Love Me Not.

Door wldstrs

6.5K 484 28

Sebagai pengacara profesional, mengerjakan satu kasus seharusnya menjadi hal yang singkat. Yang harus dilakuk... Meer

Prolog
1
2
3
4
5
6
Break! Opinion?
7
8
9
10
11
Break! :(
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
Break! Thoughts!
40
41
42
43
44
45
Epilog
Break! Meh \Ω/
Break! Almost :(

24

40 7 0
Door wldstrs

Akhir-akhir ini, aku menemukan diri ku sering melamun, banyak pikiran menghantui diri ku dan aku tidak tahu apa yang harus kulakukan dengannya. 4 tahun lagi aku akan menginjak usia berkepala 3, dan saat ini aku masih belum menemukan seorang pun untuk menjadi pendamping hidup ku. Aku memang memiliki Kei, tapi dia jelas bukanlah pria yang tepat untuk posisi itu, aku tidak pernah memimpikan hal itu pernah terjadi dengan Kei dan aku, dia terlalu.. bagaimana ya menjelaskannya, bebas dan terlalu banyak masa lalunya. Aku tidak bilang aku mencari seseorang yang masih perjaka atau sesuatu, tapi Kei memiliki angka yang banyak, terlalu banyak, dan bagiku itu hanya menunjukan satu hal, dia tidak bisa berkomitmen, dan aku tidak ingin menghabiskan sisa hidup ku dengan seseorang yang seperti itu. Itulah alasan ku mengapa aku membutuhkan perceraian ini dengan sangat, aku ingin menjalani hidupku dan menemukan masa depan yang menjanjikan, bukan hanya status seperti yang aku jalani saat ini dengan Kei.

Aku tidak pernah membicarakan apapun yang menyangkut hal ini pada siapapun, aku rasa aku tidak suka mengumbar-umbarkan kehidupan cinta ku pada orang lain. Tapi pada akhirnya, aku menyadari sepertinya aku akan gila kalau aku terus menyimpan hal ini untuk diriku sendiri, aku membutuhkan pendapat kedua, dan aku tidak ingin pendapat ini datang dari seseorang yang mengenalku, aku ingin pendapat murni. Sepertinya aku harus mulai mencoba menggunakan psikolog. Ibuku sering membantu orang-orang seperti ku saat ini, jadi aku tahu mereka bisa membantu dalam hal ini, aku hanya harus menemukan psikolog yang dapat dipercaya.

Untuk beberapa hari, aku mencoba mencari yang terbaik di kota. Aku tidak akan pergi ke kota lain hanya untuk itu. Karena menurut ku, jika dibutuhkan terlalu banyak usaha, itu berarti dia tidak sepadan. Hari ini aku akhirnya menemukannya, dia memiliki penghargaan yang cukup membuktikan jasanya, dia juga lulusan sekolah terbaik, aku sudah mengecek keasliannya, dan tentu saja, dengan segala kelebihan ini datanglah biayanya yang juga tidak murah—sejak kapan biaya hal semacam ini murah?—tapi jika itu bisa membantu, mengapa tidak dilakukan? Sungguh, aku lelah dengan semua ini.

Setelah beberapa minggu berlalu, aku tidak bisa menyembunyikan pertemuan rahasiaku ini dari Mia, ia mulai mencurigai aku terlibat semacam sekte makan siang atau sesuatu. Tapi saat itu aku tidak tahu ia bahkan mencurigai ku dan berniat untuk mengikuti ku untuk menemukan tujuan ku. Jadi ia menangkap ku memasuki gedung beberapa blok dari kantor dan semua orang tahu kebanyakan orang datang kesana untuk bertemu dengan psikolog.

Mia berpikir aku depresi dengan pekerjaan ku, tapi ia salah, karena pekerjaan ku sama sekali tidak membuat ku depresi, pekerjaan ku yang menyelamatkan ku dari kedepresian dan psikolog ini hanya sebagai pelengkap. Tapi aku tidak melawannya, karena aku tidak ingin ia tahu masalah ku sebenarnya, aku tidak ingin siapapun tahu tentang ini, karena itu aku memohon padanya dengan sangat untuk tidak memberitahukan siapapun tentang hal ini. Masalah seperti ini bisa membawa ku menuju disbarred dan hal itu adalah hal terakhir yang aku ingin saat ini.

**

Apa aku sudah membahas tentang bagaimana Kei menemukan hasil kreasi Roberto? Sungguh ini cerita yang lucu. Sekitar 2 minggu setelah insiden itu, Kei mengecek mobilnya untuk servis 15.000 mil berkalanya, dan secara ajaib, Roberto juga sedang melakukan yang sama, mewakili Daley tentunya. Intinya mereka mengobrol, dan sampailah pada saat Roberto menceritakan malam wanita kami, dia menceritakan 3 mobil dibiarkan saja di tempat terbuka, jadi ia melakukan sesuatu agar mobil tersebut tidak bisa berjalan, reaksi Kei adalah tertawa, tapi tawanya tak lagi berlanjut pada saat ia menyadari mobilnya adalah salah satu mobil yang diutak-atik Roberto saat pria itu mendeskripsikan wanita yang menolaknya mentah-mentah dan mobil SL silvernya. Wow. Dunia memang bekerja dengan cara yang unik. Dia meledak marah saat bertemu dengan ku setelah ia pulang dari service itu.

Diriku yang biasanya, mungkin akan merasa bersalah karena tidak memberitahunya secara langsung, tapi diriku yang ini entah mengapa malah bersyukur Kei mengetahuinya langsung dari Roberto. Aku membiarkan Kei mengeluarkan seluruh uneg-unegnya, dan setelah ia selesai, aku hanya tertunduk menyembunyikan senyuman yang muncul secara tiba-tiba, seperti sebuah reaksi reflex.

"Apa ini?" ia mengangkat dagu ku, gagal menyembunyikan senyuman ku "apa kau tersenyum? Kenapa kau malah tersenyum?!" lanjutnya masih dalam momen melepaskan uneg-uneg

"Karena kau konyol," senyum berubah menjadi tawa kecil, "kau sendiri yang mengatakan 'itu hanya mobil' dan kau menceramahi ku panjang lebar saat ada pria jahil mengutak-atik mobil mu?" balasku tidak ada setitik pun rasa bersalah. Apa yang salah dengan ku? Kenapa aku jadi begini?

"Ya, karena aku pikir kau cukup pintar untuk mencegah hal itu untuk terjadi!" balasnya

"Apa kau mengatakan aku bodoh?!" Hilang sudah humor ku

"Itu bukan maksud ku," balas Kei melembut

"Oh ya? Karena bagi ku, itu terdengar begitu!" Balas ku tajam dan kesal

"Ali, aku tidak bermaksud mengatakan itu," ucap Kei meyakinkan, "kau tidak bodoh, hal itu sama sekali tidak terpikir di kepala ku, pernah terbesit pun tidak!" akunya. Lalu ia mendesah sambil mengusap wajahnya menyerah, "apa yang kau mau aku katakan, huh? Aku minta maaf karena kau salah mengerti maksud kalimat ku?"

"Betul, salahkan saja pada ku, wanita bodoh yang terlalu tumpul untuk berpikir!" ucap ku dengan nada sarkastis sebelum berderap pergi

Aku butuh menjernihkan pikiran ku dari semua ini, aku ingin sepi, dan untungnya, rumah ini memiliki segalanya, dari mulai kamar tidur tak terpakai sampai dermaga kecil di belakang rumah.

Menatap tenangnya permukaan air di hadapan ku sedikit membantuku meringankan perasaan apapun yang sebelumnya aku rasakan, tidak hanya itu, aku juga menyadari kita, aku dan Kei, baru saja saling memaki karena hal yang sangat sepele. Kenapa aku jadi mudah terpancing? Apa yang salah dengan ku akhir-akhir ini?

"Ali," suara Mia membawa ku kembali ke saat ini, "kau tak apa?" lanjutnya.

Berapa lama aku sudah terduduk disini?

"Ya, dan kau mengganggu meditasi ku," ucapku jelas berbohong

"Meditasi? Kau harus berusaha lebih dari itu," cemooh Mia, "Kei memberitahu ku kau sudah diam duduk di sini hampir 2 jam, tidak bergerak sama sekali," ucap Mia terdengar khawatir "kau yakin kau tak apa?" tanyanya memastikan sekali lagi

"Bagaimana menurut mu?" tanya ku tajam

"Kurasa kau harus menemui psikolog mu lagi," ucap Mia berbisik setelah duduk di sisiku

"Kau pikir begitu?" tanya ku benar-benar tidak tahu

"Entahlah, aku hanya asal berucap," balas Mia menepuk bahu ku pelan, "mari masuk," lanjutnya menujuk pintu rumah dengan kepalanya

"Mia, sepertinya aku ingin pulang ke orang tua ku," bisik ku secara tak sadar dalam perjalanan kembali ke rumah

"Lakukan itu, keluarga bisa membantu apapun yang kau alami saat ini," balasnya lembut "tapi berjanjilah untuk kembali lagi, aku masih membutuhkan sahabat ku di sini," lanjutnya menatap ku

"Tentu saja, aku janji," balas ku memeluknya lalu menuju kamar ku

Di kamar, aku langsung mencari tiket untuk ku pergi secepatnya, mungkin aku mengalami kebosanan kronis atau sesuatu, semua ini sangat tidak bisa ku jelaskan. Aku juga belum pulang sudah hampir 1 tahun lebih, mungkin aku rindu rumah dan tempat ku tumbuh besar.

Keesokan harinya, aku sudah siap untuk berangkat menuju bandara. Aku akan berpergian dengan beban ringan, sejak aku akan pergi menuju rumahku sendiri yang hanya berjarak 42 jam—okay, mungkin tidak 'hanya' juga—jadi aku masih punya beberapa baju yang bisa ku pakai.

Taksi datang sedikit meleset dari perkiraan, dan hal itu mengakibatkan ku harus bertemu dengan Kei yang baru saja keluar dari kamarnya. Sepanjang pagi aku sudah berhasil menghindari dia, tapi ternyata pada akhirnya aku harus bertemu dengannya juga.

"Apa kau berencana pergi ke suatu tempat?" tanyanya menunjuk koper kecil ku

"Ya, aku akan pulang," balasku singkat

"Kau sudah dirumah," ucap Kei bingung

"Maksud ku pulang, pulang, ke rumah ku, di Indonesia," ucapku

"Kenapa?" tanya Kei bergerak untuk duduk di kursi seberang ku

"Kau tahu kenapa," balas ku pelan, membuang nafas lelah, "ada yang salah dengan ku, dan aku harus memperbaiki diri ku," lanjut ku yakin

"Tapi untuk berapa lama?" tanya lagi, terlihat ragu

"Tidak tahu," aku menggeleng, "tapi aku janji pada Mia aku akan kembali, jadi aku akan kembali," balas ku berdiri dan berjalan menuju depan rumah di mana taksi sudah menungguku. Tepat sebelum aku meninggalkan pintu rumah, aku berbalik menatap Kei yang mengikuti di belakang ku, "Kei, tolong jangan datang seperti waktu kemarin."

"Safe trip," ucapnya tidak menjawab ku

Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

8.2K 1.2K 52
Gea tak menyangka, cowok tengil yang dulu membully tubuh gemoynya saat SMA sekarang malah jadi bosnya! Gara Putra Mahesa, bocah resek yang sudah bert...
286K 22.6K 21
Udah tiga hari ini aku bertapa sambil merenungi nasib di kamar setelah orang tuaku jelasin kenapa pulang mendaki tau-tau aku udah jadi istri orang. K...
1.2M 56K 38
"Jalang sepertimu tidak pantas menjadi istriku, apalagi sampai melahirkan keturunanku!" Bella hanya menganggap angin lalu ucapan suaminya, ia sudah...
20.7K 1.8K 17
Magani Adhirajasa dan Alana Wijaksara adalah pasangan serasi menurut hampir setiap mata yang memandang keduanya. Kerap tampil mesra pada setiap acara...