Milly

6 4 1
                                    

Kali ini bukan tentang Nord, melainkan Edelweis.

Gadis itu tampak sumringah menyusuri jalanan yang ditumbuhi oleh berbagai macam jenis bunga  sambil bersenandung kecil, Edelweis tampak sesekali menoleh pada Nord yang berdiri sambil menyimpul senyum menatap punggungnya yang kian menjauh.

Nord melambaikan tangan, membuat garis indah terukir di bibir Edelweis.

Seperti seseorang yang tengah dimabuk cinta, Nord lupa akan ketakutannya pada tempat ini.

Takut akan kesendirian.
Takut akan tak bisa pulang selamanya.

Ia hanya terus tersenyum sambil membayangkan, betapa indahnya ciptaan Tuhan satu ini.

"Edelweis," Nord mengulang nama itu sambil sesekali menutup wajahnya, malu.

Nord terlihat begitu normal mencintai gadis itu, bahkan sampai lupa jika gadis itu bukan manusia seutuhnya.

Edelweis berlari kecil menuju castele nya, tampak ada begitu banyak pelayan yang tentu tak berwujud manusia tengah sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

Namun ada satu yang unik, Milly, seekor Peri kecil yang selalu mengikuti kemanapun Edelweis pergi.

Bahkan, Milly adalah satu-satunya Peri yang mengetahui pertemuan Edelweis dan Nord.

"Edelweis? Dari mana saja, kamu?"

Seorang wanita dengan baju serba hitam, namun memiliki perawakan tak kalah cantik dari Edelweis tiba-tiba bersuara saat Edelweis hendak memijak anak tangga.

"Danau," jawabnya singkat, namun disertai senyum.

Wanita itu tampak mengerutkan keningnya, heran. Karena selama ini, Edelweis akan pulang dengan wajah murung saat sehabis dari danau.

Namun berbeda dengan kali ini, meski sedikit curiga, namun wanita itu membiarkan Edelweis berlalu, tanpa memberikan banyak pertanyaan lagi.

"Ed, apakah kamu tidak takut?" Milly mengajukan sebuah pertanyaan, saat hanya ia dan Edelweis berdua di kamar.

"Kenapa?"

"Pria tadi!"

"Nord?  dia baik, aku menyukainya," Edelweis menjawab sambil menyisir rambutnya didepan cermin.

"Ed?! Apa kau sudah gila?" Milly tampak kesal dengan jawaban Edelweis.

"Milly, apa yang salah, ini pertama kalinya aku memiliki teman,"

"Lalu, aku?" Milly tampak kesal karena tak dianggap.

"Kau temanku, tapi aku tak jatuh cinta denganmu, tapi dia bisa membuatmu jatuh cinta,"

Milly pasrah, ia tampak tak semangat untuk melanjutkan perdebatan dengan Edelweis, Milly takut, jika sang Ratu mengetahui hal ini, bagaimana nasib Nord.

"Kau menyayangiku, bukan?

"Tentu!"

"Beri aku bahagia, walaupun hanya satu kali!"

Deg.

Milly menatap nanar Edelweis yang tampak berkaca-kaca, meski Edelweis tumbuh besar dari dirinya, tapi Milly tau persis bagaimana perjalanan hidup gadis itu, bahkan jauh sebelum gadis itu dilahirkan.

Milly mengelus lembut pipi Edelweis, meski tubuhnya sangat ingin memeluk gadis itu, namun ia hanya mampu untuk mengelus pipinya, bahkan sesekali menghapus air matanya kala menangis, karena ukuran tubuh Milly sama besarnya dengan ukuran Kupu-kupu pada umumnya.

"Aku menyayangimu Ed,"

Keduanya hanyut dalam kesedihan.

............

Nord tak tahu lagi dimana ia harus tidur malam ini, ini sudah hampir memasuki hari ketiga ia terjebak di negeri ini.

Jika malam sebelumnya ia tertidur di bawah pohon besar tampa sadar, maka malam ini ia akan mendirikan tenda dengan keadaan sadar.

Karena posisinya Nord masih duduk di pinggir danau tadi, maka ia kembali memutuskan untuk mendirikan tenda disana pula.

Entah mengapa, meski ini sudah malam namun di negeri ini sangat berbeda, jika biasanya di hutan akan tampak gelap dan menakutkan, namun disini justru kebalikannya, meski tak begitu terang namun cahaya Kunang-kunang malam mampu membuat cahaya yang begitu cantik.

Nord duduk menghadap ke danau, sambil sesekali mengingat wajah Edelweis, ia menatap setiap sudut danau itu, hampir disetiap sisinya dipenuhi daun teratai, namun masih menampilkan kesan cantik.

"Waktumu tinggal dua belas hari lagi, Manusia!"

Nord terperanjat, ia tampak kaget saat suara itu tiba-tiba membuyarkan lamunannya.

"Burung?" Nord menyadari jika yang bersuara tadi adalah Burung tempo hari.

"Jika aku terjebak selamanya di Alam ini, apa yang akan terjadi?" entah apa yang ada dipikiran Nord saat ini, namun jawabannya terlihat antara pasrah dan penasaran.

"Kau akan menjadi sepertiku,"

Deg.

"Ja-jadi, Bu-burung?!" Nord shock. Mau siapapun, mana ada manusia yang ingin menjadi hewan, meski menjadi manusia bukanlah hal yang mudah, namun rasanya menjadi hewan bukanlah solusi yang bagus, pikir Nord.

"Gini amat gua, masa habis ditinggal nikah berubah jadi Burung sih, " tiba-tiba Nord bergidik sambil bergumam membayangkan bagaimana jadinya jika ia beneran menjadi Burung.

"Tunggu! Berarti, dulunya kamu adalah manusia?" Nord menyadari ucapan Burung tadi.

"Tidak, aku adalah Peri, namun hukumnya begitu, jika manusia tersesat selama empat belas hari disini, maka ia akan abadi dan menjadi salah satu dari bagian kami,"

Nord menelan salivanya kasar, berusaha menetralisirkan detak jantungnya takut.








Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: May 31, 2022 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

Nord, and His EdelweisDonde viven las historias. Descúbrelo ahora