Pendekar Teyvat | GENSHIN IMP...

By Leeva2888

17.8K 1.7K 156

~~Cerita seorang peri yang terdampar di dunia lain~~ - - - - - - - - - - Genshin Impact © Mihoyo Sword Art On... More

~~~Coming Soon and Note~~~
~~Ch.1
~~Ch.2
~~Ch.3
~~Ch.4
~~Ch.5
~~Ch.6
~~Ch.7
~~Ch.9
~~Ch.10
~~Gambar~~
~~Ch.11
~~Ch.12
~~Ch.13
~~Ch.14
~~Ch.15
~~Ch.16
~~Ch.17
~~Ch.18
~~Ch.19
~~Ch.20
~~Ch.21
~~Ch.22
~~Ch.23
~~Ch.24
~~Ch.25
~~Gambar 2~~
~~Ch.26
~~Ch.27
~~Ch.28
~~Ch.29
~~Ch.30
~~Ch.31
~~Gambar 3~~
~~Ch.32
~~Ch.33
~~Ch.34
~~Ch.35
~~Ch.36
~~Gambar 4~~
~~Ch.37
~~Ch.38
~~Ch.39
~~Gambar 5~~
~~Ch.40
~~Ch.41
~~Ch.42
~~Ch.43
~~Ch.44
//One Piece Fanfic//
~~Ch.45
~~Ch. 46
~~Gambar 6~~
~~Ch. 47 [Aether & Yuuki POV]
~~Ch. 48

~~Ch.8

397 35 0
By Leeva2888

"Sepertinya bukan hanya seekor naga yang terkena dampak dari perubahan angin. Sekarang, kau bilang tadi ada seseorang yang membicarakan soal naganya?"-Venti.

Aether menjelaskan apa yang Lisa jelaskan kepadanya soalnya Stormterror. Venti memasang pose berpikir.

"Begitu ya? Harus kuakui kalau si Lisa itu memang terpelajar. Dia tidak salah, konflik sudah memuncak dan kedua belah pihak sama-sama terpaksa. Kebenciannya hanya saja, bukan karena orang-orang tidak lagi memberikan persembahan untuk keempat angin. Bukan dari diri sendiri namun karena hasil dari sebuah kemunduran."-Venti.

"Kemunduran?"-Paimon.

"Darah hitam yang mengalir di hatinya membuatnya menderita selama bertahun-tahun. Itu yang membuatnya termakan kebohongan oleh Abbys Mage."-Venti.

"Abbys Mage? Apa itu?"-Yuuki.

"Entahlah. Aku juga belum pernah mendengar tentang Abbys Mage ini."-Aether.

Venti mulai menjelaskan sambil menyilangkan kedua lengannya.

"Mereka dari Abbys Order, organisasi yang anggotanya non-manusia. Mereka begitu membenci kemanusiaan. Aku tidak tahu dari mana mereka berasal, tetapi yang pasti mereka benar-benar tidak menyukai dunia manusia. Banyak Hilichurls yang berada di alam liar bergabung dengan mereka dan menjadi senjata. Sebelum sampai disini, aku juga sama seperti Dvalin, dikutuk dan ditinggalkan."-Venti.

Venti mengangkat kepalanya melihat daun-daun dari pohon besar itu bergoyang diterpa angin.

"Sebelum berdirinya simbol pahlawan Monstandt, tempat dimana Monstandt bangkit. Angin yang menyisir di antara dahan-dahan, aku menyukai aromanya. Berada disini di bawah pohon yang menjulang tinggi ini, aku merasa seperti dimurnikan seperti permata tadi. Seperti racun dalam diriku perlahan menghilang..."-Venti.

Venti mengambil nafas panjang dan menghembuskannya.

"Mmmm.... terasa lebih baik."-Venti.

"Jadi, bagaimana bisa kau teracuni?"-Paimon.

"Ahhh.... itu karena saat aku sedang berusaha berkomunikasi dengan Dvalin, namun di ganggu. Sebagai hasilnya, tidak hanya aku gagal membujuk Dvalin, aku jadi terkena infeksinya yang juga."-Venti.

Yang merasa dibicarakan cuma bisa cengar-cengir.

"Oh, ah... soal itu...."-Aether.

Yuuki yang paham maksud Aether mengangguk setuju dan memasang ekspresi yang sama.

"Ya....ya..."-Yuuki.

Aether dan Yuuki saling menatap canggung. Venti menyilangkan tangannya.

"Ya, itu karena ulang kalian!"-Venti.

"Maaf, kami tidak tahu."-Yuuki.

Venti mengedikkan bahu.

"Maa, kalau kalian ingin menebus kesalahan kalian, kalian harus ikut aku ke gereja."-Venti.

Paimon menaikkan satu alis.

"Gereja? Untuk apa kesana?"-Paimon.

"Untuk mengambil kecapi suci 'der Hymmel'"-Venti.

"Apa fungsinya kecapi itu?"-Aether.

"Akan ku jelaskan nanti."-Venti.

Keempatnya sudah berada di gereja di pusat kota. Mereka berdiri di depan pintu masuk.

"Jadi, kecapi suci 'der Hylmmer' yang kau bicarakan ini..."-Paimon.

Mereka sudah berada di depan gereja di pusat kota. Letak gereja tersebut berada di belakang patung Archon Anemo.

"Salah satu benda penting di Monstandt yang dulunya dimainkan oleh Dewa Anemo. Dengan itu, aku mungkin dapat menenangkan Dvalin dari mimpi buruk yang telah dia alami."-Venti.

"Apakah itu benar akan bisa membuat berhenti Stormterror dari membuat kerusakan?"-Paimon.

Venti tersenyum bangga.

"Tentu saja, aku kan penyair terkenal di dunia! Tidak ada satu pun lagu yang aku tidak tahu, mau itu dari masa lalu, masa sekarang atau masa depan. Tataplah mataku, apa aku ini tipe yang tidak bisa dipercaya?"-Venti.

'Nggak.'-Yuuki.

'Memangnya ada apa di matamu?!'-Aether.

"Jadi bagaimana, kita mendapatkan kecapi suci itu?"-Paimon.

"Katanya itu disembunyikan jauh di dalam gereja, di suatu tempat yang aman. Aku akan memeriksa di dalam, kalau mau ikut ya itu terserah kalian."-Venti.

Venti melambai sebelum masuk ke dalam gereja.

"Ne, apa benar ini ide yang bagus? Aku ada firasat dia akan melakukan sesuatu yang bodoh."-Aether.

"Entahlah, tapi kalau cara benar bisa membuat naga itu berhenti mengusik kota lebih baik kita coba saja. Juga dia cukup dekat dengan Dvalin."-Yuuki.

"Ada benarnya, hanya saja perasaanku tidak enak."-Aether.

"Aku juga merasa begitu."-Yuuki.

"Haish, lebih baik kita masuk saja dulu. Kita lihat apa yang direncanakan nya."-Paimon.

Ketiganya masuk ke dalam gereja, dalamnya cukup luas dan indah. Juga ada beberapa orang berada di dalamnya termasuk Venti.

"Oh, jadi kalian memutuskan bergabung denganku?"-Venti.

"Yah, kami cuma ingin tahu apa yang akan kau lakukan. Jadi, apa rencananya?"-Aether.

Venti terkekeh.

"Ikuti aku, biarkan aku yang menangani ini dan kau akan tahu."-Venti.

Mereka berempat mengikuti Venti dari belakang, sang penyair itu mendekati seorang suster.

"Halo, suster Gotelinde!"-Venti.

"Semoga Dewa Anemo melindungimu, penyair muda. Ada yang bisa kubantu?"-Gotelinde.

"Sebenarnya, aku tahu cara untuk menyelesaikan masalah kota Monstandt saat ini."-Venti.

"Oh, keajaiban Dewa Anemo! Tapi tidakkah seharusnya kau melaporkan itu kepada para kesatria Favonius? Mengapa datang kepadaku?"-Gotelinde.

Venti tertawa.

"Hahahaha, karena kaulah yang bisa membantuku. Aku membutuhkan kecapi suci, dengan benda itu aku bisa membantu Stormterror-"-Venti.

"Maaf, sepertinya tidak bisa."-Gotelinde.

"Apa?!"-Venti.

"Naga itu memang jahat, begitu pejabat Grand Master bertindak tidak akan ada yang bisa menghentikannya."-Gotelinde.

"Itu tidak bisa diterima! Bukankah Stormterror akan tetap dibunuh pada akhirnya??"-Venti.

"Makhluk itu telah mengkhianati sang angin, bahkan Dewa Anemo pun tidak akan memaafkannya."-Gotelinde.

Venti mencoba mencari alasan lain untuk meluluhkan si suster itu.

"Uuugh, kumohon. Bisakah kau membantuku?"-Venti.

Suster itu berkacak pinggang.

"Maaf, tetap tidak bisa penyair muda."-Gotelinde.

'Aneh, entah mengapa aku merasa sangat bersalah menolak anak ini.'-Gotelinde.

Disisi ketiga pengelana.

"Ini dia. Dia akan mengatakan sesuatu yang bodoh."-Yuuki.

"Setuju"-Aether.

"Duain."-Paimon.

"Uhh, aku rasa tidak ada pilihan lain. Aku tidak bisa menyembunyikan diri lagi. Pengikutku, bergembiralah! Sang Dewa Anemo, Barbatos! Telah kembali!"-Venti.

PLAK

Ketiga pengelana itu menepuk jidatnya masing-masing, merasa malu sendiri.

'DIA MENGATAKANNYA!!'-Aether,Yuuki,Paimon.

"Haha, bagaimana? Terkejut? Ingin menangis dan bergembira? Bagaimana rasanya bertemu dengan Dewa yang kau puja?"-Venti.

Akan tetapi suster itu tidak menganggap serius omongan Venti.

"Jika ada yang lain, aku akan berada di gereja mengurus berkas-berkas."-Gotelinde.

Ia pun berlalu dari hadapan Venti.

"Tunggu-aaghh..."-Venti.

Ketiga pengelana itu mendekati Venti.

"Jadi, bagaimana?"-Aether.

"Eh? Dia bahkan tidak memincingkan mata kepadaku sama sekali."-Venti.

"Bisa kulihat itu."-Yuuki.

"Tapi aku sudah mendengar apa yang ingin kudengar. Dia tidak ragu mengatakan bahwa gereja mengabadikan kecapi suci. Jadi, Aether dan Yuuki. Karena kalian adalah jagoan kesatria Favonius, mengapa kau tidak mencobanya?"-Venti.

"Kurasa itu bisa dicoba...."-Aether.

Mereka menghampiri suster yang bicara dengan Venti tadi.

"Permisi, suster?"-Yuuki.

"Semoga Barbatos memberkatimu, ada yang bisa kubantu?"-Gotelinde.

"Kami adalah kesatria kehormatan Favonius, namaku Aether, ini Yuuki partnerku dan Paimon pemandu kami."-Aether.

"Oh, aku tahu kalian! Kalian dan Amber yang menyelamat Monstandt hari itu. Jadi apa yang membawa kalian kesini, tugas dari pejabat Grand Master?"-Gotelinde.

"Ya, sebetulnya kami kesatria Favonius ingin meminjam kecapi suci."-Aether.

"Begitukah? Bukannya aku tidak memercayai kalian, tetapi ada seorang penyair mencurigakan yang juga mencari kecapi suci. Bukan hanya mengatakan omong kosong, ia juga mengaku kalau dia adalah Barbatos. Dia pasti sedang merencanakan sesuatu."-Gotelinde.

"Maafkan tentang dia. Kuharap suster tidak terlalu memikirkan perkataannya. Tapi kami benar-benar membutuhkan kecapi suci itu. Maukah anda berbaik hati meminjamkannya?"-Yuuki.

"Ada peraturan dalam pemakaian kecapi suci. Untuk saat ini, itu dipakai di Ludi Harpastum. Harus ada dokumen persetujuan dari pejabat Grand Master, Seneschal dan perwakilan komunitas. Jadi, bisa aku lihat dokumennya?"-Gotelinde.

"Ah, ya.... Paimon memakannya saat di perjalanan."-Aether.

"Hei! Kenapa nyalahin Paimon!"-Paimon.

Suster itu menyilangkan lengannya.

"Yang dibutuhkan adalah dokumen yang sudah ditanda tangani, tanpanya aku tidak bisa membantu apa-apa. Sekarang permisi, aku sudah terlambat untuk sesuatu."-Gotelinde.

Suster itu pergi lagi dari hadapan mereka. Mereka menghela nafas, gagal untuk mendapatkan kecapi suci. Ketiganya kembali menemui Venti.

"Yah, aku tahu. Tidak berhasil apa-apa."-Venti.

"Hah, kau tahu itu?"-Paimon.

Venti cuma cengiran.

"Heh, aku cuma ingin tahu seberapa terkenalnya jagoannya kesatria Favonius. Kau tahu, prajurit yang hebat harus dikenal dengan pedang yang hebat namun disinilah kita. Tidakkah cerita seperti itu bisa dijadikan sebuah syair?"-Venti.

Perempatan imajiner muncul di dahi Yuuki dan ia tersenyum penuh arti ke Venti.

"Kau membuatku kesal kau tahu?"-Yuuki.

Yuuki meremas buku-buku jarinya. Venti berkeringat deras.

"H-hei! Aku hanya bercanda! Tidak perlu kekerasan!"-Venti.

"Jadi apa yang kau ingin sebenarnya katakan? Kami tidak cukup bagus begitu menurutmu?!"-Paimon.

"Tidak, bukan itu. Hanya sebuah komentar ketidakmampuan Monstandt yang memandang pejuang. Baiklah, kurasa meminjam kecapi bukanlah lagi sebuah pilihan. Kita hanya harus mencu-"-Venti.

Sebelum Venti sempat bisa melanjutkan kata-katanya Aether sudah terlebih dahulu membekal mulutnya dengan tangan. Menatapnya serius.

"Kita lanjutkan pembicaraan ini di luar."-Aether.

Mereka membawa Venti keluar dari gereja, dan pembicaraan dilanjutkan di depan patung Dewa Anemo.

"Dengar, aku paham apa yang ingin kau katakan tadi. Tapi.... Mencuri?! Kami tidak mungkin akan mencurinya! Kau mau menjadikan kami kriminal?!"-Aether.

Aether menaikkan suara di depan Venti sembari menunjuk-nunjuknya, sedangkan yang dimarahi menaikkan dua tangannya di depan dengan kepala bercucuran keringat. Yuuki inisiatif berusaha menengahi mereka berdua karena ditonton banyak orang sekitar.

"Hei, pelankan suaramu. Malu diliatin banyak orang!"-Yuuki.

"Tapi, ini mencuri demi kepentingan bagus loh. Juga kalian orang yang lebih tepat melakukannya dari pada aku. Aku tidak punya keahlian lain selain bernyanyi. Lagian aku tidak akan memiliki pembelaan bila aku sampai tertangkap."-Venti.

Paimon berkacak pinggang.

"Bagaimana bisa jadi 'pembelaan' bila kau tertangkap basah?"-Paimon.

"Tapi situasinya berbeda sekarang. Kalian adalah bintang kesatria Favonius, kalian bisa berkontribusi dengan Monstandt! Jika kau sampai tertangkap kau bisa dengan mudahnya dibebaskan. Para penjaga masih disini, sepertinya mereka tidak bertugas di malam hari. Jika kita memakai kesempatan ini, maka semuanya berjalan mulus."-Venti.

"BERHENTILAH BERBICARA SEOLAH KAMI AKAN TERTANGKAP!"-Paimon.

Venti terkekeh.

"Hehehe, maaf maaf. Bagaimana menurut mu, Aether?"-Venti.

"Maaf, tapi tadi kau mengakui bahwa kau adalah Barbatos?"-Aether.

"Ah, ya aku memang bilang begitu dan maksud dari pertanyaanmu adalah?"-Venti.

"Jika kau memang seorang Dewa, kami tidak mungkin akan meninggalkanmu."-Aether.

Venti menyilangkan tangannya.

"Mengapa keputusanmu tergantung aku adalah Dewa atau bukan?"-Venti.

"Paimon akan menceritakan semua tentang Aether dan Yuuki jika ada waktu senggang."

"Bahkan jika kau bukanlah seorang Dewa aku akan tetap membantu Dvalin. Akan kubawakan kecapi suci itu padamu."-Aether.

Venti mengangguk.

"Cukup adil. Dan kau Yuuki?"-Venti.

Yuuki menyilangkan lengannya.

"Aku sih ikut kalian saja. Jadi, kapan akan kita mulai?"-Yuuki.

Continue Reading

You'll Also Like

42.1K 5.9K 28
tidak ada kehidupan sejak balita berusia 3,5 tahun tersebut terkurung dalam sebuah bangunan terbengkalai di belakang mension mewah yang jauh dari pus...
AZURA By Semesta

Fanfiction

212K 10.2K 22
Menceritakan sebuah dua keluarga besar yang berkuasa dan bersatu yang dimana leluhur keluarga tersebut selalu mendapatkan anak laki-laki tanpa mendap...
553K 56.7K 28
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 21+ ‼️ Apa jadinya jika si berandal Jasper Ryker yang dijuluki sebagai raja jalanan, tiap malam selalu ugal-ugalan dan babak...
402K 29.5K 39
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG