My transmigration [END]

By zulfaalia2019

1.5M 141K 5.7K

[BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Bagaimana jika seorang mahasiswa berumur 19 tahun yang terkenal dengan pem... More

•part1•
•part2•
•part3•
•part4•
•part5•
•part6•
•part7•
•part8•
•part9•
•part10•
•part11•
•part12•
•part13•
•part14•
•part15•
•part16•
•part17•
•part18•
•part19•
•part21•
•part22•
•part23•
•part24•
•part25•
•part26•
•part27•
•part28•
•part29•
•part30•
•part31•
•part32•
•part33•
•part34•
•part35•
•part36•[END]•
•Extra part•
•flashback•
•ekstra part II•
ada yang baru nih

•part20•

30.9K 3.5K 430
By zulfaalia2019

Udah berapa banyak nih bolong puasanya?

Absen umur yok. Author penasaran nih😌

-------

Sudah cukup lama Regan menunggu kedatangan Alena ke ruangannya. Sampai-sampai dia merelakan tugas untuk mengajar murid di kelas lain, hanya untuk melihat gadis itu dan menunggu kedatangannya. Namun nihil, Alena tak kunjung datang.

Kring!!

Bel istirahat berbunyi. Hingga Regan yakini, gadis itu emang tidak mau menemuinya.

Menghela napas pasrah. Regan meletakkan kepala di atas meja. Kala ini dia sangat malas untuk keluar ruangan atau apapun itu.

Brak!

Terdengar dorongan pintu kuat hingga memenuhi ruangan. segera Regan mengangkat kepala dengan ekspresi wajah lega. Akhirnya setelah lama dia menunggu, gadis itu datang menghampirinya.

"Al--"
"Pak!"

Ucapan bersamaan itu terdengar begitu mendominasi.

Terlihat murid membuka pintu dengan kuat. Tentu ada ekspresi panik di sana. Terlihat jika dia tengah membawa berita yang cukup mengejutkan.

"Apa?" Tanya Regan ketus. Dia kini sungguh kesal apa yang baru saja terjadi.

"Z-ziya pak." Kata pria itu dengan derungan napas membara. Dadanya kembang kempis begitu cepat, terlihat seperti dia habis lari maraton.

Mendengar penuturan murid ini. Regan langsung berdiri dari duduknya. Di tatap murid ini serius seolah tengah meminta penjelasan lebih.

"Ziya nampar murid lain di kantin pak." Mendengar itu. Dengan buru-buru Regan berlari menuju kantin. Dengan perasaan yang campur aduk. Dia berpikir jika adik tiri nya sudah seperti dulu. Melakukan kekerasan terhadap murid lain, tanpa alasan.

Rian --selaku murid kepercayaan Regan untuk memantau Alena menatap sang guru aneh. Dia tidak begitu tau apa alasan sebenarnya Regan bertingkah perduli begini dengan Alena. Yang Rian tau, jika guru olahraga baru ini tengah menyimpan rasa kepada Alena. Walau dia tau Alena sudah tidak jomblo. Toh yang namanya cinta buta bukan?

-------

Plak!

Satu tamparan kuat mendarat di pipi kiri Dilla. Hingga membuat pipi gadis itu memerah berbentuk tangan. Bayangkan, betapa kuatnya tamparan Alena.

Alena sudah sedari tadi menahan amarah ini. Namun gadis itu terus memancingnya dengan kata-kata tak pantas. Alena masih bisa terima jika dia di sebut sedemikian, akan tetapi jika orang tua Alena di bawa-bawa, Alena tidak akan terima. Apalagi Alena merasa jika Dilla baru saja menghina orang tua Alena di dunianya dulu. Orang tua yang saat ini tidak dapat Alena gapai.

"Dilla!" Alena sangat tau pemilik suara tersebut. Menoleh ke arah samping, tepat asal suara keluar. Di tatap Alena orang yang berteriak memanggil nama pecundang itu.

Damar. Si ketua OSIS itu terkejut akan adegan Alena barusan. Dia tidak menyangka jika gadisnya yang beberapa hari ini tidak Damar temui mempunyai tempramen tinggi.

Damar berjalan mendekat ke arah Dilla. Yang Dilla menatap Alena tidak percaya. Tadinya, Dilla gak bakal ngerasa jika Alena bakal nampar dia sekuat ini. Bahkan Dilla tidak tau tenaga apa yang gadis itu punya.

Kini Dilla semakin khawatir. Di satu sisi dia melihat ekspresi Damar sangat marah. Apalagi pria itu tengah berjalan ke arah nya, seakan siap membalas perbuatan Dilla dan membela Alena. Sedangkan yang kedua, Dilla takut setelah kejadian ini dirinya akan menjadi buronan hidup Alena. Dia takut Alena bakal menjadikannya sasaran setelah satu tahun lalu terjadi.

"Kamu gak papa?" Dan tidak. Damar bukan ingin memarahi Dilla, melainkan membelanya. Dilla dapat melihat raut wajah Damar tercetak begitu jelas jika pria itu sangat khawatir akan keadaanya. Apalagi tadi Dilla baru mendengar Damar merubah panggilannya menjadi "kamu".

Dilla menggeleng lemah untuk menjawab pertanyaan Damar. Dia melakukan ini bukan karena ingin terlihat lemah. Hanya saja tidak begitu percaya dengan takdir kali ini, sepertinya tengah memihak penuh dengannya.

Perlahan tangan Damar memegang pipi kiri Dilla yang memerah. Tentu perlakuan manis pria itu terlihat jelas dengan Alena dan beberapa murid lain. Kini kantin sudah banyak di penuhi murid lain untuk melihat drama murahan.

Entah mengapa. Alena sedikit merasa tersingkirkan kala melihat perlakuan Damar. Dia merasa jika hatinya sedikit tergores. Wanita mana coba yang tidak merasa sakit jika kekasihnya jelas-jelas lebih memilih orang lain daripada dirinya. Walau Alena mempunyai cadangan.

Damar mengalihkan pandangan menuju Alena. Tatapan pria itu datar sedatar datarnya. Terlihat jelas jika raut wajah tak ada rasa kasihan, malahan rasa dendam.

"Kok lo kasar sih sama orang?"

"Dia duluan yang cari masalah," jawab Alena membela diri. Tentu itu kebenaran yang nyata. Tapi siapa sangka jika setiap orang yang mendengar nya merasa jika Alena hanya membela diri.

"Bisa gak jangan pakai--" ucapan Damar di sela cepat oleh Alena.

"Cara kekerasan?" Tanya Alena menatap Damar tak percaya.

"Lo udah bikin gue kecewa," kata Damar begitu menyusuk. Ada nada menyesal di sana.

Alena berjalan mendekati ke arah Dilla berada. Lalu menarik kera baju Dilla kuat. Hingga mampu membuat badan Dilla maju mendekati ke arah Alena.

Dilla sungguh terkejut melihat gerakan Alena ini. Dia yakini jika Alena bakal melakukan hal lebih dari tamparan. Bahkan rasa nyeri di pipi sepenuhnya hilang dan berganti rasa was-was.

"Lo itu cewek murahan. Selain harga diri murah, cara main Lo juga murah." Ujar Alena geram. Setelah itu di lepas eretan kuat dari kera baju Dilla. Kemudian berlalu pergi meninggalkan kantin.

Damar tentu mendengar jelas ucapan Alena. Bahkan seluruh kantin juga mendengar nya. Emosi Damar membara kala mendengar ucapan Alena terhadap Dilla. Seharusnya yang ada di posisi murahan itu Alena bukan Dilla.

Seketika isi otak Damar di penuhi dengan kelakuan Alena yang mendominan dari kata murahan. Dari dia melihat Alena di kelilingi para murid pria di kelasnya, bilang sayang kepada orang tampan, dan menggoda guru baru mereka di belakang Damar. Apalagi pada saat Damar melihat di ruangan pria itu, jika Alena dengan santai memijat pundak Regan.

Langkah Alena terhenti kala ada tarikan dari belakang. Yang membuat Alena menoleh ke arah bersangkutan.

Bugh!

Entah mengapa emosi Damar naik sepenuhnya kala mendengar ucapan Alena barusan.

Wajah Alena tertoleh ke samping tanpa aba-aba. Di detik kemudian Alena dapat merasakan ada bara api di sekitaran pipi nya. Hingga Alena memegang bagian pipi kiri dan menatap orang itu tidak menyangka.

Baru saja Damar melayangkan pukulan kepada Alena dengan kuat. Bahkan Alena dapat merasakan seluruh tenaga Damar terkuras habis kala pukulan itu.

"Ada apa ini?" Suara bass terdengar dari kerumunan. Lalu masuklah seorang pria menggunakan pakaian kasualnya menatap nyalang orang-orang yang menjadi pusat perhatian.

Alena menatap Regan sebentar. Kemudian dia menahan rasa sakit di ujung bibir. Yang Alena yakini jika ujung bibirnya sudah koyak akibat pukulan itu. Apalagi Alena dapat merasakan darah kental memasuki bagian mulut melalui bibirnya.

Di pegang pelan sudut bibir Alena guna menghindari darah memasuki area mulut.

Damar tentu terkejut akan perlakuannya barusan. Dia tidak menyangka bisa melakukan hal keji ini terhadap wanita. Apalagi wanita ini adalah kekasihnya.

Pukulan yang biasanya di beri Damar untuk para pria brengsek, Kini salah sasaran. Entah setan apa yang memasuki tubuh Damar.

Tentu kejadian ini di lihat oleh seluruh murid dengan jelas. Apalagi pada saat Damar memukul Alena secara terang-terangan. Mereka tau seberapa kerasnya pukulan itu. Apalagi suaranya terdengar begitu nyaring. Bukan cuma itu, mereka juga terkejut kala melihat Regan memasuki area kerumunan untuk melihat permasalah. Hingga dapat di yakini setelah kejadian ini. Alena dan Dilla di pastikan keluar dari sekolah. Dan tak pala terkejutnya, mereka dapat melihat sudut bibir Alena koyak begitu besar. Darah mengalir sedikit kuat, dan ada tanda memar di sana. Hingga ini dapat di sebut kekerasan sesungguhnya.

Adira, Bella, serta Amel juga merasakan hal sama. Mereka sangat terkejut akan kelakuan tak terduga dari Damar. Hingga ada sedikit ringisan keluar dari mulut mereka. Begitu pun dengan Dilla. Dia merasa jika Damar terlalu memihak kepadanya.

Regan. Pria itu cukup terkejut apa yang baru saja terjadi. Begitu dia memasuki kerumunan kantin yang begitu banyaknya murid-murid menonton aksi di tengah-tengah ini. Regan melihat Damar dengan kuatnya memukul seorang wanita tanpa perasaan. Apalagi wanita itu adalah adiknya.

Ingin rasanya Regan membalas pukulan Damar. Tapi dia dapat melihat ekspresi datar Alena hingga membuat Regan menanam rasa emosi.

Di detik kemudian. Alena dapat merasakan ada yang aneh dari dirinya. Setelah mendapat pukulan kuat dari Damar, Alena merasa jika seluruh tubuhnya seketika melemas. Penglihatan Alena Memburam di detik berikutnya. Hingga Alena tau apa yang terjadi setelah ini.

Perlahan darah mengalir bebas dari dalam hidung Alena. Dengan cepat gadis itu memegang bagian hidung agar darahnya tidak jatuh membasahi bibir.

Melihat ini, seluruh murid berteriak histeris kala darah mengalir dari hidung Alena. Mereka cukup shock melihat kejadian ini, apalagi di kalangan wanita.

Emosi Regan sudah di puncak sekarang. Melihat keadaan Alena sekarang, Regan dapat memastikan jika Damar itu emang pantas mendapatkan pelajaran.

Regan berjalan mendekati Damar dengan rahang mengeras. Terlihat dari ekspresinya, jika pria ini tengah menahan emosi. Kedua tangan mengepal kuat, siap mendaratkan pukulan kepada sasaran.

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Pukulan brutal Regan berikan untuk pria brengsek seperti Damar. Dia bahkan merasa jika pukulan ini tidak ada apa-apa nya daripada pukulan yang Alena rasakan.

Di tariknya kera baju Damar kuat. Terlihat jika pria teladan ini tidak ada niatan membalas perlakuan Regan barusan. Dia hanya menampilkan ekspresi terkejut serta menahan rasa sakit. Hingga membuatnya mengaduh kesakitan.

Bugh!

Pukulan lagi Regan beri ke bagian pipi Damar. Di tatapnya Damar nyalang, seolah siap menghabisi pria ini kapan saja.

"Berani banget lo mukul ad--" ucapan Regan terhenti kala mendengar panggilan dari arah belakang.

"Regan!" Panggilan itu tentu dari Alena. Ada nada lemah di sana.

Alena sudah muak dengan adegan pukul-pukulan antara mereka bertiga. Tapi kenapa Regan malah menambahnya menjadi lebih riuh.

Dengan cepat Regan menoleh. Dia sampai lupa jika adiknya lebih membutuhkan bantuan Regan, daripada dia harus memukul pria brengsek ini duluan.

Regan melepas kera baju Damar. Kemudian mendorong pria itu dengan kuat, hingga mampu membuat Damar yang dalam keadaan lemas terjatuh ke bawah.

Berjalan mendekati Alena. Dia dapat melihat kini Hoodie hitam gadis itu sudah di penuhi dengan darah. Emang warna merahnya tidak terlihat, namun kilatan-kilatan di tiap lengan Hoodie terlihat jelas.

Di bantunya Alena menghentikan aliran darah. Kini tangan Regan menggantikan posisi Alena barusan. Hingga bisa di yakini jika kemeja putih Regan bakal di penuhi oleh bercak merah.

Alena tentu menerima perlakuan Regan. Karena dia sudah merasa lelah menghentikan aliran darah ini sedari tadi. Alena juga dapat melihat ekspresi wajah Regan sudah terbentuk beberapa mimik. Tak ada lagi raut wajah kesal atau datar.

"Tisu. Mana tisu?" Teriak Regan dengan nada kuat. Di tatapnya satu persatu murid di kantin. Namun mereka tak ada yang mau bergerak.

"Gue bilang tisu!" Geram Regan. Mungkin setelah ini dia bakal mengalami darah tinggi.

Buru-buru para murid berhamburan menuju tempat pemesanan. Tidak cuma satu, bahkan banyak di antara mereka berlarian membelinya. Seolah siapa yang duluan dia yang menang.

Alena melihat reaksi berlebihan Regan dan para murid mendengus kesal. Sedangkan Regan mendengar Alena mendengus kesal langsung menghamburkan nya ke dalam pelukan.

Entah mengapa alasannya. Entah Regan sudah melepas egonya selama ini, atau dia perlahan damai dengan rasa tenang.

Alena tidak keberatan dengan pelukan Regan. Dia malah membalas pelukan itu dengan memeluk pinggang Regan erat dengan satu tangannya. Sedangkan tangan yang lain memegang ujung hidungnya. Karena menurut Alena kapan lagi dia bisa di peluk sama orang setampan Regan. Lagian kalo di tolak kan gak boleh, toh ini rezeki.

Semua murid menatap aneh ke arah dua insan yang sedang berpelukan. Mereka bahkan tengah berbisik-bisik akan hal barusan. Mereka berpikir jika kedua orang ini ada hubungan lebih dari guru dan murid. Sama halnya Damar, dia merasa benar tentang rumor-rumor itu. Mereka berdua bukanlah murid dan guru seutuhnya.

"Ini pak." Rian, murid kepercayaan Regan memberi satu kotak tisu di hadapan Regan. Hingga membuat Regan dengan cepat menerima tisu tersebut.

Regan melepaskan pelukan itu. Di ambilnya satu dari puluhan helai tisu, Regan letak di bagian hidung Alena. Tentu Alena juga menerimanya.

Sudah tiga tisu di habiskan untuk mengusap darah tersebut. Hingga membuat darah yang tadinya mengalir kencang berubah menjadi surut. Hanya sisa bercak-bercaknya di bagian hidung. Namun itu tidak membiarkan Regan melepaskan helaian tisu dari bagian hidung Alena.

Di tatapnya murid-murid yang berada di area kantin dengan tajam. Apalagi saat menatap keempat wanita dan satu pria yang menjadi pusat perhatian murid lainnya. Kemudian beralih lagi menatap Alena, tentu tatapannya berubah jadi lembu.

"Ke ruangan gue--" ucapan Regan dia hentikan kala matanya menatap fokus bagian bibir Alena.

Alena menatap Regan bingung. Lalu dia menatap tatapan Regan menuju bagian bibir. Alena juga dapat melihat perlahan Regan mendekati wajahnya hingga mendekat. Dan di detik kemudian Regan memiringkan kepala. Alena tau apa maksud dari gerakan Regan ini.

Dengan cepat Alena menurunkan tangannya yang menempel di bagian hidung menuju bibir. Bahkan Alena membiarkan tisu-tisu jatuh dari genggamannya. Alena membungkam bibirnya kuat seolah tidak mau menerima hal negatif dari Regan. Dia tidak mau ciuman pertama nya di ambil oleh Abang sialan ini.

Semua murid menatap itu langsung membelalakkan mata terkejut. Mereka yakini jika hari ini, mereka semua akan menonton live tak berbobot yang guru dan murid ini lakukan.

Regan terkejut dengan respon Alena. Dia tau apa maksud dari gerakan Alena ini. Alena pasti menyangka jika Regan akan mencium gadis itu. Padahal tidak, Regan hanya ingin memastikan lebih dekat bagaimana keadaan luka di bagian ujung bibirnya.

Dengan segera Regan menjauhkan wajah dari Alena. Melangkah mundur guna memotong jarak. Masih dengan ekspresi terkejut.

Di saat kemudian Regan mengacak rambutnya frustasi. Dia tidak mau di fitnah dengan hal kotor seperti ini. Apalagi Alena sendiri yang ingin memfitnahnya di hadapan para murid lain. Jika pun Regan ingin melakukan hal ini, dia pastikan tempat dan lokasi yang terbilang aman.

Ekspresi bodoh pria itu berganti menjadi ekspresi frustasi. Apalagi saat dirinya mengacak rambut yang tadinya tersusun rapi kini menjadi berantakan terlihat jelas jika dia tidak terima dengan maksud Alena.

"G-gue bukan mau nyium Lo." Elak Regan menatap Alena yang masih setia membekam mulut.

Tentu Alena sudah paham maksud dari Regan. Dia memang tidak ingin mencium Alena, akan tetapi otak Alena saja yang sudah bekerja lebih maju dari Regan.

Alena melangkah maju. Dan memeluk Regan erat. Tentu di saat yang sama, Regan langsung berhenti dari kegelisahan.

"Gue lagi butuh dukungan, bukan makin di pojokin gini." Gumam Alena pelan.

Tanpa mereka sadari, ada seseorang dari pojok kantin melihat dengan senyuman liciknya.

-------

Setelah kejadian barusan. Alena tidak lagi masuk ke dalam kelas. Dia terus menetap di ruangan Regan, walau tadinya Alena menolak. Namun Regan tetap memaksa Alena dengan beberapa tawaran.

Semua murid bahkan setelah kejadian itu, mereka langsung berbincang-bincang mengenai hal tadi. Tentu ada beberapa hinaan, pujian, belaan, serta tebak menebak yang mereka lontarkan. Bahkan tadi tujuan utama mereka semua ke kantin jadi terhalang kala melihat adegan langkah.

Banyak murid-murid yang tak memilih mengisi perut demi mendapat berita terupdate lainnya.

Sementara Damar, Dilla, Adira, Amel, Bella, serta Ara berada dalam satu meja. Dengan Dilla yang sibuk mengobati luka Damar. Adira yang tengah mencerna kejadian tadi. Sedangkan Amel, Bella, dan Ara sedang melihat fokus layar smartphone milik Ara. Entah apa yang mereka bertiga lakuin.

"Lo yakin Ra, kalo itu emang Ziya?" Tanya Bella kepada Ara, dengan Ara tengah mencari artikel lebih dalam mengenai siapa Zas.

"Gue yakin. Lagian muka Zas sama Ziya itu sama. Hanya bedakan dulu muka Zas lebih muda dan rambutnya pendek. Sedangkan sekarang bentuk wajah nya lebih dewasa sama rambutnya yang panjang." Ara menjelaskan.

"Coba Lo cari siapa nama asli Zas," titah Amel yang sedari tadi mendengar ucapan mereka.

Ara memutar bola mata malas. "Udah dari lama gue nyari itu. Tapi gak ada,"

Sedangkan ketiga orang lainnya hanya mendengar samar-samar ucapan mereka. Karena mereka tidak terlalu menikmati setiap ucapan ketiga wanita di hadapan mereka. Apalagi Damar, pria itu sama sekali tidak mengerti maksud dari Ara dan yang lainnya.

"Coba sini. Penasaran gue," Amel menarik paksa smartphone di genggaman Ara. Lalu langsung mengetik satu persatu huruf agar tersusun kata yang dia inginkan.

Tiba-tiba Amel membuka mulutnya tidak percaya. Dia merasa apa yang baru dia baca itu seperti mustahil.

"Kenapa, kenapa?" Tentu reaksi Amel barusan dapat membuat Ara dan Bella penasaran.

"Bener njir. Zas itu Ziya Zhennata Alyska Saller!" Teriak heboh Amel. Hingga siapapun dapat mendengar ucapan Amel.

Dengan cepat Ara merampas kembali smartphone miliknya. Lalu dia baca apa yang ada di balik layar. Dan benar saja jika yang di bilang Amel itu benar. Lalu Ara melirik ke arah kiri bagian berita itu, terlihat tanggal bulan serta tahun artikel itu muncul. Baru semalam terpublikasi.

------

Kelima most wanted yang tengah membincangkan masalah barusan. Tentu itu juga menjadi perbincangan seantero sekolah. Mereka fokus dengan tebakan dari masalah ini.

"Bener njir. Zas itu Ziya Zhennata Alyska Saller!"

Zhen sungguh terkejut dengan ucapan Amel barusan. Dia merasa jika nyawanya mendadak hilang di bawa angin. Tentu tidak hanya Zhen yang terkejut. Bahkan most wanted yang lainnya tak pala terkejut. Mereka menatap Zhen dengan tatapan sulit di artikan.

Tanpa banyak bicara. Zhen langsung berdiri dari duduknya. Dia berjalan mendekati arah Amel berada, dia ingin memastikan apa yang baru dia dengar itu bukan kebohongan belaka.

Sedangkan tatapan Adira membelalak kala melihat Zhen berjalan mendekati area meja nya. Dia merasa jika Zhen akan sedikit menenangi nya, karena tadi Adira juga berada di masalah itu.

"Lo gak salah bilang kan?" Pertanyaan itu terdengar begitu mengintimidasi, apalagi suara dalam pria itu menjadi kombinasinya.

"Hah?" Amel bertanya tak paham akan maksud Zhen.

"Zas itu Ziya?" Tanya Zhen sekali lagi. Pria itu menatap Amel serius.

Tentu perlakuan itu membuat Adira menggeram. Dia tidak menyangka jika Zhen akan bertanya hal mengenai Ziya ini.

"Lo kenal sama Zas?" Tanya Ara penasaran. Dia mendongak kan kepala untuk melihat wajah Zhen. Karena posisi Zhen tepat berada di samping Ara berada.

"Jawab pertanyaan gue!" Tukas Zhen menggeram.

"Iya, Zas itu adalah Ziya. Kalo Lo gak percaya Lo lihat di laman pencarian. Dan pertanyaan gue, Lo kenal sama dia?"

"Gue mantan Zas." Jawaban Zhen mampu membuat semua orang menatap tak percaya. Berita apa lagi ini. Belum lagi kebenaran yang satu mereka selesai. Sekarang sudah ada kebenaran yang lain, setelah ini kebenaran apa lagi?

------

Setelah selesai melakukan adegan rapat. Guru-guru langsung menekukkan wajah menjadi kesal. Apalagi tadi Regan sempat memarahi mereka semua, tentu ada kalimat-kalimat menyindir dan tak suka di sana. Kali ini mereka bakal membuat pengumuman untuk semua murid di sekolah ini.

Sebagain guru-guru memilih berjalan menuju kantin. Mereka akan menjelaskan beberapa hal kepada murid lainnya. Apalagi murid yang baru saja membuat masalah ini.

Sedangkan di kantin, semua murid terkejut kala melihat Bu Alia serta guru petinggi lainnya memasuki area kantin. Mereka sebelumnya tidak pernah melihat guru-guru sekolah masuk ke area ini, karena yang mereka tau para petugas kantin mengantar makanan menuju ruangan guru. Pasti ada hal penting!

"Murid-murid. Lihat kemari semua, saya akan memberi pengumuman kepada kalian!" Teriak Bu Alia kuat dan tegas. Hingga seluruh murid berdiri dan berhamburan mendekati Bu Alia dan guru-guru lain berada.

"Apa masalah kalian tadi kepada Ziya? Kenapa sampai dia bisa seperti itu?" Tanya Bu Alia menatap murid-murid tajam. Dia sungguh muak dengan sekolah belakangan ini.

Semua murid diam. Mereka tak ada satupun membuka suara, karena tentu derajat mereka rendah dari si biang masalah. Mereka hanya tidak ingin saja membuat masalah dengan memberi tahu.

Sedangkan kelima most wanted diam bukan karena mereka takut. Hanya saja mereka cukup malas memanggil nama-nama orang pembuat ulu hara ini.

Di saat berikutnya Damar mengangkat tangan siap mengaku. Tentu pergerakan itu di ikuti oleh Adira, Dilla, Amel, serta Bella. Bahkan Amel dan Bella sempat menyesal kala mengikuti jalan sesat Dilla ini. Mereka tidak menyangka jika masalahnya menjadi lebih dalam.

Bu Alia menatap orang yang mengangkat tangan itu satu persatu. Guru ini tau betul siapa saja tersangka dalam kasus ini. Sembilan puluh persen di antara mereka deretan para OSIS dan sepuluh persen lagi donatur terbesar.

"Kalian tau apa yang kalian lakukan ini salah! Kalian bakal di keluarin setelah ini. Ibu yakin itu, ibu gak bakal bisa bela kalian."

"Emang kenapa Bu? Lagian kan gak sepenuhnya kita yang salah," Damar tak terima akan ucapan Bu Alia. Guru ini seolah terlalu memihak kepada Alena.

"Apa karena dia selingkuhan guru baru itu?" Sambung Damar lagi. Dia bahkan rasanya jijik menyebut nama si guru sialan.

"Karena Ziya anak pemilik sekolah."

------

Ziya Zhennata Alyska Saller (Alena Fazirah Berral) gadis cantik yang dapat merubah diri setelah jiwanya berganti dengan orang lain. Pemilik jiwa ini jauh dari kepribadian si pemilik raga. Gadis yang memiliki sifat tabrakan. Namun siapa sangka, hadirnya dapat merubah segalanya.

Jangan lupa vote dan komen❤️

Continue Reading

You'll Also Like

2.1M 122K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
3.3M 339K 58
This is my first story. So, aku minta maaf kalau ceritanya nggak sesuai dengan ekspetasi kalian. [ Kalian bisa baca bio ku dulu sebelum baca ceritan...
1.8M 162K 52
[TAMAT] [BELUM SEPENUH NYA DI REVISI DAN MASIH BERANTAKAN] Geferia Kesha Salavoka, gadis cantik berusia 25 tahun yang berhasil meraih kesuksesannya m...
1.4M 159K 60
Kebayang gak kalo seorang Do Kyung Soo jadi suami kamu? 🥀 Start : 1 Mei 2018 Finish : 4 November 2018 🥀 Welcome to Husband Series Exo Version...