Terjebak di negeri Peri

23 6 10
                                    

Tak merasa tengah tidur dibawah pohon rindang di tengah hutan, Nord tampak damai dalam tidurnya.

Hingga, sinar matahari-lah yang mampu membangunkannya.

Nord menyipitkan matanya, sambil menghalangi sinar itu dengan tangannya.

Perlahan ia bangkit, melihat keatas dan kesekitar, dengan nyawa yang belum terkumpulkan semuanya, masih sempoyongan.

Sial!

Nord mengumpat, bahwa ia masih tersesat entah di negeri apalah namanya ini.

Ia kembali duduk, lalu merenung, seolah sedang memikirkan sesuatu.

Benar, Nord tengah memikirkan bagaimana caranya ia supaya bisa keluar dari tempat ini.

Nord mengeluarkan botol minumnya hendak minum, karena sudah menjadi kebiasaannya meneguk air setelah bangun tidur.

Kosong!

Ternyata, beberapa hari di hutan, membuat persediaan air yang Nord bawa tak mencukupi.

Nord kembali mengumpat, lalu merapikan ranselnya, dan terus berjalan, entah kemana, yang jelas ia ingin mencari jalan keluar.

Setelah cukup lama berkeliling, ternyata Nord masih terperangkap di negeri dongeng tersebut.

Kenapa negeri dongeng? Karena tempat ini sangat indah, siapapun yang menatapnya pasti akan selalu berdecak kagum.

Hawa-nya, bunga-bunga indahnya, bahkan setiap sudutnya persis seperti negeri dongeng yang di buku-buku.

"Gua kemana lagi, ya?" gumam Nord.

"Utara, Selatan, Timur, Barat, semuanya sudah gua jelajahi, tapi tetap aja ga keluar-keluar," Tambahnya semakin kesal.

Nors kembali termenung, sambil mengamati sekitar, dan mengeluarkan kameranya.

Nord memeriksa, ternyata masih berfungsi, tapi sayang, satelitnya tak berfungsi.

Sementara itu, Ferdian tampak kacau, dimana ia tak bisa memantau keberadaan dan keadaan Nord saat ini, dikarenakan koneksinya terputus.

"Tenang, Ferdian, Nord baik-baik saja, kok," alibinya menenangkan hati.

"Kemarin juga begitu, tapi Nord mengabari, dia pasti lagi fokus sama pemandangan disana," tambah Ferdian lagi, sebelum akhirnya menutup laptop dan bergegas melanjutkan pekerjaannya di ruang meeting.

Nord sempat kesal dengan satelit itu, sampai akhirnya ia sadar bahwa ia kini terjebak bukan di negeri manusia, yang mana dipenuhi oleh teknologi.

Nord mulai meredakan emosinya, sampai akhirnya ia kembali fokus pada kameranya untuk memotret sekeliling.

Ditengah asik memotret, tiba-tiba terdengar suara kicauan burung yang tengah berpijak di atas pohon yang tak jauh dari tempat Nord berdiri.

Atensinya teralihkan.

Ia menatap Burung itu, lalu tersenyum, karena terpesona dengan bulu indahnya.

Ia menatap Burung itu, lalu tersenyum, karena terpesona dengan bulu indahnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

        (Pict by Rizlaine sarah, pinterest)

"Burung, coba aja kamu bisa ngomong, kasih tau aku gimana caranya keluar dari, sini?" gumam Nord sambil menurunkan kameranya.

"Kamu tidak bisa keluar, manusia!"

"Astaga!" Nord terkejut.

Ia memundurkan langkahnya, kaget dan juga takut.

Siapa yang tidak takut, binatang yang selama ini hanya bisa berkicau, namun hari ini bisa menjawab pertanyaan bak manusia.

Nord menepuk-nepuk pipinya keras, guna menyadarkan bahwa ini bukan mimpi.

"Ko-kok, ka-kamu, bisa ngomong?" tanya Nord gagu.

"Karena aku tidak di alam mu,"

"Alamku?" koreksi Nord.

"Betul,"

"Memangnya, ini Alam, apa?"

"Negeri peri,"

"Peri?" Nord semakin tak percaya.

"Iya, semua yang kamu lihat disini adalah Peri, dimana kami bisa berubah menjadi apa saja yang kami, mau," jelas si Burung.

"Jangan mengelabuiku!" Nord merasa dibodohi.

Tak lama, Burung yang tadi Nord lihat memiliki bulu yang indah, kini tak lagi sama, ia telah menjelma menjadi seekor Capung yang sangat besar, bahkan memiliki warna yang tak kalah cantik dari Burung tadi.

"Wow,"

Nord kembali takjub dan kaget, ia kali ini benar-benar percaya dengan apa yang dikatakan si Burung tadi.

Selang beberapa saat, Capung itupun kembali lagi menjadi seekor Burung.

"Baiklah, aku percaya. Lalu, bisakah kau beritahu aku, bagaimana caranya keluar dari negeri ini?" selidik Nord.

"Bisa, asalkan kau bisa menyentuh sayap dari Putri Kupu-Kupu,"

"Putri Kupu-Kupu?"

"Bagaimana caranya? Bahkan, aku saja tak mengenalinya," jelas Nord setengah kebingungan.

"Kau bisa mendekatinya, sayap itu hanya bisa keluar jika ia mandi di telaga keabadian,"

"Parasnya sangat cantik, rambutnya berwarna kemerahan dan bergelombang, kulitnya seputih salju dan perawakannya sangat anggun," Jelas Burung lagi.

Nors terdiam sambil memikirkan bagaimana cara menemukan gadis itu.

"Jika dalam waktu dua minggu kau tak bisa menyentuh sayap itu, maka kaubakan terjebak selamanya di negeri ini" tambahnya lagi, kemudian mengibaskan sayapnya terbang menjauh.

"Hei Burung, tunggu!" teriak Nord sambil mengadah menatap Burung itu semakin menjauh.

"Burung, aku belum selesai bertanya!" pekik Nord namun tak berhasil.

Nord Frustasi. Menjambak rambutnya kasar.

"Sial! Sial! Sial!"

Gumamnya sambil menendang-nendang sesuatu didekat kakinya.

Bersayap, cantik, rambut merah bergelombang, kulit seputih salju, anggun, dan sayapnya muncul ketika ia mandi di telaga!

Nord mengulang perkataan Burung tadi, sambil mencocokkan dengan gadis yang ia temui tempo hari.

"Gak salah lagi, dia orangnya!" gumam Nord lalu mengangkat Ranselnya bergegas pergi.





Nord, and His EdelweisWhere stories live. Discover now