My transmigration [END]

By zulfaalia2019

1.5M 141K 5.7K

[BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Bagaimana jika seorang mahasiswa berumur 19 tahun yang terkenal dengan pem... More

•part1•
•part2•
•part3•
•part4•
•part5•
•part6•
•part7•
•part8•
•part9•
•part10•
•part11•
•part12•
•part13•
•part14•
•part15•
•part16•
•part17•
•part18•
•part19•
•part20•
•part22•
•part23•
•part24•
•part25•
•part26•
•part27•
•part28•
•part29•
•part30•
•part31•
•part32•
•part33•
•part34•
•part35•
•part36•[END]•
•Extra part•
•flashback•
•ekstra part II•
ada yang baru nih

•part21•

31.1K 3.3K 413
By zulfaalia2019

Setelah kejadian semalam. Pagi ini banyak para wartawan berdatangan menuju Jakarta wisteria school. Entah apa tujuan mereka, yang pasti ingin mendapat berita mengenai anak tunggal dan pewaris tunggal butik terkenal. Tidak cuma satu kelompok wartawan, bahkan lebih dari itu. Banyak mobil berlogo masing-masing perusahaan. Tentu orang-orang nya juga bermacam-macam seragam berbeda-beda.

Keadaan sekolah ini terlihat begitu ricuh, bahkan sangat ricuh. Belum dapat sekolah menampung tiap suara-suara para murid, kini semakin bertambah dengan adanya para pekerja pencari berita itu.

Semenjak semua murid mengetahui siapa Ziya dan apa asal usulnya. Di situlah mereka merasa tertekan layaknya seorang buronan. Karena mereka tau, setelah kejadian semalam. Dapat di pastikan masalah ini akan di permasalahkan menjadi lebih panjang. Tentu hingga sampai pada saat di mana gadis itu mendapat bullyan satu sekolah.

Jika saja bener tebakan itu. Maka tidak dapat di pungkiri jika mereka akan segera di keluarkan dari sekolah secara tidak pantas. Lalu masa depan mereka hilang sepenuhnya karena tidak ada sekolah lain ingin menerima murid yang sudah di buang oleh sekolah seterkenal ini. Mereka dapat menjamin itu. Apalagi Regan begitu sayang kepada adiknya. Lihat saja pada saat Regan memukul Damar tanpa ampun.

"Gue yakin. Setelah ini mereka bakal di keluarin dari sekolah,"

"Mungkin kita pun juga," Balas temannya yang lain.

"Nyesel gue sempat bully si Ziya."

-------

Dari lantai dua tepat berada nya kelas XII ips-2, ada seorang gadis cantik beserta ketiga temannya tengah memantau keadaan di lantai bawah. Jantung di antara mereka berdetak kencang tak karuan. Seolah jantung itu siap lompat dari sarangnya menuju mana saja. Mereka bertiga menatap bawah dengan sikap wanti-wanti.

Tentu keempat orang itu di wakili si wakil OSIS serta ketiga anggotanya yang dua dari nya sama seperti dia dan satunya aman.

Dilla sejak semalam terus memikirkan apa yang akan di lakukan oleh pemilik sekolah ini jika mereka tau Dilla dan Adira sumber masalahnya. Bagaimana jika orang lain ada di antara mereka semua, lalu diam-diam memvideokan nya sebagai bukti.

"Nyesel banget gue ngikuti Lo Dil," ketus Bella menatap Dilla nyalang. Gadis itu bahkan tidak tau jika masalah yang awalnya kecil menjadi sebesar ini. Bella serta Amel tidak pernah berpikir jika Damar bisa memukul Alena, dan berakhir Regan turun tangan. Hingga Bu Alia memberi tau jika gadis tersebut anak dari pemilik sekolah.

"Gue yakin setelah ini bakal ada korban yang akan di keluarin. Mungkin antara Damar, Adira, Lo pada," Ara menunjuk ke arah Amel dan Bella berada. "Dan--" belum sempat Ara melanjut ucapannya. Dilla sudah menyela duluan.

"Gak usah kurang ajar Lo," bentak Dilla tak terima. Temannya ini sungguh layaknya seorang provokator handal.

Terlihat jelas raut wajah Dilla menunjukkan rasa takut. Gadis itu bahkan tidak dapat berpikir jernih tentang hal ini.

"Damar. Kenapa Lo harus mukul Ziya sampai kayak gini. Gue butuh Lo cuma mau bilang ke Ziya putus gak lebih."

-------

"Gak nyangka gue masalahnya bakal sebesar ini." Suara penyesalan itu terdengar dari koridor berada.

Pria satu itu menatap sekeliling lapangan dengan tatapan tak percaya. Bagaimana bisa masalah sekecil ini bisa menjadi besar. Yang bikin terkejutnya sampai para media datang ke sekolah. Dia yakini jika para media ini ingin membawa kasus semalam ke publik. Hingga dapat di percaya bahwa dirinya seorang pria kasar yang tak tau sasaran tepat.

Damar. Pemilik nama itu terus menatap khawatir ke arah lapangan sekolah. Sungguh dia tidak menyangka kejadian semalam, dimana Damar memukul gadis itu menjadi sebesar ini. Apalagi kejadian semalam sungguh mampu membuat Damar tak percaya. Pertama, dengan lihainya tangan Damar memukul wajah Alena sangat kuat. Damar bahkan tidak tau setan apa yang memasuki tubuhnya hingga mampu membuat dia sekejam itu. Damar hanya tidak percaya saja apa yang gadis itu perbuat. Tentu yang kedua saat Bu Alia sendiri mengumumkan bahwa Ziya lah anak sulung keluarga pemilik sekolah. Anak yang di gadang-gadang bersekolah di London setelah satu tahun lamanya. Pantas saja kadang Damar berpikir jika gadis itu memiliki sumber pengaman yang amat dalam. Dari dia membuat masalah kecil hingga besar. Gadis itu tidak dapat di keluarkan, di skorsing, diskualifikasi, ataupun dapat surat pemanggilan orang tua. Ternyata memang dia sangat berpengaruh.

Awalnya Damar begitu menyesal kala mengetahui jika Regan Abang gadis itu sendiri. Namun penyesalan seketika hilang, kala Alena memang pantas di sebut murahan. Toh dia memang berlaku murahan kepada pria lain. Gak cuma itu, Damar juga tidak bakal menyesali atas perbuatannya. Karena Damar tau sendiri jika Alena lah yang bersalah dalam hal ini.

"Gue rela di keluarkan. Karena gue memang gak salah." Gumam Damar menampakkan raut wajah datar.

------

Setelah melihat apa yang terjadi dengan sekolah dan lapangan. Adira terus mengumpat tak jelas di toilet. Dia terus menerus menatap wajah dari pantulan cermin. Terlihat di sana raut wajah frustasi gadis itu. Sudah dari semalam Adira terus memikirkan akan hal kemarin. Apalagi setelah kejadian itu, Adira dapat mendengar beberapa kalimat negatif datang kepada mereka semalam. Sebelumya Adira sendiri tidak pernah mendengar para murid di sekolah ini yang begitu mengangumi akan parasnya menghina Adira. Entah kenapa para murid-murid lainnya tiba-tiba membela Alena secara terang-terangan.

"Kenapa rasanya hidup berpihak banget sama Ziya! Setelah dia berubah penampilannya, dia terus aja terima keberuntungan," Adira menjambak rambut frustasi. Dia seperti orang yang tengah putus asa karena kehidupan keluarga yang berantakan.

"Kenapa harus dia orang di masa lalu Zhen. Kenapa?" Ingatan terus menghampiri otak Adira. Dia terus mengingat betapa terkejut serta bahagianya pria itu kala mengetahui jika Zas itu Ziya. Adira tau berita ini karena dia mendengar dari murid-murid lain. Tentu berita itu dengan sekejap menjadi luas. Setelah Zhen menyebut jika Ziya itu mantannya. Di situ lah setiap inci kisah Zhen dapat di ketahui murid lain. Sampai di kabarkan jika Ziya lah orang yang telah membuat Zhen sendiri tidak ingin berdekatan dengan wanita manapun itu.

"Gue sayang sama Lo Zhen."

------

"Gue beneran sayang sama Zas," ucap Zhen menatap teman-teman nya lurus. Tatapan itu berkata jika di tiap ucapan Zhen emang sebuah keberanan.

Sedari tadi, para most wanted sekolah berada di kantin. Mereka di sini tentu untung menunggu kedatangan Ziya. Zhen, lebih tepatnya pria itu yang sudah dari jam setengah tujuh sampai jam sudah menuju pukul 07:15.

Sengaja itu di lakukan agar Zhen dapat bertemu dengan Ziya setelah sekian lama. Dia tidak ingin pertemuan kali ini di lakukan tidak sengaja. Dia yang ingin mendatangi gadis itu, kemudian memeluknya erat. Zhen ingin meminta maaf kepada Ziya atas perbuatan selama ini.

Keempat lainnya menatap Zhen tajam. Tentu mereka sangat tidak terima akan ucapan Zhen tadi. Emang rasa sayang itu tidak salah, hanya saja waktu dan tempat nya yang salah. Karena pada saat ini juga, mungkin kelima orang itu mencintai orang yang sama. Orang yang dulu menjadi bahan bullyan mereka, hingga gadis itu sendiri terlihat layaknya orang gila. Dan kini sepertinya karma dengan cepat berbalik ke mereka.

"Gimana dengan gue? Gue bahkan juga suka sama Ziya. Lo pun tau itu," ucap Reyhan merasa tidak terima akan ucapan Zhen.

Zhen tak menjawab. Ia hanya menatap Reyhan sebentar, lalu membuang muka ke arah lapangan lagi. Hanya pandangan itu yang terus di telusuri oleh Zhen. Tidak yang lain.

Reyhan menarik napas gusar. "Bahkan Ziya belum sempat putus sama si brengsek itu," kata Reyhan malas. Dia padahal sudah menunggu-nunggu keputusan antara Damar dan Ziya. Namun setelah kejadian semalam belum sempat membuat mereka berdua putus.

Alvin mendengar ucapan Reyhan tertawa kecil. "Gue jamin mereka bakal putus, dan si ketos sialan itu bakal nyesel." Ungkap Alvin tertawa kecil.

------

Murid-murid terus menatap penasaran ke arah lapangan. Bahkan dari mereka ada yang menetap di daerah ini untuk melihat apa yang akan terjadi. Padahal hari ini hari di mana seragam baru mereka akan di beri langsung kepada setiap murid. tapi setelah kejadian ini, mereka menyadari jika itu mungkin tidak akan terjadi.

Semua orang bertanya-tanya. Mengapa para wartawan berada di sini. Apa karena ada yang memanggilnya atau mereka sudah tau. Toh Ziya sendiri memiliki kisah hidup yang publik.

Beberapa bisikan terdengar di lapangan menjadi beberapa bagian. pembahasan serta tiap kata yang berbeda menjadi kesan berisik di sana. Belum lagi para wartawan juga berbincang-bincang sebelum orang yang menjadi tujuan utama mereka datang.

Terdengar suara deruman santai motor serta mobil memasuki lapangan yang menjadi Indra pendengaran serta penglihatan satu lapangan, mungkin di tiap tempat lainnya.

Suara deruman motor yang cukup familiar di pendengaran selama beberapa Minggu terakhir. Namun mobil itu sama sekali mereka tidak tau pemiliknya siap, hingga membuat mereka memfokuskan diri pada kedua kendaraan tersebut.

Seketika semua makhluk yang tadinya berbincang-bincang menjadi berhenti kala mendengar suara itu. Para murid memfokuskan penglihatan, serta para wartawan berlarian mendekati faktor penting dalam pembahasan.

Di saat berikutnya, kedua orang dengan kendaraan berbeda saling menampakkan diri. Tentu yang di motor semua orang akan tau wujudnya. Namun kali ini pria bermotor itu beda dari biasanya. Pria itu menggunakan style-an cukup formal. Lalu keluarlah seorang berada di dalam mobil. Seorang pria setengah paruh baya memiliki paras amat menawan serta bijaksana. Pahatan wajahnya terlihat begitu mirip dengan Regan, hingga bisa di pastikan jika dia adalah pemilik sekolah atau orang tua dari Regan dan Ziya.

Begitu keluar. Para wartawan sibuk mengerumuni mereka tanpa memberi ampun. Mereka sibuk memberi pertanyaan serta penjelasan di depan media. Sayangnya kedua orang itu sama sekali tidak menjawab pertanyaan para wartawan. Tentu mereka tidak tinggal diam, mereka semua terus meminta penjelasan. Karena Regan dan Roby tidak memiliki pengawal untuk menjaga, maka mau tidak mau keduanya menjawab pertanyaan sambil berjalan menuju ruang rapat berada. Terlihat jika sesekali para guru pria membantu kedua orang itu keluar dari kerumunan.

Semua murid menatap kedua orang itu terkejut. Mereka sungguh tak percaya jika si pemilik sekolah akan turun tangan sendiri dalam masalah ini. Hanya doa lah yang dapat mereka panjatkan.

Di saat kedua orang yang di tunggu-tunggu masuk ke dalam ruang pribadi. Di situlah para reporter dari berbagai acara televisi mendeskripsikan tema mereka.

Regan dan Roby bernapas lega kala terhindar dari puluhan manusia yang menumpuk. Mereka tidak tau jika di sekolah sudah sedia para wartawan meminta penjelasan. Mereka tau jika Ziya dan Zoya memiliki kehidupan terpublikasi. Sedang kedua orang ini sama sekali tidak menyukai hal itu. Jadi mau tidak mau mereka berdua juga ikutan. Apalagi Regan sendiri yang menyuruh para media untuk mempublikasikan kembali mengenai siapa Zas sebenarnya. Jadi tidak heran para wartawan langsung berhamburan ke tempat ini untuk meminta penjelasan.

Roby dan Regan duduk dengan elegan. Dengan Roby sebagai pemimpin di ruangan ini. Tentu di dampingi para guru petinggi sekolah. Regan terletak di sebelah kanan Roby serta Bu Alia tepat di hadapan Regan.

Ekspresi para guru menunjukkan rasa khawatir. Mereka semua tidak menyangka masalah ini bakal tersebar luas hingga Roby sendiri turun tangan. Mereka dapat menyakini jika setelah ini, sekolah akan mengadakan peraturan baru. Mungkin lebih menegangkan dari biasanya.

Roby menatap tajam ke arah guru-guru serta ekspresi datar tercipta sebagai pelengkap. Kedua tangan mengepal di atas meja. Pandangan lurus ke depan, seakan siap memberikan arahan.

"Saya sudah mengetahui masalah yang di alami putri saya semalam," kata pembuka tanpa basa basi. Roby menatap Regan sebentar, lalu mengalihkan pandangan menuju depan.

"Saya ingin anak-anak itu bawa ke ruangan ini," pinta Roby tegas. Lantas semua guru langsung bertatapan dan di detik berikutnya salah satu dari mereka berjalan keluar dari ruangan.

------

"Di beri tahukan kepada Damar, Adira, Dilla, Bella, serta Amel menuju ruang rapat. Segera!"

Gemuruh suara itu mampu membuat hati semua orang gentar. Terutama nama orang yang di sebut. Mereka sungguh tidak tau harus berbuat apa saat ini. Apalagi mereka harus berhadapan langsung kepada pemilik sekolah.

"Mar, kita di panggil," ucap Dilla menatap Damar khawatir.

Damar yang tadinya fokus dengan panggilan itu. Kini beralih menatap Dilla. Tatapan khawatir Dilla mempu membuat hati Damar seketika tenang. "Gak usah takut. Gue bakal belain Lo, apapun yang terjadi." Damar menenangkan Dilla. Setelah nya mereka berdua berjalan menuju ruang rapat dengan ber-genggaman tangan.

Tentu perlakuan mereka dapat di lihat para murid. Pasalnya keadaan sekolah belum waktunya masuk. Jadi murid-murid bebas berlalu lalang ke mana saja sebelum bel berbunyi. Para murid berbisik ketika melihat itu. Mereka terus beranggapan jika Damar lah orang yang pantas di sebut selingkuh. Soalnya pria itu melakukan interaksi manis kepada gadis lain, padahal status dia dengan Alena masih sepasang kekasih.

Kelima most wanted sekolah pun juga melihat kelakuan Damar. Setelah melihat adegan di mana para pemilik sekolah di serbu oleh para wartawan dari area kantin. Kini mereka juga dapat melihat pergerakan Damar serta Dilla.

Satu sisi mereka merasa ingin memukul kepala Damar sampai pria itu babak belur. Dan satu sisi mereka merasa bahagia, karena sudah dapat di pastikan Alena dan Damar bakal selesai sampai di sini. Itu pun kalau Alena melihatnya, jika tidak. Mungkin gak bakal putus.

-------

Gadis cantik mengerang kan tubuh-tubuh nya kala tersentak dari tidur yang tenang. Cahaya matahari tidak dapat memasuki kamar ini. namun tanpa cahaya matahari, Alena dapat terbangun dari tidur karena sudah waktunya.

Alena menatap jam digital berada di atas meja nakas. Dia sungguh terkejut kala angka-angka tersusun rapi mengisyaratkan waktu sekarang.

"Gue telat!" Teriak heboh memenuhi ruangan. Dengan segera Alena berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Tok. Tok.

"Non kenapa teriak? Ada masalah?" Pertanyaan keluar dari luar ruangan. Hingga membuat langkah Alena berhenti sepenuhnya. Lalu menatap pintu kamar berada.

"Gak ada Bi!" Tanpa menunggu jawaban pembantu rumah. Alena melanjutkan langkahnya menuju kamar mandi.

Lima belas menit berlalu. Alena keluar menggunakan kaos oblong pas di badan, serta celana berukuran mini di atas lutut. Gadis itu sudah memutuskan jika hari ini dia bolos sekolah. Karena dirinya sudah telat lima belas menit.

tanpa merapikan penampilannya, Alena langsung berjalan turun ke bawah menuju meja makan. Dia sudah sangat lapar saat ini. Sejak tadi malam Alena tidak mengisi perutnya, dia hanya malas saja untuk keluar kamar. Menurut Alena bermain dengan smartphone nya lebih penting daripada makan.

Sesampainya di lantai bawah, Alena dapat menebak jika seluruh keluarganya tidak di rumah. Mereka akan melewati hari dengan berbeda-beda tempat serta pekerjaan. Seluruh makhluk di rumah ini terlalu sibuk, menurut Alena.

"Non Alyska mau makan apa?" Tanya salah satu pembantu di rumah.

Tadinya keadaan di meja makan sepi tak berpenghuni. Namun karena ada Alena di sini, maka dengan segera para pembantu menyiapkan sarapan.

Alena menatap pembantu itu. Lalu di detik berikutnya Alena tersenyum. "Al mau roti lapis aja, bi." Jawab Alena menatap beberapa potong roti sudah siap di makan. Hanya saja tinggal di beri isi.

Si bibi mengangguk. Lalu dengan segera menata apa yang nona muda nya inginkan.

"Ini non," bibi memberikan satu potong roti lapis ke arah Alena.

Alena menerima, kemudian memakannya dengan segera. "bi. Kenapa tadi gak bangunin aku?"

"Tapi kata den Regan nona Alyska jangan di bangunin. Soalnya non gak sekolah hari ini," jawab si bibi jujur. Tadi pada saat sarapan pagi belum di mulai. Regan sudah menemuinya saat dia dan beberapa pembantu lain memasak.

Hanya satu anggukan menjadi respon gadis itu. Alena tau jika Regan terlihat khawatir kala melihat kejadian semalam. Kalau mengingat itu Alena jadi baper sendiri. Bisa-bisa nya Regan bersikap manis selama satu hari itu. Jauh berbeda dari sikap sehari-hari nya. Jika begini, Alena ingin terus merasakan sakit agar Regan selalu bersikap manis kepadanya. Lagian pada saat pertama kali Alena melakukan interaksi dengan Regan, pada saat dia masuk ke dunia ini karena Alena sakit pada saat itu. Jika tidak, mungkin sampai sekarang Alena tidak pernah berbicara dengan Regan.

memar serta ujung bibir yang sobek masih terlihat jelas. Bahkan bekas itu dapat di lihat oleh Zoya dan Roby. Mereka sempat khawatir akan keadaan Alena saat itu. Bahkan Roby dengan jelas menampakkan raut wajah marah saat mendengar kisah nyata dari Regan mengenai dirinya.

Kok perasaan gue gak enak ya.

"Oiya bi. Papa ke kantornya gak?" Tanya Alena berhenti dari adegan makannya.

Si bibi yang tadinya fokus membersihkan meja makan, kini menatap Alena fokus. Bahkan gerakannya berhenti seketika. "Kayaknya enggak non. Soalnya tadi tuan besar sama den Regan pergi bareng."

Deg!

Alena membesarkan bola mata tak percaya. Dia sudah tau apa yang akan mereka lakukan hari ini.

"Papa akan keluarin mereka,"

Kata-kata Roby semalam gentayangan bebas di otak Alena. Awalnya dia merasa jika ucapan Roby hanya ancaman semata. Ternyata tidak, itu bukan ancaman tapi pertanda.

Dengan segera Alena bangkit dari duduknya. Hingga terdengar suara decitan kuat memenuhi isi ruangan. Bibi bahkan sampai tersentak kaget sambil menatap Alena bingung.

"Kenapa non?"

"Suruh pak Ilman siapin mobil bi. Saya mau ke sekolah sekarang," titah Alena tanpa menjawab pertanyaan si bibi. Gadis itu langsung berlari menuju kamarnya berada.

Beberapa menit berlalu. Alena kini sudah berada di dalam mobil yang sudah di siapkan sedari tadi oleh pak Ilman. Di sepanjang perjalanan gadis itu terus berdoa agar dirinya tidak terlambat. Alena tau pasti apa yang akan di lakukan oleh ayah dan anak itu. Dapat di pastikan mereka akan memutuskan untuk mengeluarkan si pembiang oner semalam tanpa mencari bukti atau masalah dari awal. Ya jika pun mereka mengetahui, dapat di pastikan juga orang-orang itu bakal di keluarin.

Alena melirik jam menempel rapi di tangan kirinya.

08:34

"Cepetan pak," Suruh Alena dengan gerakan sedikit gelisah.

"Siap non." Dengan segera pak Ilman menaikkan kecepatan kendaraan. Dia tau jika nona nya ini dalam masa sempit.

Setegah jam sudah para murid masuk ke kelas. Dapat di pastikan Alena memang telat sepenuhnya. Setengah jam itu waktu yang lama untuk mengucapkan kalimat "saya keluarkan kalian".

Setelah menunggu beberapa menit kedepan. Akhirnya mereka sampai di sekolah ini. Dapat di lihat jika keadaan lapangan terlalu banyak orang berkumpul, apalagi ada beberapa mobil di sana. Namun Alena bertanya-tanya siapa semua orang ini. Mengapa mereka ada di sekolah ini. Apalagi orang-orang itu tidak menggunakan seragam sekolah.

Tanpa mau berpikir pajang. Alena berjalan menuruni mobil, lalu berlari menuju ruangan yang Alena pastikan ruangan rapat. Ruangan yang di mana Regan sering melakukan diskusi dengan para guru.

Langkahnya terhenti kala orang-orang ini mendekati Alena lalu mengerumuninya.

"Maaf mbak. Apa anda gadis yang bernama Zas?" Tanya beberapa wartawan.

Dengan cepat Alena menggeleng. Karena dia tidak punya banyak waktu untuk terus meladeni orang ini. Alena langsung pergi tanpa pamit. Wartawan tadi tentu mempersilahkan Alena untuk pergi. Karena wanita ini bukanlah target mereka.

Alena berlari kencang menyusuri koridor sekolah. Bahkan dia tidak memperdulikan tatapan para murid yang berada di koridor sekolah juga. Dapat di pastikan beberapa murid itu keluar kelas karena alasan tertentu.

"Kalian sudah sangat keterlaluan," Alena dapat mendengar suara samar keluar dari ruang rapat. Ruangan dengan pintu sedikit terbuka hingga suara dari dalam dapat di dengar hingga luar.

Sedikit lagi Alena mencapai pintu ruangan.

------

"Saya memutuskan untuk ke--"

Brak!

Ucapan Roby berhenti sepenuhnya kala mendengar suara bantingan pintu kuat. Bahkan dia sudah memastikan akan menghukum siapa pun yang berani bertingkah tidak sopan itu.

Sedangkan Regan merasa tidak asing akan perlakuan itu langsung menoleh ke arah pintu berada. Hingga membuat yang lainnya mengikuti arah suara.

Terlihat seorang gadis cantik bertubuh mungil, dengan rambut panjang berliku-liku susunan sedikit berantakan. Poni tipis menutupi dahi kini terbagi menjadi dua kelompok, terlihat jelas jika gadis ini baru saja berlari. Apalagi derungan napas serta dada kembang kemping terlihat jelas. Celana jeans berwarna biru keputihan di bawahnya terdapat beberapa sisa potongan, baju bewarna senada dengan kulit, berlengan panjang yang di masukkan ke dalam celana. Serta sepatu sneaker berwana putih menjadi pelengkap. Terlihat elegan namun tak menghilangkan kecantikan gadis itu.

"Alyska."
"Ziya."

Semua orang di ruangan menatap Alena tak percaya. Mereka yakini Alena bakalan menyetujui keputusan Roby. Toh emang itu yang dia mau.

"Kamu ngapain ke sini?" Tanya Roby sambil berjalan mendekati Alena berada.

Alena menatap semua orang di ruangan ini. Tatapan Alena jatuh kepada lima orang yang menjadi tersangka. Apalagi Damar, pria itu menatap Alena malas.

"Papa mau keluarin mereka?" Tanya Alena membuang tatapan dari Damar menuju Roby.

Roby mengangguk. "Iya, sayang."

Alena tersenyum kala mendekat jawaban Roby barusan.

------

Regan Megan Dirgantara Saller  seorang pria yang tidak memiliki peran sedikit pun. Alena bahkan tidak pernah mendapatkan dialog atau peran Regan di novel. Seorang pewaris tunggal keluarga Saller. Namun setelah papanya menikah dengan mama Ziya, harta kekayaan keluarga Saller tidak sepenuhnya milik Regan.

Btw pada mau double up gak?

Jangan lupa vote dan komen❤️

Continue Reading

You'll Also Like

230K 14K 19
Tak pernah terbayang olehku akan bertransmigrasi ke dalam novel yang baru aku baca apalagi aku menempati tubuh tokoh yang paling aku benci yang palin...
2.3M 205K 68
[FOLLOW SEBELUM BACA] Refara, seorang gadis cantik yang hidup sebatang kara. Sejak kecil ia tinggal di panti asuhan dan memutuskan untuk hidup mandir...
1.4M 158K 41
"Ngepet yok! Gue jaga lilinnya, lo jadi babinya!" -Agnia "Kalo pesugihan siapa yang jadi tumbalnya?" -Agnia "Kalo melihara tuyul siapa yang ngasih ma...
1.3M 162K 50
Berlian Alea, gadis mageran tetapi memiliki banyak potensi. Alea terlibat dalam sebuah kecelakaan lalulintas di negeri tempat tinggalnya. Namun bukan...