Love Me Not.

By wldstrs

6.2K 479 28

Sebagai pengacara profesional, mengerjakan satu kasus seharusnya menjadi hal yang singkat. Yang harus dilakuk... More

Prolog
1
2
3
4
5
6
Break! Opinion?
7
8
9
10
11
Break! :(
12
13
14
15
16
17
18
19
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
Break! Thoughts!
40
41
42
43
44
45
Epilog
Break! Meh \Ω/
Break! Almost :(

20

58 6 1
By wldstrs

"Happy birthday!" ucap Kei dari arah dapur saat aku baru saja keluar kamar lalu meneguk sesuatu berasap

"Dan kau tahu ini ulang tahun ku, bagaimana?" Tanya ku tidak percaya ia tahu

"Adik mu, Shania," balasnya santai, "kau tahu apa yang harus dilakukan?" lanjutnya bertanya, tapi tidak memberikan ku kesempatan untuk menjawabnya, "kita harus merayakannya!" ia berjalan santai ke arah ku, "bagaimana dengan makan malam? Kau bisa mengajak Mia dan Trent, teman kantor, bahkan Greyr."

"Greyr?" kenapa ada Greyr dalam daftar?

"Oh, ya, dia datang mencari mu kemarin," jelasnya seolah itu bukan masalah besar, "entah bagaimana ia sampai di sini," Kei mengangkat bahunya cuek, "apa kau memberinya alamat baru mu?" ucap Kei menjatuhkan diri ke sofa

"Please, 'suck it' adalah kata terakhir dari ku untuknya," ucapku malas, "apa tepatnya yang ia katakan saat ia datang kemari?" lanjutku

"Kau tidak ingin tahu," gumam Kei, "jadi, birthday dinner?" lanjutnya mengubah topik

"Ya, terserah," balasku tidak tertarik

"Bagus, aku akan memberitahu Trent!" ucapnya santai lalu mengambil hpnya

"Dan Ryan, katakan padanya untuk mengajak Thea juga," tambah ku lalu kembali ke kamar

Tidak sampai 5 menit berlalu, ketukan di pintu kamar ku terdengar, saat dibuka berdirilah disana tak lain daripada Kei. Dia sepertinya mengalami perubahan mood secara drastis.

"Greyr mencari mu," ucapnya singkat

"Aku tidak mau menemuinya," tolak ku

"Itu yang ku katakan padanya," balas Kei malas

"Terus apa masalahnya?" tanya ku kesal

"Kau harus turun ke bawah dan mencari tahunya sendiri," balas Kei mempersilahkan ku lewat

Dengan berat hati, aku berjalan keluar kamar. Tapi saat aku sampai di ruangan yang di tuju, aku menemukan kalau Greyr bukanlah satu-satunya yang menantiku, tapi juga seluruh keluarga kecil ku! Ibu ku, ayah ku, Shania, Brody, mereka semua ada disini! Dan aku bahkan belum melakukan apapun selain baru saja bangun.

Aku memeluk mereka dengan semangat, terutama saat aku memeluk kedua orang tua ku. Sangat senang mereka bisa datang, aku tidak percaya Kei melakukan ini di hari ulang tahun ku! Ah, sudah lebih dari setahun aku tidak bertemu keluarga kecil ku ini secara langsung, aku sungguh merindukan mereka.

"Ali, bisa kita bicara?" ucap Greyr saat Kei sedang sibuk dengan orang tuaku

"Tentang?" balas ku berusaha bersikap netral

"Kita," Greyr berjalan lebih dekat

"Kita?" aku menatapnya bingung, "Greyr, aku tidak sadar selama ini masih ada 'kita' di antara kau dan aku."

"Tentu saja ada! Selama ini selalu ada, Ali," jelasnya lalu meraih tangan ku, "kita ditakdirkan bersama," tambahnya berbisik

"Dengar, Greyr, aku tidak tahu krisis apa yang sedang kau alami, tapi aku yakinkan kau, aku bukan orang yang tepat untuk kau berpaling," ucap ku manarik tangan ku lepas

"Apa ini tentang Kei? Kau tidak ingin meninggalkannya?" tanyanya mencecar

"Kau memberitahu ku waktu itu kalau kau tidak akan merasa yang sama," ucap ku yakin, "so I deal with it and moved on," lanjut ku, "jadi kalau kau pikir ini tentang Kei, kau salah, Greyr, ini tentang ku yang sudah tidak lagi menginginkan mu seperti saat SMA," jelas ku, tetap menjaga emosi.

Greyr sungguh membuatku ingin berteriak, saat aku menginginkannya dia mendorong ku, dan sekarang saat aku sudah sadar kalau aku sebenarnya tidak pernah merasakan cinta untuknya, ia kembali, dan bisa dibilang memohon, lebih dari sekali! Demi tuhan, putuskan pilihan mu, Greyr!

Lalu aku teringat ia bertemu dengan Kei kemarin, "apa yang kau katakan pada Kei kemarin?" kalau Kei tidak mau memberitahu ku, mengapa tidak langsung ke sumbernya?

"Aku menyuruhnya untuk mengeluarkan dirinya dari dalam kehidupan mu, selamanya!" balasnya tidak perduli

"Greyr, dia suami ku!" hardik ku, "Kei bukan seorang pacar yang bisa kau usir dan akan langsung pergi, kita punya alasan untuk tetap bersama!" yang aku sendiri juga tidak tahu apa alasan itu

"Apa yang kau lihat darinya? Mengapa kau tidak bisa meninggalkannya untuk ku? Kau mau uang? Rumah? Mobil?" aku tidak percaya ini! Itu kah apa yang ia lihat dari ku? Yang ia pikir menjadi alasan ku tetap bersama Kei?

Sebelum membalas, aku tertawa, "tidak mencari harta, Greyr, bukan type ku," ucap ku menggeleng santai, "dan kalau kau mau tahu, Kei tidak pernah melakukan apa yang baru saja kau lakukan, dia tidak pernah memaksa ku ataupun menuduh ku dengan asal, karena itu ia membuatku bahagia."

Ha, bahagia? Itu adalah kata yang sangat asing. Kebahagiaan tidak ada sangkutpautnya dengan alasan ku belum menceraikannya. Aku mungkin memang belum tahu apa alasan sesungguhnya, tapi ku yakinkan kau, bahagia bukan salah satunya.

"Ali, kau mau bergabung?" panggil Kei dari sebrang ruangan

"Ya," ucap ku langsung pergi dari hadapan Greyr

Untuk pertama kalinya, meja makan diisikan dengan makanan yang bukan makanan dari luar, dan tidak tanggung-tanggung, masakkan ini benar-benar membawa ku kembali ke rumah, masakkan ini adalah masakkan khas ibuku, dan dari cara ibuku memujinya, aku tahu Kei adalah kokinya, siapa lagi? Adik ku jelas tidak berkutat didapur. Jadi Kei memang mengatakan yang sebenarnya saat ia mengatakan ia bisa memasak saat ia mau.

**

Seperti yang sudah direncanakan, birthday dinner benar terjadi, Ryan, seperti yang diminta, membawa Thea bersamanya, dan kencan mereka masing-masing. Mia dan Trent juga hadir disini. Sepertinya sekali lagi aku harus berterima kasih pada Kei untuk hari ulang tahun ku tahun ini.

Mia, dia datang membawa kue, salah satu kue yang dia tahu sangat ku suka, aku menyebutnya sebagai kue penyemangat ku, di bagian atasnya tertanam lilin angka 2 dan 6 yang sudah dinyalakan. Seperti anak kecil di pesta ulang tahunnya, aku tidak sabar untuk meniup lilinnya dan memakan kuenya. Mia memang benar sahabat ku yang paling luar biasa, aku sangat beruntung bisa memiliki sahabat sepertinya.

Saat kita semua pulang, aku mendapat 4 hadiah dari para undangan ku, bahkan sebelum aku buka, aku sudah tahu aku pasti akan menyukainya, tidak diragukan lagi. Ini benar-benar ultah terbaik yang pernah ku alami sejak umur 7 tahun, saat ayahku memberitahu ku aku akan memiliki saudara. Oh, juga compliment dari restorannya—rupanya saat kau terkenal dan menghabiskan banyak uang, mereka lebih baik hati—berupa voucher discount dan 1 botol white wine. Satu lagi koleksi tambahan bergabung dengan 2 botol yang kantor ku berikan kemarin.

Sekarang, saatnya untuk membuka hadiah! Hadiah pertama dari Ryan, entah kenapa ia memutuskan kalau flat shoes adalah hadiah yang tepat. Apa yang salah dengan sepatu yang biasa ku pakai? Yang kedua dari Mia, dia sepertinya selalu tahu apa yang harus diberikan, dia memberikan ku gift card untuk toko sepatu terbesar di Connecticut dan sebuah mini dress. Ketiga dari Trent, aku mendapatkan kenaikan gaji pokok. Hadiah yang luar biasa keren. Lalu terakhir, dari Thea, untuk seseorang yang baru sekali bertemu dengan ku, sepertinya ia sudah tahu apa yang ku suka dan tidak, dia memberikan ku sebuah tas yang siapapun yang masih waras akan langsung jatuh cinta dalam sekali tatap.

"Hadiah dari ku," ucap Kei mengulurkan kunci mobil barunya

"Mobil?" ucapku bingung mau menjawab apa

"Setidaknya sampai mobil akan-segera-dibeli mu dibeli," balasnya santai

"Kau meminjamkan ku Mercedes mu? Kau tahu kan harga mobil itu melebihi gaji ku 2 tahun?" ucapku

"Itu hanya mobil," ia mengangkat bahunya, "dan tenang saja, mobilnya diasuransikan," aku tidak bergerak untuk mengambil kunci dari tangannya, "kau tahu, tidak sopan menolak hadiah, jadi, terima saja kuncinya," lanjutnya meraih tangan ku dan menaruh kuncinya di sana

Aku tidak pernah membayangkan diriku mengemudi mobil mewah, apalagi yang bahkan bukan milik ku. Tidak percaya hidupku menjadi yang seperti ini, benar-benar tidak pernah ku bayangkan.

Kalau boleh jujur, aku tidak pernah tahu cara bertindak normal saat menyangkut mobil mewah atau apapun yang mewah. Tapi satu hal yang selalu aku lakukan saat aku kebetulan bertemu dengan kemewahan, yang ingin ku lakukan hanya memperhatikan setiap detailnya dan mempelajari apa saja yang bisa dilakukan dengannya. Seperti rumah ini, sebelum bahkan aku tahu aku akan berakhir disini, aku sudah melihat-lihat info tentang betapa istimewanya rumah ini.

Jadi pada lebih malamnya hari itu, aku mencoba mengemudi mobil pinjaman ku untuk pertama kalinya. Luar biasa bahkan tidak cukup menggambarkan pengalamannya.

**

Minggu-minggu telah berlalu dan aku penasaran bagaimana orang-orang mudah sekali berganti pacar. Selama aku mengenalnya, Zoe sang resepsionis sudah beberapa kali berganti pacar. Dari mulai yang tidak begitu menarik, kembali menarik, sangat menarik, cukup menarik, sama sekali tidak menarik, dan sekarang kembali menarik. Apa tepatnya yang ia lakukan sampai bisa mencapai hal itu? Aku butuh tips untuk saat nantinya aku kembali menjadi wanita lajang setelah perceraian ku.

Sekarang dalam sisi yang lain, untuk pertama kalinya sejak aku mengenalnya, belum pernah sekalipun aku melihat Mia tergila-gila dengan seorang pria, itu hal bagus bukan? Dia akhirnya menemukan pasangan yang sama tergila-gila seperti dirinya, aku bahagia untuknya. Trent sama sekali tidak buruk, Mia sangat beruntung, ku harapkan yang terbaik untuk mereka.

Alasan ku kenapa tiba-tiba membicarakan hal ini adalah, saat ku kira kisah ku tidak memiliki kemajuan, sesuatu datang dan membuatku bingung. Kei selalu bisa membuatku bingung dan tidak mengantisipasi apa yang akan ia lakukan selanjutnya, dalam kata lain, aku tidak bisa menebak Kei.

Mari mundur ke hari sebelumnya, tepatnya 2 bulan setelah ulang tahun ku. Hari berawal seperti biasa, aku menjalankan rutinitas pagi ku dan mengerjakan apa yang menjadi kewajiban ku di kantor. Hari itu bahkan tidak terasa seperti hari yang panjang, bisa dibilang normal. Lalu, datanglah waktunya untuk tidur. Semuanya normal, aku bahkan bermimpi tentang tempat indah nan damai, lalu aku merasakan sentuhan lembut seperti yang biasa ibu ku berikan saat aku kecil dulu, setelah sentuhan itu, datang sentuhan lain yang membangunkan gerakan reflex tangan ku. Kei mencium ku dan secara tanpa sadar aku membalasnya, aku tahu itu karena tangan ku sudah mulai bergerak

"Apa yang kau lakukan?" ucap ku menarik rambut Kei pelan, menjauhkan wajahnya dari ku

"Mencium istri ku," balasnya polos lalu melepaskan tangan ku dari rambutnya

"Apa kau mabuk?" tanya ku memastikan

"Tidak, aku 100% sadar," balasnya yakin

"Lalu kenapa?" semakin bingung saja aku dibuatnya

"Seharusnya mudah, kau seharusnya lebih mudah," gumamnya menegakan badan

"Apa maksud mu mudah?" tanya ku tersinggung, tapi berpikir lebih baik aku tidak mengetahuinya, jadi aku mengatakan, "lupakan, bisa kau keluar kamar ku?"

"As you wish." ucapnya santai dan keluar

Aku pernah mendengar sebuah kutipan, kutipan yang rasanya sangat sesuai. Kutipan itu berbunyi seperti ini: a kiss is a dangerous weapon. It could lock away memory, but it could also bring it back.

Tebak, aku akhirnya menemukan pemicu ku, terdengar sangat gombal, tapi itulah kenyataannya, pemicu ku adalah Kei, ciumannya tepatnya. Semuanya kembali, secara perlahan, seperti puzzle yang mendesak untuk diselesaikan, saat semuanya telah kembali pada urutannya, semuanya terasa masuk akal. Walaupun rasanya sangat aneh, bagaimana sebuah ciuman bisa membuat amnesia akibat konsumsi alkohol kembali? Tidak ada yang namanya sihir di dunia nyata, ini bukan fairytale seperti Putri Aurora yang bisa kembali hidup dari koma setelah pangeran menciumnya, tapi lagi, aku tidak bisa mengelak kalau itulah kenyataannya.

Yang pertama muncul di kepala ku tentang hari itu adalah waktunya. Aku ingat saat itu hari belum begitu malam, Kei mengajak ku turun ke bar untuk merayakan kemenangan kita, dua kali pertama, aku menolaknya, tapi kau tahu Kei, dia selalu menemukan cara untuk ku menjawab apa yang ia mau, sebuah 'ya'.

Jadi turunlah kita ke bawah, aku memberitahukan padanya kalau aku tidak minum, terutama saat bersama klien, hal itu sangat tidak profesional. Kei mengejek ku, ia memberitahu ku kalau aku belum hidup kalau belum pernah minum alkohol, hidup ku membosankan. Setelah beberapa detik, ia menambahkan info kalau ia bukan lagi klien sejak detik ia menemukan kalau itu bukan bayinya.

Saat kami tiba di bar, Kei memesan 6 tequila shots, memberikan 3 untuk ku minum yang jelas aku tolak. Ia menantang ku dan entah kenapa aku terpancing dengan tantangannya. Cairan itu terasa nikmat ditenggorokan ku dan aku memesan gelas lainnya. Dan disinilah saat semua menjadi blur. Tapi sekarang, aku tahu apa yang terjadi, hampir seluruhnya, kepala ku masih memproses sebagian lainnya.

Setelah 6 gelas tambahan, aku tidak merasa begitu baik, aku hanya bisa merasakan keinginan untuk muntah, aku mengatakan hal itu pada Kei, dan ia memesanan segelas air untuk ku dan bourbon untuk dirinya. Tapi saat 2 minuman itu datang, air bukanlah yang ku ambil, aku meminum bourbon Kei dan aku menyukainya, jadi seperti sebelumnya, aku memesannya lagi. Kei mencoba menghentikan ku, tapi aku membalikan perkataannya dan berkata, 'aku tidak membosankan seperti yang kau kira, aku bisa jadi menyenangkan!' yang membuat Kei tertawa, dan sungguh, tawanya melakukan sesuatu pada jantung ku.

Aku tahu Kei sudah dalam sekitar fase kemabukan, bahkan aku menyadarinya. Setelah 2 gelas bourbon dan beberapa saat kemudian, Kei memberikan percobaan pertama, ia mencondongkan badan dan memberiku sebuah hadiah, sebuah kecupan ringan di bibir ku, 'sebagai perpisahan,' ucapnya pelan, dan diriku yang mabuk, merasa tidak cukup hanya dengan sebuah kecupan ringan, jadi aku meminta lebih banyak.

Aku sungguh terkejut dengan memori ku sendiri, karena sekarang aku tahu. Aku menciumnya, seperti benar-benar dengan sepenuh hati menciumnya. Kei tidak menanam memori ini di dalam kepala ku seperti di film-film fiksi sains, ini nyata, ini yang terjadi di Gibraltar. Oh no... sekarang aku takut untuk mengetahui apa yang terjadi selanjutnya.

Aku berusaha untuk menghentikan memorinya, tapi seperti film, gambarnya terus berlanjut tanpa jeda.

"Tunggu," ucap ku menarik diri, "ini salah!" lanjutku

"Bagian mana?" ucap Kei

"Aku tidak seharusnya melakukan itu," ucapku bergerak mundur.

Senang mengetahui kalau bahkan saat aku mabuk, aku masih memiliki sedikit akal sehat

"Kenapa?" tanyanya menatap ku bingung

"Kita belum menikah," bisik ku malu

"Mari lakukan kalau begitu," usul Kei menatapku, aku bisa melihat kalau ia serius

"Itu terlalu drastis," elak ku, "apa yang akan mereka katakan?"

"Siapa peduli?" ia mengangkat tangannya ke udara, "mari menikah, Ms. Alice!" ajaknya menarik ku menuju chapel hotel.

Aku tidak tahu apa yang Kei lakukan, tapi saat ia kembali, ia kembali dengan hasil. Hal selanjutnya yang ku tahu kita mengucapkan janji dan kita telah menikah. Aku bahkan tidak tahu dalam cara agama apa kita menikah, pria yang menikahkan kami terlihat seperti pastor dan kita juga berada di chapel, tapi aku juga tidak yakin apakah ia bahkan menggunakan Alkitab. Apakah kita bahkan telah menikah secara agama saat ini?

Dari chapel, kita menuju meja depan agar Kei bisa checkout dari kamarnya. Jadi ini adalah saat Kei pindah ke kamar ku. Kita tidak membuang waktu di lift, kita berciuman, jenis ciuman yang biasa kau saksikan dalam film-film, kita bisa dibilang hampir melakukannya saat itu juga di sana, tapi aku tidak semurah itu. Saat lift terbuka, kita tidak repot-repot untuk bergerak menjauh, Kei mengangkat ku dan terus melakukannya sampai kita tiba di kamar ku, tapi perjalanan tidak semulus itu. Sebelum kamar, Kei menghimpit ku ke dinding dan memberi ku satu kecupan yang tidak bisa dijelaskan apa yang ia lakukan pada ku, tapi setelah itu, aku seperti menyerahkan diriku padanya. Saat akhirnya kami tiba di kamar, kasur adalah sasaran utama. Setelah itu, aku bahkan tidak berani untuk benar-benar mengingatnya, segalanya begitu nyata, dan vulgar. Tapi di akhirnya, aku masih menyimpan harta terbesar ku dengan utuh, jika kau mengerti maksud ku. Bagaimana bisa kita berhenti sampai disana, aku juga masih mempertanyakannya.

Entah kenapa, kami berdua menemukan keharusan untuk kembali memakai pakaian dengan sempurna seperti sebelumnya. Aku memejamkan mataku, tepat sebelum aku benar-benar tertidur, Kei menyentuh wajahku dan menggumamkan sesuatu dengan bahasa yang ku tebak Itali, memberikan ku kecupan singkat lalu melanjutkan dengan bahasa yang ku mengerti 'akan lebih mudah kalau kau bangun dan tetap membenci ku,' aku merasakan jempolnya menyentuh bibir ku, 'dengan mu seharusnya lebih mudah, aku salah, jadi ku harap kau tidak ingat apapun dari kejadian ini. Ibarat menekan tombol reset.'.

Saat memori berakhir, aku berkedip tercengang untuk beberapa saat. Otak ku terasa lepas dari tubuh ku. Aku tidak percaya ini! Jadi selama ini Kei tahu apa yang terjadi? Dia bahkan tidak semabuk itu saat semuanya terjadi. Dia memanfaatkan ku, dia menjebak ku dalam semua ini. Dia tidak begitu mabuk saat memutuskan untuk menikah, dia bahkan masih bisa berpikir tentang apa yang lebih baik untuk ku. Jadi bukan takdir, sudah ku tebak, takdir tidak bermain dalam hal ini, semua ini hanya kesalahan, kesalahan yang seharusnya sudah berakhir sejak lama.

Continue Reading

You'll Also Like

225K 10.9K 33
Ayunda Ixora Pratama, seorang wanita ambisius yang sangat ingin menjadi profesor di usia muda. Apa pun akan dia lakukan untuk mendapatkan impiannya...
2M 10.7K 24
Menceritakan kehidupan seorang lelaki yg bernama Nathan. dia dikenal sebagai anak baik yg tidak pernah neko neko dan sangat sayang pada keluarganya...
7.1K 797 44
Kolaborasi dengan @mbok_dee. Bercerita tentang dua gadis, kakak beradik yang terpisah karena suatu keadaan. Mereka saling mencari, tapi ternyata mere...
116K 13K 17
Masih banyak yang belum direvisi. Little sweet, not BL! Karl Marx, masuk kedalam novel berjudul Princess Cyrielle. Memasuki raga figuran yang hanya...