Love Me Not.

By wldstrs

6.2K 479 28

Sebagai pengacara profesional, mengerjakan satu kasus seharusnya menjadi hal yang singkat. Yang harus dilakuk... More

Prolog
1
2
3
4
5
6
Break! Opinion?
7
8
9
10
11
Break! :(
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
37
38
39
Break! Thoughts!
40
41
42
43
44
45
Epilog
Break! Meh \Ω/
Break! Almost :(

36

45 6 1
By wldstrs

Aku tidak menemukan apapun dari Landerson Queen. mungkin memang aku hanya membayangkan sesuatu yang tidak ada dan gambaran di Nice hanya sebuah ilustrasi dari karya imajinasi sang pelukis. Itu satu kemungkinan, kemungkinan lainnya adalah remaja Landerson ini bukan salah satu dari keluarga Queen, ia hanya kebetulan mirip saja dengan anak laki-laki mereka.

Saat aku keluar kamar ku setelah berbicara dengan Calista tentang remaja misterius yang menghantui mimpi ku ini—yang dia juga tidak menemukan apapun dari orang yang ku cari ini—aku keluar dan menemukan kalau Kei tahu apa yang sedang aku lakukan, dia ingin tahu kenapa aku tiba-tiba tertarik dengan bocah dalam lukisan imajinasi di Nice yang aku jawab dengan 'bukan urusan mu'. Tapi Kei tahu kalau aku sering memimpikannya, aku memberitahukannya di depan lukisan besar tersebut, dan dia juga mendengar ku mengigaukan nama Landerson, aku baru saja berbicara dengan Calista menyebutkan namanya. Siapa sebenarnya Landerson sialan itu?!

"Apa kau tahu sesuatu yang aku tidak tahu?" Tanya ku curiga dengan keingintahuannya

"Saat kau tidak bisa menemukan seseorang.." ucap Kei memulai, "..itu mungkin karena ia memang tidak ingin ditemukan," lanjutnya datar

"Jadi kau mengakui kalau bocah di lukisan itu nyata?" Balas ku tertarik

"Mungkin," ucapnya cuek, "dan kalau pun ia memang nyata, kurasa 'bocah' bukan lagi kata yang tepat untuknya," tambahnya mengangkat bahu

"Ya, dia sekarang sudah remaja, 17," balasku otomatis

"Kau berbicara padanya?" tanyanya bingung

"Ya," bicara teknis, dia memang bicara pada ku, tapi bukan aku yang ini.

"Apa dia memberitahu mu kenapa ia ada dalam mimpi mu?" tanyanya ingin tahu

"Kita saling membutuhkan untuk sesuatu, hanya itu yang dia katakan," balasku "tapi dia membahas sedikit tentang tidak membiarkannya mati," lanjutku

Kenapa aku terus menceritakan mimpiku padanya? Itu bukan urusan dia untuk mrngetahui mimpiku, hubungan antara mini diriku dan Lander bukan urusan dia sampai dirinya mulai terlibat dalam mimpi tersebut. Aku harus berhenti memberi tahunya tentang apa isi mimpiku.

**

Hari ini adalah hari ulang tahun Shania dan Brody, tapi tidak satupun dari mereka sepertinya peduli akan ucapan selamat dari ku, aku sudah berusaha menghubungi mereka, tapi tidak diangkat. Aku tidak mau menjadi kakak yang jahat, tapi sepertinya mereka terlalu sibuk dengan urusan mereka, jadi kurasa aku akan melewatkan ucapan selamat secara langsung di tahun ini.

Aku tidak tahu kenapa aku bertanya pada Kei tentang masalah ini, apa mungkin itu karena dia memiliki banyak adik dan dia mengenali kedua adik ku? Atau karena dia satu-satunya orang yang bisa ku temui saat ini? Atau malah sepenuhnya hal lain?

"Apa yang aku lakukan sampai mendapatkan kunjungan spesial dari mu?" ucapnya membukakan pintu kamarnya lalu kembali ke dalam

"Kenapa kau hanya memakai handuk?" pertanyaan bodoh, aku tahu, tapi entah kenapa, setiap saat aku mengunjunginya di kamarnya, seringnya ia sedang hanya menggunakankan handuk. Kebetulan?

"Baru selesai mandi, kau pikir kenapa aku hanya pakai handuk?" balasnya tertawa ringan

"Aku akan kembali nanti," ucap ku ragu

"Aku berjanji tidak akan melepas handuk ku di hadapan mu," ucapnya memberi tahu sambil menatap ku, "sepertinya sangat penting kalau sampai kau datang kepada ku," lanjutnya mengangkat bahu, "apa kau butuh undangan untuk masuk?" tanyanya melihat aku hanya diam di pintu

"Semacam itu," balas ku datar

"Aku mengundang mu untuk masuk ke dalam kamar ku, Ali," ucapnya santai dan aku merasa sungguh canggung dengan situasinya tapi aku tetap saja masuk, "what's up?" ucapnya setelah menutup pintu

Aku mulai membuka pembicaraan dengan hal ringan seperti 'kau punya banyak saudara' lalu dilanjutkan dengan 'kira-kira kenapa mereka tidak mau mengangkat telepon mu'. Mungkin bagi Kei itu adalah hal yang lucu aku merasa terganggu dengan situasi ku dengan adik-adik ku ini, karena ia hanya tertawa, bukan memberiku jawaban. Sungguh, aku tidak suka ditertawai, terutama oleh Kei. Tapi aku tidak akan berderap keluar seperti yang biasa aku lakukan, aku akan bertahan dan mendapat jawaban darinya, walaupun aku juga harus melihat otot-ototnya bergerak sungguh menggoda hanya untuk memakai pakaian di saat yang sama.

"Kenapa kau sungguh khawatir dengan hal itu?" ucap Kei melihat diriku yang hanya cemberut

"Mereka selalu menjawab telepon ku!" balasku ketus, "apalagi sekarang ulang tahun mereka," lanjutku membuang nafas lelah

"Oh, selamat ulang tahun untuk adik mu!" ucapnya semangat, "mungkin itu bukan apa-apa, mereka diijinkan untuk sibuk kau tahu," lanjutnya normal

"Ini hari sabtu malam di jakarta" ucap ku memberitahunya

"Tidak kah kau memiliki kegiatan di hari libur saat kau kuliah dulu?" ucapnya memberi jawaban, "mungkin mereka mencari uang tambahan, atau sedang kencan," lanjutnya, "tenang saja, mereka pasti punya alasan yang baik untuk tidak menjawab telepon mu," tambahnya santai

"Apa kau melamar pekerjaan atau sesuatu? Kenapa kau selalu berpakaian rapih dan keluar pagi?" tanya ku saat melihat Kei berpakaian rapih

"Seperti yang kau katakan, ini hari sabtu, dan ya, mungkin aku memang melamar pekerjaan, siapa yang tahu?" balasnya tersenyum santai

"Buat apa? Tidakkah pendapatan mu sudah banyak?" ucapku sinis

"Aku harus menggunakan otak ku untuk sesuatu," balasnya mengangkat bahu

"Siapa yang mau mepekerjakan mu?" Tanyaku ingin tahu dan sedikit tidak percaya

"Kau akan terkejut kalau tahu banyak yang ingin mempekerjakan ku," balasnya tertawa seolah ia tahu sesuatu yang aku tidak tahu

"Kenapa banyak orang ingin mempekerjakan mu?" cecar ku, "kau atlet football, bukan pekerja kantoran," ucapku masih tidak percaya

"Percaya apapun yang ingin kau percaya," ucapnya, "tapi saat ini aku sudah terlambat. Sampai nanti, Ali. Silahkan keluar kapan pun kau mau dari kamar ku," ucapnya langsung berjalan keluar dan pergi

Terlambat untuk apa? Ini hari sabtu, pekerjaan apa yang menggunakan hari libur untuk tetap bekerja dan dimulai di jam kantor normal?

Setelah 3 jam berlalu, aku menyadari tanpa Kei di rumah, rumah ini terasa sangat sepi dan membosankan. Ku akui kalau Kei ini memang penggembira suasana, selalu saja ada yang ia lakukan yang membuat rumah ini terasa hidup, tanpa dia, rumah ini terasa mati. Jadi sejak Kei pergi dan aku tidak memiliki apapun untuk ku lakukan, mengapa aku tidak ikut keluar saja? Ada banyak tempat untuk di kunjungi di luar sana.

Aku melihat mobil apa yang Kei bawa hari ini, tapi ternyata aku melihat semua keempat kuncinya masih lengkap di gantungan kunci, jadi seseorang menjemputnya. Aku penasaran apa seorang wanita yang menjemputnya, bukan berarti aku cemburu, hanya penasaran.

**

Sudah lama aku tidak membelanjakan uang ku untuk hal tidak berguna yang menyenangkan diri sendiri, karena itu aku memilih untuk melakukan ini, tapi seperti selalu, rencana ku selalu saja dikacaukan. Jadi ceritanya aku sedang menikmati perawatan pijat spa paket lengkap, lalu aku mendengar HP ku bergetar, dan secara otomatis, aku sudah tahu siapa yang selalu mengacaukan hari ku bahkan tanpa membaca caller IDnya

"Apa mau mu?" angkat ku kesal

"Apa ada kemungkinan kau akan melakukan sesuatu jika aku memohon?" tanyanya terdengar jauh, seperti aku sedang di speaker

"Tergantung apa permohonan mu," balasku meminta sang pemijat berhenti sesaat

"Kalau aku memohon untuk mu pergi menjadi kencan ku ke sebuah pesta malam ini, akan kah kau lakukan?" balasnya

"Kenapa kau tidak pergi sendiri?" tanya ku malas

"Ini bukan jenis pesta yang boleh membawa siapapun sebagai kencan," balas Kei, "dengar, kau tahu aku, sekalipun kau menolak, aku akan memaksa mu untuk menjawab ya, jadi bagaimana kalau kita percepat saja dengan kau menjawab ya?" lanjutnya. Kurasa Kei tidak tahu apa arti memohon, huh?

"Baiklah, aku akan pergi," putus ku menyerah, tidak rugi, aku memiliki banyak waktu kosong saat ini

"Luar biasa, Blight sudah ada di luar menunggu mu, aku sudah membawa mobil yang kau pakai pergi. Sampai nanti," dan tanpa sepatah kata lain, ia mematikan sambungan. Selalu saja aku terperdaya oleh triknya!

Sejak aku membayar mahal untuk perawatan ini, aku tidak akan meninggalkannya tanpa menyelesaikan seluruh pelayanannya terlebih dahulu, dan bahkan setelah aku selesai pun, aku tidak ingin cepat-cepat keluar, aku ingin tetap bersantai-santai selama mungkin, tapi sayangnya aku sudah setuju untuk datang bersama Kei ke pesta yang aku lupa tanya untuk apa dan terlalu malas menelpon balik untuk hanya bertanya itu. Tunggu, bagaimana tepatnya ia bisa tahu lokasi ku? Kenapa aku merasa seperti ia seorang ayah yang overprotective dengan anaknya? Dia tidak jauh lebih tua dari ku! Sungguh rasanya aku tinggal dengan security.

Di luar aku melihat Blight dengan jas hitam resmi sudah menunggu, ia melepas kacamatanya saat melihat aku berjalan keluar. Wow, aku merasa seperti nyonya-nyonya borjuis Beverly Hills, dengan supir dan segala macamnya. Ia menyapa ku lalu membuka pintu belakang mobil untuk ku masuk, aku tersenyum, berterima kasih dan masuk ke dalam. Blight berkata kalau kita akan mampir ke suatu tempat sebelum kita ke tempat yang lain, tempat yang kita tuju sebenarnya. Aku sudah tidak lagi bertanya, Kei dengan rahasianya, tidak perlu lagi ditanyakan.

Kita berhenti di sebuah rumah yang tidak begitu mewah kalau dilihat sekilas, tapi kalau dilihat benar-benar, kau akan melihat rumah ini sebagai lain dari rumah biasa-biasa saja. Melihat ke pintu depannya, aku melihat Eleanore, tersenyum melihat kedatangan ku. Apa yang terjadi disini? Apa ini tempat tinggal Eleanore?

"Hai, Ali," ucapnya lalu memeluk ku, "senang bertemu dengan mu lagi," lanjutnya setelah melepas ku

"Apa yang aku lakukan disini?" ucapku sedikit bingung dengan situasinya

"Aku akan mengajak mu belanja, kau tahu, bergaul dan sebagainya," ucapnya, "tapi sebelum itu, kita masuk dulu sebentar, kita harus melakukan sesuatu dengan mu," lanjutnya menarik masuk. Apa yang salah dengan ku? "Jangan tersinggung, tapi pakaian mu sangat.. ugh!" tambahnya bergidik.

Aku bisa merasakan sebeneranya ia ingin menambahkan yang lain, tapi ia tetap menutup mulutnya, walaupun begitu, pendapat ku tetap sama, wanita satu ini memang tajam sekali kalau ia memang ingin. Dia benar-benar baru saja baik-baik pada ku dan sekarang ia sudah mengatai ku seperti itu. Sampai saat ini aku masih tidak bisa memutuskan apakah ia menyukai ku atau tidak. Satu detik baik dan ramah lalu detik kemudian tajam seperti silet. Apa benar ia seorang therapist? Sikapnya sangat tidak seperti seseorang yang memiliki pekerjaan untuk membantu seseorang menghadapi masalah mereka.

"Rumah mu menarik," ucapku basa-basi

"Oh, ini hanya hadiah dari ayah Toby karena selingkuh," balasnya santai dan aku tidak bisa menahan tawa ku, "kenapa?"

"Suami mu selingkuh dan ia memberikan mu rumah?"

"Dia pikir aku materialistis," balasnya mengangkat bahu

"Oh," gumamku tidak tahu harus berkata apa, "jadi kau tidak tinggal disini?" Tanyaku masih tidak mengerti

"Aku tinggal disini, hanya tidak menganggapnya sebagai rumah ku saja," balasnya tersenyum

"Maaf, boleh aku bertanya?" ucapku menyadari sesuatu, "apa suami mu dan ayah Toby orang yang sama?" lanjutku

Eleanore tertawa pelan sebelum menjawab, "aku tidak menikah, hon."

"Oh, jadi... lupakan saja" ucapku ragu

"Ali, katakan saja apa yang mau kau katakan," ucapnya santai. Oh, keluarga Kei memang berisi orang-orang bermasalah, "jika kau ingin menanyakan apa aku bercerai atau masih bersama Hendrik, jawaban keduanya tidak."

"Kau membingungkan ku" gumam ku menggeleng

"Tentu saja kau merasa seperti itu," ucap Eleanore memutar matanya

Eleanore meminjamkan ku sebuah dress yang cukup santai untuk jalan-jalan sore, tapi sangat jauh diluar selera normal ku. Dari pembicaraan sebelumnya, aku sadar kalau sebaiknya aku menerima apa yang ia perintahkan kecuali aku ingin mendapatkan sindiran menusuk lainnya, aku tidak akan mengorbankan diriku seperti itu.

Beberapa menit kemudian, kita sampai di tujuan, Eleanore mengajak ku ke sebuah butik gaun-gaun elegant, semua gaun disini tidak seperti gaun-gaun yang biasa Mia beli, dan juga disini, harga gaunnya 2x lipat dari harga gaun yang biasa Mia beli, aku tidak yakin ingin menggunakan uang ku untuk sebuah gaun yang ku yakin jarang sekali dipakai. Kenapa ia membawa ku ke tempat ini?

"Coba yang ini," ucap Eleanore menyodorkan sebuah gaun

"Ukurannya terlalu kecil" ucapku melihat tag yang tertulis 'size 4'

"Baju yang kau pakai saat ini kau kira ukuran berapa?" ucapnya kembali mendorong gaun ke arah ku.

Aku membawa gaun panjang itu menuju kamar pas, aku masih tidak yakin aku bisa cukup di dalam gaun ini. Kenapa ia memaksa ku? Tolong katakan aku tidak harus membeli gaun ini, masih banyak gaun lain yang bisa aku beli.

"Kenapa lama sekali?" panggil Eleanore terdengar bosan

"Tidak semudah itu saat gaun yang kau coba 1 ukuran terlalu kecil!" ucapku masih berusaha menutup retsletingnya

Tidak sampai 1 detik berlalu, tiba-tiba korden pembatasnya tersibak terbuka dan Eleanore berdiri disana. Kenapa ia melakukan itu?! Argh!

"Perfect!" ucap Eleanore setelah menutup resleting dengan 1 gerakan cepat, "dia ambil yang ini," ucapnya berbalik kepada sang pelayan tokonya

"Uh, kupikir tidak," ucapku cepat

"Apa yang kau bicarakan? Tentu saja iya, jangan konyol kau, Ali!" ucapnya galak

"Aku tidak akan membayar gaun ini, Eleanore," balas ku berbisik

"Siapa yang bilang kau akan membayar gaun itu?" ucap Eleanore tertawa pelan

"Lalu siapa yang akan membayarnya?" Tanyaku bingung

"Suami mu tentu saja, siapa lagi?" balasnya mengangkat bahu lalu menyerahkan sebuah kartu pada sang kasir

"Kei membayar gaun ini?" ucapku tak percaya dan Eleanore mengangguk yakin

Eleanore membantuku keluar dari gaun ini lalu membiarkan ku kembali ke pakaian ku sebelumnya. Setelah dari butik ini, wanita itu membawa ku ke sebuah salon. Pesta apa tepatnya yang akan ku datangi ini? Perasaan rumit sekali persiapannya, aku tidak butuh salon untuk menata rambut ku dan jelas sekali aku tidak butuh gaun baru.

Dibutuhkan hampir 3/4 jam untuk sang stylist menata rambutku—kau tahu, mereka membiarkan ku mandi di sini sebelum mereka menata rambutku—tatanan rambut ku membuatku merasa seperti seorang gadis remaja yang hendak pergi ke prom SMAnya, sang stylist dengan senang hati menata rambut ku dengan manis setelah Eleanore memberikannya arahan lalu menghilang entah kemana. Setelah rambut ku selesai tertata, sang stylist digantikan dengan seorang wanita mungil yang membawa kotak make up. Sekarang aku benar-benar merasa seperti seorang gadis yang akan pergi prom, aku melewati semua ini saat prom SMA ku. Ini sangat berlebihan, jujur saja

Setelah semua selesai, stylist tadi kembali untuk memberikan gaun yang Eleanore biarkan tergeletak di kursi sisi ku dan menyuruh ku untuk segera memakainya. Aku merasa sangat manis seperti ini setelah diperhatikan. Dengan bantuan seorang pegawai wanita, aku sudah ada di dalam balutan gaun tadi. Uhh, jangan panggil aku sombong, tapi aku merasa sempurna saat ini, mungkin hampir sempurna, tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, intinya begitu. Hanya tinggal tambah sepatu, aku siap untuk pergi. Well, dimana Eleanore saat ini?

Aku bertanya pada mbak-mbak di meja depan dan ia bilang ia belum melihat Eleanore keluar, jadi ia pasti masih didalam sini. Tapi anehnya aku mendapat jawaban yang berbeda saat aku bertanya pada wanita mungil tadi dan ia berkata kalau Eleanore telah pergi bersama seorang pria. Aku terlantar di sini? Sungguh tidak lucu!

"Ms. Alice,"

"Blight, aku kira kau sudah pergi dengan Eleanore!" ucapku sedikit merasa senang Blight ada disini

"Tentu saja tidak, saya ditugaskan untuk mengantar anda," ucapnya santai. Lalu ia terdiam sesaat dan berdeham, "bukan saya bermaksud lancang, tapi anda terlihat luar biasa dengan gaun itu."

"Thanks, Blight!" balasku tersenyum, "jadi sekarang apa?"

"Sekarang, saya mengantarkan anda ke lokasi," ucapnya ramah

"Okay!" ucapku lalu tersadar aku tidak memiliki sepatu yang tepat "tapi bagaimana dengan sepatu? Apa Eleanore menyiapkan itu juga?" tanya ku pada Blight

"Dalam mobil," ucapnya mengangguk. Oh, syukurlah.

Aku mengikuti Blight kembali ke mobil, di dalam, aku menemukan kardus sepatu, yang berisi barang baru lainnya. Di dalam lemari ku sudah ada banyak sepatu, aku tidak memerlukan sepatu baru lainnya! Ini sungguh membuang uang.

Setelah hampir 30 menit berkendara, Blight memberi tahu ku kalau kita sudah sampai di lokasi. Tempatnya adalah sebuah hotel tidak jauh dari tengah kota, sebenarnya tidak bisa dikatakan hotel, karena tempat ini lebih seperti cottage mewah, atau mungkin bisa juga rumah musim panas orang kaya. Tapi menurut plaquenya ini hotel, jadi ya sudahlah.

Saat turun dari mobil, aku langsung mencari pria yang seharusnya ku temani malam ini, tapi aku tidak melihatnya di manapun. Di mana Kei dan mengapa sepertinya orang-orang memilih untuk menelantarkan ku sedari tadi? Blight juga sudah menghilang dengan mobilnya. Luar biasa. Sekarang aku terlihat seperti si bodoh yang salah tempat.

"Kemacatan memang menyebalkan," bisik Kei dari belakang, menaruh tangannya di pinggang ku, untung saja aku tidak mudah geli

"Ku kira aku harus mendatangi pesta yang tak mengundang ku sendirian," balas ku sarkastik masih memunggunginya

"Kau terlihat seksi, omong-omong," ucapnya jahil lalu berjalan ke sisi ku

"Kakak mu memilihkan ku gaun seukuran lebih kecil," balas ku menyalahkan baju yang terlalu ketat dan berbelahan yang terlalu tinggi

"Aku tak keberatan," ucapnya menarik belahan rok ku

"Hei!" sahut ku memukul tangannya, "haruskah kita masuk atau sesuatu?" ucapku kembali normal

"Tentu saja," balasnya

"Omong-omong, ini pesta apa?" ucapku sambil berjalan

"Pernikahan," ucapnya datar

"Kau seharusnya mengatakan itu sebelum mengajak ku!" ucapku menarik lengan Kei.

Aku tidak begitu suka acara pernikahan, mereka hanya tipuan, semua ini, akan terasa hanya seperti mimpi yang tidak pernah terjadi di dunia nyata pada 10-20 tahun dari sekarang. Atau mungkin aku merasa begitu hanya karena aku iri belum pernah menjalaninya untuk diri ku sendiri, bisa jadi.

"Kau punya masalah mendatangi pernikahan?" tanya Kei bingung, "jangan katakan kau adalah pesimis yang membenci melihat orang bahagia!" lanjutnya

"Tentu saja tidak! Lupakan aku mengatakan apapun."

Ku akui, aku salah menilai, pesta pernikahan ini tidak begitu buruk, aku menyaksikan kedua mempelai mengucapkan janji mereka, dan itu sungguh manis. Aku memperhatikan wajah mereka, yang wanita sangat cantik dan yang pria sungguh tampan. Kapan aku bisa di posisi bahagia itu? Maksud ku benar-benar secara 100% sadar dan tidak mabuk sama sekali seperti di Gibraltar. Kapan hari itu akan terjadi? Saat ini saja tidak bisa selesai dengan damai urusan pernikahan ku dengan Kei.

Setelah mengucapkan janji mereka, acara langsung dilanjutkan dengan pesta mewah yang benar-benar meriah. Setelah pesta dimulai, aku baru tahu kalau ternyata ini pesta pernikahan teman se-team Kei, mereka juga memberi tahu ku kalau Kei sebelumnya ditawarkan untuk menjadi best man, tapi entah untuk alasan apa, ia menolak. Itu tidak terlalu menyakitkan hati sejak si pihak pria memiliki banyak saudara dalam team, kau tahu bagaimana mereka yang ada dalam team, menganggap setiap anggota sebagai saudara.

Saat waktunya dansa publik, Kei mengajak ku untuk ikut serta, tapi aku berbohong dengan berkata aku tidak bisa berdansa sama sekali. Kei tersenyum entah untuk apa dan berjalan pergi mengajak seseorang untuk berdansa dengannya. Lalu beberapa detik kemudian, aku melihat Eleanore bergabung di pesta mewah ini dengan anggunnya. Wow! Eleanore adalah wanita yang sangat menarik, kenapa tidak ada pria yang mempesonanya dan menikahinya? Aku melihatnya mendekati seorang pria, berbisik padanya, memberikan senyum, lalu berjalan pergi dengan pria itu. Apa dia akan segera mendapatkannya? Kau tahu apa yang aku bicarakan, bukan? Aku tahu kau mengerti, jangan berbohong.

Kei kembali duduk di kursi sisi ku, menyesap cairan keemasan sambil menatap ku santai.

"Apa?" ucap ku datar dan balas menatap

"Tidak ada," ucapnya membuang muka

"Beritahu aku!" cecar ku penasaran

"Kau harus belajar berdansa, kau tinggal di Amerika," ucapnya ringan

"Mungkin nanti," ucapku mengangkat bahu

"Sangat tidak biasa kau tidak menjarah makanan," ucapnya mengubah topik

"Malas berdiri," balasku datar, "kalau kau mau ambilkan silahkan," lanjutku

"Okay, tapi kau harus habiskan," ucapnya mengingatkan, "semua."

"Tidak jadi, terima kasih," tolak ku.

Aku tidak ingin menghabiskan apapun yang Kei taruh di piring ku, dimana akan ada kemungkinan ia memilih makan yang aku sama sekali tidak suka, kadang aku bisa jadi sangat pemilih saat makan terlibat, kau tahu.

"Well, aku akan mengambil makan, kalau kau berubah pikiran, kau tahu dimana meja prasmanannya," ucapnya kembali berdiri meninggalkan ku

Aku melihat seseorang membawa pudding dalam mangkuk, dan itu sungguh menggoda, aku juga ingin, sekarang aku hanya harus menemukan meja yang menyajikan pudding tersebut. Tepat saat aku akan berdiri untuk mencari pudding, mangkuk berisi pudding tersodor di hadapan ku. Uh, aku sungguh penasaran apa ia memang benar-benar bisa membaca pikiran. Tapi bisa juga ia pengamat yang baik, aku sangat jelas menunjukan aku menginginkan pudding sesaat aku melihatnya di mangkuk seorang tamu. Omong-omong, ini pudding yang sangat membuat ketagihan, teksturnya mengingatkan ku akan masa kecil dan pudding buatan ibuku. Oh, aku merindukan pudding ibu ku, dan untungnya ini benar-benar mengobati kerinduan konyolku

Saat pesta selesai, seseorang memberi tahu ku kalau alasan Tamara, sang mempelai wanita, terlihat begitu bersinar hari ini adalah karena perutnya sudah isi, tentu saja aku tidak percaya itu, bukan kah semua orang terlihat bersinar di hari pernikahannya?

Pesta berlangsung semakin malam, aku tak tahan lagi berada didalam gaun ini, aku ingin langsung saja membuka resleting sampai cukup lebar untuk ku bernafas lega. Sungguh sangat tidak nyaman memakai baju yang terlalu kecil, mungkin aku akan kembali ke toko tadi dan menukar ukuran kalau diperbolehkan. Ugh, aku tidak sabar untuk bisa keluar dari gaun mengikat ini

Saat akhirnya kita kembali sampai di rumah, aku melihat seseorang berjalan di kegelapan dan seseorang lainnya di dalam rumah. Apa kita memiliki menerobos lainnya?

"Kei, ku rasa kita memiliki penyelundup di dalam rumah," gumamku datar

"Mereka bukan penyelundup, hanya Blight dan Martin," balas Kei menutup pintu mobil

"Siapa Martin?" tanya ku bingung

"Agent ku," balasnya membuka pintu ke dalam rumah

"Oh," gumam ku dan berjalan masuk santai

Lalu aku melihat seorang wanita yang berpakaian sangat chic dan aku tahu benar siapa dia. Dia adalah orang yang sama dengan yang menceritakan Kei pada ku untuk pertama kalinya, Sarah.

"You, whore!" ucap ku tertawa

"Bitch!" balasnya semangat sambil menarik ku ke dalam pelukannya

"Kalian saling kenal?" tanya Kei menyela bingung

"Yeah," balas Sarah merangkul ku, "kita sama-sama di kelas hukum."

"Sejak kapan nama mu jadi Martin?" Tanyaku ingin tahu

"Sejak aku menikah dengan Trevor Martin," ucapnya menunjukan jari manisnya

"Kau tidak mengundang ku! Ku kira kita teman!" ucapku sedikit kecewa

"Well, seperti yang kau tahu, aku sedikit menghilang ditelan bumi saat itu," balasnya santai, "lagipula kau juga tidak mengundang ku ke pernikahan mu, jadi kita impas," lanjutnya dengan nada khas Sarah, "how's slut?" tanyanya tertarik

"Slut siapa?" Kurasa sesuatu yang penting ingin Kei bicarakan dengan Sarah sampai rela mendengarkan ocehan para wanita

"Mia," balas aku dan Sarah bersamaan menatap Kei

"Dia mengencani bos ku dan sahabat pria satu ini," jelas ku menjawab pertanyaan Sarah sebelumnya sambil menujuk Kei, "ku rasa mereka sangat serius."

"Sangat baik untuknya," puji Sarah, "anyway, sangat senang bisa bertemu dengan mu lagi, Ali!" lanjutnya kembali memberiku pelukan erat, "sekarang ada tugas yang harus aku lakukan," tambahnya setelah melepas ku dan menghadap Kei sambil berkata, "you're in big trouble, big boy!" yang aku anggap sebagai tanda untuk ku pergi dari sekitar mereka

Continue Reading

You'll Also Like

50.8K 5.3K 25
Jeon Jungkook dan Lee Jieun adalah sepasang kekasih yang sangat berbeda. Lee Jieun si bidadari dari Fakultas kedokteran yang berhati baik, cantik da...
225K 10.9K 33
Ayunda Ixora Pratama, seorang wanita ambisius yang sangat ingin menjadi profesor di usia muda. Apa pun akan dia lakukan untuk mendapatkan impiannya...
7.1K 797 44
Kolaborasi dengan @mbok_dee. Bercerita tentang dua gadis, kakak beradik yang terpisah karena suatu keadaan. Mereka saling mencari, tapi ternyata mere...
6.7K 903 47
Gea tak menyangka, cowok tengil yang dulu membully tubuh gemoynya saat SMA sekarang malah jadi bosnya! Gara Putra Mahesa, bocah resek yang sudah bert...