ABIGAEIL

Von parkchim_chim2

666K 51K 4.5K

Abigaeil, namanya manis dan imut anaknya si buntalan daging mengemaskan yang selalu menjadi primadona para te... Mehr

1
02
cast
03
04
05
06
07
08
10
15
09
11
12
13
14
16
00 : 41
17
18
19
21
22
23
24
25
26
27.
28
29
30
31
32
33
34
35..
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
Tesss
52
53
54
👋👋
55
56
57
58

20

14.1K 949 90
Von parkchim_chim2


🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

..........




Zanetta tersenyum miring meninggalkan tyas tergeletak di bawah, lanjut meniti tangga sambil menyeret tongkatnya.

Senyumnya kian melebar kala sampai didepan pintu kamar yang tertutup rapat itu.

" Sialan...! " dengusnya ketika mencoba membuka pintu yang ternyata terkunci.

" Merepotkan saja... padahal kan, aku ingin berbuat baik, mengirim anak manis itu pada ibunya~"

Zanetta menyeringai menatap penuh minat pintu berstiker kartun lucu itu.

" Anak manis~ kau didalam sana..."

" Ayo..buka pintunya, bermainlah bersama mama..kkk.."

Abigaeil dibalik pintu mengeleng pelan, perlahan beringsut mundur hingga membentur nakas dibawah tempat tidurnya.

Tubuhnya bergetar hebat dengan air mata menderas.

Itu bukan suara yang ia kenali, suara dingin yang cukup terdengar menakutkan ditelinga nya dan entah bagaimana otak kecilnya memintanya untuk menghindar.

" M-mama.. abi takut~" abi mengigit bibirnya mengenggam erat inhealer juga boneka kumamon miliknya wajahnya ia sembunyikan diantara lipatan lututnya.

" Kakak jelek hiks..tolong abi..mama hiks.."

" M-mama..! " abi terlonjak refleks memejam sembari menutup telinganya ketika mendengar pintu kamarnya digedor brutal dari luar.

" Hiks...hiks mama hh.. takut hhh.. uhukk.." abigaeil mengeleng tertahan di posisinya.

Buaggg...!

Buaggg..!

Buaggg..!!

Zanetta mengeram tertahan terus melayangkan pukulan pada pintu yang hampir bisa dibukanya.

" Sial..! "

Makinya, menoleh kearah pintu utama, ketika mendengar suara deru mesin mobil dan beberapa orang berlari mendekati rumah kecil itu.

zanetta mendengus kesal menyadari bahwa rencananya telah gagal, dirinya yakin itu adalah orang-orang suruhan suaminya.

" Sial..mas wishnu " dengusnya menatap pintu yang hampir terbuka itu.

" Kamu selamat kali ini... tapi tidak di lain waktu.."

Batin zanetta sebelum menghilang dari sana.

Aris membuka tergesa pintu utama rumah minimalis milik nyonya besarnya, melotot kaget ketika mendapati seorang tergeletak di antara berantakannya barang-barang, ruang tamu yang sudah tidak berbentuk lagi
membuat aris berpikir jika ia terlambat, telah terjadi sesuatu yang buruk di rumah ini.

Dengan langkah cepat aris mendekati sosok itu semakin terkejut ketika mengetahui jika itu adalah tyas kerabat nyonya besarnya yang ia temui beberapa waktu lalu.

Tyas membuka matanya perlahan menyadari ada yang menyentuh tangannya, pandangannya terbayang dengan telinga berdengung keras
ia masih sadar menahan sakit

" Astaga..! cepat bawa perempuan ini kerumah sakit..! " aris memekik tertahan pada bawahannya yang sibuk melakukan pencarian.

Tyas mengeleng pelan menunjuk pada arah tangga yang cepat dipahami oleh aris.

" A-abi..gael.." bisik tyas

Aris menegang mendengar suara lemah tyas, langsung berlari menuju lantai atas setelah memastikan anak buahnya mengurus tyas terlebih dahulu.

Aris sampai didepan pintu kamar yang telah rusak jelas sekali jika seseorang baru saja mencoba menerobos masuk, aris menahan nafasnya sejenak membayangkan skenario terburuk yang mungkin terjadi.

Tok...
Tok...
Tok...

Aris mengetuk pintu memastikan keadaan, samar ia bisa mendengar suara isak tangis dari dalam sana tanpa kata lagi ia langsung mendobrak pintu tersebut yang langsung terbuka dalam satu kali dorongan.

" Hiks...hiks..."

Aris menoleh pada asal suara, menemukan seorang anak laki-laki meringkuk di bawah kasur.

" H-hei..." aris menyamakan posisinya menyentuh pelan pundak abigaeil yang terisak sambil memejamkan matanya.

Abigaeil mengeleng semakin beringsut mundur, tubuhnya bergetar ketakutan ketika aris menguncang pelan tangannya.

" Hiks... mama..! Huwaaa... mama, kakak jelek.. tolong-tolong abi.. abi ndak mau..ndak mau jangan pegang-pegang..! "

Abi berteriak heboh berusaha menjauhkan diri dari aris.

" Ndak mau..abi mau mama...mama! "

Aris mengerjap pelan mendengar teriakan anak itu, cengo sebentar melihat betapa mengemaskan nya anak yang ada dihadapannya itu

" Jauh-jauh... kakak jelek..!
hiks..abi ndak mau sama alien asing, kakak! mama!..."

Abi, memekik keras meronta menjauhi aris yang menahan pundaknya padahal niat aris baik sebenarnya takut pundak sempit itu terluka karena bergesekan langsung dengan nakas dibelakangnya.

" Alien... saya.." beo aris menunjuk dirinya

" Hei.. tenanglah saya bukan orang jahat.. berhentilah berteriak, saya bukan orang jahat saya tidak akan menyakiti kamu.." aris menguncang perlahan tubuh mungil itu

Abigaeil terdiam sebentar menatap tidak percaya aris, air mata terus mengalir mengulum bibirnya yang bergetar menahan tangisnya.

" Oh... God.."

Gumam aris menyadari betapa mengemaskan nya anak nyonya besarnya itu.
tatapan sayu mata cantik itu, bibir mungil, hidung memerah dan bulu mata lentik yang sepenuhnya basah bahkan diremang nya lampu kamar aris bisa melihat betapa tampan, cantik dan juga menggemaskannya anak itu.

Aris mengeleng pelan mengembalikan kesadarannya.

" Berhentilah menangis it's okay..kamu sudah aman sekarang jangan takut saya bukan orang jahat..s-saya bukan alien.." ujar aris lagi.

" ...Hiks..o-om bukan orang jahat..? " aris mengeleng pelan.

"Bukan jadi tenanglah nak...kamu aman sekarang.." ujar aris sepelan mungkin.

Abigaeil terdiam menatap sayu aris, ia terlalu syok dan ketakutan sekarang lihat saja betapa kuatnya ia mencengkram boneka kumamon nya bahkan tubuh mungilnya masih bergetar.

Tap...
Tap...

Aris menoleh pada pintu kamar, melihat wajah cemas tuan besarnya berdiri cengo disana.

Abigaeil merapatkan dirinya pada aris melihat wajah datar andhika di mulut pintu.

" D-dia terluka..? " tanya andhika

Aris mengeleng tak yakin melihat andhika dan abigaeil bergantian.

" Tidak ada luka fisik tuan, tapi dia terlihat sangat ketakutan tuan.."

Jawab aris, andhika mengembuskan napasnya melihat betapa kacaunya keadaan rumah belum lagi bercak darah yang mengenangi lantai putih dibawah sana.
membuat andhika sempat berpikiran buruk, tapi syukurlah ia bisa melihat anak itu dalam keadaan baik-baik saja.

Perlahan andhika mendekat, memastikan sendiri keadaan anak itu.

Entah mengapa hatinya berdenyut nyeri melihat tubuh mungil yang bersembunyi di balik lengan aris enggan bersitatap dengan dirinya

Abigaeil meremas kuat bonekanya, merasakan jantungnya berdetak kencang, hatinya berdesir aneh mendengar suara laki-laki paruh baya yang baru saja memasuki kamarnya.

" Hiks...hiks..."

Andhika berjongkok, menundukkan kepalanya guna melihat rupa anak yang begitu disayangi oleh riani.

Setetes air mata meluruh dari manik tajam andhika, ia tidak suka mendengar suara isakan tertahan anak itu

Hatinya sakit mendengar tangis anak itu.

Perlahan andhika membuka jas hitamnya, menyisakan kemeja putihnya saja.
dengan gerakan pelan ia sampirkan pada tubuh mungil itu.

" J-jangan takut...kamu aman sekarang..."

Abigaeil diam mengulum senyum kecilnya, memberanikan diri menatap sosok yang berjongkok dihadapannya

Andhika terhenyak saat bersitatap dengan mata indah milik anak itu, mata yang mengingatkannya pada wanita yang sangat ia cintai...riani.

Mata itu tidak ubahnya dengan mata milik riani, hidung... bibir

Wajah itu... mirip sekali dengan bidadari hatinya.

Seketika rasa bersalah dan penyesalan memenuhi benaknya, membuatnya segera memutus kontak mata dengan abigaeil yang menatap penuh binar lihatlah senyum kecil terlengkung di bibirnya melihat siapa yang ada dihadapannya...

Sosok yang sangat-sangat ia dambakan, sosok yang ia nantikan kehadiran dalam hidupnya.

" Papa... "

Andhika menatap bingung wajah berbinar anak itu, hatinya berdesir mendengar panggilan anak itu untuknya.

" Papa...! papa..! "

Abigaeil menyingkirkan lengan aris dihadapannya bergerak mendekati andhika yang tertahan di posisinya menatap aneh dirinya.

" Papa...? " tanya andhika

Abigaeil mengangguk kuat

" Papa, papa na abi kan..? papa pulang..?! "

Abi tidak bisa menahan rasa senangnya sekejap lupa bahwa ia baru saja mengalami kejadian buruk
menerjang tubuh tegap andhika dengan pelukan hangatnya.

Setitik air mata meluruh lagi, ini merupakan air mata kebahagiaan sebab tidak menyangka jika ia akan bertemu dengan sang papa.

" Papa..? kenapa ndak pulang-pulang, abi tunggu papa tau~
Abi tunggu papa tiap hari, papa na nda pulang-pulang..papa ndak rindu abi ya..?
tapi abi rindu papa setiap hari na..."

Andhika terdiam mendengar segala cerita anak itu kenapa ini semakin menyakitkan dan membingungkan,
jelas jika hasil tes DNA menyatakan anak yang berada di pelukannya itu bukanlah anak kandungnya lagipula bagaimana mungkin...

Riani pergi tidak dalam keadaan mengandung dahulu, atau ia baru saja melewatkan sesuatu..?

Memikirkan semua itu, membuatnya semakin merasa aneh.

" Maaf, tapi saya bukan papa kamu..."

Ucap andhika tak yakin melepas perlahan pelukannya

" Um..."

Abigaeil mengerjap pelan lalu mengeleng kecil, cengo sebentar kala andhika melepas pelukannya padahal kan abi masih rindu.

" Ndak...papa, papa na abi.."

Jawab abigaeil mengeleng berusaha menahan tangisnya

" Bukan... s-saya bukan pa-pa kamu, saya hanya orang yang diminta oleh mama kamu untuk menjaga kamu sebelum ia meninggal dunia..."

Tes..
Tes..

Air mata mulai berjatuhan dari manik yang sempat berbinar penuh harap
bahwa ini bukanlah mimpi lagi, ini kenyataan dimana ia benar-benar bertemu papa-nya.

Tapi papa-nya tidak mengakui dirinya anak...

Padahal jelas sekali, laki-laki paruh baya itu adalah papa-nya
persis foto yang pernah ditunjukkan oleh mama-nya dulu.

Atau mama-nya hanya berbohong soal papa kandungnya
bohong jika sebenarnya ia memang tidak memiliki seorang papa dan asal menunjukkan foto seseorang agar ia berhenti bertanya.

" O-om bukan papa na abi...? "

Andhika terdiam sebentar melihat wajah sendu anak itu, bahkan andhika menyadari suara bergetar nya, ia tidak tega dan sakit sekali melihatnya
ia juga tidak paham situasi macam apakah ini...

Aris ikut terdiam melirik wajah penuh kekecewaan abi, padahal wajahnya sempat berbinar beberapa menit yang lalu
tapi malah dipatahkan dengan fakta yang tidak sesuai ekspektasi.

" Bukan... ya..? terus napa mama tunjuk foto om, kata mama om itu papa na abi..."

Abigaeil terdiam mengusap air matanya, ketika andhika mengeleng menjawab pertanyaannya rasanya sakit sekali...

" Mama boong ya...hiks.."

" Mama..ndak mungkin boong kan, boong itu dosa..terus papa na abi mana...? hiks.."

" ...Hiks... om juga bukan papa na abi..? terus siapa..hiks.."

Abigaeil meracau menatap tidak percaya andhika yang turut menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

Andhika memejam sebentar, hatinya tersayat mendengar isakan anak itu

" Mama..hhh... uhuk.., shh.. umptt.."

Andhika membulatkan matanya melihat abigaeil meremas dadanya sambil terbatuk, hingga terlihat kesulitan bernapas

" ASTAGA...! " pekik aris

Menahan tubuh mungil yang tiba-tiba limbung

" Uhuk...uhuk..hhkk...shhh.."

Abigaeil meringis memukul dadanya yang terasa sangat sakit, mencoba meraih udara tapi nihil.

" Heii... nak.. kenapa? " panik aris

Abigaeil mengeleng dengan air mata menderas

" A-abi n-dak..hhh bisahh nafas... sa-kit..uhuk..! "

Aris semakin panik mendengar pengakuan abigaeil

" T-tuan..? "

Panggil aris ketika andhika malah terdiam ditempatnya
andhika tersentak mendengar suara aris

" Kita kerumah sakit..! " seru andhika mengambil alih tubuh mungil itu, lalu menggendongnya.

Abigaeil hanya bisa terdiam sibuk mempertahankan kesadarannya dadanya sakit tapi hatinya jauh lebih sakit...

Andhika berlarian keluar rumah menuju mobil diikuti aris.

Andhika menatap penuh kekhawatiran pada abigaeil yang terus meringis dengan mulut terbuka, keringat mengalir membasahi pipi yang chubby yang terlihat sudah sangat merah serta bibir memucat

" Lebih cepat aris...!! "

Aris melirik kebelakang yang mana ia bisa melihat abigaeil sudah terkulai, pingsan dipelukan andhika.

" Bertahanlah..."

Pinta andhika mengusap bulir keringat pada wajah anak itu, entah kenapa ia takut sekali terjadi sesuatu pada anak itu
melihat bagaimana abigaeil mengalami sesak nafas hingga berakhir pingsan seperti ini, berhasil membuatnya dilanda ketakutan ini sama ketika ia pertama kali mengetahui sehan mengalami kecelakaan waktu itu rasanya sama bahkan kali ini pun ia tetap merasa cemas dan takut...

.
.
.
.

" Tuan...? "

Aris menyodorkan sebotol air mineral pada andhika yang melamun diruang tunggu rumah sakit, terlihat sekali banyak yang menjadi beban pikiran tuan besarnya itu.
meskipun kadang andhika itu mengesalkan dan pemarah tapi tetap saja aris sangat respek terhadapnya bagaimanapun ia sudah lama bekerja dengan andhika tahu semua yang orang lain tidak ketahui mengenai wishnutama.
maka dari itu, aris berusaha menepatkan diri sebaik mungkin.

" Dokter sudah keluar..? " tanya andhika setelah menerima botolnya.

Aris mengeleng menoleh pada ruang pemeriksaan.

" Bagaimana dengan perempuan itu..?
a-apakah dia bisa diselamatkan.." tanya andhika lagi

Aris menunduk mendengar pertanyaan andhika sedikit ragu mengabarkan berita buruk yang terjadi pada tyas.

" Ada apa..dia baik-baik saja bukan..? " desak andhika

" Operasinya baik... dokter berhasil menyelamatkan nyawanya.. tuan.."

" Tapi.. akibat pukulan keras pada kepalanya banyak terjadi kerusakan syaraf,.. dokter tidak bisa memastikan kapan dia akan kembali sadar tuan..
dokter mengatakan dia dalam keadaan koma saat ini.."

Belum sempat andhika mengehela nafas lega, aris sudah lebih dulu menyelanya dengan kalimat yang cukup membuatnya semakin merasa bersalah
helaan nafas berat dihembuskannya mengangguk sekilas mendengar penjelasan aris.

" Katakan pada dokter, lakukan yang perawatan terbaik untuk perempuan itu...
dan terus pantau perkembangannya"

Aris mengangguk paham mendengar perintah andhika

Ceklek....!

Andhika bangkit dari duduknya menghampiri dokter yang keluar dari ruangan abigaeil.

" Dokter..? "

Sosok ber-sneli putih itu tersenyum pada andhika dan juga aris

" Tidak apa-apa, tidak ada luka serius pada pasien"

Andhika mengehela nafas lega.

" Tapi sepertinya anak anda mengalami suatu hal yang membuatnya terguncang, dan sempat terserang panik dan cemas berlebihan mungkin itu yang menyebabkan dia kesulitan bernapas hingga berakhir tidak sadarkan diri " terang dokter

" Jadi mohon untuk anda lebih menjaga dan memperhatikan anak anda.."

Aris melirik andhika melalui ekor matanya melihat manik andhika bergerak mendengar ucapan dokter itu.

" Terimakasih dok.." pinta aris, sebab andhika hanya diam.

" Aris "

" Iya tuan.."

" A-apa kita perlu melakukan tes DNA lagi.. "

Aris menatap andhika dengan seringai tipis

Goyah lagi kan, pemikiran majikannya itu memang aneh wishnutama ini tidak memiliki pendirian sama sekali.

Aris mendengus mengeleng dalam diamnya.

" Percuma banyak uang, tapi tetap saja goblok.." innernya.

" Kita sudah melakukan tes dua kali tuan... dan hasilnya sama saja,
tidak peduli apa hasilnya harusnya tuan percaya pada apa kata hati tuan alih-alih percaya pada deretan tulisan yang mungkin bisa dimanipulasi.."

Andhika terdiam mendengar penuturan aris, mengusap wajah nya melirik jam dinding yang telah menunjukkan pukul 2 dinihari.

.
.
.
.
.
.
.

Abigaeil membuka matanya perlahan
menatap langit-langit ruangan,
rumah sakit lagi... pikirnya

" Eughh "

Lenguhan kecil terdengar dari bibir mungil yang bergerak seakan mencari sesuatu.

Aris menegakkan duduknya senyuman tipis tersemat diwajahnya melihat mata kucing itu terbuka.

"Sudah bangun kids..." tanyanya

" No-no... nama na abi, abi bukan kid.." abigaeil mengeleng pelan menatap aris.

Aris mengangguk dengan senyum mengembang di wajah nya, lucu saja mendengar suara serak dan muka bantal milik anak ini.

" A-abi...? bisa om panggil begitu" tanya aris

" Um... " abi mengangguk

Melempar tatapannya pada sekitar

" Om, mama na abi mana..? kakak jelek mana.."

Aris bungkam seribu bahasa, terenyuh mendengar pertanyaan abi yang menatapnya dengan tatapan polosnya.

Mungkin efek bangun tidur,atau kejadian semalam membuat abigaeil tidak menyadari keadaan.

" Mm... i-itu, mm.."

Abigaeil masih menatap aris dengan wajah polosnya

" A-abi...itu kan mama-nya abi sudah pe-rgi... " jawab aris terbata

" Pergi..?! "

" Pergi kemana..kok ndak ajak-ajak abi " protes abi

" Huft..mama ndak temenan sama abi ya..tapi kan, abi ndak nakal.. tapi ma_"

Abi menghentikan kalimatnya menyadari suatu hal, seketika senyumannya luntur bersamaan dengan menyendunya binar manik kucing miliknya, menunduk menatap selimutnya.

Aris menyadari perubahan air wajah abigaeil, turut merasa iba.
pasti sulit bagi anak sepolos abigaeil menerima semua ini kehilangan seorang yang sangat berharga dalam hidupnya.

" ....... Abi lupa kan, mama sudah pergi kerumah Tuhan~ " cicit abi menyeka air matanya yang mengalir lagi masih dalam posisi menunduk dalam.

Andhika diambang pintu tertegun mendengar suara serak abigaeil, sedari tadi ia mendengar interaksi antara aris dan juga abigaeil.

" Abi... udah ya, masa anak laki-laki cengeng sih.. ga ada keren-keren nya"

" Masa nangis sih, kaya bayi.."

Seumur-umur aris tidak pernah berurusan dengan anak kecil semacam abi, membuat lelaki berusia hampir sama dengan andhika itu meringis mengaruk pelipisnya.

Abi mengangkat kepalanya mengusap pelan air matanya.

" Abi bukan bayi..! abi sudah besar gantengg dan keren..! "

Aris tertawa kecil mendengar ucapan abi, sedikit lega karena berhasil membuat anak itu berhenti menangis.

" Oya.. kalo sudah besar berarti ga boleh nangis lagi dong.."

" E..eh, emang na kalo udah besar nda boleh nangis lagi ya om..? "

Aris mengangguk, abigaeil menukikan alisnya

" Berarti mama juga masih kecil soalnya na mama, masih suka na-ngis.." gumam abi

" Um.. nangis malam-malam, sambil liat foto " ujar abi lagi

Aris mengangguk mencoba paham dengan ucapan anak itu

" Masa ndak boleh nangis sih om, kan abi sedih, rasa na sakit kalo tahan-tahan nangis jadi na abi nangis aja..abi sedih soal na mama pergi ndak ajak abi..abi marah juga sama Tuhan kerena udah bawa mama abi padahal abi cuma puna mama~"

Aris tersenyum kecut mendengar penuturan abigaeil, ia turut merasakan sakit mendengar kalimat demi kalimat yang terucap dari mulut mungil itu.

" Denger om, abi... om tidak melarang abi untuk menangis, abi boleh nangis abi juga boleh sedih... tapi tidak berlarut-larut, abi harus lebih kuat.

Mama-nya abi pergi karena memang takdir dan itu yang terbaik untuk mama dan semuanya...

Ikhlaskan..om tau itu tidak mudah..tapi om yakin abigaeil anak baik abi pasti bisa.. pelan-pelan ya, ada om disini, ada banyak orang yang sayang sama abi.
abi tidak sendirian..om janji mulai sekarang om akan selalu ada di samping abi..
Abi hanya perlu berdoa yang terbaik untuk mama disana.. abi paham kan.."

Abigaeil terisak kecil mendengar semua perkataan aris, merentangkan tangannya isyarat meminta sebuah pelukan sebuah kebiasaan ia akan lebih baik jika sudah mendapatkan pelukan.

Beruntung aris paham isyaratnya menyambut pelukan hangat abigaeil tanpa melunturkan senyum diwajahnya, ia tidak salah sebut meskipun abigaeil orang baru yang memasuki hidupnya, tapi ia berhasil dibuat takluk oleh pesona anak itu dibuat nyaman, sayang dan tumbuh rasa ingin selalu melindungi anak manis ini dari apapun,
membuatnya tersenyum setiap hari...

Entah kenapa aris ingin melakukannya, selalu berada di dekat anak ini.

" ...Hiks...huks... om baik, kita temenan ya om.. om harus janji sama abi ndak pergi juga kaya mama~

Apalagi pergi na jauh, kerumah Tuhan... abi nda mau sendiri.."

Aris merapatkan pelukannya, kekehan mengudara dari mulutnya mengangguk kuat menjawab ucapan abigaeil.

Andhika menunduk sedari tadi ia berada di sana, menjauhi ruangan mendengar semuanya, hatinya berdenyut, tertohok dengan pemandangan dan apa yang ia dengar.
ingin rasanya berada diposisi aris yang mampu menenangkan dan mengambil hati anak itu, tapi apalah ia masih terlalu gengsi menyuarakan ingin-nya masih terlalu pengecut untuk itu.

" Dia siapa sebenarnya ria... kenapa hadirnya berhasil memporak porandakan perasaanku..aku bingung tapi juga merasa tidak pantas jika..anak itu harus memangil ku dengan sebutan papa...
aku hanya laki-laki pengecut ria.. tidak pantas disebut seorang papa, gelar itu terlalu berharga untuk laki-laki seperti ku..."































........

yang tau nomor telepon nih orang 👇

spill dong, mau aku ajak nikah soalnya 😔🤫









( Yang sejong 🙌 )


* Aristya Hermawan










































* haiiii 👋


aku double up lagi dong 🙌

bilang apa hayo👉

but... anyway sorry dorry strawberry yah
my beloved readers 💜

i'm baru kambekkk lagi, maklum makhluk sibuk macam aku ndak bisa diam.. hectic and busy as always

aku sibuk banget sama kerjaan, but aku sempatkan buat up dan mohon maaf lahir batin kalo ini gak nge-feal sama sekali dan gado2 gak jelas...😔

dan satu lagi, aku minta maaf sama kalian karena up selalu tengah malam..mao gimana aku sempatnya begitu 😩😔.

so i'm sorry kalian harus begadang karena aku up-nya kemalaman 😔

so, good night everyone!
have you nice dream's and good day for tomorrow!

jangan lupa tinggalkan jejak..!

VOTE and coment ya guys 💜

all see you guys 💜😊👋
































...

🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀


voment juyeso ☺️✋

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

398K 27.3K 44
NO CONFLICT ABOUT ATTALA'S DAILY LIFE AND MISCHIEVOUS BEHAVIOR Atta kenapa gak masuk kelas ?. Jangan bilang kamu telat lagi!"greget Pak Dika karena...
337K 24.7K 31
Arvin bocah yang menjual kue di pinggir jalan dengan senyum manis di wajahnya yang tidak pernah luntur. Hidupnya memang keras, kerja banting tulang b...
358K 36.5K 32
Kai nggak suka Mommy gendong adek bayi. Terbiasa menjadi anak kesayangan membuat Kai terbiasa. Kelembutan Mommy membuat Kai merasa kesal ketika pakde...
69.1K 6.2K 49
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...