Nord, and His Edelweis

Da mithazain

176 46 20

Nord adalah manusia biasa, ia bekerja sebagai seorang potografer alam, nekat mengambil projek pekerjaan di te... Altro

prolog
Butterfliest Forest
Sayap Kupu-Kupu?
Terjebak di negeri Peri
Milly

Edelweis

7 5 0
Da mithazain

Nord berusaha menyusuri jalanan yang pernah ia lalui saat mengikuti gadis itu ke arah castele.

Nord terus berusaha mengingat, namun sayang otaknya kali ini tak dapat untuk diajak kompromi.

Lupa!

"Tuhan, dimana gadis itu?" alibi Nord kesal.

Nord mengelus tenggorokannya, ia kembali merasakan haus, Nord lupa, karena terlena berdialog dengan Burung tadi, ia lupa pada tujuan awalnya, yaitu mencari air untuk melegakan dahaganya.

Butiran keringat terus bercucuran di pelipis Nord, tenggorokannya semakin kering, ia sudah melihat kesana kemari mencari mata air, namun nihil.

"Bisa mati gua begini," gumamnya sambil berjalan menyusuri ke arah Selatan.

Selang beberapa menit, tak lama Nord melihat sebuah air yang turun di bebatuan nan sangat indah, dimana air yang jernih itu mengalir menuruni di antara bebatuan yang tersusun seperti tangga.

        ( pict by Helena Ciompovà on pinterest)

"Huff," Nord mengatur deru napasnya saat mempercepat langkah ketika melihat air itu.

"Wonderful" puji Nord sumringah.

Nord mempercepat langkahnya hingga kini telah berdiri di sisi air.

Dengan cepat Nord melepas ranselnya lalu membasuh muka dengan antusias.

"Wow!" ujar Nord meninggikan suaranya, sambil mengekspresikan betapa bahagianya ia menemukan sumber air yang indah ini.

Tunggu!

Nord mengingat sesuatu, benar, ia mengingat kameranya. Ia meraih benda itu dan dengan secepat kilat ia memotret setiap sisi air dengan bebatuan indah tersebut.

"Magic waterfall!" tiba-tiba Nord memberikan nama.

Selesai dengan urusannya, kini Nord dengan antusias memasukan tubuhnya ke dalam air itu, mulai dari membasuh muka, lalu menyelam dengan separuh tubuhnya.

Tak lupa, ia juga meminum air itu untuk membasahi tenggorokannya yang sudah gersang sedari pagi.

Nord tampak menikmati hawa sejuk dari air itu, berenang kesana kemari, hingga lupa pada tujuannya bertemu gadis tadi.

"Waktumu tak banyak, Manusia!"

Deg.

Nord membuka matanya yang tadi sempat terpejam sesaat sambil merentangkan setengah tubuhnya menikmati segarnya hawa air.

Nord sempat kebingungan mencari sumber suara, sebelum akhirnya ia menemukan Burung tadi kembali bertengger di pohon rindang dipinggir sungai.

"Burung?!"

Baru hendak membuka mulut, Nord kembali diabaikan oleh Burung itu dan ia terus terbang menjauh.

Nord menghela napas, kemudian berjalan keluar dari air, meski hatinya enggan, namun ia terus berjalan keluar, mengeringkan tubuh lalu mengganti pakaiannya dengan pakaian kering dari ransel.

Tak lupa, Nord menyempatkan diri untuk mengisi penuh botol minumnya dengan air untuk bekal.

Ketika sedang mengisi botolnya, tak sengaja Nord melihat sekelompok Kupu-kupu dengan berbagai warna indah, berterbangan melintas di atas kepala Nord.

Karena penasaran, Nord akhirnya mengikuti kawanan Kupu-kupu itu.

Selain penasaran, ia juga teringat akan ucapan Burung tadi, "Putri Kupu-kupu!"

Nord mempercepat langkahnya, dan benar, ia mendapati Kupu-kupu tadi pergi ke sebuah taman yang dipenuhi dengan bunga yang sangat cantik.

           (pict by: pinterest Italia)

Nord mengamati dengan amat lekat pemandangan ini, ketika ia hendak memotret, tak lama muncullah seorang gadis di tengah kerumunan Kupu-kupu tadi.

Nord membulatkan matanya kaget, ternyata gadis yang ia cari sudah ada tepat di depan matanya.

Tampa pikir panjang, Nord berjalan mendekati gadis itu.

Ketika hendak menyentuh pundak sang gadis, tiba-tiba sekerumunan Kupu-kupu menyerangnya.

Nord berteriak sambil mengibas Kupu-kupu yang mulai menyerangnya.

Gadis itu menyadari, lalu membalikkan tubuhnya ke arah Nord.

Gadis itu mengisyaratkan ke pada Kupu-kupu itu untuk berhenti, akhirnya Kupu-kupu itu pun mengikuti perintah sang gadis.

Nord masih mengatur deru napasnya, cemas.

"Ja-jangan, Takut!" Nord menyakinkan gadis itu saat ia melihat gadis itu membuat jarak.

Gadis itu masih terdiam, takut.

"Saya tidak akan menyakitimu,"

Alih-alih menjawab, namun gadis itu terus memberi Nord dengan tatapan penuh intimidasi.

"Sa-saya, tersesat!" Nord mencoba menjelaskan, meski sedikit terbata.

"Lalu, kenapa ka-kamu, bisa disini?" tanya sang gadis.

"Entahlah, ceritanya sangat panjang,"

"Aku bahkan  tak tahu aku sedang ada dimana?!" Nord terdengar mengiba.

"Ini negeri Kupu-kupu," gadis itu terlihat sedikit membuka diri.

"Negeri Kupu-kupu?" Nord menampilkan ekspresi kaget, meskipun ia sudah mengetahuinya.

Gadis itu mengangguk.

"Lalu, bagaimana aku bisa keluar dari sini?"

Gadis itu terdiam.

"Entahlah," jawabnya singkat sebelum akhirnya pergi, sesaat setelah seekor Peri kecil membisikan sesuatu padanya.

Nord tak terima, ia tak ingin kehilangan kesempatan untuk mengenal gadis itu.

Selain parasnya yang cantik, Nord juga membutuhkannya untuk keluar dari negeri ajaib ini.

"Tunggu!" Nord mencoba menghentikan gadis itu.

"Aku ingin menjadi temanmu!"

Teman!

Gadis itu menghentikan langkahnya saat mendengar kata itu dari Nord.

Ini kali pertamanya ia menemukan orang yang perawakannya mirip dengannya, selama ini ia hanya bermain dengan binatang dan para Peri yang berbeda wujud dengannya.

Gadis itu membalikan badannya menatap Nord sambil tersenyum.

Cantik.

Itulah kata yang mampu menggambarkan perawakannya saat memberikan senyuman pada Nord, apalagi rambutnya yang tampak terkibas karena tiupan tipis angin.

"Namaku Nord,"

Nord melangkahkan kakinya mendekati gadis itu sambil mengulurkan tangannya.

Tampak bingung, karena gadis itu sangat asing dengan budaya berkenalan.

"Edelweis!"

"Edelweis?" Nord mencoba mengoreksi sambil menarik kembali tangannya yang tadi hendak berjabat tangan seperti biasanya, namun tak berbalas.

"Oh, nama kamu, Edelweis?" Nord mencoba memastikan.

Gadis itu mengangguk sambil tersenyum mengiyakan jawaban Nord.

"Nama kamu indah, cantik juga," puji Nord.

Gadis itu hanya tersenyum, lalu menarik tangan Nord menuju suatu tempat.

Nord yang tampak kebingungan hanya bisa pasrah dan mengikuti langkah gadis itu.

Tak lama, mereka sampai di suatu tempat, dimana kembali membuat Nord berdecak kagum.


(Pict, by: James coleman studios post )

"I-ini, tempat apa?" Nord pura-pura bertanya, padahal ia tahu persis bahwa tempat inilah waktu pertama kali ia mengikuti dan melihat sayap Edelweis.

"Telaga,"

"Telaga?" jawab Nord.

Gadis itu tersenyum, "Karena kamu temanku, aku ingin mengatakan bahwa ini adalah tempatku ketika sedih,"

"Kamu sedih kenapa?" tanya Nord.

"Aku rindu Ayahku," ujar Edelweis sambil menghapus air matanya.

Deg.

Nord merasa bingung sekaligus sedih dengan apa yang ia dengar barusan.

Nord hanya terdiam tampa mengeluarkan sepatah katapun, ia mencoba untuk menahan lebih dikit lagi keinginannya untuk pulang, sepertinya Nord mulai penasaran dengan sosok cantik dihadapannya ini.


Continua a leggere

Ti piacerà anche

1.3M 90K 23
#Book-2 in Lost Royalty series (But can be read standalone ) Ekaksh Singh Ranawat The callous heartless , sole heir of Ranawat empire, which is spr...
72K 6.2K 42
What if Arnav gets a chance to rectify all his mistakes? What if he gets a chance to avoid such situations? What if he gets to know Khushi is his wou...
899K 53.9K 55
Published on 4/5/20 In Neo's past life, he was a wicked person who sought to kill his little brother, the rightful heir of a Ducal House. His conspir...
154K 6.9K 21
စံကောင်းမွန် + တခေတ်ခွန်း ငယ်ငယ်ကခင်မင်ခဲ့တဲ့ဆက်ဆံရေးကနေအကြောင်းတစ်ခုကြောင့်စိတ်သဘောထားကွဲလွဲပြီး ပြန်တွေ့တဲ့အချိန်မှာသူဌေးနဲ့အလုပ်သမားဆက်ဆံရေးဖြစ်သွ...