ABIGAEIL

بواسطة parkchim_chim2

666K 51K 4.5K

Abigaeil, namanya manis dan imut anaknya si buntalan daging mengemaskan yang selalu menjadi primadona para te... المزيد

1
02
cast
03
04
05
06
07
08
10
15
09
11
12
13
14
16
00 : 41
17
18
20
21
22
23
24
25
26
27.
28
29
30
31
32
33
34
35..
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
Tesss
52
53
54
👋👋
55
56
57
58

19

10.7K 798 21
بواسطة parkchim_chim2








🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀










Hari ini tepat satu Minggu setelah kepergian riani dari dunia ini dan tidak akan pernah kembali lagi.

" Ma...mas datang..."

Sehan menatap sendu gundukan tanah merah berbau harum semerbak bunga khas makam baru pemandangan pertama yang sehan lihat dari atas kursi rodanya.

Sehan baru saja keluar dari rumah sakit kemarin sore dan pagi ini langsung menemui mama-nya

Sampai sekarang ia masih tidak percaya jika mama-nya sudah pergi tanpa mengucap perpisahan terlebih dahulu
sesal kini turut sehan rasakan tapi apa bisa dikata nasi sudah menjadi bubur.

" Hai mama... mas sama adik-adik datang~ "

Iya, sehan tidak sendirian ia temani oleh semua adik-adiknya yang terdiam menatapi gundukan tanah merah itu tanpa kata namun gurat kesedihan masih jelas terlihat pada wajah tampan itu, termasuk ray dan zai yang mungkin juga turut merasakan kesedihan yang melanda saudara mereka.

" Maaf ya ma..mas sedikit telat buat nemuin mama"

Sehan menelan salivanya membasahi tenggorokan yang terasa tercekat sekali, begitu pula dengan adik-adiknya yang berusaha kuat menahan tangisnya agar tidak pecah, mereka sudah berjanji untuk tidak lagi menangisi kepergian sang mama.

" Ma... sehan dan adik-adik minta maaf sama mama pernah sempat membenci mama pernah tidak percaya sama mama...
papa sudah cerita semuanya.. alasan kenapa mama ninggalin kita waktu itu "

Abriansyaa memalingkan wajahnya menyeka air matanya, ikhlas hanya sebatas kata baginya.
omong kosong jika ia mengatakan sudah mengikhlaskan kepergian sang mama, nyatanya ia masih belum merelakan sang mama ia tidak menyangka jika takdir sebegitu jahatnya mempermainkan hidupnya.

Ia benci semuanya ia benci hidupnya ia benci pada dunia yang tega memisahkan dirinya dengan sang mama yang bahkan belum sempat ia rasai kasih sayangnya.

" Ma... tolong maafkan kami ma-af.." sehan sungguh kehilangan kata-katanya mengusap butiran air mata yang turun dengan lancarnya, sena dibelakang mas-nya tidak tinggal diam  mengusap bahu bergetar mas-nya.

Hingga hening menerpa beberapa saat hanya suara isakan tertahan yang terdengar baik dari mulut sehan, sena juga ray yang turut meluruhkan air matanya.
berbeda dengan tiga lainnya, zaidan yang ambil jarak dibelakang seno yang berdiri kaku melipat bibirnya abrian jelas hanya menatap sendu makam sang mama.

" Ma...kita ikhlas terimakasih sudah sempat Kembali.. terimakasih sudah melahirkan kami .. ini pasti berat kan, buat mama lalui sendiri, mama pasti lelah kan..?
jadi sekarang mama bisa beristirahat~
tunggu kami ma, tunggu mas nanti kita kumpul lagi disana jadi keluarga yang utuh..hiks.."

Sehan menutup kalimatnya meletakan sebuket bunga mawar putih diatas gundukan tanah itu.

" Kita pamit ma..semoga mama bahagia dan tenang disana.." ujar sehan

" Bang..? "

Sena menoleh pada abrian yang lebih dulu meninggalkan area pemakaman tanpa kata, disusul oleh sang kembaran arseno.

" Kak..?! " ray menatap sendu punggung dua saudaranya yang telah berlalu tanpa ada niatan untuk berpamitan pada si empu makam.

" Ray... gak pa-paa.. mereka masih perlu waktu untuk menerima ssmua ini.."

Kata sehan masih menatap gundukan itu dengan wajah berurai air mata.

sehan tersenyum kecil melihat ray berjongkok ikut meletakan seikat bunga mawar putih pula diatas gundukan tanah itu.

" Mama kita pulang dulu... semoga mama bahagia disana, dan tolong ray meminta maaf pada mama mewakili mama zane... tolong maafkan mama-nya ray..."

Pinta ray takut-takut mencuri pandang pada mas dan kakaknya tapi justru senyuman kecil sehan lah yang ia lihat membuatnya tidak terlalu gugup.

Zaidan ikut menundukkan kepalanya mendengar suara serak ray.

" That's not you're fault ray, zai jadi jangan menyalahkan diri kalian sendiri... ini semua takdir dan cobalah untuk menerima semuanya "

Terang sehan merasa diamnya zai dan tatapan penuh bersalah ray adalah karena semua ini.

Sehan hanya mencoba menempatkan dirinya layaknya saudara tertua yang bersikap dewasa yang bisa mengayomi adik-adiknya, toh yang terjadi bukanlah kesalahan adik-adiknya.

Ray dan zai hanya tidak beruntung terlahir dari wanita biadab tidak punya hati seperti zanetta.

Lebih dari itu ray dan zai adalah adiknya, saudaranya.

Sehan menyayangi keduanya selayaknya ia menyayangi adik-adik kandungnya tidak ada yang akan berubah selamanya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Abigaeil terdiam memandangi wajah cantik sang mama, senyum indah itu kini ia hanya bisa melihatnya melalui bingkai foto saja.
duduk tenang diatas kasur kecilnya sambil memeluk kumamon pemberian sang mama, boneka yang telah menemani sepanjang hidupnya tidak heran jika sudah terlihat usang dan lusuh tapi itu kesayangannya hadiahnya dari sang mama.

Seminggu sudah mama-nya pergi meninggalkan dirinya, maka seminggu itu pula ia tidak pernah merasakan lagi pelukan hangat sang mama, mendengar suara mama-nya mendengar omelan mama-nya
seminggu sudah ia tidak melihat senyuman sang mama, tawanya.

Abigaeil rindu sungguh, ia tidak terbiasa tanpa kehadiran sang mama
biasanya jika diwaktu begini mama-nya akan sibuk ditoko kue kecil didepan rumahnya rambutnya dicepol memakai apron polkadot kebanggaannya, sibuk kesana kemari sambil membawa adonan kue, kadang kala abigaeil dengan sikap balitanya yang selalu ingin tahu banyak hal, mengacaukan adonan kue milik mama-nya, tapi anehnya mama-nya tidak pernah benar-benar marah hanya sekedar memberi tahu bahwa apa yang dilakukan abigaeil itu salah..
dan berakhir mama-nya akan tersenyum lagi sambil memeluk dirinya atau sesekali menggelitikinya yang akhirnya membuat keduanya tertawa lepas.

Abigaeil akui mama-nya adalah hal yang terbaik yang ia punya dalam hidupnya.

Sosok yang sabar menghadapi segala tingkahnya, sikap jahilnya,usilnya yang selalu setia mendengar rengekkannya yang selalu tabah mengurus dirinya yang kadang sangat merepotkan.

Tapi sekarang, semua itu hanya akan tinggal dalam ingatan dan kenangan indah yang akan selamanya disimpannya dalam sudut kecil ingatannya.

Toko kue mama-nya tutup, bunga-bunga yang tiap pagi disiangi oleh sang mama kini sebagian telah layu bahkan mati mengikuti roh si empunya.

Bahkan tanaman itu pun merasa kehilangan pemiliknya...

Apron polkadot kebanggaan mama-nya sudah ditanggalkan disudut dapur tidak akan lagi tersentuh oleh pemiliknya.

Rumah terasa sepi, lenggang sekali tiada lagi sosok bidadari cantik yang senantiasa mengisi rumah kecil ini dengan senyum pembawa kebahagiaan.

Kehidupan rumah ini turut pergi bersama sang mama, menuju keabadian...

" Abi...? "

Abigaeil bergeming melihat tyas memasuki kamarnya dengan membawa gelas berisi susu.

Senyum manis mengembang di bibir kakaknya itu, menutupi wajah kuyu dan mata merah membengkaknya.

Semua tengah bersandiwara, seolah semua baik-baik.
berusaha bersikap biasa saja padahal semua tahu tidak ada yang terbiasa dengan keadaan ini.

" Sesayangannya kakak.."

Tyas mendekat meletakkan gelas susu yang ia bawa diatas nakas
menunduk sebentar guna mengusap air matanya yang tiada bosannya bertamu.

" Sudah bangun..? " abi mengangguk kecil

Tyas ikut tersenyum mengusak rambut si kecil.

" Ada yang ga enak sayang sama badannya...
dadanya sakit enggak..? "

Abigaeil mengeleng

Ini adalah salah satu hal yang membuat tyas bersedih.

" m..abi mau mamam sesuatu, ada pai coklat loh tadi diantar nenek coklat susu Abi mau..? " tanya tyas
abi hanya mengeleng

"Terus juga ada paman roy diluar abi mau main sama paman roy ga.."

" Atau mau ketempatnya kakek pisang kakak, dengar kakak pisang baru beli koi baru loh cantik banget, abi ga mau liat.."

Tyas menghela nafas pelan, ketika semua ocehannya digelengi oleh abigaeil.
seminggu sudah kepergian riani maka selama itu juga si kecil tidak pernah menjejakkan kakinya keluar rumah jangankan keluar rumah keluar dari bilik kamar kecilnya saja bisa dihitung jari, yang dilakukannya hanya berdiam diri di dalam kamar memandangi foto riani memeluk foto itu hingga tertidur.

Abigaeil-nya benar-benar terpuruk sekarang ini, tidak ada binar cerah pada manik kucing itu tidak ada senyum gusi yang biasa terukir dari bibir plum yang terlihat melengkung ke bawah
jarang mengeluarkan suaranya jika ditanya abi hanya akan menjawab dengan gelengan ataupun anggukan.

Itu yang membuat tyas sedih sekaligus khawatir apalagi ia tidak pernah melihat abigaeil menangis setelah kepergian riani, ia takut abigaeil menahannya seorang diri padahal itu jelas tidak baik untuk kesehatannya.

Abigaeil benar-benar kehilangan dunianya.

" Abi..."

" Abi.. mau ketempat mama ga sayang..? "

Abigaeil belum mau menemui riani di peristirahatan terakhirnya sampai saat ini.

" Sayang... jangan kaya gini.. kakak ga suka liat abi kaya gini.."

Tyas menangis sambil menggenggam tangan mungil itu.

" Abi jangan diam terus.. abi.. abi boleh nangis... keluarin semuanya tapi kakak minta jangan dipendam sayang.."

" Mama gak akan suka liat abi begini.." tyas mengeleng menangkup pipi berisi itu

Abigaeil tertegun mendengar suara isakan tyas bergetar bibirnya dengan manik kian memerah membendung air mata

" Abi bisa nangis sayang.. abi bisa berteriak abi bisa marah.., tapi sebentar aja setelah itu jangan.. abi punya kakak sekarang dan kakak cuma punya abi kita perbaiki semuanya sama-sama ya sayang..."

" Hiks... hiks.."  tyas mengangkat kepalanya mendengar isakan tertahan dari bibir bergetar si kecil.

" Huwaaa! " 

Abi merentangkan tangannya yang langsung diterima oleh tyas.

" Kakak jelek!.... hiks.. abi kangen mama.. a-abi mau mama..abi mau sama mama huweee.. abi marah sama mama
mama pergi ndak ajak-ajak abi, mama pergi kerumah Tuhan tingalin abi sendiri..hiks.. abi marah sama Tuhan udah bawa-bawa mama na abi.. abi ndak mau mama pergi.."

Pecah sudah tangisan si kecil, akhirnya menangis histeris juga setelah ditahannya beberapa hari.
hati tyas terenyuh dalam mendengar isakan si kecil mempererat pelukannya.

Mengabaikan suara kicau burung diluar sana, justru isak tangislah yang terdengar memenuhi kamar minimalis milik abigaeil.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Malam datang, semilir angin malam berhembus dengan senyum kecilnya tyas menutup jendela kamar milik si kecil
melempar pandang pada Abigaeil tertidur setelah lelah menangis lihat saja mata bengkak dan hidung merahnya.

Tyas mendekat menatap lamat wajah damai abigaeil yang terlihat lucu bila diperhatikan, pahatan indah itu pantas saja riani suka sekali memandangi abigaeil jika tengah tertidur seperti ini.
tangannya terangkat mengusap rambut abigaeil.

" Mbak...andai mbak ada disini sekarang~ "

" Kenapa cepat sekali mbak pergi meninggalkan tyas dan abi
padahal kami masih sangat membutuhkan mbak... "

Tyas meneteskan air matanya untuk kesekian kalinya dihari ini.

" Hari ini aku berhasil menenangkan abi... tapi gimana nanti mbak...
gimana kami melanjutkan hidup kami tanpa mbak ria.."

" Tuhan kenapa harus selalu kami... kenapa.. harusnya tyas aja jangan mbak ria, kenapa Engkau mengambil satu-satunya milik anak ini...

Bagaimana..?

Bagaimana abigaeil tanpa mbak ria nantinya.." tyas meracau menatap wajah damai abigaeil.

Malam kian melarut setelah menyelesaikan beberapa pekerjaannya, tyas akhirnya memutuskan untuk bermalam bersama abigaeil saja mengingat tadi asma anak itu sempat kambuh membuatnya sedikit khawatir bila meninggalkan anak itu sendiri.

" Tidur yang nyenyak kesayangannya kakak.. mimpi indah sayang.." ujar tyas mencium kening abigaeil

" Semoga kebahagiaan segera hadir dihidup kamu abigaeil~ " lanjutnya memeluk tubuh mungil itu.

.
.
.
.
.
.

Dilain tempat dijam yang sama, andhika menatap dalam senyum indah riani melalui bingkai foto, hanya sebatas itu yang bisa ia lakukan sekarang ini.

Senyum tipis terlengkung diwajah tampannya mengingat kembali kenangan mereka

" Ria~ kamu pasti sangat benci ya sama aku... setelah apa yang aku lakukan pada kamu dimasa lalu.." monolognya

" Tidak apa-apa kamu benci itu hak kamu.. karena aku memang pantas kamu benci ria.."

Andhika masih bermonolog mengusap wajah cantik ria melalui bingkai foto itu.

Drtt..drtt..drtt..

Suara ponsel bergetar mengalihkan atensi andhika melirik ponselnya keningnya berkerut sebentar melihat nama aris tertera dilayar ponselnya

" Ada apa...? " tanyanya setelah tersambung dengan aris diseberang sana.

Andhika bangkit tergesa dari duduknya setelah mendengar laporan aris.

" SIALAN..! " makinya

" Itu kompleks perumahan riani...?!
kirimkan orang kita kesana segera.. saya juga akan tiba secepatnya pastikan mereka aman..! "

Perintah andhika tergesa air wajahnya terlihat gelisah mamacu langkahnya keluar dari dalam ruang kerjanya.

" Papa...?! "

Andhika menghentikan langkahnya mendengar seorang memangil namanya.

" Mas..?
kok belum tidur jam segini.. dokter bilang mas masih butuh banyak istirahat.."

Hati sehan menghangat sekian lama akhirnya ia bisa merasakan betapa hangatnya perhatian sang papa.
sehan menyadari setelah kepergian sang mama, papa-nya sedikit berubah lebih perhatian padanya dan juga adik-adiknya.

" Mas ga bisa tidur pa..tapi ini mau balik ke kamar kok.." jawab sehan

" Papa mau kemana malam-malam gini...kok kaya khawatir gitu?
ada masalah pa..? " tanya sehan menyadari betapa gelisah nya raut wajah sang papa.

Andhika terdiam sebentar haruskah ia menceritakan pada si sulung.

" Pa..? "

" Papa juga ga tau persisnya, tapi aris baru saja mengabari zanetta mengincar anaknya mama ria.."

" Anaknya mama ria..? " tanya sehan

Andhika mengangguk sekilas, me-notis perubahan raut wajah si sulung.

" Papa harus pergi dulu mas, papa harus segera menyelesaikan ini..
mama menitipkan anak itu pada papa~
papa tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada anak itu.. bagaimanapun anak itu tanggung jawab papa sekarang.."

" Hati-hati pah.." jawab sehan pada akhirnya, andhika mengangguk berlalu dari sana.

Sehan terdiam, perasaannya ikut tidak karuan memikirkan nasib anak itu.

Andhika cepat memasuki Rubicon miliknya, terus berusaha setenang mungkin padahal jiwanya bergejolak entah mengapa.

" Aku tidak akan mengampuni zanetta kali ini jika berani menyentuh anak itu....
aku berjanji ria..aku akan menjaga anak itu sepenuh jiwa ku meskipun aku tidak bisa berjanji bisa menyayangi anak itu selayaknya aku menyayangi anak-anak kita.." gumaam andhika menjalankan mobilnya membelah kota Jakarta yang kian lenggang.

.
.
.
.
.
.





Prang!!!

Brukkkk !!

Tyas terperanjat dari tidurnya mendengar suara gaduh diluar sana.

" Astaga suara apa itu.." gumamnya melirik abigaeil yang tidak terganggu sama sekali dalam tidurnya

Takkk!

Kembali suara aneh didengarnya membuat dirinya kian was-was pada keadaan

Suara derap langkah terdengar jelas ditelinga tyas membuat perempuan cantik itu menatap takut pada pintu
bagaimana jika ada yang ingin berbuat buruk terutama pada anak manis dihadapannya ini...

"Tuhan tolong lindungi abigaeil~ jauhkanlah kami dari segala tindak kejahatan dan keburukan.." do'a tyas dalam hati.

Perlahan tyas bangkit dari kasur berjalan pelan sekali untuk melihat keadaan.
perasaan takut memenuhi dirinya bahkan keringat dingin mengucur pada dahinya kala melihat siluet tubuh berpakaian serba hitam mengitari ruang keluarga.

" Siapa itu..." cicitnya bergetar melempar tatap pada abigaeil yang terlihat tidak terusik sama sekali mungkin pengaruh obat yang dikonsumsi olehnya menjadikan anak itu tidur pulas sekali.

" Mbak...tyas gak takut, tapi tyas takut mereka melukai abi, tolong jaga kami mbak.." inner tyas

Pranggg...!

Suara benda terjatuh membuat tubuh tyas terlonjak kecil

Buru-buru kembali ke sisi kasur yang ditepati oleh abigaeil, menarik selimut lebih tinggi meletakan boneka kumamon milik si kecil kedalam pelukannya.

" Jangan bangun sayang... apapun yang terjadi kakak tidak akan membiarkan siapapun menyakiti abi.. kakak akan melindungi abi..." lirih tyas mengecup pipi berisi abi sebentar.

" Abi harus selalu baik-baik aja...abi harus selalu bahagia... kakak sayang sekali sama abi.." lanjutnya lagi

Menghela nafas pelan berusaha menenangkan diri bergerak membuka pintu kamar abigaeil dan menguncinya dari luar.

" Mbak... tolong jaga abi.." pinta tyas mengusap pelan daun pintu yang ditempeli stiker kumamon besar sekali.

Perlahan tyas berjalan mepet pada dinding, ditangannya terdapat vas bunga yang sempat ia raih dari dalam kamar abigaeil.

Takk...!

Seorang berpakaian serba hitam itu menoleh pada tyas yang berdiri tegak setelah menyalahkan lampu ruang tamu.

" Siapa kamu!? " tanya tyas

" Apa yang kamu inginkan...kami tidak punya apapun, jadi pergilah sebelum saya berteriak.." pinta tyas setenang mungkin

Sosok itu menyeringai dibalik masker hitam yang ia kenakan menatap tyas dengan pandangan menusuk.

" Anak itu... serahkan anak itu..."

Tyas membulatkan matanya mendengar suara itu, itu suara seorang wanita.

" Anak apa yang kamu maksud..?
t-tidak ada anak disini.." jawab tyas meremat vas yang ia sembunyikan dibalik punggung nya.

Tyas bisa mendengar kekehan keluar dari mulut orang itu, membuatnya semakin waspada.

" Jangan coba membohongi ku.. serahkan saja anak itu maka kamu akan selamat.."

Tyas mengeleng kuat, menentang mata yang menatap tajam padanya

" Tidak akan kubiarkan kamu menyentuh abigaeil sehelai rambut pun " peringat tyas.

Sosok itu mendengus tertahan bergerak cepat menyerang tyas dengan cara melayangkan tongkat pemukul yang dibawanya sedari tadi.

Duagggg...!

Prang...!

Tyas berhasil menghindar alhasil pukulan itu mendarat pada dinding.

Lagi-lagi dan lagi pukulan demi pukulan orang itu layangkan tapi Tyas berhasil menghindar bahkan sempat menyerang balik dengan melempar vas yang ia genggam hingga mengenai kepala orang misterius tersebut.

Buaggg..!

Prang...!

" Ashh...kkkh.."

Rintihan terdengar dari mulut orang itu menyeka aliran darah yang mengalir dari kepalanya.

" Sialan... jalang...kamu akan mati..! "

Ancam sosok itu menatap buas tyas yang tertahan disisi ruang tamu yang sudah tidak berbentuk.

Buaggg...!

Tyas kembali menghindar dari pukulan orang itu menendang perut sosok itu hingga terpelanting pada meja.

Krakk..!

Pranggg..!!

" Umm... mama~ " gumam abigaeil ketika mendengar suara-suara yang cukup menganggu tidurnya.

Semakin jelas suara nya, suara keributan dari luar sana membuat anak manis itu ketakutan apalagi ketika tidak mendapati siapapun disisinya bahkan tyas.
kamarnya yang biasanya terang benderang juga remang  hanya sedikit cahaya dari Flashlight handphone di atas meja belajarnya yang terang sisanya gelap padahal ia takut pada kegelapan.

" Kakak jelek...?! " panggilnya melihat sekeliling tapi nihil.

" Mama...? " panggilnya lagi

Tapi tidak ada sahutan hanya suara berisik dari luar sana yang bisa ditangkap telinganya, membuat ketakutannya semakin menjadi.

Pranggg...!!!

Kembali suara pecahan diikuti suara orang meringis kesakitan terdengar

" Kakak..! "

Abi bisa mendengar itu suara tyas membuatnya bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi.

" Hiks..mama..abi takut.." cicit abigaeil memeluk kumamon nya

" Kakak jelek.. hiks.." abi terisak kecil

Memberanikan diri bangun dari tempat tidurnya, berjalan perlahan menuju pintu keluar

" Ug..ndak bisa dibuka.." gumam abi ketika tidak bisa membuka pintu kamar.

" Mama... napa ndak bisa buka..?! mama..! kakak jelek... ! " abi berteriak mengedor pintu kamar nya yang terkunci dari luar.

Ia semakin takut, penerangan yang minim ditambah lagi terkurung di dalam kamar kecilnya membuatnya diserang panik dan cemas berlebihan...

Duk..
Duk..
Duk...

Merah tangan mungil itu mengedor brutal pintu kamarnya berharap ada yang segera membukanya sebelum ia benar-benar kehabisan nafas.

" Mama..! kakak..! buka pintu na..hiks.. abi mau keluar..kakak..! " pekik abi

" Kakak..! buka pintu na..buka..!!" abi masih berteriak berusaha membuka pintu padahal nafasnya mulai tercekat bahkan suara mengi menyakitkan mulai terdengar

" M-mama hiks..abi ta-kut hhh... k-kakak ..." abi menekan dadanya sebentar berusaha bernapas dengan baik.

Sementara diluar ruangan

Tyas membulatkan matanya mendengar suara teriakan abigaeil.
melihat atensi sosok misterius itu mulai teralihkan pada suara dari atas sana hanya melewati beberapa anak tangga sebenarnya.

Tyas mengeleng mengabaikan sakit bahu kanannya yang baru saja menerima pukulan dari tongkat baseball milik orang itu.

" Si manis..."

Ujar sosok itu melangkahkan kakinya meniti anak tangga, tidak terpikirkan sebelumnya jika mangsanya berada dilantai atas bangunan kecil ini.

"  Kali ini aku akan benar-benar menghabisi anak kamu ria..akan kukirim ia padamu..."

Zanetta dari balik masker hitamnya menyeringai penuh dendam.

" Jangan coba-coba..! " tyas berteriak mendorong tubuh zanetta hingga terjatuh pada anak tangga

SIALAN...! " 

Geramnya tertahan mengalihkan pandangannya pada tubuh lunglai tyas sebab sudah beberapa kali menerima pukulan tongkat nya.

" Dasar hama merepotkan... tidak masalah, aku sudah pernah membunuh jadi membunuh seorang lagi bukan masalah yang besar bagiku..."

Tyas beringsut mundur melihat sosok itu mendekat kearahnya.

" Kamu mau mati...kan?
ingin segera bergabung dengan riani jalang sialan itu..."

Tyas meluruhkan air matanya menyadari siapa dibalik masker hitam itu.

Zanetta wanita iblis yang telah merenggut nyawa mbak-nya.

" Kamu...?! wanita biadab tidak punya nurani.."

Zanetta tertawa kecil melihat air wajah tyas.

" Aku pikir kau menyadarinya sedari tadi.." kekeh zanetta

" Tidak masalah..aku akan segera mengirim mu bergabung dengan riani... segera setelah itu aku juga akan mengirim anak manis itu, tapi setelah bermain terlebih dahulu..

Anak manis itu cukup menarik untuk dijadikan mainan sepertinya.."

Tyas mengeleng ribut.

" Jangan... jangan coba-coba menyakiti abigaeil.." pinta tyas

Zanetta tertawa lagi, melihat wajah melas tyas.

Duagggg...!

Tyas memejam dengan nafas tercekat merasakan sakit luar biasa menghantam kepalanya, perlahan tubuhnya menyentuh dinginnya lantai dengan darah mengalir dari kepalanya.

Disisa kesadaran yang dimilikinya ia bisa melihat, zanetta tersenyum padanya setelah membuka maskernya.

" A-abi hhh... " gumamnya

melihat zanetta menjauh menuju lantai atas.

" Tuhan ambil nyawaku...tapi kumohon selamatkan malaikat kecil itu..."  pinta tyas.

.
.
.
.
.
.
.





































🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀







voment juyeso ☺️✋

واصل القراءة

ستعجبك أيضاً

ARVIN {END} بواسطة anggi

قصص الهواة

337K 24.7K 31
Arvin bocah yang menjual kue di pinggir jalan dengan senyum manis di wajahnya yang tidak pernah luntur. Hidupnya memang keras, kerja banting tulang b...
114K 18.4K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
301K 18.7K 35
Tentang seorang anak yang dari kecil hidup menderita dipukul, dicaci sudah menjadi makanan sehari hari nya. lalu bagaimana jika tiba tiba seseorang m...
70.2K 6.3K 49
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...