ABIGAEIL

parkchim_chim2

666K 51K 4.5K

Abigaeil, namanya manis dan imut anaknya si buntalan daging mengemaskan yang selalu menjadi primadona para te... Еще

1
02
cast
03
04
05
06
07
08
10
15
09
11
12
13
14
16
00 : 41
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27.
28
30
31
32
33
34
35..
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
Tesss
52
53
54
👋👋
55
56
57
58

29

12.8K 1K 106
parkchim_chim2




🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀






DARMA UTAMA HIGH SCHOOL

Zaidan mendatarkan wajahnya begitu mobilnya sampai diparkiran sekolah,
sebuah Lamborghini Veneno dengan warna hitam tunggangan favoritnya setelah motor sport kesayangannya.

Wajah tampan, tubuh tinggi, tatapan tajam belum lagi rambut yang mulai tumbuh panjang menambah kesan bad boy dan manly seorang zaidan, membuat kaum hawa se-darma utama terpikat pesonanya.

Abigaeil celingukan ke sekeliling, meremat tas sekolahnya.
mata kucingnya dibalik tubuh tinggi zaidan mengedar memperhatikan para perempuan yang berbisik bahkan ada yang sampai memekik kala zaidan melewati mereka, curi-curi pandang pada wajah datar zaidan.

" Nah, bulett... sampai lo mau gue anterin sampe kelas ga? " tawar zai ketika mereka sampai di persimpangan yang mana bila lurus kedepan kelas abigaeil, dan bila belok kanan dekat tangga kelasnya zaidana.

Abigaeil mengembungkan pipinya, menatap sengit zai.

" Abi ndak bulett ya..!" dengusnya

" Sana-sana~ idan pergi aja.
abi bisa pergi ke kelas sendiri" suruh abi ketika melihat beberapa mata masih betah menatapi keduanya. abi risih omong-omong.

" Idih ngusir "

" Y udah gue ke kelas, kalo ada apa-apa atau kalo ada yang gangguin lo kasih tau gue..oke.." ucap zai

Abigaeil mengangguk malas, mendengarnya melambaikan tangannya sebagai syarat menyuruh zai pergi.

" Bye-bye, abang pergi ya " zai nyengir mengusak rambut yang lebih muda sebelum beranjak dari tempatnya, merasa bangga karena sekarang ia sudah punya seorang yang bisa ia panggil adik.

Lantas cengiran zaidan membuat beberapa kaum hawa yang intens menatap interaksi kakak-beradik itu memekik heboh.

Ini momen langka melihat manusia semacam zaidan tersenyum...

Abigaeil mengangkat bahunya, mengabaikan mata yang menatap penuh tanya padanya.

Termasuk sepasang bola mata yang menatap tajam pada sosok mungil yang telah beranjak pergi.

Abigaeil tersenyum manis, duduk tenang di bangkunya seperti biasa tidak ada yang menyapanya didalam kelasnya. ia di jauhi tidak punya teman hanya karena ia dikenal sebagai siswa miskin anak beasiswa.

.
.
.

" Ray..."

Abrian mencolek lengan rayi yang tengah asyik memainkan game di ponselnya, mengabaikannya sedari tadi.

" Ray..?! " panggil ian lagi

" Hm.."

Menghembuskan nafasnya pelan mendengar suara rendah ray.

" Lo marah..? " tanya ian merasa ray mendiaminya.

" Gak, emang kenapa gue mesti marah sama lo..? " tanya ray

" Ya terus Lo ngapain diem terus ga respon waktu gue ajak ngomong.. dirumah juga gitu Lo nge-hindar " cerocos ian

Ray menaikan satu alisnya, menatap kesal abrian.

" Ya menurut lo aja, gue masih kesel ya. gara-gara lo gue sampe ingkar janji sama adek.." ujar ray sewot

Ian menghela nafas panjang

" Cuma karena itu doang, gue ngelarang juga kan buat kebaikan lo, gue ga mau lo dikeluarin dari basket cuma gegara anak itu "

Ray memejam mendengar ocehan abrian, pingin rasanya menyumpal mulut ian dengan sepatu miliknya.

" Cuma? cuma Lo bilang, asal lo tau ya adek lebih berharga daripada basket.."

Ian tersenyum miring, mengeleng pelan mendengar jawaban ray.

" Lo berubah ray, Lo berubah cuma karena anak itu. gue tau basket impian lo dari dulu dan sekarang cuma gara-gara anak itu lo mau relain mimpi Lo gitu aja...
Lo berubah ray, Lo udah ga asyik kaya dulu lagi.." dengus ian menaikkan suaranya untung sekarang sudah jam istirahat jadi hanya ada beberapa murid saja yang tersisa didalam kelas.

Ray berdecih singkat, matanya menajam bak tatapan elang. pertanda si tampan itu tengah menahan emosinya.

" Terus..? Lo iri sama adek? " tanya ray

" Gila, buat apa gue iri sama anak ga penting kaya dia..! " jawab ian

" Oya.. terus ngapain lo sewot, denger ya ian... bukan gue yang berubah, tapi lo..!
Lo yang berubah ian, Lo bukan lagi ian, abang gue yang gue kenal...
Lo keras kepala, egois tau ga.. berpikir kalo apa yang Lo lakuin selama ini benar.
Lo pikir Lo doang yang paling tersakiti disini?
ga bang, coba Lo pikir dari sudut pandangnya adek, Lo berpikir kalo adek yang udah rebut semua kasih sayang mama kalo gitu sama dong lo juga udah rebut papa dari adek...
dari dulu dia cuma hidup sama mama, hidup susah diluar sana sementara kita hidup foya-foya pakai uang papa, yang seharusnya ada hak adek dan mama juga disana...
dan Lo masih mau bilang adek rebut segalanya dari Lo..?

Ray menjeda kalimatnya, melihat abrian tidak bergeming entah mendengar ucapannya atau tidak.

" Ini juga ga mudah buat adek, mama pergi ninggalin dia disaat dia cuma punya mama dihidupnya, satu-satunya orang yang bisa dia andalkan juga ikutan sekarat.
Lo pikir itu mudah buat anak kaya adek..?
umurnya emang udah lima belas tahun, tapi ga sama pemikirannya bang. dia masih suka kaya anak kecil bahkan lebih dari itu...
berpikir saat pertama kali kita semua menolak kehadiran dia dirumah itu nyakitin dia bang.
dia sakit, nangis tiap saat liat lo selalu natap dia pake pandangan sinis lo, nangis tiap kali lo nolak dia padahal dia udah berusaha mendekat bang...
Lo egois abrian, harusnya Lo coba tempatin posisi adek bukannya malah narik kesimpulan yang bikin Lo akhirnya semakin menjauh, semakin menyakiti perasaan adek...,
Lo abangnya abrian, dan anak yang ga penting menurut lo itu, adek lo..."

Abriansyaa, mengepalkan tangannya irisnya memerah mendengar segala ucapan rayidanta.

Entahlah perasaannya campur aduk memikirkan semua yang sudah ia lakukan, ia bingung dengan semua situasi ini ia jengah, muak dan juga lelah tapi tidak tau cara melepaskannya.

Dengan wajah datarnya, ia keluar dari ruangan kelas mengabaikan beberapa siswa yang menatap kepergiannya begitu pula dengan rayidanta yang terduduk setelah menghembuskan nafas panjangnya, sesulit itu mengembalikan pikiran waras seorang abriansyaa.

.
.
.

Abigaeil menatap kesal punggung tinggi fathar yang sibuk tebar pesona sana-sini, lihat saja begitu asyik menyapa tiap siswi yang lewat.

" Aduhh, titan fathar! cepet ih, abi pingin mam tau... lelet jalan na.." sewot abi mendorong pelan punggung fathar.

" Eh.. bayinya a'a kelaparan~ " fathar nyengir merangkul tubuh mungil itu.

Kedua remaja berbeda postur tubuh itu akhirnya sampai di kantin.

" Bayi mau makan apa? biar a'aa pesanin..? " tanya fathar

" Apa aja, yang penting enak..!" jawab abi

Fathar mengangguk, meninggalkan abigaeil yang telah anteng di meja.

Hingga fathar datang membawa pesanan mereka, sepiring nasi goreng kantin yang lezat dan juga teh manis hangat.
binar manik kucing itu melebar menatap penuh minat pada makanan yang telah tersaji.

" Nih, makan yang banyak yah bayi biar cepat besar" ujar fathar mengusak rambut si manis, abigaeil mengangguk mulai menyuap makanannya.

" Dasar bayi, makan aja masih belepotan" kekeh fathar

Mengelap sudut bibir mungil abi mengunakan tisu.

.
.
.

" Bayi mau kemana..? " tanya fathar ketika mereka selesai dari kantin

" Toilet..."

" A' temenin ya.." ujar fathar

" Eh, ngapain.. nda mau abi bisa sendiri, fathar sana masuk duluan kata na tadi mau contek pr" tolak abi

Fathar berdehem lalu, nyengir lebar.

" Hehehe, tau aja.. a'aa salin punya abi ya. abi butuh nya di mapel terakhir kan?
nanti a'aa balikin ke kelasnya bayi" pinta fathar

Abigaeil mengembungkan pipinya, sedetik kemudian mengangguk lucu.

" Mm, terserah fathar aja abi pergi dulu..! " seru abi berlari kecil

" Aduhh bayi jangan lari-larian.."

Pekik fathar.

Abigaeil bersenandung kecil sambil membasuh tangannya, memainkan busa dari sabun pencuci tangan yang tersedia di wastafel.

Memang bayi sekali tingkahnya...

Bruagg...!

Abigaeil terlonjak ketika pintu bilik kamar mandi yang sedang ia gunakan terbuka kasar.

Tubuhnya menegang melihat erik dan kawanan berada disana, menyeringai tipis padanya. oh.. ayolah dia sedang dalam masalah lagi.

" Hai cupu..." sapa erik mendekati abigaeil yang tertahan di sudut menatap takut erik.

" Kenapa? takut banget liat gue..? " tanya erik

" Kangen ya main sama gue.." erik menyeringai

Abi mengeleng, berusaha menghindari erik.

" Heh..! cupu ada hubungan apa Lo sama anak-anak black shadow..? " tanya erik

Abigaeil diam, mengeleng ia tidak tahu apa yang dimaksudkan oleh erik

Black shadow...?

Dia bahkan baru mendengar namanya.

" Lo bisu..?! " sentak erik menarik surai abi hingga membuat anak itu meringis mendongak

" Jawab..! ada hubungan apa Lo sama black shadow..?! " erik mengulang pertanyaannya.

" Arghhh...shh.. sa-kitt.." ringis abi mengeleng lirih membuat erik semakin kesal.

" Jawab.." tekan erik

" Hiks... um.. a-abi ndak tau,..shh lep-as hiks.. " isak abi menahan tangan erik yang menguatkan jambakan pada rambutnya hingga membuatnya semakin kesakitan bahkan pusing.

" Oh, pinter boong ya Lo sekarang cupu..?!
berani ya Lo sama gue..?!
HAH..BERANI LO SAMA GUE..!"

Abigaeil memejam mendengar suara teriakan erik, air matanya menderas tolong siapapun tolong anak manis itu.

" A-abi ndak tau... sa-kit hh.." abigaeil mengeleng ribut menatap memohon pada erik agar melepasnya, kepalanya terasa sangat sakit sekarang.

" Huh... berani ya Lo, mentang-mentang sekarang anak black shadow belain, Lo berani sama gue.." geram erik melepas kasar genggamannya mendorong tubuh mungil itu hingga menghantam pinggiran wastafel.

Abigaeil mengerang kesakitan, kala punggungnya menghantam kuat pinggiran wastafel membuat tubuhnya terasa remuk.

" Hiks..hiks..sakitt... ugh.. arghh.." anak itu meringis kuat dengan air mata menderas.

Erik berdecih, meraih ember yang berisi air yang memang ditampung disana.

Byurrrr

Tanpa rasa iba menguyur tubuh mungil itu, senyuman mengembang di bibirnya melihat tubuh mungil abigaeil menggigil.

" Rasain lo..."

" Awas ya lo, kalo Lo berani ngadu sama anak-anak black shadow gue bakal lakuin hal yang lebih parah lagi daripada ini...
anak miskin kaya lo pantas dapatin ini..."

Ujar erik melepas cengkramannya pada dagu abi dan pergi dari sana tidak lupa mengunci pintu kamar mandi dari luar. meninggalkan abigaeil yang menggigil kedinginan dan juga menahan sakit.

" Hiks... m-mama sa-kit um, papa tolong abi huks... sakittt.." isakannya

Menyeret tubuhnya mendekati pintu, rasa paniknya kembali muncul ketika menyadari pintu kamar mandi terkunci dari luar.

" Um.. pintu na, kenapa hiks..buka..!!! " abi berteriak mengedor pintu

" Hiks...buka pintu na, to-long..papa..! papa..! tolong abi... abang...huks...uhuk-uhuk..buka..!!"

Abigaeil berteriak ditengah tangisnya berusaha menggedor pintu,. berteriak sekuat tenaga tapi nihil tidak ada yang mendengar teriakannya ini memang sudah memasuki jam pelajaran makanya tidak ada lagi murid yang berkeliaran di luar kelas.

Abigaeil meluruh, memeluk tubuhnya sendiri merasa kedinginan belum lagi rasa sakit yang menyerang punggung dan juga dadanya.

" T-tolong.. uhuk-uhuk... tolonghh, a-abi takut~ "

" Hiks... A-abang.."

Dug
Dug
Dug...

Suara ketukan lirih terdengar, membuat atensi remaja tampan itu teralihkan menatap sekeliling. asalnya dari bilik kamar mandi disebelahnya.

Keningnya berkerut sebentar, memasang pendengarannya baik-baik kala suara isakan lemah terdengar.

" Mana ada hantu siang bolong begini" beo-nya

Merasa bulu kuduknya meremang, hei... ini kamar mandi orang iseng mana yang menangis dikamar mandi, belum lagi suasana sepi hampir tidak ada orang membuat remaja bermata sipit itu berpikiran yang tidak-tidak.

" Hiks... tolong hhh... a-abi takut..
.... abang...hiks..."

Abriansyaa membulatkan matanya tidak, ia tidak salah dengar sepertinya itu suara tangisan.

" Ada orang didalam..?! " gusarnya mengetuk pintu

Abigaeil membuka matanya pelan mendengar suara

" T-tolong hhh... " pintanya lemah

Abrian tertegun sejenak kenapa suara itu tidak asing ditelinga nya...

Bruagg
Bruag

Krieeet...Takk..!

Abriansyaa melotot kaget, melihat tubuh mungil abigaeil bersandar pada dinding dengan mata terpejam, hatinya menyesak melihat bibir pucat yang hampir membiru itu.
mengigil kedinginan memeluk tubuhnya yang basah kuyup.

Langkah kakinya mendekat, berjongkok di depan anak itu. abrian terdiam seribu bahasa ini pertama kalinya setelah mengenal anak itu dia berada sedekat itu dengan anak yang sudah menyebabkannya berdebat dengan rayidanta hari ini.

Otaknya menyuruhnya menjauh, tapi justru hatinya memintanya mendekat.

" A-abanghh...uhuk.. tol-ong dingin.."

Abrian berkedip lambat menekan gejolak hatinya bergetar mendengar suara lemah anak itu.

Abigaeil menatap nanar sosok yang telah menolongnya, matanya mengabur pandangan terbayang tidak jelas tapi dia bisa mencium aroma familiar dari sosok itu. itu abangnya abriansyaa.

Abrian mengeleng mengepalkan tangannya, melihat mata kucing itu kembali terpejam dengan nafas tersendat, tubuh mungil itu terlihat bergerak tidak nyaman dengan bibir bergetar mengeluarkan ringisan yang menyakiti hatinya.

Membuka almamaternya dan memakainya pada tubuhnya mungil itu.

" J-jangan ti-dur, k-amu akan baik-baik saja..." ucap abrian menenangkan. tangannya bergerak mengendong tubuh mungil itu jika langkahnya tergesa memikirkan anak ini perlu pertolongan segera.

Abriansyaa memacu langkahnya menuju uks, melihat abigaeil terus mengigil ia bisa merasakan anak itu meremas kuat seragam sekolahnya.

Bruakk...

Beberapa orang yang berjaga di uks terlonjak ketika pintu dibuka kasar

" T-tolong... tolong anak ini..! " seru ian dengan suara bergetar meletakan tubuh mungil itu di atas ranjang uks.

" Shhh... sa-kitt~ hiks..."

Ringis abi, membuat abrian semakin cemas.

" Kenapa? loh...dia siswa kelas 10 kan?
yang kemarin masuk uks, karena pingsan dikamar mandi.."

Seorang siswi perempuan anggota PMR, muncul dan langsung mengenali abigaeil sebagai langganan masuk uks.

Abriansyaa melotot mendengar ucapan siswi itu.

" Astaga kenapa bisa basah begini..."

Seorang wanita ber-jas putih mendekat melepas almamater milik abrian.

" Boleh saya saja yang mengantikan bajunya dok..? "

Sela abrian yang mulanya terdiam di sudut ruangan, ketika melihat dokter wanita itu hendak membuka kancing seragam milik abi bersiap menggantinya dengan seragam baru.

" D-dia adik sa-ya.." ungkap abrian, menatap iba tubuh mungil yang masih mengigil.

Dokter itu mengangguk bergeser membiarkan abrian mengantikan tempatnya.

Abrian mendekat, tangannya bergetar pelan ketika menyentuh abi yang setengah sadar sepertinya.

Gerakannya terhenti, manik sipitnya membola melihat lengan pendek yang terdapat sedikit tonjolan berwarna ungu, dan sedikit memerah sangat kontras dengan kulit putih bersih abi.

" Hiks..hiks... a-abanghh sa-kitt,.."

Abrian tertegun ketika merasa tangan mungil itu menyentuh tangannya.
matanya berembun kala bersitatap dengan manik penuh air mata si kecil.

" P-pula-ng, a-abi mau pulang..hh.." pinta abigaeil lemah.

Ian terdiam dengan mata terus menatap abigaeil, diam seribu bahasa.

" Eh.. ini kenapa biru begini? " dokter wanita itu menyela acara tatap-tatapan antara abi dengan abrian menunjuk punggung sempit abi yang juga terdapat luka memar yang terlihat membengkak.

Ian turut melihat arah telunjuk dokter, menahan nafasnya sebentar kenapa tubuh anak ini penuh lebam.
sebenarnya apa yang sudah terjadi pada anak ini siapa yang melakukannya pada anak itu.

Setidaknya itulah yang ada dipikiran abrian saat ini.

" Saya periksa ya.." ucapan dokter kembali menyadarkan abrian membiarkan dokter itu melakukan tugasnya menghela nafas mendengar ringisan dan rengekkan abi.

Berdiri di sudut ruangan sambil memerhatikan dokter yang mulai mengobati luka di punggung abi.

Duaghh...!

Suara pintu uks yang dibuka kasar mengalihkan perhatian semua, ian menatap tajam pada rayidanta yang baru saja masuk kedalam uks dengan wajah yang terlihat khawatir.

" ADEK...?! "

Ray tidak bisa menahan diri ketika mengetahui adik kecilnya, masuk uks.
berpikir suatu yang buruk terjadi pada sang adik berhasil membuatnya cemas.

Nafasnya memburu, mengelap sisa keringat di dahinya. percayalah gedung uks dengan ruang kelasnya itu tidaklah dekat dan ray terpaksa berlari saking takutnya terjadi sesuatu pada sang adik.

" Adek...? adek ga papa..? kenapa bisa gini..? " tanya ray melihat adiknya terkulai lemas dengan sisa air mata di mata indah itu.

Abi hanya bisa mengeleng pelan air matanya luruh lagi, melihat betapa ray sangat mengkhawatirkannya.

" Heiy.. kenapa nangis lagi? mana yang sakit.. kasih tau abang.." pinta ray pelan mengusap air mata sang adik.

" Dokter? adek saya ga papa kan..?! " tanya ray

Dokter wanita itu gelagapan melihat dua putra pemilik yayasan dimana ia bekerja.
ada dihadapannya, sama-sama terlihat mengkhawatirkan anak yang sama.

" Aha... tuan muda.. ada luka di bagian punggungnya saya sudah oleskan krim pereda nyeri, tapi sebaiknya untuk memastikan kondisinya baik-baik saja tuan bisa melakukan pengecekan di rumah sakit.." jelas dokter itu

Ray memejam menyibak seragam sang adik menemukan luka lebam di punggung adiknya membuatnya mengeram tertahan.

" Kasih tau abang siapa yang udah lakuin ini...? " tanya ray air wajahnya mengeruh dengan manik berkilat.

Abigaeil hanya bisa terdiam menatap takut, ini pertama kalinya ia melihat perubahan pada tatapan ray.

" Lo bikin dia takut ray..."

Rayidanta melongok ke sisi kanan baru menyadari bahwa ada orang lain disana.
manik berkilatnya menghunus tatap pada abrian, tangannya terkepal erat.

" Lo.. ngapain disini..?! " sentak ray

" Ini kerjaan Lo kan..! "

Abrian mengerutkan keningnya kala ray menuduhnya.

" Lo apain adek gue brengsek..?! "

Buaggg...

" A-abang..!" abigaeil memekik ketika tangan ray mendarat dipermukaan wajah datar abrian.

Sementara abrian kaget, mengusap sudut bibirnya yang sedikit robek setelah menerima bogeman tangan saudaranya itu.

" LO APAIN ADEK GUE, ANJING..! "

Ray marah berpikir ini adalah perbuatan abrian, hanya sebuah spekulasi.
dia baru saja berdebat dengan ian dan sekarang adiknya terluka.

Berpikir ian melampiaskan kekesalannya pada sang adik, mungkin saja bukan mengingat betapa tidak sukanya abrian pada abigaeil...

" A-abang hiks...! " abi berteriak

Melihat ray berteriak dihadapan ian dengan tangan menarik kerah seragam milik abrian.

" Gue tau lo gak suka sama adek, tapi lo ga harus celakain dia ian..! " pekik ray emosi

Mengabaikan beberapa orang yang menontonnya, tidak ada yang berani memisahkan keduanya.

" GUE GA SEGILA ITU RAYIDANTA..! DAN LO SALAH PAHAM..! " ian membela diri

" TAPI, LO DISINI DAN ADEK GUE LUKA..?! " balas ray

Abigaeil terisak menutup telinganya, saat ray dan ian saling membentak satu sama lain.

Zaidan sampai di uks menyaksikan dua abangnya yang terkenal akur sedang adu urat.

Berlari mendekati abigaeil yang meringkuk menutupi telinganya, zai tau anak itu pasti takut melihat pertengkaran dua abangnya menatap tajam para penjaga uks yang malah asyik menonton.

" Bulett...Lo ga pa-pa? "

Abigaeil mendongak, menatap zaidan dengan iris memerah digenangi air mata, bibir plum-nya sedikit berdarah digigitnya untuk melampiaskan rasa takutnya.

" Abang!"

Zaidan segera mendekap abigaeil melihat betapa menyedihkan wajah imut itu

" Ab-ang hiks...takut, pu-lang..uhuk..."

" Sialan, nih tikus-tikus.." geram zai menatap dua abangnya, tangannya dibawa mengusap punggung sempit abigaeil yang bergetar.

" Udah ya, jangan nangis kita pulang~" ucap zai melepas pelukannya, mengusap air mata abi.

" LO BERDUA BISA DIEM GA..!
KALO MAU ADU JOTOS SANA DILAPANGAN..! "

Teriakan zaidan mengentikan aksi ray dan ian, yang tersentak mungkin baru sadar masih ada abigaeil disana menyaksikan perdebatan tidak penting keduanya.

Ray memejam sebentar, mengusap wajahnya tersadar ia kelepasan berteriak didepan sang adik.
melihat wajah sedih berurai air mata si bungsu membuatnya semakin merasa bersalah.

" A-adek..? "

Abigaeil mengeleng menarik ujung kemeja milik zaidan, ketika ray mendekatinya.

" P-pula-ng.." suara serak abi terdengar, zai tersenyum lalu mengangguk.

" Adek, maaf aa-bang kelepasan.." sesal ray

" Nda mau, a-abang hiks... seram.. a-abi nda mau liat ab-ang hiks, abang ja-hat udah pukul-pukul ab-ang ian huks.." ucap abi sesugukan menolak ketika ray menyentuhnya.

" Pu-lang.. aa-bang idan pulang hiks.."

Zai mendekat membuka hoodie-nya dan memakainya pada tubuh mungil abi yang membuat anak itu langsung tenggelam sebab hoodie-nya zaidan yang cukup besar untuk ukurannya.

Membawa tubuh mungil itu kedalam gendongan koalanya, hatinya mencelos betapa ringannya tubuh mungil itu padahal jika di perhatikan abigaeil tidak sekurus itu, pipi chubby, bokong berisi jari-jari pendek dan sedikit bantet dan jangan lupakan tummy anak itu yang sedikit membuncit, ia akui ukuran tubuh abigaeil itu cocok untuk ukuran anak-anak, pendek gemoy berisi.

" Adek.." ray menahan tangisnya

Melihat abigaeil mengacuhkannya menyembunyikan wajahnya di ceruk leher zaidan enggan menatapnya.

" Kenapa lanjut aja berantemnya..! " sinis zai

Berjalan melewati ray dan ian, yang bersandar di dinding dengan wajah berantakan, ian menatap nanar kepergian zai membawa serta abigaeil bersamanya.

" Urusan kita belum selesai..! "

Ian berdecih singkat, mendengar ucapan sambil lalu ray yang ikut berlari keluar ruangan menyusul dua orang barusan.

" Salah gue apa coba.." ian mengusak rambutnya kasar, menghela nafas panjang sebelum ikut pergi dari sana.

Zaidan menatap sendu abigaeil yang kini terlelap meskipun masih terdengar sesugukan wajah putihnya memerah dengan bibir terlengkung, pucuk hidung memerah.. dan itu gemas sekali
beruntung ia bisa menenangkan abi yang terus terisak, enggan bercerita apapun.

" Hhh... ada aja masalahnya~
kenapa sih, ada aja orang yang gak suka sama anak sebaik Lo.." gumam zai

Sampai dirumah zaidan kembali mengendong abi menuju kamar si kecil membaringkan tubuh mungil itu, menyelimuti sampai leher ketika merasa tubuh anak itu dingin sekali.
padahal ini siang hari, alisnya bertaut melihat lebam di sudut bibir mungil itu.

Mengusap perlahan sekali wajah polos abigaeil.

" Kalo ternyata ini masih ada hubungannya sama si erik, gue bakal balas lebih dari ini...
berani banget dia sentuh adek gue, setan..." gumam zai masih betah menatapi wajah damai abigaeil.

" T-tuan muda..."

Zai berdehem ketika inah memasuki kamar si bungsu, inah dibuat cukup cemas melihat abi pulang digendong oleh zaidan.

" Siapakan makanan kesukaan abi, susu hangat dan kabari papa bilang abi sakit.." titah zai

Yang langsung diangguki oleh inah.

Tidak menunggu lama pintu kamar abigaeil terbuka, ray masuk dengan wajah murungnya yang langsung dihadiahi tatapan menusuk zaidan.

" Ngapain lo, dia baru aja tidur jangan coba-coba ganggu ya.." peringat zai bangun dari duduknya.

Ray menghembuskan nafasnya, merasa bersalah melihat adiknya yang tertidur.

" Maaf..."

" Minta maaf sama adek, Lo berdua bikin dia ketakutan sampe nangis kejer.." desis zai

Ray mengangguk pelan, mendekati abigaeil.

" Ma-aafin a-abang, kamu pasti takut banget.. maaf ya adek, sleep tight adeknya abang.."

Lirih ray mengecup kening sang adik.

.
.
.
.

Andhika berjalan tergesa mendekati abigaeil yang bergelung di bawah selimut tebal, dengan mata terpejam.
ia cemas saat mendapat kabar anak bungsunya jatuh sakit.

" A-adek..." lirihnya sembari mengusap wajah sang anak.

Abigaeil membuka matanya perlahan, melihat wajah sang papa yang tersenyum padanya.

" Papa.."

" Iya, ini papa.."

Abigaeil bangun perlahan, memeluk papanya.

" Kenapa hum, apa yang sakit...? " tanya andhika, menerima pelukan sang anak.

" Sini nya sakit papa.." adu abi dengan nada sendunya, jari-jari mungilnya menunjuk punggungnya yang tertutup piyama tidurnya.

" Astaga! kenapa bisa begini..? " andhika memekik tertahan setelah melihat punggung sempit sang anak yang membiru.

" Kerumah sakit ya, kita periksa sayang~"

Abigaeil mengeleng ribut, menolak kesekian kalinya permintaan untuk pergi kerumah sakit

" Ini keliatan parah, papa ga mau terjadi sesuatu sama kamu.

Nurut ya adek, kita periksa.." pinta andhika tidak habis akal dalam membujuk sang anak.

" Ndak mau papa, udah ndak sa-kit kok, " abi masih mengeleng pelan dengan bibir terpout.

" Bohong, tadi ngeluh sakit..
adek..? "

" No-no~"

Tolak abi, ia masih belum siap jika keluarganya mengetahui tentang rahasianya.

" Nurut aja dek,. periksa doang gak akan sakit kok "

Abigaeil dan andhika menoleh pada pintu, sehan baru saja masuk sambil membawa nampan berisi makanan, jus strawberry dan juga susu.

" Nda mau papa ndak mau, udah ga sakit. tadi kan papa tanya mana yang sakit jadi abi tunjuk itu.
tapi udah ndak sakit lagi, sekarang.."

Abigaeil meyakinkan sang papa, bahwa ia baik-baik saja melepas pelukannya dan tersenyum manis pada papa dan juga mas-nya.

" Adek? "

" Nda mau, papa pwiesss~ ga mau kerumah sakit..." abigaeil mengeleng

" Ya udah, tapi janji sama papa kalo nanti masih sakit atau jadi lebih parah. adek ga boleh nolak buat kerumah sakit... oke.." ucap andhika serius, abi mengangguk mengangkat lima jarinya.

Sehan, menatap bergantian papa dan adiknya. menghela nafas ternyata sifat keras kepala papanya menular juga pada adik bungsunya.

" Ya udah deh, kalo gak mau makan dulu gih. mas bikinin makanan enak banget buat adek.." sehan menyela

" Hg, mas bisa masak? " tanya abi mulai tertarik dengan apa yang dibawa sehan.

" Bisa lah, masak doang cill~ " jawab sehan dengan senyumnya.

" Kok bubur sih mas~ abi mau mam chicken padahal " abigaeil mengerucutkan bibirnya melihat semangkuk bubur yang sudah ditata Sehan


" No, ini bukan bubur loh, ini itu cream soup. mas jamin kamu pasti suka~ " ujar sehan

" Sini mas suapin "

Abigaeil mengangguk saja,membuka mulutnya lebar-lebar bersiap menerima suapan dari sehan.

" Gimana? enak...? " tanya sehan penuh harap

Manik kucingnya berbinar cerah, dengan senyuman manis terlengkung di bibirnya.

" Woah~ enak..! " seru abi mengangkat jempolnya, membuka mulutnya lagi.

Andhika tersenyum hangat, bangga dan merasa senang sekali dengan interaksi antara si sulung dan juga si bungsu.

Itu manis sekali, bagaimana lahapnya si kecil makan, ternyata cream soup buatan sehan cocok dilidah si bungsu.. beberapa kali memuji keterampilan si sulung hingga membuat sehan merona wajahnya memerah hingga telinga.

" Riani, andai kamu disini "

Andhika tersenyum tipis, mengusap bibir si bungsu yang terdapat noda mengunakan ibu jarinya.




















🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀














voment juyeso ☺️✋

Продолжить чтение

Вам также понравится

66.5K 6K 48
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
66.5K 3.2K 49
( FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!!! ) ( JANGAN LUPA UNTUK TINGGALKAN JEJAK VOTE DAN KOMEN YAAA!!! ) LAPAK BROTHERSHIP NOT BL❌❌❌ [ Tetap votmen ya teman...
🐰ATTALA REZAN🐰 Dav_id@krisna

Подростковая литература

397K 27.3K 44
NO CONFLICT ABOUT ATTALA'S DAILY LIFE AND MISCHIEVOUS BEHAVIOR Atta kenapa gak masuk kelas ?. Jangan bilang kamu telat lagi!"greget Pak Dika karena...
Stayed with father HUMAN

Исторические романы

405K 28.1K 56
"17 tahun dan kau baru datang?"