Supranatural High School [ En...

By rainsy

2.6K 91 35

Mereka berpikir, aku gila. Aku selalu diasingkan. Bahkan orangtuaku sendiri pun sampai pernah mengirimku ke R... More

Kertas Selebaran
Teror (1)
TEROR (2)
Malam Satu Suro (1)
Malam Satu Suro (2)
Selamat Berjuang
Ujian Masuk
Pintu Rahasia
Peraturan Sekolah
Dia Telah Kembali
Topeng yang Terlepas
Kisah Lampau
Kutukan Sedarah
Gerhana Bulan
Hari yang Baru
Pelatihan
Museum yang Terabaikan (Noni Belanda)
Museum yang Terabaikan (Penjajah)
Bangkitnya Cay Lan Gong
Kesurupan Massal
Ritual
Rajah
Makanan Sesaji
Segel Pentagram
Gerbang Gaib
Gending Jawa
Arthur Samuel (Khodam)
Baron Bagaskara
Dylan Mahardika
Ernest Prasetyo
Ziarah
Welthok
Kelas Utara
Timur & Barat
Kelas Selatan
Helga Maheswari
Santet
Timbal Balik
Jenglot
Kuncoro
Umpan
Hira
Kuntilanak Merah
Taktik Licik
Penyelamatan
Jerat
Lolos
Membunuh atau Dibunuh
Tugu
Mata Batin

Dedemit

8 0 0
By rainsy

Suara-suara aneh berasal dari dalam gelapnya hutan kian menggema, seiring semakin jelasnya beragam geraman, kikikan juga tangisan yang ditangkap oleh indera pendengaran Ernest juga Baron; yang masih berada di belakang sosok astral raksasa yang masih begitu berambisi mengejar Helga dan Aiden.

Laju kedua pemuda itu sempat terhenti ketika melihat dengan mata kepala mereka sendiri, akan kemunculan puluhan dedemit lain dari dalam rimbunnya semak yang bergerombol menyerbu ke mana arah Helga melakukan pelarian.

Sekujur tubuh Ernest dan Baron seolah dibuat membeku sesaat. Ketika sosok Pocong dengan rupa wajahnya yang membusuk, Kuyang dengan lendir merah yang mengumpul di mulutnya, Sundel Bolong dengan banyaknya belatung di punggungnya, Gunderuwo dengan taring besar yang mencuat ke bagian atas mulutnya, dan beberapa lelembut jenis lain dengan bentuk yang cukup absurd, melintas di depan mereka.

"Eh, Curut! Kalian niat jadi penonton doang di sini apa emang beneran mau jagain Helga?" tegur Raga mengejutkan Baron dan Ernest yang tengah terkesima dengan pemandangan di luar nalar rasional otak manusia tersebut. Enggan mendengar jawaban dari kedua adik kelasnya itu, Raga kembali berbicara, "Inget, sekarang bukan waktunya buat kalian jadi pengecut." pesan Raga sebelum meninggalkan juniornya dengan raut wajah kebingungan.

"L-lho ..., kok Kak Raga bisa muncul lagi di belakang kita sih, Nest? Bukannya tadi, dia udah jalan duluan ya buat nyusul Helga sama Kak Aiden?" tukas Preman Bongsor itu gagap. Ernest yang sepaham dengan karibnya itu pun hanya dapat melongo.

"Harusnya kalian tidak perlu heran. Karena Raga itu ya Raga. Dia dapat dengan mudah belajar dan menguasai ilmu kebatinan yang berhubungan dengan raganya. Jasadnya, tubuhnya alias badannya. Raga bisa meraga sukma, berteleportasi, juga dia mampu menjadi Mediator. Seperti yang udah kalian liat dalam kasus Galih tadi. Demi melindungi jiwa Galih yang tak sengaja terlepas dari badannya, Raga sengaja meminjamkan tubuhnya untuk dirasuki. Namun hebatnya, Raga masih dapat memiliki kendali penuh meski badannya sedang dipinjam oleh sukma orang lain." Papar Rucita menjelaskan. Mendengar penuturan Seniornya, Baron dan Ernest kompak membulatkan mulutnya dengan kepala yang manggut-manggut paham.

Penjabaran Rucita terputus kala dengan ekor matanya, gadis dengan tinggi semampai itu melihat pergerakan aneh dari bawah kakinya hingga membuat permukaan tanah di depannya menggunung. Alih-alih menunggu makhluk apa yang akan keluar dari dalam tanah tersebut, Rucita lebih memilih untuk mengejarnya. Karena gundukan tanah itu seolah hidup. Ia terus bergerak cepat menuju arah yang sama dengan makhluk halus lainnya.

Bak tengah melakukan balap lari, mereka saling berlomba mendahului satu sama lain demi memburu tetes demi tetes darah Helga yang jatuh tercecer di tanah.

Dirasa dapat mengganggu atau mungkin menjadi saingan atas tujuannya memiliki darah Helga sepenuhnya, membuat Cay Lan Gong memutuskan untuk melawan satu demi satu sosok astral lain penghuni hutan yang coba menyusul langkahnya; memburu betapa wanginya aroma segar dari darah yang Helga tinggalkan. Sosok raksasa itu tak segan-segan mencakar, menggigit bahkan melempar jauh hantu lain yang mencoba merebut calon santapan terlezatnya. Namun hal itu tak lantas membuat dedemit-dedemit itu kapok. Mereka justru tampak semakin gencar, meluncurkan berbagai macam cara agar dapat mendahului Cay Lan Gong dalam memburu Helga.

Sosok astral dengan wujud kerangka manusia tanpa daging dan kulit itu mengeluarkan tawa terbahak, ketika ia berhasil melompat tinggi melewati Cay Lan Gong yang tampak kesusahan mengimbangi langkahnya, karena harus mengusir beberapa ular yang melilit kakinya.

Sebelah tangan Cay Lan Gong yang berusaha menghalau pergerakan Jerangkong gagal tercapai, bersamaan dengan Jerangkong yang mengubah wujudnya menjadi kumpulan kepulan asap putih yang membumbung tinggi di udara. Asap itu bergerak selaras dengan arah angin yang berembus menuju ke bagian Selatan hutan.

Kala asap dari jelmaan salah satu lelembut hutan itu tinggal beberapa meter lagi berhasil menyentuh punggung Helga, sebuah batok kelapa yang di lempar oleh seseorang sudah lebih dulu mengenainya. Kepulan asap itu terkurung di dalam batok kelapa yang jatuh telungkup di atas pelataran hutan. Bak menolak dikurung dalam tempat itu, batok kelapa yang telah diberi mantra khusus tersebut bergetar hebat. mengunci asap dari jelmaan Jerangkong di dalamnya. Tak ingin memberikan kesempatan baru bagi salah satu demit itu untuk melarikan diri, Raga yang rupanya telah melempar batok kelapa itu bergegas memungutnya untuk kemudian ditutupnya batok kelapa tersebut menggunakan sebuah kain mori. Beberapa detik bergetar hebat dalam genggaman tangan Raga, pergerakan batok kelapa itu akhirnya terhenti. Setelah dirasa cukup terkendali, Raga pun lekas membuka ikatan kain mori tersebut, untuk kemudian membuang begitu saja beberapa tulang jari dari dalam batok kelapa itu ke tanah yang becek.

Awan hitam yang kian memudar disusul dengan terangnya bulan purnama yang menggantung di atas sana, sangat membantu Helga dan Aiden untuk terus berlari mencari keberadaan Dylan dan Arthur yang tengah berusaha menemukan pintu gerbang gaib. Banyaknya tumbuhan liar dan semak belukar yang memiliki duri-duri tajam menjadi salah satu hambatan yang terpaksa harus Helga lewati. Sesekali gadis berparas innocent itu mendesis pelan menahan rasa sakit, mana kala pipi, lengan dan pahanya tak sengaja tergores oleh ranting pohon ataupun yang lainnya. Namun hal itu tak lantas membuat Helga meminta Aiden untuk menghentikan lajunya. Karena ia tahu, saat ini bukan hanya Cay Lan Gong saja yang sedang mengejarnya. Tapi lelembut lain penunggu hutan juga pasti mengejarnya.

"Helga, awaass!!!" Teriakan Rucita refleks membuat Aiden menoleh ke belakang, melihat sebuah akar berukuran sedang hendak menyambar bagian tengkuk Helga, Siswa terbaik SHS itu dengan cepat menyembunyikan Helga dalam pelukannya seraya membungkuk.

Akar berwarna coklat gelap yang tiba-tiba muncul dari dalam tanah itu lekas Rucita tebas menggunakan sebilah parang yang dilemparnya dari kejauhan. Setelah berhasil memotong ujung akar tersebut, senjata tajam dengan bentuk seperti huruf 'V' itu kembali pada pemiliknya, namun begitu sampai dalam genggaman Rucita, parang tersebut telah berubah kembali menjadi sebuah bumerang yang tumpul.

Tak sampai satu menit setelah kehilangan sebagian dari tubuhnya, akar dari jelmaan makhluj gaib tersebut sudah beregenerasi. Seperti layaknya cicak yang dapat menumbuhkan kembali ekornya yang terputus, hal serupa dialami pula oleh akar dari pohon dewandaru tersebut. Getah yang semula mengumpul banyak pada luka tebasan parang bumerang milik Rucita itu perlahan berubah menjadi ujung akar yang baru. Hal itu tentu membuat semua mata yang melihat jadi terheran-heran.

Tak ingin memberikan peluang baru untuk salah satu jin penunggu hutan itu kembali menyerang, Ernest pun menancapkan ujung bambu kuning miliknya yang runcing pada badan akar tersebut hingga robek menjadi dua bagian. Alih-alih melemah, kejadian yang sama pun terulang kembali. Akar itu mampu menyembuhkan luka di tubuhnya dalam sekejap.

"Makhluk apaan sih ini? Kok gak mati-mati?!" seloroh Baron geram.

"Jangan disentuh! Itu Akar Mimang! Kalo lo sampe kesentuh akarnya, lo bakal jadi orang yang linglung." sergah Aiden saat Baron berangsur mendekati akar unik tersebut.

Meski masih diam tak bergerak di lantai hutan, namun Aiden yang sangat mengenal betul salah satu makhluk halus hutan itu, meminta semua kawanannya untuk ekstra berhati-hati. "Akar ini yang menjadi salah satu momok menakutkan bagi tiap Pendaki. Karena akar ini dapat membuat para Pendaki tersesat. Akar ini juga salah satu khodam pesugihan seperti layaknya Matianak dan Tuyul."

"Terus gimana cara ngalahin akar ini, Kak?" tanya Ernest ingin tahu.

"Pangkas simpul tali berbentuk lingkaran yang ada di pangkal akar mimang itu."

Setelah mendapat perintah seperti itu dari Aiden, Baron bergegas mencari simpul yang seniornya maksud. Namun ternyata pemuda dengan gaya rambut mohwak itu kesulitan menemukan simpul talinya, karena sebagian akar mimang itu masih terpendam di dalam tanah.

Cahaya keemasan yang menyorot terang dari ufuk Barat Daya hutan, membuat Aiden dan Helga yang tak sengaja melihatnya, refleks menyipitkan mata.

"Itu tandanya! Dylan dan Arthur udah berhasil membuka pintu gerbangnya! Helga, ayo cepat! Kita bawa Cay Lan Gong kembali ke tempat yang semestinya." Ajak Aiden menyeret tubuh Helga untuk kembali berlari.

Seakan memiliki mata, akar mimang yang semula masih menggelepar di tanah itu seketika ikut melesat cepat. Memanjangkan ujung akarnya mengikuti ke mana langkah Helga pergi.

Menyadari akar itu juga sedang mengincar gadis yang tengah dilindunginya, Aiden beberapa kali mengayunkan cambuk milik Helga ke arahnya untuk menakut-nakuti. Namun hal itu tampaknya tak membuahkan hasil, karena akar mimang semakin gencar mencari celah untuk mengambil tubuh Helga. Saat tinggal satu jengkal lagi ujung akar tersebut berhasil meremas lengan kanan Helga, Cay Lan Gong yang datang mengamuk langsung menarik akar mimang itu menjauh dari Helga. Dengan deretan giginya yang tajam, akar itu terkoyak-koyak di dalam mulut makhluk astral raksasa itu.

Sialnya, meski diserang oleh Cay Lan Gong secara membabi buta, akar itu tetap tumbuh dan semakin memanjang seperti tak ada habisnya. Murka karena lawannya tak jua menyerah, Cay Lan Gong mengeluarkan seluruh bagian tubuh akar tersebut yang masih terpendam di dalam tanah, menariknya dengan kuat sembari merobek-robek akar mimang itu menjadi beberapa bagian menggunakan cakarnya.

"Cita! Itu simpulnya!" Raga yang melihat simpul tali berbentuk lingkaran pada pangkal akar mimang yang Cay Lan Gong tarik, membuka kesempatan emas bagi Rucita untuk mengakhiri kegigihan akar mimang tersebut.

Dengan satu kali lemparan, Rucita mengayunkan bumerang miliknya ke arah yang Raga tunjuk. Dan dalam sekali sentuhan, parang bumerang itu berhasil menebas putus simpul akar mimang itu. Membuat sang empunya badan kian melemah, sebelum di detik berikutnya, akar tersebut berubah menciut kemudian mengering lalu mati.

Sembari terus meladeni dedemit lain yang juga ingin bersaing melawan Cay Lan Gong demi mendapatkan darah Helga. Baron, Rucita, Ernest dan Raga tak pantang menyerah menaklukan satu demi satu makhluk astral yang coba mengganggu rencana mereka. Kawalan murid SHS itu berakhir seketika saat mereka berhasil mengikis jarak dengan pintu gerbang gaib yang sudah nampak di pelupuk mata.

Bak melihat Malaikat Maut yang siap membawa mereka ke Neraka, satu demi satu lelembut penghuni hutan yang mengikuti mereka, lari terbirit-birit meninggalkan tempat itu kala melihat kilau terang dari sebuah pintu raksasa berwarna emas telah terbuka lebar.

Mereka menjerit, menghambur bergegas saling mendahului. Melarikan diri agar mereka tak terhisap masuk ke dalam pintu gerbang gaib yang menampilkan sebuah pusaran beragam warna aura di dalamnya. Hantu dengan bentuk menyerupai seorang wanita dengan tubuh, wajah juga rambut serba putih pucat bak mayat yang biasa orang Bawean sebut Oreng pote, berteriak histeris saat dirinya tak lagi dapat menahan betapa hebatnya hisapan pusaran gaib itu, yang justru hanya menimbulkan tiupan angin sedang bagi dedaunan dalam hutan yang bergerak-gerak juga Aiden CS yang merasakannya.

Hal yang sama pun terjadi pada Cay Lan Gong. Tubuh raksasanya itu seolah tengah diseret paksa oleh sesuatu yang kasat mata agar masuk ke dalam gerbang gaib yang Dylan buka. Kuku cakarnya yang menancap kuat ke dalam tanah tak kuasa menopang tubuhnya yang terserap dalam pusaran aura tersebut. Bahkan, saking enggannya meninggalkan dunia fana ini, meski bagian bawah tubuhnya sudah terhisap ke dalam pusaran, tangan-tangan panjangnya tetap berusaha mencari pegangan. Beberapa pohon jati yang berada di sekitar pintu gerbang gaib bergeser miring, bahkan ada beberapa yang tercongkel akarnya, akibat kuatnya Cay Lan Gong menjadikan pohon-pohon itu sebagai pegangan.

Erangan kencang dari Cay Lan Gong seolah memecah keheningan hutan di malam itu. Sebagian besar tubuhnya sudah tertelan dalam pusaran aura yang juga telah memakan beberapa sosok-sosok tak kasat mata lainnya, menyisakan seperempat tubuh Cay Lan Gong yang masih begitu gigih mencari sesuatu untuk menyelamatkan dirinya, sadar bahwa usahanya akan sia-sia saja, di detik terakhir, dengan gerakan secepat kilat, Cay Lan Gong berhasil meraih sebelah kaki Helga yang memang berdiri di sisi pintu gerbang.

"Helga!!!" Dylan berteriak lantang melihat tubuh temannya itu hendak ikut terseret masuk ke dalam pusaran gerbang gaib.

Aiden yang tampaknya sedang lengah, sontak melompat untuk kemudian meraih kedua tangan Helga. Menariknya berlawanan arah dengan pusaran dari gerbang gaib yang terus menghisap sedikit demi sedikit bagian atas tubuh Cay Lan Gong. Tak ingin kehilangan salah satu temannya, Rucita, Dylan, Arthur, Baron, Raga dan Ernest pun mengikuti apa yang sebelumnya Aiden lakukan.

"Terus tarik ke belakang!" Teriak Aiden meminta Ernest agar dapat lebih kuat lagi menarik tubuh Raga yang berada di hadapannya.

Merasa sisa tenaga yang dimilikinya tak sebanding dengan kekuatan lawannya, Ernest mengamati keadaan sekitar. Saat pupil matanya menemukan cabang pohon bidara yang terabaikan begitu saja tidak jauh dari kakinya, Ernest berusaha menggapainya menggunakan satu kaki. Dan ketika usahanya membuahkan hasil, pemuda yang memiliki mata sipit itu segera mengikat cabang itu di pinggang Raga untuk kemudian disambungkannya pada batang sebuah pohon jati yang berukuran paling besar.

Bak sedang melakukan tarik tambang dalam acara kemerdekaan, Aiden CS berusaha keras mengambil kembali Helga yang masih enggan dilepaskan oleh Cay Lan Gong dalam genggaman tangannya. Merasa mereka akan kalah pada akhirnya, Aiden meminta Banas Pati peliharaannya untuk membakar tangan Cay Lan Gong yang memenjarakan Helga. Namun melihat pusaran yang telah menelan Cay Lan Gong semakin besar dan semakin ganas, jin dengan bentuk kobaran api yang menyala-nyala itu tampak ragu untuk menjalankan perintah majikannya.

Keringat dingin sudah mengucur deras membasahi pelipis juga leher Aiden. Dari sorot matanya terlihat jelas bahwa pemuda bertempramen keras itu mulai kelelahan. Namun rasa letih itu berusaha ia sembunyikan tatkala netranya bertemu dengan retina mata Helga.

"Kaak ...." Dengan berucap lirih, Helga menggelengkan kepalanya lemah. Sepasang tangannya yang masih digenggam erat oleh Aiden mulai terasa memanas. Bahkan luka yang ia miliki di telapak tangan kirinya yang sempat mengering, kini mulai mengeluarkan banyak darah. Lelehan cairan berwarna merah terang itu bahkan sampai menodai punggung tangan Aiden.

"Gak. Gue gak bakal nyerah. Gue udah janji sama lo buat terus jagain lo! Tetep bertahan, Hel. Gue yakin kita pasti bisa!" Untuk yang kesekian kalinya, Aiden meminta Banas Pati agar mau membantunya, namun makhluk astral yang selalu mengikutinya itu hanya melayang berputar-putar di atas kepala Aiden.

"Banas Pati itu peliharaanmu, Aiden. Jadi dia pasti lebih memilih untuk melindungimu. Jika sekarang dia mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan Helga hingga ikut terhisap dalam pusaran gaib itu, maka selamanya kalian tidak akan dapat bertemu lagi." jabar Devian yang entah datang dari mana. Menyunggingkan senyuman kecil ke arah Aiden sedetik sebelum ia memungut sebuah cambuk yang tergeletak di samping tubuh Aiden.

Kedatangan pemuda lolipop itu menjadi angin segar bagi semua siswa SHS yang sudah berjuang banyak demi mengembalikan Cay Lan Gong ke tempat yang semestinya. Meski tak dapat menyapa, namun dari binar di mata mereka, tampak jelas bahwa pertolongan Devian di waktu genting seperti sekarang ini sangatlah dibutuhkan. Seakan mengerti apa yang ada dalam benak Aiden CS, Devian dengan tenang menyuruh Banas Pati milik Aiden untuk menyentuh ujung Cambuk miliknya.

"Ayo, sentuh. Dengan begitu kamu bisa menyelamatkan majikanmu Aiden, dan juga teman-teman yang sangat disayanginya."

Mendengar perkataan terakhir yang Devian katakan, keraguan Banas Pati yang diduga sebagai jelmaan sang adik kandung dari Aiden tersebut pun sirna. Perlahan, jin api itu manut, menggerakan tubuhnya untuk terbang lebih rendah lagi. Menggapai ujung cambuk yang Devian arahkan padanya.

Kobaran api mulai keluar dari ujung cambuk yang Banas Pati sentuh, seiring semakin banyak juga besarnya api yang menjalar pada cambuk milik Devian, sosok Banas Pati milik Aiden perlahan menghilang. Merasuk dan menyatu ke dalam cambuk keramat tersebut yang lantas digunakan Devian untuk memecut tangan Cay Lan Gong yang enggan melepaskan kaki Helga.

CPLATT!!!

"Grrwaaaah...!!!" Lengkingan erangan Cay Lan Gong menjadi penutup kala tangan panjangnya itu hangus menjadi abu yang melebur di atas tanah basah.

Kaki Helga berhasil terlepas dari jeratan Cay Lan Gong yang sudah sepenuhnya masuk ke dalam pusaran gaib itu sesaat sebelum gerbang gaibnya kembali tertutup, lalu menghilang tak berbekas dari pandangan mata.

Layaknya Dunia Manusia yang memiliki rakyat dan Pemerintahan. Dunia gaib pun memiliki hal yang serupa. Bagi siapa saja bangsanya yang melanggar aturan dua dunia yang telah ditentukan, maka ia akan mendapatkan ganjaran yang setimpal. Tak seperti dalam Dunia Manusia; hukum dapat dibeli dan keadilan dapat dipalsukan. Dalam Dunia Gaib, semua yang salah pasti akan mendapatkan hukuman sepadan, sebelum mereka menebusnya di Akhirat kelak dengan masuk ke Neraka. Dibanding masuk ke dalam jeruji lalu dikurung selama puluhan tahun, dalam dunia jin itu lebih sering menghukum bangsanya dengan menyiksa mereka menggunakan beragam cara yang cukup sadis. Dan hukuman tersebut tak bisa dikurangi oleh tahta ataupun harta yang mereka miliki.

Bersambung

Continue Reading

You'll Also Like

315 29 2
BASED ON A TRUE STORY [Follow sebelum Membaca] "... ieu sanes panyawat sapertos biasana, tapi teluh bilatung tilu welas." Sari Damawanti, gadis remaj...
222K 27.4K 48
Kumpulan cerpen dan mini cerbung, bedasarkan kisah nyata yang dimodifikasi ulang. Dikemas menggunakan bahasa yang ringan dan mudah dipahami. Dengan s...
135K 10.5K 75
[COMPLETED] Kepindahan Dinda ke rumah baru yang baru saja selesai dibangunnya membawa kenangan masa remaja yang luar biasa menyenangkan. Pasalnya, li...
52.6K 2.3K 29
Menceritakan tentang lima orang sahabat yang berniat untuk menghabiskan waktu untuk liburan. Fajri, Ryan, Riska, Nisa, dan Winda adalah remaja lulusa...