PRICELESS

By star_sun04

918K 46.1K 3.3K

⚠️17+ Arrion artinya mempesona. Kedatanganya sebagai siswa baru pernah menggemparkan sekolah pada masanya. Ny... More

1. Bellissa Claretta
2. Arzanka Arrion G.
3. Cewek Bayaran
4. Baku Hantam
5. Kado Ulangtahun
6. Tolak atau Terima?
7. 21 Detik, Katanya
8. Perkara Mabuk
9. Kacau dan Berantakan
10. Calon Pacar
11. Genggaman
12. Acakan Rambut
13. Arrion vs Allredo
14. Lima Hari Lagi
15. Rumor Baru
16. Drama Allredo
17. She Is Mine
18. Abandonment
19. Menghilang
21. Pamer Pacar
22. Pelaku Penyebar Rumor
23. Fakta Dibalik Rumor
24. Pelukan Penenang
Sekadar Info
25. Penghilang Badmood
26. Bayi Lucu
27. Salah Paham
28. Melewati Batas
29. Demam
30. Seandainya Pergi
31. Rencana Kepergian
32. Memusuhi Pacar & Penculikan
33. Arrion x Allredo
34. Mengganti Jejak Sentuhan
35. Star Syndrome
36. Memutus Hubungan
37. Putus
38. Pergi Untuk Kembali
39. Suasana Baru
40. Papa dan Mama
41. Sheryl
42. People Come and Go
43. Priceless (End)
Extra Part 1
Dear Putih Abu
Extra Part ll

20. Happy Birthday Arrion

21.1K 1.2K 103
By star_sun04

Arrion ulang tahun, guys🎉

Target update part ini tiga hari, tapi ternyata bablas sampe sepuluh harian wkwk.

Semangat banget buat up cepet karena part kemarin rame. Tapiii ... pas buka wp dan mau mulai ngetik, mendadak lupa sama kata-kata yang udah dirangkai di kepala. Mendadak nggak tau mau ngetik apa. Akhirnya malah scroll Instagram sama Tiktok:(

Vote dulu biar nggak lupa dan selamat membaca❤️

★★★

Seorang remaja laki-laki yang hari ini genap berusia tujuh belas tahun berdiri mematung di balik kaca jendela tempatnya menginap. Menatap langit yang mengguyur ibukota dengan begitu derasnya.

Hujan mengajaknya bernostalgia.

Saat masih kecil dulu, Arrion ketakutan mendengar suara hujan yang turun deras. Apalagi saat dibarengi petir dan guntur. Arrion ketakutan karena dia selalu melewatinya sendirian. Arrion kecil akan bersembunyi, meringkuk sembari menangis dibawah selimut tebalnya.

Orang tuanya? Oh, Arrion memang anak yang kelahirannya sangat diharapkan. Tapi tidak untuk disayang. Kehadirannya hanya dijadikan kesepakatan perpisahan, penceraian.

Arrion anak dari korban perjodohan.

Sekarang, seakan membalas rasa takutnya di masa lalu, Arrion berdiri, seakan menantang. Pada hujan yang turun deras, pada kilat yang menyambar dan pada guntur yang menggelar. Membuktikan kalau dia tidak lagi takut menghadapi mereka sendirian.

Bukan hanya tentang ketakutannya pada hujan yang berubah, nyaris semua yang dulu disukai dan dibencinya menjadi kebalikannya sekarang.

Arrion kecil tidak suka suasana sepi, tidak suka kegelapan dan takut sendirian. Tapi sekarang, Arrion justru lebih suka suasana tenang. Tidak benar-benar membenci keramaian, karena sesekali, saat merasa jenuh, Arrion akan datang ketempat hiburan. Hanya untuk menikmati suasana, tidak untuk ikut berbaur dengan orang-orang. Arrion terkadang menyukai berjalan ditengah keramaian, asal tidak ada yang menganggu nya, tidak ada yang mengenalnya.

Arrion kecil yang sering menangis, merengek dan meminta atau mencari perhatian pada Papa dan Mamanya sekarang tumbuh menjadi Arrion yang mempunyai sifat sebaliknya. Menjadi Arrion yang pendiam, tidak peduli pada sekitar dan bahkan, merasa tidak butuh siapapun lagi dalam hidupnya—selain orang-orang yang dipekerjakan dan dibayar dengan uang.

Kedua orang tua Arrion resmi bercerai sepuluh tahun lalu. Setelah ayah dari pihak Mama meninggal. Saat Arrion berusia tujuh tahun. Setelah sebelumnya, hubungan suami-istri yang mereka ciptakan memang hanya sebatas kepura-puraan didepan keluarga. Tidak ada kecocokan sama sekali diantara mereka. Tapi bukan berarti Arrion sering melihat keduanya bertengkar. Karena Papa dan Mamanya jarang ada di rumah. Hanya sesekali pulang, bergantian. Lalu saat kebetulan keduanya pulang secara bersamaan dan menghabiskan waktu di rumah, keduanya akan terlihat seperti orang asing yang tidak peduli satu sama lain.

Tidak peduli juga pada Arrion kecil yang sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Atau ... sekadar butuh pendengar untuk menceritakan keluhan dan beragam perasaan setelah melakukan aktivitas seharian.

“Mau ikut Mama atau Papa?”

Arrion tidak mendengar pertanyaan menyakitkan sekaligus membingungkan seperti itu, seperti kebanyakan yang dirasakan anak korban penceraian.

Juga tidak ada drama perebutan hak asuh anak.

Keegoisan orang tuanya lebih buruk dari itu. Mereka bercerai. Lalu pergi mencari kebahagiaannya masing-masing tanpa mengikut sertakan Arrion didalamnya. Meninggalkan dan menelentarkan Arrion di rumah mewah hanya dengan para pekerja.

Arrion benar-benar tidak beruntung perihal orang tua.

“Mama mau pergi lagi?” Arrion kecil berlari menghampiri Mama, mengabaikan nyeri di lututnya yang berdarah. Bertanya dengan raut penasaran yang menggemaskan, saat melihat Mama memasukkan lebih banyak koper dari biasanya ke bagasi mobil.

“Jangan nakal.” Mama hanya mengusap kepalanya. Lalu masuk ke dalam mobil dan pergi.

“Papaaa ...,” Arrion tersenyum senang saat melihat Papa ada dirumah. “Mama mau pergi lagi?” tanyanya, karena sebelumnya tidak mendapat jawaban yang diinginkan dari Mama.

“Hm.” pria yang dipanggil Papa oleh Arrion itu hanya bergumam. Tanpa meliriknya, fokus pada laptopnya.

“Bakal lama banget ya, Pa? Aku liat kopernya banyak,”

“Papa lagi sibuk, jangan ganggu.” usir Papa.

“Lutut aku berdarah,” adunya, melirik darah di lututnya yang mulai mengering. “Nggak sengaja jatuh disekolah.” sambungnya, kembali menatap Papa, berharap pria itu memberikan respon seperti orang tua teman-temannya.

Yang akan langsung bereaksi panik dan khawatir. Dengan bertanya, “Sakit, ya? Coba Papa liat.” lalu “Ayo kita obatin, biar cepet sembuh.” sembari mengusap-usap area pinggiran lukanya dan meniup lembut saat mengobati.

Namun, kenyataan yang Arrion dapati selalu berbeda. “Minta tolong obati sama bibi, sana.” ucap Papa datar, tanpa mau untuk sekadar melihat lukanya.

“Aku maunya sama Papa atau ... Mama.” rengek Arrion. Karena Arrion mendapatkan luka itu dengan sengaja, untuk mencari perhatian orangtuanya.

Arrion melihat teman sekolahnya terjatuh saat berlari menghampiri orang tuanya yang menjemputnya. Lalu dia melihat bagaimana paniknya orang tua dari temannya itu. Jadi, Arrion mengikutinya, melukai dirinya sendiri dan berharap akan mendapat reaksi yang sama dari Papa dan Mamanya.

“Papa sibuk, kamu nggak liat?”

“Tapi temen-temenku kalo sakit yang ngobatin Mama sama Papanya, aku juga pengen kayak gi—”

“ARZANKA!” saat Papa sudah menyebut nama depannya dengan bentakan seperti itu, Arrion akan langsung terdiam ketakutan dengan bibir dan dagu bergetar, menahan tangis. Lalu menurut, meski dengan rasa kecewa.

Dan, Arrion tidak akan pernah melupakan hari itu. Karena itu menjadi hari terakhir Arrion melihat Papa dan Mama di rumah.

Setelah sebelumnya, saat luka di lutut Arrion sedang diobati oleh salah satu pekerja dirumahnya, Arrion melihat Papa juga pergi.

Mereka pergi. Tanpa mengatakan akan kemana. Tanpa mengatakan sebentar atau lama. Dan tanpa ... kembali lagi.

Arrion ditinggalkan begitu saja.

Sampai akhirnya, nyaris sebulan setelahnya, Papi—kakeknya—yang baru mengetahui kabar buruk itu langsung mengunjunginya, menjemputnya. Tentu, marah besar saat tahu cucu kesayangannya diperlakukan seperti itu.

Arrion sempat menolak saat Papi mengajaknya tinggal bersama, meninggalkan Indonesia. Karena Arrion masih mau menunggu Papa dan Mama pulang ke rumah. Namun, akhirnya Arrion setuju juga, tinggal bersama Papi di negari dengan julukan The Boot karena kontur negaranya yang mirip dengan sepatu boot, Italia.

Selama beberapa bulan, Arrion masih berharap Mama atau Papa akan datang menjemputnya. Namun, Arrion menyerah dalam penantiannya, karena sadar semua hanya akan berakhir sia-sia. Arrion kecewa, lalu membenci kedua orangtuanya sampai ... sekarang. Sampai nanti, sampai kapanpun Arrion mengingatnya, Arrion akan terus membenci mereka.

Dari sana, tanpa sadar Arrion mulai berubah. Mulai membenci banyak hal yang sebelumnya disukainya.

Butuh waktu lama untuk Arrion beradaptasi dengan lingkungan barunya. Hidup tanpa Mama dan Papa, tapi ternyata, sedikit menjadi lebih baik karena ... dimanjakan Papi. Semua keinginannya dipenuhi—selagi tidak merugikan Arrion dikemudian hari, keluh kesahnya didengar dengan senang hati. Papi bahkan sering membawa dan mengenalkan Arrion pada kolega bisnisnya dengan bangga, sebagai cucu kesayangannya yang tampan dan sebagai calon pewaris tunggalnya nanti.

Meski begitu, Papi sering menasehati dan memberi aturan agar Arrion tidak melakukan kesalahan fatal diusia mudanya. Setidaknya, sebelum Arrion berusia tujuh belas tahun Papi melarang banyak hal.

Diusia tujuh belas tahun nanti, Papi menganggap Arrion sudah cukup bisa bertanggungjawab pada dirinya sendiri, juga pada perbuatannya terhadap orang lain. Dan mulai tahu, akan selalu ada resiko dari keputusan yang diambil. Jadi, Arrion akan mulai paham mana yang baik untuk dilakukan dan yang buruk untuk ditinggalkan. Tapi tentu, memberi sedikit kebebasan bukan berarti akan lepas pengawasan.

Tapi ... semesta merebut Papi, menghancurkan mimpinya yang sudah tertata rapi dan membuat Arrion ... terpuruk lagi.

Papi tidak menemani Arrion lebih lama lagi. Papi mengingkari banyak janji yang mereka buat bersama. Juga, tidak sempat memberi kado kebebasan seperti rencananya di usia Arrion yang ketujuh belas.

Sama seperti Mama dan Papa, Papi juga ... jahat. Tinggal bersama selama kurang lebih sembilan tahun, akhirnya Papi juga pergi. Meninggalkannya sendiri. Tanpa bisa kembali, tanpa bisa ditemui.

Arrion kehilangan sandaran terakhir yang dia punya. Arrion kehilangan arah pulangnya. Arrion berteman lagi dengan rasa sakitnya. Arrion kebingungan harus melanjutkan hidupnya seperti apa.

Dan, Arrion tidak ingin dekat dengan siapapun lagi karena takut ... ditinggalkan. Lagi.

Sampai akhirnya Arrion kembali pulang ke Indonesia—dengan terpaksa, dengan mati rasa, dan dengan beberapa kesepakatan. Beradaptasi lagi dengan lingkungan barunya yang terasa ... berat. Sebelum akhirnya berteman dengan Andra dan Althaf, dan dekat dengan ... Bellissa.

Tiga orang itu mampu menerobos dinding kokoh dan tinggi yang Arrion bangun.

★★★

Arrion memejamkan mata sesaat sembari menarik napas berat. Sebelum akhirnya, mengusap wajah dan menyugar rambutnya.

Bellissa.

Bibir Arrion tersungging, tersenyum miring, mengingat calon gadisnya. Hujan mulai reda, gemuruh guntur dan kilatan petir sudah tidak ada. Arrion berjalan pelan lalu menduduki sofa.

Menyalakan ponselnya yang sudah beberapa hari tidak Arrion fungsikan yang ditaruh di atas meja. Sembari menunggu ponselnya menyala, Arrion menuangkan whisky dengan kualitas terbaik—karena mempunyai usia simpan yang lama dan dari merk terkenal yang mahal— ke dalam rock glass yang sudah lebih dulu diisi es batu.

Kemudian meminumnya perlahan, mengadukannya sedikit didalam mulut lalu menelannya. Sembari menikmati wiski-nya, Arrion meraih ponselnya yang berisik dengan tangan satunya.

Mengabaikan puluhan pesan dan panggilan tidak terjawab dari yang lainnya, Arrion hanya membuka room chat dari Bellissa. Membaca pesan-pesan berisi kekhawatiran cewek itu dengan bibir tersenyum.

Sebelum akhirnya, Arrion memutuskan meneleponnya.

Ar,”

Setelah beberapa detik berlalu, suara yang ternyata ... sangat Arrion rindukan itu terdengar. Pelan dan lembut. Bukannya membuatnya tenang, jantung Arrion justru berdebar tidak sabar. Ingan segera melihat Bellissa, ingin segera memilikinya.

H-hallo, Ar?

Arrion menyandarkan punggung dan kepalanya pada sandaran sofa, dengan ... senyum dibibir nya.

Arrion sengaja menghilang dari semua orang karena butuh waktu sendiri, butuh menenangkan diri. Namun sekarang, Arrion tidak bisa menahannya lagi. Arrion membutuhkan Bellissa. Ah, tidak, Bellissa harus datang dan bertanggung jawab atas kekacauan yang dibuatnya. Yang membuat isi kepala Arrion semakin kacau dan perasaannya berantakan. Menuntunnya untuk segera memiliki Bellissa sepenuhnya.

Arrion,” ada getaran khawatir dari suara Bellissa diseberang sana, saat Arrion tidak juga bersuara. “Are you oke?

Lagi. Arrion tersenyum, lebih lebar kali ini. Sebelum akhirnya bergumam.

“Hm.”

Lo ... dimana?

Arrion kembali mengisi gelas dengan whisky. Menghirup aromanya, kemudian meminumnya dengan cara yang sama seperti sebelumnya.

“Udah pulang sekolah?” ucapnya, malah balik bertanya.

Em, udah,” jawab Bellissa. “Lo dimana?” ulangnya, yang dari suaranya bisa Arrion sadari terdengar khawatir dan penasaran namun ditahan.

“Hotel.” ucap Arrion, sembari menatap dan memainkan gelas berisi wiski dan es batu ditangannya. Menggoyang-goyangkannya pelan.

Hotel?” beo Bellissa, ada keterkejutan dari nada suaranya.

“Hm. Bisa ... temui gue ke sini sekarang?”

Em?” Bellissa bergumam lama, terdengar ragu. “T-tapi ... gue belum punya kado atau kue ulang tahun buat lo.” sambungnya.

Arrion terdiam. Bellissa tahu kalau hari ini hari ulang tahunnya? Oke, bagus. Arrion menyunggingkan smirk, itu akan memperlancar rencananya.

“Nggak, nggak perlu kado, kue atau apapun itu. Cukup ... ke sini sendiri.”

Tapi ini hari ulang tahun lo, kan? Lo ... nggak pengen apapun dari gue?

Sialan, Bellissa! Berhenti berbasa-basi.

“Lo. Gue mau lo.”

Arrion menenggak sisa minuman beralkohol di gelasnya. Kemudian menyugar dan meremas rambutnya. Mengerang frustasi.

“Gue cuma mau lo. Di sini. Sama gue.”

Dan, melakukan sesuatu yang ... menyenangkan. Mendebarkan.

Selama beberapa hari terakhir, Arrion mengasingkan dan menenangkan diri. Dari Papa yang mulai mengingkari kesepakatan, dari kenangan menyesakkan bersama Papi yang datang, dari pesta ulang tahun yang harusnya diadakan, dan dari keraguan melanjutkan ... hubungannya dengan Bellissa.

Sudah dibilang kan, Arrion punya ketakutan berlebihan tentang kehilangan? Arrion ragu, takut, kalau Bellissa juga pada akhirnya akan ... meninggalkannya.

Namun, seberapa banyak pun Arrion berpikir, memilih antara menyerah atau memperjelas hubungannya—seperti yang Arrion janjikan pada Bellissa, pemenangnya tetap opsi ... kedua.

Ego dan perasaannya untuk bersama Bellissa lebih besar. Meski rasa takutnya juga tidak bisa ditinggalkan.

Kemudian, satu rencana terlintas dibenaknya. “Bukannya ada satu cara paling mudah untuk mengikat dan memiliki perempuan sepenuhnya?”

Arrion memantapkan pilihannya, untuk meresmikan hubungannya dengan Bellissa. Dengan ... satu rencana brengsek turut serta didalamnya. Yang akan menjadi sesuatu yang bisa menahan Bellissa, seandainya cewek itu ingin pergi darinya.

Bellissa akan menjadi memilikinya. Sepenuhnya. Seutuhnya. Sekarang.

“Cek pesan, Sa. Gue kirim alamat hotelnya.”

★★★

Ketukan pintu membuat Arrion menoleh dan tersenyum miring. Arrion kembali menenggak whisky nya, tidak dari gelas, kali ini langsung dari botolnya. Sebelum akhirnya, berjalan untuk membuka pintu.

“Ar ...,”

Suara gemetar diiringi helaan napas terengah itu menyapa telinga Arrion begitu pintu terbuka. Ada senyuman lega dan binar mata antusias yang terlihat cantik dimata Arrion.

Arrion tidak tahu mana yang lebih dia suka dari Bellissa. Caranya menyunggingkan senyum, binar matanya, beragam ekspresinya, rambut yang melewati bahu yang sering digerai nya, dan tinggi badannya yang hanya sebatas leher Arrion, semuanya, Arrion menyukainya.

“Kehujanan?” Arrion mengelus lembut rambut Bellissa yang sedikit basah.

Bellissa mengangguk. “Em. Di luar gerimis.”

Tangan Arrion turun, menyentuh pipi dan menelusup kan jari lainnya kedalam helaian rambut Bellissa, menyisakan ibu jarinya yang mengusap bulu mata calon pacarnya itu.

“Masuk.” ucap Arrion, melebarkan pintu.

Bellissa menelan saliva lalu perlahan masuk dengan ragu. Kedua matanya berkeliling mengamati kamar hotel Arrion. Kemudian berhenti pada satu titik. Pada meja yang terdapat beberapa barang diatasnya. Pada botol minuman beralkohol yang tersisa sedikit lebih tepatnya.

Bellissa belum pernah meminum minuman beralkohol, tidak pernah berniat mencobanya. Tapi Bellissa sedikit tahu.  Alkohol yang dilihatnya itu ... whisky, salah satu minuman beralkohol golongan C, yang berarti memiliki kandungan alkohol tinggi. Dengan kadar etanol antara 20–50 persen.

“Lo minum—” Bellissa akan berbalik untuk bertanya. Namun gerakan berbaliknya lebih cepat dari seharusnya. Karena terkejut mendengar Arrion ... mengunci pintu.

“Ar,” protes Bellissa, dengan debaran panik melihat Arrion menyeringai dan memasukkan kunci kedalam saku celananya.

Arrion maju dan Bellissa mundur dengan kaku.

★★★

Takut banget sama Arrion, nggak sih?😭

AYO BUAT YANG BERANI, BACA LANJUTANNYA DI APLIKASI KARYAKARSA. BERBAYAR. GOCENG DOANG KOK👍

Cuma buat lanjutan part 20 ini. Karena part ini tuh ... sensitif ⚠️+

Part spesial Arrion-Bellisaa jadian, dengan drama sedikit ... panas dan panjang.

Barang kali ada yang belum tau cara bacanya, ini langkah-langkahnya :

1. Install aplikasi karyakarsa di play store atau buka link web karyakarsa.com/sannn04

2. Daftar atau buat akun terlihat dulu. Bisa pake email, dll.

3. Cari akun sannn04. Buka profil dan follow.

4. Kalian akan menemukan cover berjudul “PRICELESS part 20”.

5. Klik lanjut baca.

6. Klik ikon biru (nominal harga).

7. Kemudian pilih metode pembayaran yang diinginkan. Ada banyak pilihan, dana, gopay shopeePay, dll.

(Metode pembayaran ini cuma bisa diakses kalau buka KK-nya lewat web. Kalau buka di aplikasi Karyakarsa langsung metode pembayarannya sekarang khusus menggunakan Kakoin. Karena ada pembaharuan. Jadi ribet banget emang harus beli koin gitu + lebih mahal karena ada pajak😔)

8. Konfirmasi pembayaran.

9. PRICELESS part 20 (spesial part jadian Arrion-Bellissa sudah bisa di baca).

10. Vote dan komennya jangan lupa. Hehe

Next part lengkap, di sini, di wattpad lagi.











Vote dan spam next di sini🔥

Terimakasih ❤️

Continue Reading

You'll Also Like

4.1M 246K 60
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
693K 47.4K 40
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...
NAJESA By 세이시

Teen Fiction

186K 10.9K 41
Ke mana pun mereka pergi, rumah dan keluarga adalah tempat untuk kembali. Tapi, kehangatan dan keramahan rumah, tak berlaku baginya. "Karena rumah, t...
912K 41.6K 41
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...