ABIGAEIL

Por parkchim_chim2

666K 51K 4.5K

Abigaeil, namanya manis dan imut anaknya si buntalan daging mengemaskan yang selalu menjadi primadona para te... Más

1
02
cast
03
04
05
06
07
08
10
15
09
11
12
13
14
16
00 : 41
17
19
20
21
22
23
24
25
26
27.
28
29
30
31
32
33
34
35..
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
Tesss
52
53
54
👋👋
55
56
57
58

18

10.8K 969 134
Por parkchim_chim2










🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀










Takk..!!

Bunyi suara handphone milik arseno menyentuh lantai rumah sakit membuat atensi wishnutama bersaudara teralihkan pada sosok lelaki tinggi itu.

" Eh...eh..kakak ga papa..?! "

Zaidan buru-buru bangkit menahan tubuh besar dan tinggi arseno yang tiba-tiba limbung ketika bangun dari duduknya.

" Kak..no~ " Ray mendekat

" Kakak ga papa?!! " cemas abrian

" No.." guman Sena

Seno mengernyit dalam, membungkuk dengan tubuhnya masih ditahan oleh zaidan dan juga Ray.

" Kak...gak papa..? " Ray mengulang pertanyaannya

" Gak tau Ray...dada kakak tiba-tiba sakit..ugh..shh.."

Seno mengernyit dalam, menekan ulu hatinya yang sesak dan sakit sekali.

" Kok bisa...? " bingung Zai membantu Seno untuk kembali duduk.

Seno mengeleng pelan dengan mata terpejam masih dalam posisi meringis tertahan.

" Ashh... akhkk..."

" Ya ampun kak na...! "

Abriansyaa cepat menghampiri, arsena yang tiba-tiba ikut meringis pula..

" Kakak ga papa..?! mana yang
sakit ...? " tanya Ian panik

Sena mengeleng pelan, mengusap dadanya sendiri.

" Ga papa.. mungkin gara-gara Seno.. kesakitan jadi kakak juga ikutan..ga papa.. bentar aja mungkin sakitnya..." Sena menatap Seno dan Ian bergantian.

Sementara Seno masih memejam menyeka air matanya yang tiba-tiba saja mengalir, kenapa sesak dan sakit sekali rasanya padahal ia tidak punya penyakit yang berhubungan dengan pernafasan tapi kenapa rasanya sesak dan sulit sekali bahkan untuk sekedar menarik nafas.

" Kak no... minum dulu~ " Ray menyodorkan gelas air putih pada Seno yang langsung diterimanya.

" Ga papa kan kak? "tanya Ian

" Gak papa~ udah mendingan kok.." jawab Seno pada akhirnya menatap adik-adiknya dengan senyum kecil.

" Kak na.."

" Kakak juga ga papa.." Sena mengeleng menjawab pertanyaan Ray

" Hadeuhh ada aja..gini nih punya kakak kembar satu sakit yang satunya juga ikutan sakit... kompak banget sampe sakit aja janjian..,
sok romantis banget~ "

Semua menatap Zaidan yang tiba-tiba nyeletuk.

" Semoga ga ada hal buruk terjadi~
mas...ayo bangun, Ian takut mas~ "

Abrian mengusap pelan wajahnya melempar tatap pada wajah damai mas-nya, entahlah ia merasa tidak nyaman sedari tadi.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.







Zanetta menjatuhkan pistol ditangannya, netranya bergerak gelisah dengan tubuh bergetar hebat melihat seorang terkapar akibat tembakannya membuat pikiran kalut, rasa takut dan bersalah memenuhi pikirannya maka dengan gerakan cepat ia berlari menjauhi dua orang itu.

Riani membuka matanya perlahan, mencoba mengembalikan fokusnya pada suatu titik saja wajah tampan laki-laki yang sangat dicintainya.

" R-ria..." Andhika menjatuhkan air matanya, tubuhnya bergetar pelan berusaha menyentuh tubuh Riani, dirinya masih dilanda syok hingga tidak sadar akan apa yang terjadi

" M-as..." Riani tersenyum samar

Membuat andhika cengo sebentar segera memeluk Riani yang terbaring berbantalkan lengannya merasakan sesuatu yang basah ditangannya seketika bau darah tercium oleh nya.

" R-ria... kenapa kamu lakuin ini...ria..."
andhika terisak pilu meremat pelukannya kuat sekali tidak rela membiarkan daksa rapuh itu hilang dari penglihatannya

" Kenapa kamu lakuin ini! kenapa kamu menyelamatkan aku RIANI...
kamu TIDAK BOLEH PERGI! KAMU TIDAK BOLEH MATI...!
RIA KAMU DENGER AKU..AKU TIDAK MENGIZINKAN KAMU PERGI...! "

Andhika memekik menguncang tubuh riani

" M-as... ma-af..." Suara lemah riani terdengar menyakitkan ditelinga andhika.

" Gak..aku tidak akan pernah memaafkan kamu kalo kamu pergi ninggalin aku ria...aku akan benci kamu selamanya..." Andhika mengeleng

" Bertahan aku mohon... bertahan untuk aku dan anak-anak kita...aku mohon.. sebentar lagi bantuan akan datang..."

Pinta andhika pelan menyentuh luka tembak didekat pundak riani yang masih mengalir kan darah segar tiada hentinya mengotori jas dan juga kemeja putihnya.
sekuat tenaga andhika menekan luka riani agar berhenti mengeluarkan darah, bukannya malah berhenti malah kian menderas seperti air matanya, tangannya bergetar begitu pula dengan tubuhnya.

Ia syok dan takut terjadi sesuatu pada wanita yang pernah ia sakiti dahulu, yang pernah sangat dibencinya.

Andhika menyesal sungguh sekarang, tidak mencoba mencari tahu kebenaran terlebih dahulu sebelum menuding wanita cantik itu.
Andhika menyesali semua perbuatannya di masa lalu, tapi sekarang terlambat menyesal pun tiada gunanya sekarang.

Wanita yang ia benci dan ia klaim sebagai penghianat cintanya, ternyata tidak bersalah sama sekali.

Harusnya ia yang berada diposisi Riani harusnya dia yang sekarat, harusnya ia yang tertembak tapi tidak ...

Riani malah menyelamatkannya, memeluk dirinya ketika zanetta menembakkan pistol itu kearahnya hingga mulus sudah peluru itu menancap di bagian tubuh riani, membuat wanita cantik itu tumbang seketika berlumuran darah.

Andhika menyesal sekarang harusnya dia yang membayar semua ini bukan Riani...

" M-as... m-as..."

Tangannya yang berlumuran darah milik Riani menyambut dan mengenggam tangan itu erat sekali, andhika tidak rela melepasnya sungguh.

Riani tersenyum manis merasakan tangannya akhirnya digenggam lagi oleh orang yang begitu dicintainya.
tiada sakit lagi luka yang terbuka dan masih terus mengucurkan darah, riani tidak bisa merasakan sakitnya lagi, hanya rasa damai dan nyaman dihatinya seolah ia siap pergi...

" Se-han..." lirih Riani suara kian memelan dengan hembusan nafas lemah semakin tidak terasa bahkan

"Iya...Sehan akan sembuh~ dan kita akan berkumpul lagi seperti dahulu.. bertahan ria aku mohon~ " jawab Andhika putus asa

Riani mengeleng pelan, mengusap air mata diwajah tegas andhika perlahan sekali.

" A-aku... berterima ka-sih, ka-rena kamu.. a-aku tau rasanya dici-ntai... m-as.. hi-duplah dengan ba-ik setelah ini..." andhika mengeleng

" T-tolong ma-af kan aku m-as~ " pinta riani pelan, hampir seperti bisikan

" Sam..paikan, Permo..honan maaf ku pada anak-anak.. m-as.. a-aku mohon lepaskan aku.. biarin a-aku ti..dur.. m-as~ "

Andhika tertegun menatap mata sayu yang hampir terpejam itu.

" Se-han... biarkan..aku menjadi pendonor untuk anakku... a-aku akan hidup ..dalam tubuh anak ki-ta m-as.."

Andhika tidak menjawab hanya diam menatap Riani

" A-abi..gaeil...."

Andhika mengerutkan keningnya disaat seperti ini pun, riani masih mengingat anak itu.

" T-tolong ja-ga dia m-as~ "

" Abi..gael..."

Ucapan riani terhenti, tangannya yang yang sempat menyentuh wajah andhika terkulai.

" Ria~" bisik andhika parau

Riani mengedipkan matanya pelan, bibirnya mengucapkan sesuatu yang membuat andhika terisak kuat

" Sabda cinta..." riani mengerjap pelan dengan senyum manisnya.

" Bahwasanya aku bersama hati dan ragaku ... menginginkanmu tidak ada satu wujudpun yang dapat menggantikan mu, aku mungkin bukan yang terbaik untuk mu tapi bukan juga yang terburuk.
sampai kapanpun aku akan mencintaimu, tidak hanya hidupmu, matimu atau berbentuk abu pun aku akan terus mencintai mu..."

Riani tersenyum lebar sekali mendengar ucapan andhika, berbeda dengan andhika yang bergetar mengigit bibirnya seusai menyelesaikan kalimat yang menurutnya Begitu sakral, kutipan dari salah satu novel lama yang begitu sangat disukai oleh dirinya dan dahulu andhika pernah mengucapkannya pada riani saat akan melamar wanita itu menjadi istrinya.
andhika tidak menyangka jika riani masih mengingat kalimat itu didalam hidupnya ia tidak menyangka seberkas kalimat itu begitu berharga bagi riani.

" Until dead due's part.."

Bisik Riani tersenyum lebar

Andhika mengangguk membelai wajah cantik itu

" Until dead due's part.." balas Andhika serak.

Riani mengerjap, masih dalam senyum manisnya bibirnya bergerak pelan mengucap sesuatu dibantu Andhika, sebelum akhirnya perlahan mata indah itu memejam damai.

" Ria...? "

Panggil Andhika, nihil sautan
wanitanya telah pergi memejam damai beristirahat meninggalkan dunia dan segalanya...

Beristirahat setelah menyelesaikan tugasnya.

" Ria..."

Sekali lagi Andhika memanggil, lemah sekali.

" Riani... ria... tolong jangan seperti ini.. jangan pergi.. jangan tinggalkan aku..

....Ria..."

Andhika berhenti bersuara, memeluk tubuh kaku itu memandangi dalam-dalam wajah cantik yang sudah terpejam.
cantik sekali...

" Kamu pasti lelah ya...? setelah semua ini...
baiklah... beristirahat lah ria... beristirahatlah dalam damai~
jika mungkin tolong maafkan aku... ma-af..."

Pinta andhika pelan mengecup kening mulus yang terasa begitu dingin itu.

Hingga beberapa lama ia tertahan dalam posisi itu, tiada jemu andhika memandangi wajah damai riani yang telah bergabung bersama keabadian tidak akan kembali lagi.

Riani nya telah pergi, memilih menyerah pada takdir dengan menjadikan dirinya sebagai penjahat dalam cerita ini...

Dan selamanya andhika tidak akan memaafkan dirinya sendiri.

Pintu rooftop terbuka Aris datang dengan beberapa orang dibelakangnya, setelah merusak pintu atap yang sebelumnya dikunci dari luar hingga menyulitkan mereka untuk segera tiba ditempat kejadian.

" T-tuan..." panggil aris gugup, bersiap menerima segala konsekwensinya.
kelalaian dalam menjalankan tugasnya, yakni kehilangan nyawanya...

Andhika menoleh dengan wajah sendunya, yang terdapat bercak darah di sana.

Aris membulatkan matanya melihat tubuh Riani yang sudah terbujur kaku tidak bernyawa...

" Cari zanetta dan bawa kehadapan saya...hidup atau mati...." mutlak andhika

Aris mengangguk memberi isyarat pada para bawahannya yang langsung bergerak.

" T-tuan... nyonya.."

" Saya tahu... laksanakan saja, perintah saya! " pinta andhika melihat riani.

Perlahan andhika membawa riani dalam gendongannya, menghiraukan aris yang berdiri menatap sendu melihat dirinya.

Andhika tidak peduli terus berjalan keluar dari area rooftop dengan membawa serta riani bersamanya.
menghiraukan semua orang yang melihatnya...

" Katakan pada dokter...untuk segera melakukan tes kecocokan, sehan harus segera diselamatkan.."

Pinta andhika pada aris, aris mengangguk paham mengisyaratkan salah satu perawat membawa jenazah riani.
andhika menatap Lamat wajah pucat riani meletakan perlahan keatas brangkar.

" Terimakasih ria... selamanya aku akan mencintaimu...maaf dan tunggu aku disana..."

Lanjut andhika melepas tautan tangannya, dengan air mata mengalir deras membiarkan dokter menjalankan tugasnya.

" T-tuan..."

" Anak-anak dimana...? " tanya andhika tanpa melihat aris, hanya terus menatap telapak tangannya yang berlumuran darah.

" Anak-anak, ada di ruangan tuan muda sehan..." jawab
aris

Andhika mengangguk sekilas, mengulum bibir keringnya

" K-keluarga...ri..a..? " tanya andhika serak

Aris menunduk dalam, kala netranya tidak sengaja bersitatap dengan manik penuh air mata tuan-nya ini pertama kalinya ia melihat pimpinan wishnutama, Serapuh ini, ini pertama kalinya ia melihat andhika se-hancur ini...

" Anaknya nyonya ria..masih dalam perawatan, jadi saya pastikan mereka masih disini tuan..
anda ingin menemui mereka..? atau izinkan saya saja mengatakan kabar Duka ini...? " ujar aris

" A-anak ya..." gumam andhika

" Saya hanya tahu Begitu tuan... karena nyonya riani sangat menyayangi anak itu.., meskipun hasil test mengatakan negatif..anak itu sudah menjadi bagian dari hidup nyonya ria.. selama lima belas tahun belakangan ini..lima belas tahun usianya tuan..."

Andhika mengusap wajahnya kasar, entahlah perasaannya campur aduk memikirkan bagaimana cara menjelaskan semua ini.

Terutama pada anak-anak ...

" T-tuan..."

Andhika bangkit dari duduknya ketika dokter menghampiri dirinya.

" Bagaimana...?" tanyanya

" Selamat tuan~ organnya cocok... mencapai 99%, kita bisa segera melakukan transplantasi pada tuan muda Sehan... "

Andhika menundukkan kepalanya menyembunyikan wajahnya yang berlinang air mata, nyatanya Tuhan memang merencanakan semua ini.

" Lakukan yang terbaik... segera lakukan proses transplantasi itu... selamatkan anak saya..." ujar andhika

Dokter itu mengangguk paham pergi meninggalkan dua orang itu.

" Antarkan saya pada keluarga riani..." titah Andhika pada aris

" Baik tuan..! " aris mengangguk memberi jalan pada sang majikannya

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Tyas menunduk dalam sekali, menahan isakannya agar tidak histeris.
tubuhnya bergetar hebat.

Itu tidak lepas dari penglihatan andhika dan aris.

Ia baru saja menerima kabar buruk yang menimpa mbaknya itu.

Mbaknya telah pergi...

Riani telah pergi meninggalkan dirinya...

" ...Hiks...hiks... mbak ria...huks..."

Nyatanya senyum manis yang dilihatnya beberapa jam yang lalu adalah yang terakhir kalinya ia lihat, usapan lembut tangan mbak-nya itu adalah terakhir kalinya ia rasakan...

Firasat buruk abigaeil beberapa hari terakhir akhirnya menemui jawabannya.

Mbaknya telah pergi, berpulang ke Rahmatullah...

Tanpa kata, tanpa pesan perpisahan
tyas menyesal mengijinkan riani pergi beberapa jam yang lalu ia menyesal tidak bisa menahan mbaknya...

Jika saja ia tahu hari ini adalah hari terakhirnya ia melihat riani maka selamanya tyas tidak akan membiarkan mbaknya itu beranjak, ia akan memeluk tidak membiarkan riani pergi darinya...

Tapi apa daya, nyatanya rencana Tuhan sungguh tidak terduga dan tyas hanya bisa pasrah menerima takdir Tuhan

Ia percaya ini yang terbaik untuk riani
ini yang terbaik untuk semuanya
mbaknya sudah sangat lelah berjuang, sudah terlalu banyak yang dilalui mbak-nya itu dalam hidup

Membiarkan Riani pergi, beristirahat dari penatnya dunia adalah pilihan terbaiknya sekarang ini...

" Saya minta maaf..." pinta andhika parau

Bahkan ia sampai berlutut di hadapan Tyas, yang tidak menggubrisnya sama sekali mungkin terlalu syok.

" Jika...Riani tidak menyelamatkan saya, mungkin ini tidak akan terjadi..." sambung Andhika

" B-boleh s-saya ber-temu mbak ria..." pinta tyas

Andhika mengangkat kepalanya menatap wajah berurai air mata milik tyas.
lalu mengangguk pelan.

" Setelah donor saja... saya tahu.
mbak ria sudah mencalonkan diri sebagai pendonor jauh hari sebelum insiden.."

Andhika terdiam tidak menyangka jika Riani telah memikirkan semua ini.

" Jadi saya minta berdirilah tuan...anda tidak berhak berlutut di hadapan saya..tapi pada mbak ria..dia yang paling tersakiti Disini...hiks.. saya percaya ini takdir dan ini yang terbaik..."

" Mbak ria sudah terlalu lelah dengan semua ini..."

Andhika menatap tidak percaya pada perempuan muda itu, besar sekali hatinya dalam menerima semua ini.

Andhika harus belanjar banyak dari orang-orang ini.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Transplantasi selesai dilakukan dan berhasil, membuat keluarga WISHNUTAMA bernafas lega.

" Transplantasi berjalan lancar, sekarang tuan muda sehan hanya perlu pemulihan..." jelas dokter.

" Papa mana..? kok ga kesini..? " tanya

Zaidan, ia menunggu papa-nya omong-omong awal masuknya sehan ke ruang operasi hingga selesai pun papannya tidak ada disini mengundang tanya
senyum kecil tidak pernah lepas dari wajah wishnutama bersaudara setelah mendengar kabar jika sehan mendapatkan pendonor yang tepat
hal itu bagaikan angin segar bagi semuanya.

" Bentar lagi, zai..papa bilang masih harus ngurus sesuatu dulu.." jawab sena.

Zaidan mengangguk saja, terlalu senang saat ini mendengar berita soal mas-nya.

" Ian,.lo masih penasaran sama pendonor nya..? diam aja dari tadi..? " ray menyikut pelan abrian yang duduk anteng saja sedari tadi.

Ian mengangguk mengiyakan.

" .... Loh... papa..? "

Seno bangkit dari duduknya, melihat andhika datang dengan penampilan yang cukup berantakan diikuti A
aris dan juga seorang perempuan dibelakangnya.

" Pa...? papa kenapa... " sena mendekati sang papa

" Ian, papa abis bunuh orang ya..? k-kok berdarah gitu... ihh..." ray berbisik ditelinga ian.
ian menoleh pada sang papa, netra sipitnya membola melihat penampilan papa-nya.

" Pa..? semua baik-baik aja kan pa..? " tanya Sena

Andhika mengangkat pandangannya pada arsena yang terlihat penasaran.
lalu mengangguk sekilas mengulum bibirnya, matanya memerah melihat anak-anaknya satu persatu.

" B-bagai..mana sehan...? " Andhika balik bertanya

" Bagus... transplantasi berjalan lancar..kita tinggal menunggu mas sehan sadar dan pulih pa.." jawab seno

Andhika mengangguk menyeka air matanya.
begitu pula dengan tyas yang terisak kecil dibelakang sana.

" Pa Siapa sih yang jadi pendonor buat mas...? papa kenal orangnya.. bisa kita temuin ga pa..? " tanya zaidan

Andhika menoleh pada pemuda bergigi kelinci itu.

" Papa...ga bunuh orang buat dapatin donor buat mas kan..? pa.."

Semua menatap horor pada mulut tanpa filter rayidanta.

" Pa...? " Sena bertanya

" Kalian pasti Ingin tahu pendonor untuk sehan kan? " tanya andhika

Semua mengangguk kecuali Ian dan seno.

" Ikut papa.." pinta Andhika.

Semua saling berpandangan sebentar mengikuti andhika hingga, sampai disalah satu ruangan..

" Pa..? " ian tidak bisa menahan rasa penasarannya.

Andhika tidak menjawab hanya tersenyum tipis sekali, membuka handle pintu.

Terlihat seorang dokter dan dua perawat didalam sana baru saja menutupi tubuh seorang dengan kain putih hingga sekujur tubuh
pertanda jika seorang itu telah tiada lagi.

" Temui...mama, lakukan penghormatan terakhir kalian padanya.."

Sena menoleh cepat pada papanya, begitu pula dengan seno, ian dan ray dan juga zai.

" M-mama...? " ian

" M-mama..apa... kenapa.." otak pintar seno bahkan tidak mampu mencerna keadaan.

" Itu mama ria...mama yang menjadi pendonor untuk Sehan.."

Lemas sekujur badan, wishnutama bersaudara sena bahkan langsung beringsut mundur bersandar pada tubuh tegap aris dibelakangnya
begitu pula dengan seno yang terlihat syok sekali

Abrian mengeleng dengan senyum miringnya ia tidak percaya dengan apa yang diucapkan papa-nya.

" Papa gak usah becanda..ini ga lucu sumpah.."

Andhika mendekati abrian lalu mengeleng lirih

" Papa ga bercanda... mama sudah pergi sekarang, jadi papa mohon se-benci apapun kalian padanya, tolong berikan ma-af kalian pada mama~
Karena semua yang terjadi bukan sepenuhnya kesalahan mama..kalian bisa salahkan papa saja, tapi maafkan mama..
semua yang mama lakukan ada alasannya "

Abrian mengeleng pelan menepis tangan papa-nya dibahunya mendekati ranjang dimana sosok yang katanya mama-nya tengah terbaring.

Sosok yang selama hidupnya tidak pernah ia temui, hanya bersua melalui keras foto.

Besar keinginannya untuk bertemu lagi dengan sang mama, tapi apa daya takdir lebih dulu mempermainkan kehidupan abrian

Tangannya bergetar perlahan menyibak kain putih yang menutupi rupa cantik itu
mengundang atensi semua saudaranya yang lain termasuk Zai dan Ray.

" M-mama..."

Ian mengeleng kuat dengan air mata menderas meremas kuat pinggiran kain yang telah ia sibak

" Enggak... enggak..! i-ini bukan mama~
i-ini bukan mama..! " ian meracau

Sementara yang lain hanya bisa terdiam menahan tangis yang kian bertalu tanpa bisa dihalau, bahkan arseno terisak dalam diamnya.
sama dengan Tyas yang berdiam memegang ujung kaki Riani.

" Mama sudah pergi...jadi papa minta ikhlaskan kepergiannya " ungkap andhika menatap wajah tenang riani

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.




Tyas menyeka air matanya ketika memasuki kamar rawat abigaeil
mempersiapkan diri menghadapi reaksi anak manis itu.
tyas tidak bisa membayangkan betapa hancurnya hati abigaeil bila mengetahui jika Riani telah meninggalkannya.

" Abi...? "

Panggil tyas ketika melihat anak itu duduk tenang diatas ranjangnya dengan posisi menghadap jendela.

Tyas menautkan alisnya bingung karena abi menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

" Abi_"

" Mama~ sudah pergi ya kak..? "

Tyas terdiam menatap dalam manik sendu itu, tangannya saling bertaut dengan bahu bergetar.

" Mama... Sudah pergi ya kak?
ndak papa abi tau kok... mama sudah pamit sama abi" ujar abigaeil lagi suaranya terdengar serak sekali tapi senyum manis tersemat pada bibir pucatnya.

" A-abi tau darimana sayang..? " tanya tyas

Abigaeil mengeleng pelan masih dalam senyum manisnya membuat tyas makin bingung.

" Mama datang... mama peluk abi
mama cantik sekali pake baju bagus juga, senyum-senyum sama abi~"

Tyas meloloskan isakannya, mungkinkah itu hanya sebuah mimpi.

" Mama bilang mama bahagia sekarang... mama pergi duluan kerumah Tuhan, nanti boleh ajak-ajak abi kalo abi sudah jadi good boy..."

" Jadi na abi ndak akan nangis lagi
abi mau jadi anak baik supaya bisa pergi juga sama mama~ "

Tyas mengeleng tak mampu mendengar suara bergetar anak manis itu.

" Hiks.. sayang.."

Tyas langsung memeluk tubuh kecil itu, tidak membiarkan anak itu maneruskan ucapannya ia tak sanggup sakit sekali mendengar ucapan anak itu.

" Abi.. gak boleh pergi juga, abi gak boleh tinggalin kakak hiks.. sayang abi gak boleh ikut mama juga.." isak tyas

Abigaeil terdiam dalam pelukan tyas hangatnya pelukan tyas tidak mampu menenangkan perasaannya.

Mimpinya beberapa menit yang lalu menjadi kenyataan, perpisahan yang diucapkan mama-nya lewat mimpi itu sebuah kenyataan sekarang bahkan hangat pelukannya masih ia rasakan saat ini.

Mama-nya sudah pergi, meninggalkan dirinya sendiri
surganya telah pergi menemui sang pencipta tanpa menunggu nya padahal ia masih sangat membutuhkan sang mama disisinya.

Tapi abigaeil tidak ingin egois Tuhan lebih menyayangi mama-nya
mama-nya terlihat bahagia dalam mimpinya wajah bersinar senyum manis itu selamanya akan tercetak dalam ingatan abigaeil.

Mungkin merelakan sang mama pergi lebih dulu
itu yang terbaik menurut takdir, maka sudah sepatutnya abigaeil menerimanya meskipun itu tidaklah mudah.









..........

.........

.........












.............


Hayo say goodbye dulu sama mama Riani 🥺👋












* haiiii 👋


haii aku kambekkk... double up seperti permintaan kalian 👍

double up... bilang apa hayo👉

mimpi indah deh kalian semua kan ga jadi digantung 😁

and i'm so sorry kalo chapter ini ga sesuai sama ekspektasi kalian 🙏
ga jelas dan gak nge-feal sama sekali😔

pokoknya gitu deh..maaf ya kalo kurang memuaskan

good night all..have you nice dream's and good day for tomorrow!💜




all see you guys 💜💜☺️














jangan lupa tinggalkan jejak 👍💜


















🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀













voment juyeso ☺️✋

Seguir leyendo

También te gustarán

358K 36.5K 32
Kai nggak suka Mommy gendong adek bayi. Terbiasa menjadi anak kesayangan membuat Kai terbiasa. Kelembutan Mommy membuat Kai merasa kesal ketika pakde...
16.8K 1.2K 47
[Completed] Untuk apa tersenyum, jika hanya ada lara saja di dalam hidup. Bagiku, senyuman itu tak ada gunanya - Aletta Senyum itu indah. Maka akan a...
181K 19.2K 19
Musuh Dominic berhasil menyelinap kedalam Mansion, dan bermaksud menculik salah satu dari sikembar. apa yang terjadi dengan informasi nya, informasi...
324K 25.5K 28
Hanya Rafka, seorang anak kecil yang mengerti bahwa dunianya tidak bisa berjalan sesuai keinginannya. Semua seakan menjauh dari Rafka, sejauh jarak a...