Love Me Not.

By wldstrs

6.2K 479 28

Sebagai pengacara profesional, mengerjakan satu kasus seharusnya menjadi hal yang singkat. Yang harus dilakuk... More

Prolog
1
2
3
4
5
6
Break! Opinion?
7
8
9
10
11
Break! :(
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
Break! Thoughts!
40
41
42
43
44
45
Epilog
Break! Meh \Ω/
Break! Almost :(

25

54 7 0
By wldstrs

Ah, aku sudah merasa lebih baik sesaat roda pesawat menyentuh landasan Soekarno-Hatta. Aku merindukan udara tropis Indonesia yang terlalu panas, walaupun belum terlalu lama yang lalu aku membencinya. Sejak aku tidak membawa bagasi besar, aku bisa membawanya ke kabin yang artinya sesaat setelah mendarat sempurna aku langsung bisa pergi tanpa menunggu.

Aku mendatangi taksi bluebird pertama yang ku lihat, menaikinya dan langsung memerintahkan sang supir untuk membawa ku ke tujuan ku, apartemen orang tua ku. Aku tak sabar untuk segara bertemu dengan mereka, teman-teman lama ku juga.

"Ali?" seseorang memanggil ku saat aku sedang menunggu lift

"Oh, hi!" balasku setelah berbalik.

Wajahnya familiar, aku tahu aku mengenalnya, mungkin teman SMA?

"Jangan katakan kau lupa..." ucapnya tersenyum dan aku hanya tersenyum balik, karena dia benar, "kita dulu satu SMA, ingat? Ian?"

"Ya, tentu, hanya takut salah saja," balasku tertawa pelan, "apa kau tinggal disini?"

"Apa aku akan berpenampilan seperti ini jika aku tidak tinggal disini?" ucapnya menunjuk kaos dan celana pendek rumahnya, dan di tangannya juga terlihat membawa amplop-amplop dari kotak pos

"Benar, pertanyaan bodoh," balasku tertawa, lalu lift terbuka, "lantai?"

"7, thanks," ucapnya

"Jadi, apa pekerjaan mu, Ian?" ucap ku basa-basi

"Aku jurnalis, cenderung ke politik," balasnya, "dan kau adalah pengacara besar, terakhir ku dengar gosipnya," lanjutnya mengembalikan topik ke arah ku

"Tidak besar juga, standar," ucap ku tertawa pelan

"Ah, kurasa tidak," balasnya mengangkat bahunya, "oh, apa kau datang untuk reuni?" ucapnya setelah hening sesaat

"Tidak," aku menggeleng, "apa akan ada reuni?" sungguh aku sudah tidak memantau website sekolah ku atau social media, aku terlalu malas

"Ya, 2 hari lagi di hotel Kempinski, di Bali Room, kau harus datang, aku dengar hampir semua angkatan kita akan hadir di sana!" ucapnya semangat dan pintu lift membuka, "sampai jumpa di sana, Ali!"

Jadi ada reuni, betapa beruntungnya diriku bisa sampai disini tepat 2 hari sebelum acaranya. Huh, 10 tahun sudah berlalu, sangat tidak terasa cepatnya.

Hei, apa aku sudah mengatakan orang tuaku pindah apartemen? Ya, mereka pindah, ke apartemen yang lebih luas. Aku tidak tahu kenapa mereka melakukan itu padahal semua anak-anaknya sudah tumbuh dewasa dan akan segera pindah keluar rumah.

Sesaat aku membuka pintunya, pikiran pertama ku adalah 'what the heck?!' tidak hanya ini 2 kali lebih luas dari yang sebelumnya, yang ini juga terlihat mahal. Kenapa orang tua ku pindah ke sini?

"Bunda?" panggil ku

"Dia tidak disini!" ucap Brody menyahut

"Kau masih tinggal di sini?" ucap ku sedikit menyindir

"Di mana seharusnya aku tinggal?" balasnya

"Kos-kosan? Kau hampir 19!" ucapku mengkritik

"Ya, 19, bukan 26," balasnya

"Hei, aku sudah tinggal sendiri ya, aku hanya berkunjung," balasku mengelak "di mana bunda?"

"Hello, sekarang hari senin, pikir saja dimana dia, kak."

"Kenapa kau tidak di kampus kalau begitu?" cecar ku

"Libur," dia berbohong, saat tengah semester mana mungkin libur?

"Shania di mana kalau begitu?" tanya ku curiga

"Kak, ini bukan SMP, beda jurusan ya beda jadwal," balasnya malas

"Fine. Terserah," ucapku menyerah dan pergi untuk melihat-lihat semua ruangan apartemen

Memang kalau dibandingkan dengan apartemen Kei, ini tidak ada apa-apanya, tapi tetap saja ini terlihat terlalu mahal untuk standar keluarga ku yang tidak bisa dibilang kaya raya. Balkon keren, kedua kamar mandinya dengan bathtub, 3 kamar yang cukup luas, dan dapur yang keren. Apa ayahku mendapatkan naik gaji drastis atau promosi besar? Apa-apaan ini?

Saat ibuku pulang sore itu, hal pertama yang ku lakukan adalah bertanya ada apa dengan perubahan apartemen secara drastis ini, dan jawaban ibuku adalah mereka mendapat rezeki tambahan dan sudah saatnya mereka pindah ketempat yang lebih besar. Okay, itu bagus kan? Aku yakin rezeki yang ibu ku maksud didapatkan dengan halal, bukan hasil korupsi. Aku percaya ayah ku bersih dan jujur.

**

Aku memutuskan untuk datang ke reuni sekolah. Saat aku sampai di lokasi, aku melihat hall telah dipenuhi oleh teman-teman angkatan ku dulu. Ada beberapa wajah yang masih ku ingat secara jelas, dan ada yang hanya secara samar-samar saja, sayanganya jika mereka tidak memakai name tag aku tidak akan mengetahui nama mereka. Kalau aku boleh jujur, sebenarnya aku hanya datang ke reunian ini karena ingin bertemu dengan teman lama seperti yang ku inginkan sebelumnya, hanya itu. Okay, mungkin juga ingin membuktikan kalau aku berhasil, dan melihat apakah para alumni sudah berubah. Selain itu, aku lebih memilih ke tempat lain dan melakukan sesuatu yang menarik.

Di meja pengambilan nametag, duduklah Farah dan sahabat tak terpisakannya Gwen, mereka bisa dibilang tidak begitu menyukai ku. Jadi saat aku sampai di hadapan mereka, aku sudah siap dengan komen apapun yang mereka akan lontarkan, dan jangan lupa, begitu juga dengan ku.

"Nama?" ucap Farah pura-pura tidak tahu.

10 tahun berlalu, dan ia masih sama, masih sangat menyebalkan. Tidak mungkin ia melupakan ku, tidak saat aku adalah musuh dan target utamanya

"Shakira Alice," balas ku santai

"Oh, kau terlihat berbeda, aku hampir tidak mengenali mu!" ucapnya tersenyum

"Benarkah? Tatapan penghinaan ini sama sekali tidak mengingatkan mu?" ucap ku menunjuk wajah ku, "biar ku coba tatapan ku-pikir-kau-menyebalkan," lanjut ku memberikan tatapan yang kurang lebih sama

"Wow, setelah selama ini, kau masih pecundang tak berkelas, sangat tidak mengejutkan!" ucapnya menyindir

"Oh, kelas jelas sekali masih menjadi acuan utama mu," ucapku melihat kencan yang dibawanya, pria yang jelas hanya mengincar satu hal darinya dan kau tahu apa hal itu.

"Aku terkejut melihat mu datang, Ali," ucapnya memberikan nametag ku

"Oh ya? Aku tahu kau bakal ada disini," ucapku menerima nametag, "jujur padaku, kau telah duduk di sana sejak kelulusan, bukan?" tantangku jahil dan Farah mencoba untuk tertawa dan gagal. Suck it, bitch!

Semakin ke dalam aku berjalan, semakin banyak orang-orang yang ku kenal. Tora, pria yang selalu dalam masalah, sekarang sudah menikah dengan 1 anak, bagus untuknya! Yuta, gadis yang selalu dibully karena berkaca mata dan berdada rata, sekarang berubah menjadi wanita cantik, luar biasa! Dylan, sang artis blasteran yang menjadi pujaan hati setara lebih tinggi sedikit dari Greyr, sekarang masih tetap tampan dan terkenal secara internasional, sayangnya masih patah hati. Jasmine, gadis ramah dengan kesempurnaan hampir seluruhnya, masih tetap sama. Apa aku sudah mengatakan dia juga kebetulan sahabat SMA ku? Dan banyak lagi.

"Alisha!" pekiknya, "aku tidak tahu kau akan datang," lanjutnya "kemari kau, berikan aku pelukan!" ucapnya membuka lebar tangannya

"Wow, sudah lama aku tidak mendengar nama itu!" ucapku sebelum memeluknya

"Apa kau sudah melihat Tina dan Vero?" tanyanya merangkulku

"Aku baru sampai," ucapku santai

"Kalau begitu, mari kita bertemu teman-teman!" ucapnya lalu kurang lebih menyeret ku, "lihat siapa yang memutuskan untuk datang!" ucap Jasmine dari belakang Percy

"Ali!" Tina yang berdiri di sisi Percy langsung menubruk ku, dilanjutkan dengan Vero yang merangkul ku.

"Waktu yang lama," ucap Vero dengan suara dalam khasnya

Aku memiliki teman yang unik, setelah 10 tahun terpisah dengan kehidupan masing-masing, kita semua masih seperti baru berpisah kemarin, dan itu tidak hanya 1 atau 2, kita semua langsung kembali menyambung dan mengobrol dengan mudahnya, seperti kita tidak pernah terpisah oleh tahun dan kontinen. Sangat luar biasa, jelas ini lah yang aku butuhkan.

Suara microphone berdenging mengambil perhatian sebagian orang di ruangan, di atas panggung berdirilah Farah yang berperan sebagai MC reuni, memegang kartu acara sebagai pemandunya. Farah berteriak, "tavolta!" sebagai yel-yel angkatan dan seluruh ruangan menyahut dengan, "ohoy!" untuk membuka acara selanjutnya, tapi sebelum resmi dibuka, Farah dan 'tim'nya menyajikan slideshow photo. Dari mulai yang pindah sekolah, Hanna, Rudi, Okta, sampai yang meninggal terlalu muda, Becca dan Maddie. Aku mengenal mereka berdua, memang tidak begitu dekat, tapi aku cukup mengenalnya, dan kepergian mereka berdua jelas memberikan patah hati yang mendalam pada pacar mereka saat itu. Becca pada Dylan, Maddie pada Reed. Sangat disayangkan, kedua pasangan merupakan pasangan yang sangat manis. Tahulah mereka itu tipe yang membuat mu berkata, 'aw...' setiap melihat mereka berpapasan dengan mu.

Setelah slideshow, dilanjutkan dengan hasil polling ter- ini dan itu. Kembali lagi aku ke masa SMA. Setelah selama ini, aku bingung bagaimana mereka bisa terus terupdate untuk hal ini, karena setahu ku banyak dari alumni yang menghilang dari radar setelah kelulusan.

Seperti biasa, Jasmine dapat tercantik dan Dylan dapat tertampan, Vero terkreatif, Tora terberubah, Kena tersukses, Gia teroutgoing, dan seterusnya. Aku mendapatkan kepribadian terbaik, dari dulu sampai sekarang, aku bahkan tidak tahu kepribadian ku sebaik itu, okay, mungkin dulu, sekarang, aku tidak yakin itu benar.

Saat kukira semua sudah selesai, ternyata masih ada 3 kartegori lain, video terpanas, terlama bertahan, dan termengejutkan. Dari judul kartegorinya, aku sudah menebak pasti berhubungan dengan sex tape. Aku bahkan tidak tahu hal ini dimasukan dalam kartegori polling. Di 2 Video pertama aku hanya bisa menahan mulut ku untuk tidak jatuh terbuka, mereka menayangkan video perkiraan ku, untungnya tidak terlalu eksplisit, dalam kata lain, banyak sekali sensornya tentu saja. Tapi pada video terakhir, aku tidak bisa mengatakan apapun selain menatap tidak percaya. Mereka benar untuk menaruhnya di kartegori termengejutkan. Koridor hotel, kamera security, mabuk, pulau eksotis. Kurasa kau sudah tahu video apa yang ku bicarakan bukan? Ah, seseorang akan ada yang dituntut kalau ini menyebar, untungnya ada yang cukup berbaik hati untuk mematikan projectornya sebelum terlambat. Videonya masih pada bagian awal, jadi aman kau siapapun yang mendapatkan video ini, karena pihak yang akan menuntut masih belum dikenali publik. Sedikit petunjuk, pihak penuntut, bukan pihak wanita.

Setelah acara semi-formal seperti ini, biasanya akan ada lanjutan acara non-formalnya. Aku sungguh yakin seseorang pasti telah membuat sebuah after party dengan lebih banyak alkohol dan musik yang lebih hip, dan seperti biasa, aku sudah menebak Gia adalah orangnya. Saat di SMA waktu dulu, kalau kau datang pada pesta rumahan, pasti Gia entah bagaimana terlibat di dalamnya. Dan malam ini, pesta tersebut diadakan di SKYE, jika kau tahu tempatnya, kau bisa membayangkannya.

Para alumni beruang menyumbangkan uang mereka untuk memblok seluruh lantai SKYE untuk after party kita. Mengubah seluruh ruangan menjadi menyerupai club, kursi yang biasanya diletakan simetris memenuhi ruangan kali ini dibersihkan dan disisakan hanya di pingiran ruangan. Wow, tidak menyangka kalau ternyata di kota asal ku pun aku dikelilingi oleh orang-orang yang berjenis sama dengan di Connecticut. Sekarang aku bisa mengerti bagaimana aku bisa berakhir di situasi kehidupan ku saat ini.

Sejak ini adalah open bar, sungguh disayangkan jika tidak dimanfaatkan, semua minuman free untuk kita semua. Aku penasaran siapa benefactor baik hati kita malam ini? Pasti seseorang yang cukup beruang, sukses, dan high profile. Hmm, aku harus berteman dengannya, kadang memiliki koneksi di tempat yang tinggi itu sangat menguntungkan.

"Siapa yang membayar untuk semua ini?" tanya ku pada bartender

"Banyak nama," balasnya, "apa pesanan mu?"

"Bourbon," balasku

"Kau yakin?" tanyanya menatap ku tak yakin

"Sejak kapan bartender bertanya hal itu pada pelanggan?" balasku bingung dan ia hanya tertawa, lalu menuangkan pesanan ku. Tapi sebelum aku bahkan bisa menyentuhnya, seseorang sudah merampas minumaku, "hey! Itu milik ku!" pekik ku kearah siapapun yang meminum bourbon ku

"Pesan lagi," ucapnya meletakan gelasnya kembali di meja, dan aku menemukan Xavier adalah orangnya, nomer 4 di daftar tampan alumni angkatan ku, dan mungkin juga benefactor malam ini.

"Tidak bisa," ucapku kesal

"Kenapa?" tanyanya bingung

"Karena kau baru saja meminum bagian ku."

"Perempuan tidak seharusnya minum hard liquor seperti bourbon," ucapnya menyeringai

"Kau tahu kan aku masih 100% sadar?" ucap ku bosan, karena aku tahu, satu-satunya alasan dia di sini, berbicara pada ku adalah karena video tadi, "Xavi, pergilah menggoda yang lain!" usir ku

"Tidak," ucapnya.

Oh bagaimana aku bisa lupa? Dia dikenal sebagai 'dableg'. Tidak pernah mau mendengarkan, sangat keras kepala. Kenapa aku bahkan mencoba?

"Bourbon dan 6 seloki tequila," ucapku pada bartender

"Oh, ada yang mau berpesta!" goda Xavier

Aku menoleh padanya, memberikannya tatapan datar, "tidak, aku mau menghabiskan jatah minum ku."

"Kau aneh," kritiknya, "tapi itulah menariknya kau, Shakira Alice."

Argh, mari selesaikan sudah sesi digoda oleh playboy satu ini. "3 untuk mu," ucapku menggeser 3 seloki ke arah Xavier

"Thanks!" ucapnya menegak ketiganya berturut-turut.

42 jam jarak jauhnya, dan tetap saja ku masih menemukan replika tidak kembarnya Kei disini. Tidak bisakah ia meningalkan ku sendiri?

Saat aku sudah mau pulang, sesuatu mengejutkan ku, okay, mungkin lebih tepatnya seseorang, mengejutkan ku. Orang itu adalah Gwen. Apakah ia sadar dengan berbicara dengan ku tanpa sahabat sehidup-sematinya disisinya berarti ia menghianati Farah? Apa yang dia mau?

"Ali, aku mau minta maaf tentang video sebelumnya, itu hanya sebuah lelucon," ucapnya cukup keras untuk mengalahkan keriuhan.

Ini lucu, meminta maaf padaku tidak pernah terjadi selama aku mengenal Gwen

"Kenapa kau meminta maaf?" tanya ku bingung, "bukan kah itu semacam hal normal yang kalian lakukan?" lanjut ku tidak bermaksud menyindir

"Ya, tapi aku merasa bersalah," ucapnya tidak menatapku. Apa dia serius? Atau ini hanya semacam trik lainnya?

"Apa kau... bercanda?" ucapku tak percaya padanya

"Aku serius, Ali," Gwen menegakan tubuhnya, "tatap aku dan katakan pada ku apa aku berbohong," ucapnya menatap ku. Tatapan matanya mengatakan dia tidak berbohong.

"Dari mana kau dapat video itu?" tanya ku mengganti topik

"Calista," balasnya cepat, "kau ingat betapa pecandu komputernya dia? Dia menggali semua alumni di sini," lanjutnya sambil melihat sekitar, "yang tentunya tidak gratis," tambahnya pelan

"Calista meminta bayaran?" aku terkejut sekarang ia mengkomersilkan hobinya,  "sungguh tidak sepertinya!" huh, ternyata ada juga yang berubah.

"Itu pekerjaannya," Gwen mengangkat bahunya, "dia semacam IT expert yang memeriksa latar belakang di perusahaan security atau sesuatu," jelasnya

"Dan semua ini menjadi semakin aneh..." gumamku melihat sekitar. Apa ini bahkan orang-orang yang sama? "Apa Greyr datang malam ini?" Tanyaku tiba-tiba

"Dia tidak bisa," balas Gwen, "kau tahu, karena dia..." lanjutnya memutar telunjuknya di sisi kepalanya, mengisayaratkan kata 'gila', "kau tidak tahu?" tanyanya

"Aku dengar rumornya," balasku ringan

"Oh, uh, apa kau mau video mu? Aku bisa memberikannya pada mu," apa aku mau video itu? "Omong-omong, siapa pria di video itu? Kita tidak bisa melihat wajahnya."

"'Kita'?" tanya ku, menurut kan dahi ku, "siapa saja yang sudah menontonnya?" ini sungguh memalukan, bagaimana aku bisa sampai di titik ini?!

"Farah, aku, Calista, Hendrik, dan Toni," ucapnya sambil menghitung dengan jarinya

"Bagaimana kau tau itu aku?"

"Calista dan teknologinya," Gwen mengangkat bahunya cuek

"Kenapa ia tidak melakukan yang sama dengan pria yang bersama ku?"

"Dia tidak pernah menunjukan wajahnya," ucapnya sekali lagi mengangkat bahu, "tapi kita melihat hal lain," lanjutnya menunjuk jari manis

"Oh." Gumam ku singkat, "apa itu alasan kenapa video itu menang kartegori termengejutkan?" aku harus segera menyelesaikan percakapan ini, ini mulai terasa canggung

"Ah, itu lebih tepatnya karena kau adalah 'the saint of all'!" ucapnya tersenyum

"Maaf?"

"Kau tau... kau tidak minum, kau tidak melakukannya? Kau suci dibandingkan dengan kita semua, karena itu sungguh mengejutkan saat kita menemukan video itu! Kau dengan pria menikah, di koridor hotel—"

"Okay, dimengerti!" potongku cepat

"Jadi.. Siapa dia?" tanya mengulang

"Bukan siapa-siapa," aku melakukan ini bukan karena Kei, aku melakukan ini karena aku tidak suka menjadi gosip setelah tahun-tahun berlalu

"Biasanya dia seseorang kalau kau melindunginya," godanya jahil, "kau bisa beritahu aku siapa dia, janji tidak akan menyebarkannya," ucapnya sedikit memaksa

"Kau tidak akan mengenalnya, kau tidak terlihat seperti seseorang yang mengidamkan olahraga," ucap ku masih menggantungkan jawaban

"Jadi dia memang seseorang!" ucapnya bersemangat, "olahraga apa yang kau maksud? Baseball? Sepak bola? Kriket? Berkuda? Polo?—"

"Football, okay? Stop mendikte," ucapku terganggu dan berjalan pergi

"Team apa?" cegahnya menarik lengan ku

"Apa yang kau tau tentang olahraga itu?" Jujur, aku sendiri tidak tahu apapun tentang football, "dan kenapa kau ingin sekali tahu? Tidakkah hasil penggalian Calista menghasilkan sesuatu?" lanjutku

"Selain tempat kerja mu, almamater mu, tempat tinggal mu, dan segala macam data normal seseorang lainnya, tidak ada," jelasnya, "dan aku ingin tahu karena kita membayar lebih untuk sesuatu yang berharga, seperti Dylan, kita membayar lebih untuknya. Tapi kau, kita membayar bahkan lebih banyak!" Gwen mengangguk-angguk, "jadi siapa pria di video itu?"

"Suami ku," balasku datar

Aku bisa melihat Gwen tidak menganggapku serius, karena dia tertawa, dan saat melihat aku tidak merespon dengannya, ia berkata "oh, kau serius! Kau telah menikah? Siapa suami mu?"

"Namanya Kellen, dan dia bukan siapa-siapa," ucapku menjelaskan

"Lalu kenapa kita membayar lebih banyak untuk mu?" tanyanya

"Mana ku tahu?" ucapku mengangkat bahu, "mungkin kau ditipu."

Orang macam apa yang mau membayar untuk sesuatu yang setidak penting itu? Kenapa dia rela membuang uang hanya untuk hal sepele yang sangat tidak berguna? Menggali latar belakang seseorang tanpa alasan yang solid itu tindakan kriminal, begitu juga dengan peretasan. Apa yang terjadi selama 10 tahun dengan para alumni angkatan ku ini? Penculikan alien atau sesuatu? Aku harus mencari Calista, apa dia datang ke after party ini?

Dan jawabannya adalah ya, Calista datang ke sini, dia tidak begitu berubah dari terakhir aku melihatnya 10 tahun lalu. Masih berkulit pucat, terlalu mungil, dan terlihat cerdas. Aku menyapanya segera setelah menemukan batang hidungnya, aku tidak percaya jika ia tidak mengingat ku, aku terlalu diingat untuk dilupakan begitu saja, aku selalu baik padanya saat yang lain membullynya karena dia itu kutu buku. Well, okay, pengakuan dosa, aku tidak sebaik itu juga, ku akui, aku sedikit menggunakannya saat itu.

Dengan sabar, aku mencari tahu apa tepatnya yang ia temukan tentang ku. Untuk beberapa menit awal, ia bersikeras hanya menemukan hal normal seperti yang lain, tapi tak lama kemudian ia kelepasan mengatakan sesuatu yang lain, dan disanalah aku memfokuskan pembicaraan. Calista menemukan banyak tentang ku, terutama tentang kasus-kasusku di komunitas pengacara. Lalu berpindah ke latar belakang, seperti yang Gwen bilang, semua normal, kecuali kolom status pernikahan ku, di sana tertulis belum menikah. Aneh, apa ada semacam kesalahan atau sesuatu? Kenapa bisa di sana tertulis belum menikah, saat aku dan Kei sudah menikah hampir 2 tahun dan petisi perceraian belum diajukan? Jangan katakan kalau selama ini aku sesungguhnya tidak pernah menikah dengan Kei, kalau pernikahan di Gibraltar tidak sah dan semua ini hanya kesalahan sistem. Apa Kei tahu tentang ini?

Mungkin Calista melihat ekspresi ku atau sesuatu, karena tiba-tiba ia mengakui dosa, mengaku kalau ia telah mengubah status ku karena ia tahu betapa aku membenci dijadikan bahan gosip, dan keadaan awal mula pernikahan ku cukup bisa menjadi benih gosip. Dia lalu menunjukan hasil pemeriksaan ku yang sebenarnya dari tabletnya, yang ku lihat ternyata 2 kali lebih banyak dari hasil yang ditunjukan sebelumnya.

Jujur, aku tidak pernah tahu kalau Kei memang secara harfiah mengubah hidupku. Sebelum masa Kei, aku bukan siapa-siapa, hanya seorang wanita lulusan Harvard yang hampir tidak lulus bar exam dan memiliki pengalaman magang di firma hukum besar dan berakhir bekerja secara permanen di sana. Namaku tidak banyak muncul di media, dan kalau memang muncul, hanya di media yang tidak begitu besar dan jarang menjadi perhatian masyarakat umum. Lalu muncul lah kasus Kei. Perbedaannya terlihat jelas, karena setelah aku mulai mengerjakan kasusnya, namaku bermunculan di mana-mana, dan makin besar lagi saat aku pulang dari Gibraltar dengan status yang berbeda. Sejak saat itu, Kei benar, aku selalu mengerjakan kasus yang bisa dikatakan cukup besar. Huh, sungguh tidak bisa dipercaya hidup ku berubah banyak hanya karena seorang pria bernama Kei Ryker.

**

Semalam benar-benar menyenangkan. Setelah aku selesai berbicara dangan Calista, aku membuat perjanjian rahasia dengannya untuk membuatnya menjadi informant rahasia ku sejak aku menemukan ternyata ia tinggal dan bekerja di benua yang sama dengan ku, walaupun memang jauh jarak kita.

Hari ini, adalah hari dimana aku menikmati hari menjadi pengangguran sejak lama tidak menjalaninya. Karena keluarga ku hanya memiliki 3 mobil, dan semuanya sudah dihak miliki, jadi orang tuaku berkorban meminjamkan mobilnya untuk ku pakai, dan sebagai gantinya aku harus mengantar jemput mereka saat diminta. Tidak masalah.

Kemana aku akan pergi hari ini? Apa ada mall yang baru dibuka atau tempat seru yang belum ku kunjungi terakhir kali aku datang? Sepertinya tidak ada yang di daerah sini. Jadi aku membawa mobilku berjalan tanpa tujuan, dan tiba-tiba entah untuk alasan apa, seorang polisi memberhentikan mobil ku. Apa salah ku?

Tentu saja, kalau saat ini aku masih di Connecticut, aku akan baik-baik saja, sayangnya saat ini aku di Jakarta, dan SIM indonesia ku sudah kadaluwarsa sekitar 8 bulan yang lalu dan aku belum sempat memperpanjangnya, aku terlalu malas untuk melakukannya dan merasa itu tidak terlalu penting. Tapi untungnya, terakhir kalinya aku di jakarta, Kei bersikeras untuk memiliki sesuatu yang bernama IDP atau sesuatu agar ia bisa menyetir mobil dan tidak hanya menjadi penumpang, dan untungnya saat itu aku tertarik untuk memilikinya juga—walaupun saat itu SIM ku masih jelas berlaku—jadi sekarang, aku memiliki benda itu untuk membela ku melawan pelanggaran menyetir tanpa SIM valid.

"Siang, pak," ucapku memasang senyum setelah membuka jendela mobil ku

"Bisa lihat SIM dan STNK anda?" tanyanya tegas

"Sebelumnya bisa saya tahu apa salah saya, pak?" ucap ku mengulur waktu karena aku tidak tahu dimana ayah ku menaruh STNK mobil ini

"Anda berada di jalur busway!" ucapnya tegas

"Cukup yakin saya hanya melewatinya saja, pak, tidak menyetir di sana," ucapku santai

"Bisa saya lihat SIM dan STNK anda?" ulang nya sekali lagi

Jujur aku tidak mengerti mengapa bapak polisi ini bersikap sangat kaku. Karena sungguh, aku tidak melihat di mana gunanya sikapnya itu dalam menertibkan lalu lintas. Mereka seharusnya bersikap ramah, bukan mengintimidasi. Apa yang tepatnya diajarkan pada mereka di sekolah kepolisian? Intimidasi mereka sampai mereka menyerah dan mengaku salah? Sangat bodoh.

"Sebentar saya cari dulu STNKnya," ucapku setelah membuang nafas malas.

Aku mengecek tempat yang seharusnya sudah ku duga terakhir. Tentu saja ayah ku menaruhnya di gantungan kunci mobil, bodohnya aku! Di mana lagi akan ia taruh? Ini Indonesia, di sini kita tidak menaruhnya di laci mobil seperti aku di US! "STNK," ucapku memberikannya ke polisi

"SIM anda?" ucapnya

"Sabar ya, pak," ucap ku berusaha mengambil SIM dari dalam tas bersamaan dengan IDP ku "SIM," ucapku mengulurkannya ke polisi, "jadi?" ucapku setelah si polisi membaca yang diperlukan

"Anda bersalah karena berjalan di jalur busway," ucapnya "apa anda tahu tentang peraturan itu?"

"Pak, begini ya, saya tidak berjalan di jalur transjakarta, saya hanya melewati sesaat untuk mengambil jalur yang saya tuju, dan kalau itu tidak boleh, apa yang harus saya lakukan? Terbang?" jelas ku menahan nada sarkastik, "itu pertama. Kedua, jalur yang saya lewati garisnya putus-putus, pak," lanjut ku, "saya pikir saya tidak salah, pak, jangan curang seperti itu, bukan keadilan kalau begitu caranya."

"Bagaimana kalau SIM anda saya tahan?" tantangnya sambil mengembalikan STNK

"Aduh, bapak, sudah berikan saya slip tilang merah saja," ucap ku ketus, "terlalu lama dan sudah jelas berdamai bukan pilihan."

Ah, baru beberapa hari aku sudah kena tilang, polisi sialan. Kenapa harus ada hal seperti ini? Ada-ada saja, aku sangat yakin aku tidak memiliki salah apapun, jalanannya itu bergaris putus-putus. Kurasa aku akan menyimpan pembelaan ku untuk nanti di pengadilan. Saat ini, aku akan pulang saja, polisi menghancurkan mood ku hari ini.

Brody berpikir aku bodoh karena memilih tilang daripada berdamai, begitu juga Shania. Tapi ibuku setuju dengan keputusanku, dia mengatakan polisi tidak diatas hukum, jangan takut ditilang, karena belum tentu kita memang bersalah. Ayah ku tidak memiliki pendapat apapun tentang kejadian hari ini, ia hanya diam menahan tawa saat aku memberitahunya aku ditilang karena melindas jalur transjakarta.

Continue Reading

You'll Also Like

232K 41.9K 40
Bagi Padaka Upih Maheswari, jatuh cinta pada pandangan pertama sangat mungkin terjadi termasuk ke pria kewarganegaraan Daher Reu yang sering wara-wir...
6.7K 903 47
Gea tak menyangka, cowok tengil yang dulu membully tubuh gemoynya saat SMA sekarang malah jadi bosnya! Gara Putra Mahesa, bocah resek yang sudah bert...
289K 24.8K 28
Kisah Orion Darmawangsa, series kedua dari "Boys Love". Dokter tampan Spesialis Jantung yang tiba-tiba menikah karena harus bertanggungjawab atas per...
7.1K 797 44
Kolaborasi dengan @mbok_dee. Bercerita tentang dua gadis, kakak beradik yang terpisah karena suatu keadaan. Mereka saling mencari, tapi ternyata mere...