Minderella [NOMIN]

By nomixxn

216K 26.5K 2.1K

WARN : INSECURITY, BODY SHAMMING!! ANGST AREA "Dunia kejam untuk orang-orang sepertiku" - Na Jaemin Update ra... More

Prolog
-1-
-2-
-3-
-4-
-5-
-6-
-7-
-8-
-9-
-10-
-11-
-12-
-13-
-15-
-16-
-17-
-18-
-19-
-20-
-21-
-22-
-23-
-24-
-25-
-26- Menuju END

-14-

7.9K 940 88
By nomixxn

Jaemin menahan lengan Renjun saat pria itu beranjak untuk mengejar Jeno.

“Kak, tapi Jeno Hyung...” pekik Renjun

“Sudahlah” Balas Jaemin dengan seulas senyum.

“Aku tahu pasti sulit baginya menerima kondisiku yang sekarang” Tambah Jaemin.

Jaemin menggeleng saat melihat Renjun tetap bersikeras untuk membujuk Jeno, pada akhirnya keduanya memutuskan pulang.

Jeno masuk ke dalam ruangannya dengan perasaan kecewa. Dia berdiri didepan mejanya dengan kedua tangan bertumpu diatas benda kayu itu, kepalanya tertunduk dan ia ia putar lagi ingatan tentang Jaemin yang datang dengan wajah barunya.

“Aku tidak menyangka kau berani melakukan hal itu” Gumam Jeno, jemarinya diatas meja mengepal erat.

Otaknya terus memutar ingatan tentang Jaemin tiga tahun lalu, waja polosnya yang tersenyum, bicaranya yang lembut dan jangan lupakan senyum malu-malunya. Dia rindu Jaemin yang polos.

Melihat Jaemin tadi, dengan rupanya yang cantik dan putih, pakaiannya yang modis dan wajahnya yang dingin membuat Jeno kehilangan sosok hangat itu, dia seperti kehilangan Jaemin 3 tahun yang lalu.

Jeno menoleh saat pintu ruangannya terbuka, ada Karina yang datang dan dan mengajaknya untuk meeting. Dia rasa, dia harus menyelesaikan pekerjaannya dulu baru kemudian memikirkan lagi akan seperti apa hubungannya dengan Jaemin.

Selepas meeting, Jeno kembali ke ruangannya masih dengan wajah lesu, dia mendudukkan tubuhnya dikursi lalu membawa kepalanya mendongak menatap langit-langit rumah.

Pertemuannya dengan Jaemin selama tiga tahun harusnya berkesan, tapi perubahan Jaemin membuatnya terkejut. Jeno menarik nafas dalam, sejak tadi fikirannya terus kacau.


×÷×%%%×÷×


Kepala Jaemin mendongak saat dia meneguk minuman kalengnya, selepas dari kantor Jeno dia langsung mengantar Renjun pulang lalu pergi menuju taman. Tempat ia bersama Jeno terakhir kali sebelum dia pergi.

Kaki kanannya naik diatas paha kirinya dan mengayunkannya, netranya tak lepas menatap burung-burung kecil di tanah yang sibuk mencari makan.

Ia bawa ingatannya tentang penolakan Jeno tadi. Sungguh menimbulkan luka membuat dia hanya mampu mengulum senyum kecut.

Jaemin terperanjat saat merasakan sebuah bayang lewat, dia menoleh dan terkejut melihat Jeno sudah duduk disebelahnya. Netranya membola saat melihat sang dominan tertunduk, masih enggan menatapnya.

“Dari mana kau tahu aku disini?” Tanya Jaemin.

“Renjun” Jawab Jeno singkat

“Kenapa kau mendatangi seekor monster, aku menakutkan” Dengus Jaemin membuat Jeno menoleh. Dapat ia lihat senyum kecut terpancar diwajah Jaemin. Ucapannya tadi pasti melukai perasaan submissive itu.

“Kenapa kau harus melakukannya?” Tanya Jeno, dia kembali menatap hamparan rumput didepannya, Jaemin terdengar mendengus dengan senyum miring.

“Sudah sangat jelas. Untuk apa lagi kalau bukan untukmu” Jawab Jaemin.

Dia lihat Jeno menghela nafas berat lalu menarik tubuhnya untuk bersandar pada kursi taman, Jaemin kembali menatap rumput didepannya dan membiarkan suasana hening sejenak.

“Kau tahu aku tidak membutuhkan itu kan? Aku menyukai Na Jaemin tiga tahun yang lalu” Ucap Jeno.

“Kau tidak tahu kesulitan yang aku alami Jeno, alasan kenapa aku berakhir melakukan ini adalah jalan terakhir yang bisa ku tempuh”

“Lagi pula, Na Jaemin sudah mati. Sekarang hanya ada Nakamoto Jaemin” Tutur Jaemin membuat Jeno lagi-lagi menoleh.

“Kau mengecewakanku...” Gumam Jeno dengan kepala tertunduk.

“Kenapa aku? Kau yang lebih mengecewakanku”

“Kau tidak tahu hari dimana aku berbaring diranjang rumah sakit didalam ruang operasi, yang ku fikirkan hanya dirimu. Kau tidak tahu semua ketakutanmu berasal dari dirimu. Aku hidup baik-baik saja selama kita tidak saling mengenal. Aku tak perduli dengan penampilanku, Tapi menyukaimu...”

“Membuatku mengambil jalan pintas ini dan berfikir bahwa aku harus pantas untuk bersanding denganmu”

“Kau pantas seperti apapun penampilanmu” Sentak Jeno.

“Pantas bagimu tapi apakah aku pantas bagi orang lain? Kau dan segela hidupmu yang luar biasa hanya akan mempermalukanku Jeno!” Sahut Jaemin tak mau kalah.

“Kau tidak tahu posisiku kan?” Tanya Jaemin kemudian

“Kau lupa hari dimana kita pergi bersama dan semua orang terus berbisik tentangku? Apa kau merasakan sakit hatiku hari itu? Setiap hari aku hidup seperti itu dan aku lelah, Jeno” Tutur Jaemin.

Jeno membuang pandangannya enggan beradu pandang dengan Jaemin. Lagi dan lagi setiap pertemuan mereka hanya dipenuhi perdebatan.

“Bahkan setelah operasi pun, aku masih ketakutan. Bagaimana jika aku kembali kau justru bahagia dengan orang lain?” Ucap Jaemin diakhir kalimatnya, Jeno menoleh dan melihat Jaemin menunduk dengan wajah memerah.

“Aku harus menguatkan diriku untuk hari ini, untuk mengambil keputusan bahwa aku harus pulang. Seperti apapun akhirnya nanti pertemuan kita, aku sudah punya persiapan Jeno. Aku hanya... Merindukanmu” Ucapnya pilu diakhir kalimat.

Jeno menghela nafas lalu dia miringkan tubuhnya menghadap Jaemin, bibirnya mengulum senyum tipis lalu ia rengkuh tubuh mungil itu kedalam sebuah pelukan hangat. Netra Jaemin membola menyadari perlakuan Jeno.

“Aku lebih merindukanmu. Aku selalu datang ke rumahmu, berharap kau pulang dan lupa mengabari aku. Aku selalu menunggu setiap hari pesan darimu, perasaanku tak pernah berubah untukmu”

Jaemin terdiam mendengar kalimat Jeno, dia merubah posisinya agar berhadapan dengan sang dominan lalu tangannya memeluk punggung Jeno erat.

“Perasaanku juga masih sama” Gumam Jaemin tersenyum.

“Maaf jika aku mengecewakanmu” Tuturnya lagi.

“Ya, kau memang mengecewakan” Sahut Jeno dengan seulas tawa membuat Jaemin ikut tertawa kecil.

“Kau tahu bahwa aku tidak pernah mempermasalahkan penampilanmu kan?” Tanya Jeno yang dibalas anggukan oleh Jaemin

“Jadi?” Tanya Jaemin.

“Jadi, apa? Jadi ayo menikah karena kau sudah kembali” Ucap Jeno dengan seulas tawa, Jaemin terkekeh kecil mendengarnya.

“Uhm, ayo menikah” Balas Jaemin membuat tawa Jeno sontak terhenti dengan mata membulat.

Jaemin melepaskan pelukannya dan tertawa melihat wajah tegang Jeno.

“Kenapa?” Tanya Jaemin.

“Beri aba-aba dulu, kau membuat jantungku tidak aman” Sungut Jeno berpura-pura merajuk.

“Wah, benarkah?” Tanya Jaemin, dia mendekatkan telinganya pada dada bidang Jeno dan dia dapat mendengar dengan jelas detakan jantung Jeno yang begitu cepat bak orang habis olahraga.

“Wah benar” Gumam Jaemin menarik kembali dirinya, Jeno hanya mengulum senyum melihat tingkah Jaemin.

Keduanya kembali melanjutkan perbincangan mereka tapi tak lama karena Jeno harus kembali ke kantor.


×÷×%%%×÷×


Winwin mengulum senyum saat melihat Jaemin tengah asik memainkan ponselnya sembari tersenyum, pasti berbalas pesan dengan Jeno. Dia datang membawa cookies dan meletakkannya dimeja.

“Pasti Jeno” Ucap Winwin tersenyum.

“Iya Pa, dia mengajakku untuk melihat cincin pertunangan hari ini” Jawab Jaemin, tangannya menyambar cookies yang dibawa sang Papa.

“Bersiaplah kalau begitu” Tutur Winwin yang dibalas anggukan oleh Jaemin.

Pria itu beranjak masuk ke dalam kamarnya untuk mengganti baju. Tak berselang lama dia turun dan melihat calon suaminya tengah duduk dengan Winwin dan asik bercanda.

Jaemin mengulum senyum melihat perubahan suasana dirumahnya. Jika saja seperti ini sejak dulu, mungkin sekarang dia sudah menimang seorang anak. Tapi begini pun tak masalah, mungkin dia sedang mempersiapkan yang terbaik untuknya.

“Jeno...” Panggil Jaemin.

Jeno menoleh saat ia dipanggil. Dunianya hampir saja berhenti berputar saat melihat Jaemin turun dengan mengenakan kemeja berbahan satin berwarna merah maroon dibalut celana kain berwarna putih.

Jaemin benar-benar cantik, dengan kulitnya yang putih dan cerah, dia nampak sangat sempurna dibalut kemeja itu. Belum lagi sekarang Jaemin sudah pintar memoles diri, sapuan makeupnya yang tipis membuat kecantikan meningkat.

“Jeno” Panggil Jaemin seraya mengayunkan tangannya didepan wajah Jeno, Winwin tertawa melihat tingkah calon menantunya itu.

“Ah iya” Pekik Jeno sesaat setelah ia sadar dari lamunannya, wajahnya sedikit memerah karena malu ketahuan mengagumi Jaemin.

“Kau melamun?” Tanya Jaemin.

“Ti-tidak. Sudahkan, ayo” Ajak Jeno seraya berdiri, Jaemin hanya tersenyum miring mendengar jawaban Jeno, dia menatap Winwin yang duduk disofa ruang tamu.

Setelah berpamitan, barulah mereka keluar dari rumah.

Keduanya jalan berdampingan hendak keluar gang menuju mobil Jeno terpakir, Jeno tersenyum dengan kepala tertunduk tapi tangannya bergerak untuk menggenggam jemari Jaemin.

Sang submissive membulatkan matanya lalu ia bawa pandangan melihat jemari Jeno yang tertaut dengan jarinya. Dia tersenyum lalu membalas genggaman tangan Jeno. Dapat ia dengan sang dominan menghela nafas lega.

“Kenapa mendebarkan sekali huh? Padahal hanya pegangan tangan” Gumam Jeno membuat Jaemin tertawa.

“Dulu kita tidak pernah seperti ini kan?” Tanya Jaemin.

“Ya, dulu hubungan kita belum resmi” Sahut Jeno.

“Sekarang juga belum” Sahut Jaemin.

“Kita hanya sepakat untuk menikah tapi nyatanya sekarang tidak ada status yang jelas dalam hubungan kita. Jika ada seseorang yang mendekatimu, aku tidak berhak cemburu dan melarang kalau begitu” Cerocos Jaemin membuat Jeno menahan tawanya.

Langkah keduanya terhenti. Jeno memutar tubuhnya hingga berhadapan dengan Jaemin.

“Aku kekasihmu, dan kau kekasihku. Sekarang” Ucap Jeno lembut.

“Sungguh?” Tanya Jaemin yang dibalas anggukan oleh Jeno.

“Jadi, aku kekasihmu?” Tanya Jaemin lagi.

“Iya Nakamoto Jaemin” Sahut Jeno menekan membuat Jaemin mengulum senyum.

Submissive itu langsung berpindah menggandeng lengan Jeno lalu menyandarkan kepalanya pada pundak sang dominan.

“Baiklah, ayo kita pergi Sayang” Ucap Jaemin sumringah, Jeno hanya tertawa melihat tingkah kekasihnya lalu mereka kembali melanjutkan langkah menuju mobil Jeno.

Mereka tiba di sebuah departemen store akhirnya. Saat masuk keduanya tak melepaska genggaman tangan mereka. Jaemin dan Jeno juga tak henti mengulum senyum karena perbincangan mereka yang sangat manis.

Jaemin menyadari beberapa orang melihatnya dengan senyum seraya berbisik, meski sesekali telinganya menangkap pembicaraan Jeno.

“Wah dia cantik sekali”

“Sial dia seperti dewa”

“Auranya tidak manusiawi. Aku penasaran dimana dia merawat tubuhnya”

Jaemin mengulum seringai mendengar setiap pujian yang keluar dari bibir pengunjung Mall lain tiap kali mereka berpapasan. Jeno menoleh dan tersenyum melihat wajah bahagia kekasihnya.

Akhirnya mereka bisa bepergian dengan status baru dan suasana baru. Dia bahagia kekasihnya tak lagi mendengar ujaran-ujaran kebencian dan ejekan karena rupanya.

“Jadi kau bekerja di China?” Tanya Jeno disela langkah mereka mengitari pusat perbelanjaan.

“Uhm, setelah melakukan operasi, aku langsung pindah ke China dan aku mendapat posisi yang lumayan di salah satu hotel besar disana” Cerocos Jaemin.

“Ternyata benar bahwa fisik itu penting diatas segalanya. Aku mendapatkan apa yang ku mau dengan mudah setelahnya dan aku tidak akan menyesal merubah wajahku” Tambah Jaemin lagi, dan entah kenapa kalimat itu terdengar sombong ditelinga Jeno, dia merasakan sakit yang teramat mendengar ucapan kekasihnya.

Sebagai reaksi Jeno akhirnya hanya mengulum senyum tipis.

“Aku berfikir kenapa tidak dari dulu saja aku melakukan ini. Mungkin, jika aku melakukannya kita sudah menikah sekarang” Kekeh Jaemin.

“Mungkin, tapi sayangnya aku jatuh cinta dengan Jaemin yang polos” Sahut Jeno, dia membuang pandangannya karena merasa sebal dengan ucapan pria yang kini berstatus sebagai kekasihnya.

Ditengah asiknya mereka berdua berjalan, seseorang yang berpapasan dengan mereka tak sengaja menabrak Jaemin hingga minuman yang ia bawa tumpah dan mengenai kemeja Jaemin.

“Akh” Pekik Jaemin, langkahnya terhenti dan dia melihat kemejanya yang terena tumpahan capuccino.

“Astaga... Arghh kau...” Omel Jaemin

“Maaf... Maaf aku tidak sengaja” Pekik wanita itu seraya membungkuk beberapa kali.

Jeno tercekat melihat reaksi Jaemin. Jelas menunjukkan bahwa dia sedang kesal.

“Apa kau tidak punya mata hah?”

Dan tambah tercekat saat mendengar bagaimana Jaemin berakhir memarahi wanita itu, meski ia sudah beberapa kali mengatakan maaf.

“Astaga kemejaku, kau tidak tahu kemeja ini mahal dan kau menumpahkan kopimu” Omel Jaemin seraya mengusapi kemejanya berharap tumpahan kopi itu pudar.

“Tapi aku sudah minta maaf. Maafkan aku” Tutur wanita itu panik, dia mengeluarkan sapu tangan dari saku celananya dan membantu Jaemin membersihkan kemejanya.

“Aish sudah jangan sentuh” Omel Jaemin lagi

“Sayang, sudahlah. Ini hanya kemeja dan nanti juga kering” Sahut Jeno.

“Bukan itu masalahnya Jeno, penampilan tidak maksimal dengan noda kopi ini. Ah sialan, kau merusak suasana kencanku” Dengus Jaemin seraya menatap wanita itu tajam.

Jeno menggeleng melihat bagaimana sikap Jaemin sekarang, dia lihat Jaemin beranjak pergi mungkin ke toilet.

Sekarang dia bukan hanya kehilangan Jaemin yang polos tapi juga kehilangan sikap lembut, pemalu dan sopan. Bukan hanya wajahnya tapi juga sifatnya. Jaemin benar-benar orang asing Dimata Jeno.

Continue Reading

You'll Also Like

747K 55.4K 51
"Seharusnya aku mati di tangannya, bukan terjerat dengannya." Nasib seorang gadis yang jiwanya berpindah ke tubuh seorang tokoh figuran di novel, ter...
293K 25.7K 50
Tidak pandai buat deskripsi. Intinya ini cerita tentang Sunoo yang punya enam abang yang jahil. Tapi care banget, apalagi kalo si adek udah kenapa-ke...
397K 29.4K 39
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
Xeon By najzay_05

Fanfiction

49.9K 4.5K 26
Tentang kehidupan Xeon (Seon) setelah kedua saudara Xeon meninggal kan nya di panti asuhan. Sejak Xeon sadar bahwa dirinya sengaja di tinggalkan ia t...