Love Me Not.

By wldstrs

6.2K 479 28

Sebagai pengacara profesional, mengerjakan satu kasus seharusnya menjadi hal yang singkat. Yang harus dilakuk... More

Prolog
1
2
3
4
5
6
Break! Opinion?
7
8
9
10
11
Break! :(
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
Break! Thoughts!
40
41
42
43
44
45
Epilog
Break! Meh \Ω/
Break! Almost :(

23

49 6 3
By wldstrs

Aku pulang ke rumah pada suatu hari dan menemukan seorang wanita yang bisa dibilang hampir sempurna berlaga seperti dirumahnya sendiri. Wajahnya familiar, sepertinya aku pernah melihatnya di majalah. Anyway, dia meminum jus ku dan memakan crackers kesukaan ku. Apa dia salah satu wanita cadangan Kei? Kenapa wanita terus bermunculan di rumah ini?

"Hai," panggil ku ke arahnya. Apa ia tidak sadar aku menatapinya sejak tadi? Sungguh aneh.

"Uh, kau pasti Ali!" ucapnya bersemangat dan memeluk ku, "Kei bilang kau akan pulang dalam waktu dekat!" tambahnya setelah melepas pelukan

"Dan kau adalah..." ucapku menggantung

"Benar! Aku Visha," ucapnya, "saudara si keras kepala yang lainnya," tambahnya

"Ahh, dia punya saudara perempuan yang lain..." gumam ku mengagguk, "berapa bersaudara tepatnya kalian ini?" ucap ku penasaran

"6," Visha mengangkat jarinya, "4 perempuan dan 2 laki-laki," jelasnya menggunakan jarinya yang terangkat, "tapi hanya Eleanore, Kei, dan aku saja yang sudah lulus kuliah!" lanjutnya ringan

"Okay," aku mengangguk kaku, "bukan bermaksud galak, tapi lain kali, tolong jangan kau sentuh crackers ku," ucapku memaksakan senyum

"Oh! Tidak akan, janji!" ucapnya cepat sambil mengangkat tanganya

Pasti rumah yang sangat ramai. 6 bersaudara itu sangat besar, apa mereka tidak bisa berhenti mendapatkan anak? Atau mereka terus mencoba sampai mendapat anak laki-laki lain? Aku jadi penasaran bagaimana ibunya, dari 2 anak perempuan yang sudah ku temui, keduanya memiliki wajah cantik dan manis, pasti dari ibunya. Aku penasaran, apakah mereka anak adopsi atau kandung? Karena 6 adalah anak yang banyak!

**

Jujur saja, dibandingkan dengan Eleanore, aku lebih menyukai Visha, dia ramah walaupun sedikit terlalu bersemangat untuk apapun. Dia adalah seorang model, sudah ku tebak dari awal, pantas saja ia terlihat familiar dan sempurna—hampir. Tidak seperti Eleanore, Visha sepertinya tidak menyembunyikan apapun, ia mengatakan apapun yang dia pikirkan, dan aku lebih suka orang sepertinya, tidak ada tipu-tipu dan langsung ke intinya.

"Ku lihat kau sudah bertemu Visha," percakapan kita diganggu oleh Kei yang baru saja bergabung di ruangan

"Masalah untuk mu, kak?" balas Visha menantang

"Apa yang kau lakukan di luar kamar?" tanya Kei tegas, "bukan kah aku sudah menyuruh mu untuk diam disana?"

"Di kamar membosankan," ucap Visha membuang muka

"Apa kau tidak ingin aku bertemu dengan saudara mu yang lain?" sela ku cepat

"Tidak yang ini," ucap Kei menatapku datar

"Kei tidak pernah mengijinkan ku bertemu dengan temannya," ucap Visha ke arah ku "maaf, aku akan kembali ke kamar," lanjutnya langsung berdiri dan pergi

"Sebelum kau datang ia baik-baik saja!" ucapku setelah Visha menghilang

"Dia baru saja keluar dari rumah sakit akibat campuran obat-alkohol, dia tidak baik-baik saja," ucap Kei cetus, "dan dia mengidap ADHD" tambahnya sekilas.

Oh... pantas saja, itu menjelaskan sikapnya yang terlalu bersemangat

"Apa dia penyebab perubahan perilaku mu akhir-akhir ini?" Tanyaku memastikan

"Ya." balasnya singkat

"Ibu ku dulu suka membawa ku ke rumah sakit dan aku akan bertemu dengan banyak anak ADHD seumuran ku, itu bukan hal baru untuk ku," ucapku memberi tahunya, "dan itu bukan lah sesuatu yang harus dibawa malu," tambah ku pelan

"Aku tidak malu, Ali," Kei menggeleng, "aku hanya khawatir kalau dia meledak karena sesuatu yang kau katakan," jelasnya, "kau beruntung ia tidak melakukan apapun tentang komen crackers mu," lanjutnya membuang nafas

"Bagaimana kau tahu aku membahas crackers ku?" Tanyaku curiga ia telah menguping

"Itu kesukaan mu, dan kau selalu mempunyai komen tentang apapun," jawabnya semi menyindir

"Aku tumbuh besar dengan psikolog, ku rasa aku sedikit terpengaruh," aku ku santai, "tapi aku menyukai Visha, paling tidak dia tidak mengumpat di belakang," tambah ku

Bagaimana seorang penderita ADHD bisa menjadi seorang model? Huruf 'H' dalam akronim 'ADHD' berarti hyperactivity, dan hyperactivity sama sekali tidak membantu saat kau membutuhkan ketekunan dan tidak bergerak. Pasti banyak obat-obatan kuat yang ia minum. Dia sangat muda, sayang sekali ia harus tergantung obat-obatan.

Keesokan harinya saat aku bangun, rumah sudah kosong, tidak ada Kei ataupun Visha. Kurasa Kei mengantarkannya kembali ke rumahnya atau sesuatu. Jadi selama aku bisa menikmati kesunyian untuk diriku sendiri aku akan mencoba melakukan apa yang biasa orang lakukan saat mereka membutuhkan waktu santai. Yoga. Dan rumah ini jelas memiliki tempat untuk hal itu.

Angin berhembus, tidak ada suara ramai perkotaan. Kei benar, ini adalah tempat yang tepat untuk mencari kesunyian. Suara yang bisa ku dengar hanya suara deburan air di hadapan ku dan kadang-kadang suara kepakan sayap burung. Wow, kenapa aku tidak menyadari hal ini sebelumnya? Ini sangat luar biasa!

Dan saat itulah momennya hancur. Rasanya seperti aku tinggal dengan frat boys. Apapun yang aku lakukan diluar kebiasaan selalu saja dianggap sebagai suatu hal yang dikatakan patut menjadi bahan godaan. Bahkan untuk orang berpengaruh pun hal itu tetap berlaku, dalam kasus ini, Trent. Dia yang menduakan godaan setelah sebuah siulan keluar dari entah mulut siapa. Untungnya, ada Thea yang menetralisir godaan agar berhenti berlanjut.

Mereka berempat pergi makan pagi, sesuatu yang mereka lakukan setiap 1 bulan sekali. Tanpa Thea harus menjelaskan, aku mengerti mengapa mereka tidak mengajak ku. Mereka sudah berteman sejak lama, dan aku hanya sebagai orang baru yang tidak sengaja memasuki dunia mereka karena aku menikah dengan Kei.

Selain merasa tinggal dengan frat boys, aku juga kadang merasa hidup di showroom mobil mewah. Saat ini kalau kau melihat keluar jendela, kau akan menemukan 3 set mobil mewah bertengger di halaman depan rumah. Sarapan jenis apa tepatnya yang mereka datangi ini? Sarapan santai dengan raja mungkin?

Setelah para tamu pulang, keheningan membeku mulai merambati diri ku, dan untuk pertama kalinya, aku kehabisan kata dihadapan Kei. Ini adalah ketiga kalinya aku menatap Kei tanpa atasan, tapi ini adalah pertama kalinya aku melihat bekas luka yang cukup panjang menghiasi sisi kanan tubuhnya. Dinilai dari bekasnya yang sudah memudar dan terlihat tertarik memanjang, sepertinya itu merupakan luka lama, kemungkinan terjadi saat ia masih remaja atau lebih muda.

"Apa yang terjadi disana?" sebelum aku sadari, kalimat itu telah meluncur keluar dari mulut ku

"Ah," Kei mengangkat tangannya dan menatap tempat yang ku tunjuk, "bukan sesuatu yang serius," jelasnya

"Apa kau dirampok?" tanya ku menyadari betapa bodohnya pertanyaan itu setelah mengutarakannya

"Hah, ku harap begitu, sayangnya tidak," balasnya cuek, tapi dilihat dari caranya menatap bekasnya saat ku tanya, 'bukan sesuatu yang serius' sama sekali tidak mendekati

"Jadi, apa yang terjadi?" tanya ku lagi

"Kau tahu jawaban ku," ucapnya berjalan pergi

"Tidak," ucapku menarik lengannya, "kali ini, aku ingin tahu!" lanjutku setelah ia berhenti

"Aku terjatuh saat aku berumur 14," balasnya singkat

"Aku ingin mempercayai itu, tapi sepertinya itu terdengar palsu," ucapku tidak tahu kenapa tiba-tiba menjadi sangat penasaran

"Kenapa pula kau ingin tahu?" ucapnya menyentuh tangan ku yang masih menahan lengannya

"Kau benar, lupakan aku pernah bertanya," ucap ku melepas lengannya dan pergi

Bekas luka menyeramkan, bagaimana tepatnya masa kecil Kei berjalan? Apa itu sebuah kecelakaan atau sesuatu yang direncanakan? Luka seperti itu pasti membutuhkan penanganan khusus, dan berbagai macam pertanyaan. Masa kecil jenis apa yang pria ini jalani?

Mungkin, hanya mungkin, itu bukan sesuatu yang secara sadar ia dapatkan. Aku pernah dengar ada orang yang melukai dirinya sendiri disaat ia tidur, mungkin Kei juga seperti itu. Kalau adiknya bisa memiliki ADHD, kenapa dirinya tidak bisa memiliki kelainan juga? Dan sekarang ia malu untuk menceritakan hal tersebut. Aku harus mencari tahu apa Kei memiliki penyakit yang menyangkut dengan mentalnya. Aku memang tidak ingin menggunakan penyakitnya untuk melawannya, tapi kalau itu harus, mengapa tidak? Itu juga kalau memang ia memang mengidap sesuatu, yang saat ini aku belum tahu apa pastinya.

Sejak aku tidak memiliki akses ke medical record milik Kei, aku harus melakukannya dengan cara lama, langsung ke sumber. Aku akan diam-diam memasuki kamarnya dan mengecek lemari dalam kamar mandinya mencari tahu obat-obatan macam apa yang diminumnya, nanti hasil penyelidikannya akan ku gunakan untuk membangun kasus melawannya. Sekarang aku hanya memerlukan waktu yang tepat untuk rencana ku sejak Kei selalu ada kapan pun aku ada dirumah.

**

Dibutuhkan 1 minggu untuk akhirnya aku mendapatkan kesempatan untuk memata-matai kamar Kei, jadi tanpa pikir panjang aku langsung mengambilnya. Di dalam kamarnya, aku selalu mengagumi kerapiannya, tapi saat ini, aku memiliki hal lain untuk dilakukan selain mengagumi kamar rapinya. Di kamar mandinya, aku langsung membuka lemari obat-obatannya, namun yang ku temukan tidak lebih dari standar yang biasa orang-orang miliki dalam lemarinya obatnya. Plester, antiseptic, obat pegal, tweezer, benang gigi, aspirin, painkiller, tylenol, advil, obat flu dan batuk, antihistamine, liquid bandage, tidak ada yang mencurigakan. Apa ia menyembunyikannya ditempat lain? Kurasa aku harus menunggu saat selanjutnya sejak aku sudah terlalu lama di dalam sini

Aku kembali turun ke bawah sambil bersikap seolah aku tidak baru saja mengoprek di kamar mandi Kei, dan aku melihat kalau ternyata Kei dan Ryan masih berkutat di dalam ruangan.

"Apa yang kalian lakukan?" Tanyaku sok tertarik

"Bisnis," jawab Kei mengadah dari laptop yang ditatapnya

"Jenis apa?" tanya ku lagi

"Klub telanjang," jawab Ryan santai

"Serius?" ucapku tidak percaya

"Tentu saja tidak!" ucap Kei tertawa

"Butuh bantuan pengacara?" tawar ku mendapat ide

Di saat yang sama, mereka serentak berkata hal yang sama, "tidak."

"Kau tidak memiliki pekerjaan lain untuk dilakukan?" lanjut Kei mengusir ku secara tak langsung, yang aku respon dengan gelengan kepala, "tidak ada rencana rahasia?" tanya Kei lagi sambil bangkit dari kursinya

"Tidak ada," balasku yakin

"Kau begitu, kau tidak perlu ada disini," ucapnya kali ini benar-benar mengusir ku, ia mendorong bahu ku menuju pintu

"Kenapa aku diusir? Apa yang sebenarnya kalian lakukan?" tanya ku bertahan di tempat, lalu menujukan wajah terkejut sambil menujuk kedua pria, "jangan bilang kalian—"

"Woman, I am not gay!" ucap Ryan memotong ku tak santai

"Senang untuk mengetahuinya," ucap ku masih tidak mau keluar ruangan, "tapi itu bukan yang ku maksud," lanjut ku menahan tawa

"Ryan, bisa kau keluar sesaat?" ucap Kei berbalik ke arah sahabatnya itu dan Ryan mengangguk. Kenapa Ryan seperti seorang pegawai pada bosnya?

"Kenapa ia harus keluar?" tanya ku menyingkir dari pintu

"Apa kau takut berada berdua saja di dalam ruangan yang sama dengan suami mu?" ejek Ryan sebelum ia menarik pintu menutup.

Apa ia membenturkan kepalanya atau sesuatu? Aku tidak ingat bodoh adalah salah satu sifat unik dari Ryan

Kei tidak mengatakan apapun, ia hanya diam, seolah ia menunggu ku untuk melakukan sesuatu atau setidaknya mengatakan sesuatu. Aku bahkan tidak tahu kenapa ia meminta Ryan keluar ruangan, apa ia ingin mengatakan sesuatu yang ia tidak ingin Ryan tahu? Apa yang sedang terjadi disini? Kesunyian sungguh membuat kecanggungan menjadi begitu nyata, karena itu, seseorang harus memecahkannya, sejak Kei tidak ada niat untuk melakukannya, jadi aku akan melakukannya

"Jadi, kenapa Ryan kau kirim keluar?" ucapku bergerak semakin dalam ke ruangan

"Aku sudah berpikir tentang dokumen mu," ucapnya membuka topik

"Berpikir untuk menanda tanganinya?" ucapku berharap

"Berpikir untuk membakarnya."

"Kei, kau tahu bukan aku bisa menceraikan mu walaupun kau tidak menanda tanganinya?" ucapku menyembunyikan kekecewaan, "tapi aku memilih untuk tidak melakukan jalan bajiangan itu."

"Ya, aku tahu kau bisa melakukan itu," ucapnya, "tapi kau juga tidak kunjung melakukannya karena kau mulai menyukai hidup mu sekarang" lanjutnya.

Apa itu benar?

"Tidak, aku menyesuaikan diri dengan perubahan situasi dan keadaannya," balasku meyakinkan

"Aku tidak percaya padamu," ucapnya tersenyum misterius

"Apa? Kenapa kau tersenyum?" ucapku merasa ada yang salah

"Hanya berpikir tentang saat pertama kita bertemu dan kau saat ini," ucapnya mengangkat bahu.

"Dan apa yang kau simpulkan?" tanya ku penasaran

"Kau lebih kurang percaya diri sekarang," ucapnya seolah tidak ada yang salah dengan jawabannya

"Kei, kau harus berhenti menjelek-jelekan diriku," ucapku sedikit merasa tersinggung

"Aku menyatakan fakta, bukan ejekan," ucapnya tak bersalah

"Kepercayaan diriku tetap sama, malah menjadi lebih tinggi, kau saja yang tidak tahu!" elak ku membela diri

"Kalau begitu buktikan," tantangnya

Satu-satunya yang kupikirkan saat ini adalah membuktikan kalau ia salah, aku ingin melakukan sesuatu yang membuatnya tak bisa bernafas, aku ingin membuatnya berkata 'aku salah', aku ingin membuatnya percaya kalau aku ini tidak seperti yang ia akui dikenalnya. Dan satu-satunya hal yang bisa ku pikirkan dapat mencangkup semua itu adalah dengan memberikan apa yang ia minta padaku beberapa minggu yang lalu, aku akan memberikannya sebuah ciuman.

"Okay," balasku santai dan membawa bibirnya mendekati bibir ku

Tapi sayangnya, ternyata efek itu lebih berpengaruh padaku daripada untuknya, sesaat setelah tangan Kei mengikat di pinggang ku, aku menemukan kalau aku tidak bisa mengontrolnya, aku mencobanya, tapi rasanya begitu nikmat dan aku tidak mau mengakhirinya, setidaknya belum. Tapi aku harus, lupakan rasa geli dalam perut mu, ini salah, selalu salah. Lalu aku berhasil menarik diri

"Dan itulah cara ku menbuktikan!" ucap ku tersenyum menyembunyikan kenyataan seluruh tubuhku terasa terbakar degan sesuatu yang belum pernah ku rasakan sebelumnya

"Baiklah, kau membuktikan sesuatu, tapi tidak hanya yang sedang kita bicarakan," Kei menyeringai, "kau juga membuktikan kalau kau memang ingin mencium ku," simpulnya sok.

Diskusi kita ini akan terus berlanjut, huh? Sebaiknya aku keluar dari sini dan membiarkan dirinya berpikir ia telah menang. Dan saat itu lah kenyataan melawan ku. Aku tidak bisa keluar, Ryan mengunci kita dari luar, pintu ini sangat tebal, Kei menggantinya setelah kejadian perampokan waktu itu, jadi satu-satunya cara untuk keluar adalah dengan menggunakan telepon yang ada di meja yang kebetulan di dekat Kei dan meminta Ryan untuk membuka pintunya.

Aku sungguh tidak tahu bagaimana aku harus bertindak. Kei selalu tahu, selalu mengantisipasi keadaan. Dia sudah memperhitungkan kedatangan ku bahkan sebelum aku berencana untuk datang. Aku belum pernah menemukan seseorang yang memang mendekati status cenayang. Apakah cenayang bahkan sesuatu yang nyata? Ini sangat aneh, jujur saja.

"Bisa kau buka pintunya?" ucapku setelah membersihkan tenggorokan

"Yep," ia mengangguk lalu berjalan ke arah pintu. Saat ia memutar pegangannya, secara ajaib pintu membuka dengan mudahnya.

Sialan!

**

Memalsukan sesuatu adalah tindakan illegal, semua tahu hal itu, terutama seorang pengacara seperti ku, tapi tetap saja aku berpikir untuk melakukannya, setidaknya sampai aku menyadari aku tidak memiliki bakat pemalsuan apapun. Sepertinya ini sudah saatnya aku menerima keadaan. Ini hidup ku sekarang, jadi kenapa tidak aku menikmati hidup saja? Aku tidak bisa terus melawannya arusnya, bahkan ikan pun merasa lelah setelah berenang melawan arus dalam waktu lama, dan begitu juga dengan ku. Aku sangat lelah berusaha melakukan sesuatu agar Kei mau menanda tangani dokumen sialan itu.

Jadi malam ini, aku memutuskan untuk memulai fase menikmati hidup ku dengan melakukan malam wanita dengan Mia dan 2 orang wanita lainnya di rumah seseorang bernama Daley. Sejak lokasinya berada di sisi lain kota, aku memerlukan kendaraan untuk sampai di sana. Aku sudah mengatakan aku akan menikmati hidup, bukan? Dan itu berarti menggunakan barang-barang yang sudah ku punya—walupun yang ini sebenarnya masih milik Kei dan hanya pinjaman untuk ku—dan itu termasuk memakai mobil super mahal itu untuk sampai disana.

Jujur saja, aku belum pernah bertemu dengan wanita bernama Daley ini. In fact, aku belum pernah bertemu dengan 2 wanita lainnya itu. Kedua wanita itu merupakan teman Mia dari SMA, tapi dari cerita yang Mia ceritakan kemarin, wanita yang bernama Daley ini adalah seorang wanita simpanan seorang pria kaya dan sudah menikah, jadi ku tebak rumah yang akan aku datangi ini tidak akan lebih kecil daripada rumah yang ku tempat bersama Kei sekarang.

Saat aku sampai, tebakan ku memang benar, ini rumah yang besar, sangat besar bahkan untuk hanya 1 orang penghuni beserta stafnya. Tidakkah ia merasa kesepian di dalam sama? Atau ia mengatakan pesta 7 kali seminggu?

"B! Kau membawa PJ mu?" pekik Mia saat aku sampai di ruang tamu

"Ah, aku tidak memakai PJ," balasku tertawa pelan

"Begitu juga dengan kita!" ucap 2 wanita selain Mia bersamaan. Kurasa mereka salah mengartikan maksud ku.

"Oh, oh! Ali, kenalkan, ini Daley dan Magie," ucap Mia mengenalkan sambil menunjuk mereka

"Hai," ucap Magie bangkit dan memelukku, "Mrs. Ryker," lanjutnya setelah melepas ku

"Oh, tidak, tetap Ms. Alice," ralat ku cepat, "aku tidak mengambil nama belakang suami ku."

"Hmm, wanita independent, aku menyukaimu!" ucap Daley tersenyum sambil mengangguk-angguk

Malam wanita dimulai dengan menonton film-film romantis yang membuat tangis ditemani dengan mungkuk besar berisi popcorn dan botol wine. Semakin malam berjalan, semakin ramai saja kegiatan yang kita lakukan. Twister, dancing stage, karaoke, truth or dare, bahkan sampai kejar-kejaran juga dilakukan. Rasanya seperti saat ini aku sedang mundur 11 tahun, semua ini, adalah kebiasaan seorang remaja yang masih tahap perubahan menuju dewasa dan membaur sempurna. Setelah semua berakhir, aku tidak pernah merasa sebersyukur ini bisa akhirnya tidur.

Keesokan paginya, atau hampir siangnya, aku adalah yang pertama bangun, sejak aku tidak sama sekali meminum alkohol semalam. Aku sudah bisa menebak kalau semua partisipan semalam—kecuali diriku tentunya—akan terbangun dengan sakit kepala bekas mabuk, aku pastikan hal itu, karena itu, aku membuatkan kopi untuk mereka semua. Aku dengar kopi bisa membantu.

Setelah mandi dan berganti baju, aku berencana untuk langsung membawa diriku kembali pulang, dan sesuatu mengejutkan ku. Mobil sedikit kotor yang ku pakai kemarin menjadi sangat bersih. Ada seseorang yang mencuci mobil ku! Tapi ternyata hal itu bukanlah satu-satunya kejutan yang ku dapatkan hari ini, aku juga menemukan ternyata mobil ku tidak bisa distarter. Mobil seperti ini tidak bisa distarter bukanlah masalah kecil, tapi sebuah masalah besar. Apa yang terjadi dengan mobil ini? Aku bersumpah kemarin sore mobil ini masih berjalan mulus tanpa kendala.

Aku memang bukan wanita mesin, tapi aku setidaknya tahu apa yang tersambung dengan apa, dan menurut penglihatan ku, semuanya normal, bensin jelas bukan masalah, tangkinya masih setengah penuh saat ku cek tadi, jadi apa yang salah? Apa ada yang menyabotase mobil ku? Apa itu orang yang sama dengan yang membersihkan mobil ku? Ah, ini tidak baik

"Hey, Magie," panggilku saat melihat Maggie berjalan melewatiku

"Yep?" balasnya terlihat mencoba melawan sakit kepalanya

"Boleh aku pinjam kunci mobil mu?" Tanya ku tersenyum

"Tentu, cari saja di task u!" ucapnya mengangguk

Tebak! Kejadian yang sama terjadi pada mobil Magie, mobilnya juga tidak bisa distarter! Seseorang benar-benar mencari masalah dengan kita semua.

"Daley, kau disini?" panggilku membuka pintu kamar

"Ya, kenapa?" balasnya menjulurkan kepala keluar dari lemari bajunya

"Ada alasan kenapa mobil ku dan Magie tidak bisa distarter?" ucap ku langsung ke inti

"Kau bercanda?" ucapnya langsung keluar seluruhnya, "sial!" umpatnya sambil bertolak pinggang, "um, okay, jadi kau cari Roberto di garasi, dia yang mengurus mobil-mobil ku, dia akan tahu apa yang harus dilakukan," ucapnya mengelus pelipisnya

Aku memberikannya anggukan dan bergerak untuk keluar kamar. Lalu tiba-tiba Daley kembali bicara, "Ali, aku minta maaf."

"Kenapa?" tanya ku bingung. Bukan dia kan yang menyabotase mobil ku?

"Karena aku cukup yakin Roberto lah yang membuat mobil mu tak bisa di starter," ucapnya meringis

"Huh, baiklah..." ucapku sedikit bingung. Kenapa pria bernama Roberto ini melakukan itu? Apakah itu semacam keamanan anti pencurian atau sesuatu?

Aku menuju garasi seperti yang Daley arahkan. Di sana hanya ada satu pria, ku duga dialah Roberto yang dicari. Dari sisi belakangnya, aku sudah menduga ia adalah jenis pria Latin yang memiliki kepercayaan diri tinggi dan tubuh seperti bintang film porno, tapi entah kenapa, aku tidak sedikit pun merasa tergoda. Sepertinya sensor ketertarikan ku rusak atau sesuatu.

"Kau Roberto?" panggilku berdiri di belakangnya,

"Ah, salah satu nona!" ucapnya berbalik, "apa yang bisa kubantu?"

"Bisa dimulai dengan memberitahu ku cara untuk membuat mobil ku kembali menyala," ucapku tanpa basa-basi

"Biar kutebak, porshe merah?" ucapnya menebak mobil Magie

"Bukan, SL silver," balas ku datar

"Kau, memiliki selera yang bagus!" ucapnya berjalan melewati ku, "biar ku perbaiki mobil mu," lanjutnya keluar garasi

"Apa untungnya bagi mu membuat mobil kami tak bisa menyala?" tanya ku penasaran

"Diakui," balasnya, "dan pengalaman dengan mesin," lanjutnya, "bisa kau buka kap mesinnya?" pintanya menujuk ke dalam mobil dengan dagunya

"Kenapa tidak kau tunjukkan cara mu membukanya kemarin, atau kapan pun kau melakukannya?" tantangku

"Kau tidak akan menyukainya," ucapnya tersenyum

"Tunjukan saja," ulang ku

"Untuk permulaan, aku membutuhkan kunci mu," ucapnya mengambil kunci dari genggaman ku, "lalu aku membuka kapnya."

"Ugh! Sudah lakukan saja cepat," perintahku sedikit kesal

"Kau yakin tidak ingin waktu lebih lama tanpa suami mu?" ucapnya setelah kembali dari membuka kap mesin, "semua nona di dalam rumah ingin itu," lanjutnya, "terutama setelah mereka bertemu dengan ku," bisiknya menggodaku

"Tidak tertarik."

"Jadi, siapa nama mu?" tanyanya kembali dengan pertanyaannya, "dan apa pekerjaan mu?"

"Bagian dari 'tidak tertarik' mana yang tidak kau mengerti?" tanya ku datar, "selesaikan segera pekerjaan mu itu, aku ingin cepat pulang!" lanjutku tak sabaran

"Sudah selesai," ucapnya

"Luar biasa!" ucapku mendorongnya dan menutup kap mesin ku

Sebelum aku membawa mobil ku pergi, aku berpamitan dengan Mia, Magie, dan nona rumah, Daley. Sebelum aku menggelindingkan mobil ku menuju pintu pagar, Roberto menghampiri mobil ku dan mengatakan sesuatu yang belum pernah ku dengar siapapun katakan pada ku secara langsung, 'apa ada yang pernah mengatakan betapa seksinya dirimu?' dan aku terkejut sendiri dengan jawaban ku, 'jika belum, aku tidak akan menikah saat ini'.

Sesampainya aku dirumah siang itu, aku menemukan ternyata kejutan hari ini belum selesai, aku masih harus menemukan Kei yang kesal pada ku karena aku tidak pulang semalam dengan mobil tercintanya, dia bahkan mengatakan hampir melaporkan polisi tentang ini. Tunggu saja apa yang akan ia katakan saat ia tahu ternyata mobil tercintanya diutak-atik oleh tangan pria latin yang jahil. Tidak sabar untuk melihat reaksinya, sayangnya aku tidak bisa melihatnya sekarang, karena aku tahu kalau aku memberi tahunya sekarang, ada kemungkinan ia akan mengamuk besar.

"Kau bukan ayah ku!" jeritku saat dia menuduhku menggunakan obat-obatan, "kau seharusnya tahu aku lebih baik, obat-obatan bukan daerahku, Kei! Tidak pernah dan tidak akan!" lanjut ku penuh amarah

"Apa ada yang mau kau sampaikan pada ku tentang mobil ku?" ucapnya langsung mengubah topik, akhirnya ia mengerti

"Tidak ada," aku ku berbohong

"Sekali lagi," Kei menegakan tubuhnya, "apa ada yang mau kau sampaikan padaku tentang mobil ku?" ulangnya lebih tegas

"Juga sekali lagi, tidak ada." ulang ku lebih yakin dan Kei pun berjalan pergi.

Uh, hampir saja.

Continue Reading

You'll Also Like

45.9K 5.9K 41
Menangis seorang diri karena pengangguran sudah sering dia lakukan namun dia tidak menyerah, darah Batak dalam dirinya membuat ia pantang menyerah de...
229K 41.7K 40
Bagi Padaka Upih Maheswari, jatuh cinta pada pandangan pertama sangat mungkin terjadi termasuk ke pria kewarganegaraan Daher Reu yang sering wara-wir...
1.3M 102K 55
Meta memutuskan pulang kampung untuk menemani orang tua ketika mendengar bahwa sang adik harus merantau karena kuliahnya, namun seperti dugaannya, ke...
225K 10.9K 33
Ayunda Ixora Pratama, seorang wanita ambisius yang sangat ingin menjadi profesor di usia muda. Apa pun akan dia lakukan untuk mendapatkan impiannya...