon maaf, Ms. Alice, tapi, Mr. Ryker memerintah saya untuk langsung mengantar anda pulang, saya akan mengikuti perintahnya," ucap Blight tersenyum meminta ku harap maklum

"Oh, ayolah, ini sungguh penting! Sekalian aku sudah ada di luar," bujuk ku santai, "aku tidak akan mengadukan mu pada Kei, dia tidak akan pernah tahu!" lanjut ku

"Mr. Ryker selalu tahu dengan caranya sendiri," balasnya menatap ku melalui spion

"Ku yakin ia tidak akan memecat mu, ia terlalu menyukai mu!" balasku

"Ms. Alice, saya tidak bermaksud tidak sopan, tapi suami anda sedikit tidak berperasaan saat berurusan dengan orang bayarannya," ucap Blight menjelaskan, "jadi saya tidak akan mengambil resiko, karena saya masih menyukai pekerjaan saya," ucapnya memberikan tawa ringan

"Baiklah, cepat antarkan aku pulang jadi aku bisa berangkat pergi lagi," ucap ku menyerah

"Yes, mam!" ucapnya santai

Sesampainya aku di rumah, aku sudah terlalu malas untuk keluar lagi, jadi aku tetap tinggal di rumah, menikmati TV yang super besar yang baru saja Kei beli tanpa alasan, beserta surround soundsystem yang luar biasa keren. Rasanya aku seperti sedang menonton film dalam theater hanya saja ini mini dan pribadi. Ini sungguh luar biasa keren! Ini jelas merupakan satu hal yang aku tidak akan komplain padanya untuk dibeli.

Continue Reading

You'll Also Like

2M 163K 36
"Nikah sama anak Tante, hutang-hutang almarhum Ayahmu akan Tante dan suami anggap lunas." Kalimat itu terus terngiang di kepala Elin Nafisah. Selama...
451K 23.3K 29
Tentang romansa di tengah medis.
81.1K 4.8K 38
Bagaimana nasib Jenette ketika bertemu lagi dengan senior dingin dan galak terlebih lagi dia atasannya?! Jenette (23) Baru pulang dari internshipnya...
190K 10.9K 30
"Daripada sama dia, aku lebih baik jadi janda seumur hidup!" Sepenggal kalimat penolakan mutlak yang Rena katakan. Tapi, bagaimana bisa satu bulan ke...