ABIGAEIL

By parkchim_chim2

666K 51K 4.5K

Abigaeil, namanya manis dan imut anaknya si buntalan daging mengemaskan yang selalu menjadi primadona para te... More

1
02
cast
03
04
05
06
07
08
10
15
09
11
12
14
16
00 : 41
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27.
28
29
30
31
32
33
34
35..
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
Tesss
52
53
54
👋👋
55
56
57
58

13

8.9K 671 29
By parkchim_chim2

🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀




Riani masih betah menatapi wajah damai anak manisnya yang masih betah menutup matanya kali ini tidurnya cukup lebih lama daripada biasanya ketika penyakitnya kambuh.
dan itu cukup membuat Riani takut,
takut mata indah itu tidak akan pernah terbuka lagi.

" Abi~ bangun sayang...mama kangen sekali sama kesayangannya mama~ "

" Maafin mama ya.. waktu Abi sakit mama ga ada disampingnya Abi..Abi pasti takut sekali ya.. waktu kambuh tapi mama malah sibuk dengan diri mama sendiri..."

" Ayo dong Abi cepet bangun...Abi ga kangen sama mama?
semua nungguin Abi bangun sayang~ kak Tyas, ayah fata.. fathar..dia nangis loh.. karena khawatir sama Abi..dia tanyain terus kapan Abi balik lagi kesekolah masa baru beberapa Minggu sekolah udah libur lagi...
nenek coklat susu..paman Roy..bibi bakpao..ayo nak~
jangan bikin mereka sedih...

kan mama pernah bilang kalo Abi bikin orang lain bersedih apalagi sampai nangis karena abi..itu artinya Abi bad boy.. padahal kan abigaeil-nya mama anak baik.. iya kan?
jadi bangun nak..."

Riani tersenyum kecut mengusap lengan pendek yang tertancap jarum infus, tiada jemu ia melakukannya.

Hingga suara pintu terbuka mengalihkan atensi Riani.

" Mbak...? "

Dokter Freya masuk diikuti seorang suster cantik dibelakangnya.

" Frey.."

Freya mengangguk saja melewati Riani, hendak menjalankan tugas sebagai dokter.

" Gimana Frey...? " tanya Riani Melihat Freya selesai dengan kegiatannya.

Freya mengangguk sekilas, menyibak lengan atas Abigaeil yang tertutup lengan piyama bergambar unicorn.

" Sudah lebih baik...mbak.. sebentar lagi abigaeil pasti sadar..dan bisa bersiap melanjutkan perawatan untuk tulangnya mbak... " Riani menghela nafas lega mengangguk mendengar ucapan freya.

" Kita tunggu Abi stabil baru bisa kemo sama terapi lagi..mbak..pasti dia bakal kesulitan jalan dan bergerak, jadi Abi harus segera lanjut perawatan mbak.." sambung Freya lagi.

Riani menatap sendu wajah gempal anaknya, membayangkan Abi harus menerima perawatan untuk kankernya membuatnya bergidik, membayangkan raut tidak suka Abi ketika menjalani pengobatan yang sangat menyiksa tubuh mungil itu...

Tapi ia hanya bisa mengangguk pasrah menyerahkan segala yang terbaik untuk kesehatan anaknya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Disisi lain Wishnutama bersaudara saat ini juga tengah berkumpul di ruang rawat saudara tertua Mereka.

Sehan yang masih dalam keadaan terbaring tak berdaya, menunggu transplantasi organ.
namun sampai kini belum ada yang cocok.

Sekarang Sehan sudah dipindahkan keruang perawatan biasa hingga memudahkan semua saudaranya memantau keadaan si sulung.

Seno berhenti sebentar, mengehela nafas pelan melihat semua kakak dan juga adik-adiknya yang terlihat layu, tanpa semangat sama sekali.

" Nih...makan dulu~ "

Seno meletakkan bungkusan berisi makanan diatas meja.
tapi sama seperti sebelumnya semua hanya akan meliriknya tanpa menyentuhnya hanya saja bila makanan itu sudah mulai mendingin dan sudah ada lapar maka akan ada yang memakannya itupun hanya sedikit.
bahkan Zaidan yang terkenal dengan hobi makan pun, kini terlihat jarang menyentuh makanan.

" Mas Sehan ga akan bangun~ kalo pun diliatin begitu... yang ada kalian ikut sakit, dan bikin mas jadi sedih.."

Seno mengusap tengkuknya seusai berbicara begitu, ia tidak pandai berbasa-basi omong-omong.
ia lebih suka blak-blakan atau tidak ia akan lebih banyak diam tanpa mengatakan apapun.

" Na..."

Sena menoleh mendengar Seno memangilnya.

" Kakak belum laper..." jawabnya lanjut lagi melihat wajah tampan Sehan yang terdapat beberapa luka lecet.
tapi itu tidak menutupi wajah tampan itu.

" Ian...Ray..Zai..makan dulu gih..
Ian..kamu belum makan kan dari semalam.. Ray..~ " bujuk Seno lagi lama-lama kesal juga dia diabaikan apalagi Zaidan yang malah memejamkan matanya.

" Kita gak laper kak.." jawab Ray serak

Seno menghembuskan nafas meniup rambutnya yang tertata rapi itu, sebuah kebiasaan.

" Na...bujuk mereka makan, nanti pada sakit...Ray dari semalam ga makan nanti maag-nya kumat..." Seno mencolek lengan sena.

" Ray...Ian..Zai..makan dulu diruang sebelah.. kasian kak seno udah cape-cape bawa makanan..kakak ga mau nanti kalian ikutan sakit..."

Tiga termuda menatap Sena yang tersenyum kecil, dengan wajah tertekuk.
entah kenapa jika arsena yang berucap lembut lengkap dengan senyuman kecil itu.
tidak bisa ditolak oleh ke-tiganya.

" Gak laper kak~ " Ray tanpa sadar merengek

Diangguki oleh Ian dan Zai memang diantara ketiga yang termuda Ray memang yang paling manja.

" Ray...."

" Makan ya..."

Rayidanta mengerucutkan bibirnya meraih kotak makannya lalu mengandeng tangan Ian dan Zaidan bersamaan menyingkir dari sana.

Seno mengeleng pelan dengan tingkah Ray, lalu memandang takjub pada kakaknya  bisa menaklukkan ketiga adik Badung nya.
seno pun, setuju tidak ada yang bisa menolak pesona seorang arsena.

" Na..makan juga, Lo juga belum makan kan..? "

Jika tidak bersama adik-adiknya mereka juga terbiasa menggunakan bahasa non-formal bahkan bahasa gaul.

" Nanti..no... gue kenyang sumpah.." jawab Sena.

Pintu kamar rawatnya Sehan kembali terbuka, Andhika yang baru saja memasuki ruang rawat si sulung disuguhkan pemandangan di sulung yang masih tertidur damai dengan berbagai alat bantu penunjang hidupnya.

Duo kembar yang duduk bersisian memerhatikan si sulung, dan tiga lainnya sedang makan tanpa selera.

" Papa! "

Ray melempar paha ayam yang hendak digigit nya melihat kedatangan papanya.

" Gimana...papa sudah dapat donor yang cocok buat mas?! " tanyanya tak sabaran.

" Abang~ biarin papa duduk dulu, dan telen dulu baru ngomong.." sela Sena dari duduknya.

Andhika tersenyum tipis melihat interaksi anak-anaknya, tanpa didikan berarti dari nya. anak-anaknya berhasil tumbuh terutama tiga tertua itu, berhasil mengayomi adik-adiknya dengan baik.

" Um..maaf kak...na.." ujar Ray memungut Kembali paha ayamnya dan memakannya.

Acara makan tiga krucil wishnutama akhirnya selesai jua, kini mereka tengah berkumpul bersama.

" Gimana..? sudah ada hasilnya pa.." tanya Sena hati-hati

Omong-omong mereka tidak sedekat itu hingga bisa mengobrol lepas layaknya keluarga pada umumnya, layaknya obrolan antara orang tua dan anak.
lebih ke canggung dan perasaan acuh tak acuh.

" Papa~sudah menghubungi semua koneksi pa-pa bahkan sampai luar negeri tapi sulit menemukan donor yang cocok... "

Jawab Andhika setelah mengehela nafas panjang, berhadapan dengan semua putranya dalam satu ruangan seperti ini, tiba-tiba membuat nyalinya ciut ia sudah terlalu jauh dari anak-anaknya.

" Papa sebenarnya niat ga sih?!
bantu mas..?"

" Zai..."

" Diem bang! " ketus zaidan menatap tidak suka abrian yang menyela nya dia jengah dengan situasi ini.. sungguh, dia hanya ingin mas-nya kembali sehat seperti semula apapun caranya.

" Papa niat ga sih bantu mas! kenapa ga ada yang cocok..?!
apa gunanya koneksi dan uang papa kalo gak bisa nyembuhin mas..."

" Apa perlu Zai turun tangan... apa perlu Zai bunuh orang buat dapatin donor buat mas..! "

" Zaidana! " sentak Seno

" Kakak ga pernah ngajarin kamu untuk bersikap tidak sopan sama yang lebih tua... dan tarik lagi omongan kamu barusan..!
jangan pernah berpikiran untuk berbuat yang tidak-tidak...kamu paham Zai.."

Peringat sena mutlak.

Zaidan merotasikan matanya menghembuskan nafas kesal.

" Terserah..." jawabnya beranjak dari tempatnya pergi begitu saja dari sana..

" Zaidan...! " teriak sena tapi tidak digubris anak itu, memang sulit memberikan pengertian pada pemuda bergigi kelinci itu.

" It's okay kak na..biar Abang susul.." Ray bangun menyusul sang adik yang keluar lebih dahulu.

" Astaga anak itu..." Sena mengeleng pelan.

Andhika terdiam sejenak melirik anak-anaknya yang terlihat lesu dan juga terlihat kelelahan.
ingin rasanya memeluk mereka satu-persatu dan mengatakan hal yang bisa membangkitkan semangat mereka, tapi apalah daya Andhika sadar posisinya sudah terlalu jauh untuk itu.

Maka dari itu ia hanya bisa terdiam seakan-akan tidak peduli keadaan padahal jiwanya meronta penuh kesedihan memikirkan anak-anaknya yang tengah terpuruk.

" Zai bener..udah lima hari mas Sehan sakit tapi kita ga bisa lakuin apa-apa...
ian mau jadi pendonor buat mas~
supaya mas bisa sembuh..."

Semua menoleh kearah abrian yang baru saja berucap lirih dengan mata berkaca-kaca.

" Abrian... jangan ikut-ikutan..." ujar Seno

" Tapi..Ian ga tega kak..liat mas kaya gitu.."

" Ga ada yang tega bang...tapi kita harus bersabar dan terus berusaha pasti akan ada jalan..." Sena berpindah duduk kesisi abrian yang mulai meleleh kan air matanya mengusap lalu memeluk tubuh yang jauh lebih berisi darinya sendiri

" Ian..takut mas kenapa-napa kak..." jawab Ian terisak

" Sama... semua juga merasa begitu.." jawab sena

" Makanya biarin ian~ donorin hati sama ginjal ian buat mas, ya kak..ya.."

Abrian mendongak melihat wajah tampan sena.

Sena mengeleng pelan menangkup pipi berisi abrian.

" Denger kakak...semua juga pingin mas sembuh, bukan cuma ian~ dengan ian berpikir begitu itu sudah cukup menyakiti kakak, Seno..Ray- Zai papa bahkan mas~

Apa Abang pikir mas akan menerima kalo terjadi sesuatu sama abang~
mas sehan juga pasti tidak mau..jadi stop ya berpikiran kaya gitu, percaya sama kakak, papa akan melakukan yang terbaik..." nasehat sena masih dalam senyum manisnya melirik sang papa yang terdiam.

Mengusap air mata yang mengalir diwajah sang adik, senyumnya makin lebar melihat bibir bergetar abrian, lucu saja pikirnya.

Sementara Andhika semakin bungkam, tangannya saling meremas dibawah sofa ingin-nya ia mengusap air mata itu, memeluk dan mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja.
sesederhana itu tapi apa daya dia lebih pengecut dari yang terlihat.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Abigaeil, membuka matanya perlahan seketika sinar benderang menyinari penglihatannya membuatnya meringis sebentar.

" Ugh...mama~ " cicitnya

Menyadari ia terbangun di tempat yang cukup asing baginya.
Padang rumput yang cukup indah.

Kepalanya miring beberapa derajat mencerna keadaan.
matanya berkedip lambat, selambat otaknya dalam memproses keadaan.

" Mama~ " dirinya semakin panik karena tidak menemui sosok mamanya.

" Mama !
mama..?! mama mana..Abi takut..." teriak anak itu.

Melangkahkan kakinya menyusuri jalanan yang ditumbuhi rumput.
sesekali celingukan mencari seseorang yang bisa ia mintai tolong.
langkahnya bergetar saking takutnya kedua matanya sudah memerah menahan tangis.

Hingga dibawah pohon besar ia bisa melihat seluet tubuh tinggi seorang laki-laki.

Dengan langkah pelan ia memberanikan diri mendekati sosok tersebut, semakin dekat semakin jelas juga perawakan yang tinggi bahu lebar.

" Hawo..."

Abi menyapa lebih dulu berdiri tepat dibelakang orang tersebut.

" Mm... haiiy... Abi mau minta tolong.."

Pinta Abi lagi, merasa tidak ada respon Abi memberanikan diri menarik pakaian laki-laki itu.

" Eh..." Abi membulatkan matanya ketika laki-laki itu menoleh kearahnya

Ia dibuat mati kutu oleh sosok laki-laki yang cukup tampan dengan proporsi tubuh ideal mata tajam, dan bibir tebalnya.

" Mmm..kakak~ siapa...? sedang apa disini..? terus-terus kita Dimana...? napa ndak ada orang disini..?
mm..kakak ada lihat mama Abi..? " tanya Abi panjang lebar.

" Um.. kakak, kenapa diam~
Abi bersisik ya..? Abi juga ndak tau kalo sudah bicara-bicara pasti ndak bisa berhenti.."

" Kakak tampan.. Um.. gantengg..kaya Abi.." cengir anak itu

Mengabaikan sosok yang menatap intens dirinya.

" Kamu sedang apa disini...? "

Abigaeil memiringkan kepalanya lagi, mulutnya terbuka membentuk O saking takjubnya dengan suara laki-laki itu.

" Jawab kenapa kamu bisa sampai ditempat ini... pulanglah..ini bukan tempat untuk mu.."

" Eh... ternyata kakak bisa bicara juga.." kekeh Abi

" Denger saya.. pergilah dari sini.. pulanglah banyak yang menunggu mu pulang.." pinta laki-laki berbahu lebar itu.

" Eyy... napa Abi ndak boleh sini..Abi suka tempatnya..soal na kalo Abi pulang pasti sakit lagi... no-no Abi ndak suka sakit bikin-bikin mama nangis sedih~
jadi na Abi mau Disini saja, sama kakak boleh..? " tanya Abi dengan wajah berbinarnya

" pulanglah... pergi..." laki-laki itu mengeleng

Seketika membuat Abi mengerucutkan bibirnya berpikir laki-laki itu tidak menyukainya.

" Kakak ndak mau juga temenan sama Abi...?
kenapa disini juga ndak ada yang mau temenan sama abi~
padahal Abi kan good boy.." lirih bocah itu.

Laki-laki itu bergeming menatap Lamat anak itu.

" Bukankah kamu ingin bertemu keluarga mu..? dengar kamu tidak boleh berada di sini..masih banyak yang mengharapkan kamu...
jalan kamu masih panjang"

" Jadi pulanglah dan jadilah good boy.." ujar laki-laki itu.

Abigaeil terdiam, lalu meringis tertahan ketika mendengar Samar suara sang mama memanggil namanya...

" Akkk..." ringisnya menutup telinganya

" Sa-kitt...akhh.."racaunya

" Shuttt..."

Seketika rasa nyaman dan tenang dirasakannya ketika ia merasa dingin suhu tangan laki-laki itu menutup daun telinga nya yang tiba-tiba berdengung.

" Fokus ke satu suara saja...suara orang yang menyayangi kamu~
hiraukan suara lainnya..." pinta laki-laki itu

" Abi ndak mau pulang! Abi mau sama kakak aja disini..." Abi mengeleng ribut

" Mas~ panggil saya begitu..." ujar laki-laki itu

" Ehe...? mass~ " seketika wajah Abi Kembali berbinar cerah sekali mendengar panggilan itu, seakan sudah akrab ditelinga nya.

" Ya begitu... Kembali lah.."

" Mass... ndak pulang sama Abi..? terus nanti mass sama siapa disini..ndak ada temen, ayo pulang sama abi..nanti kita berteman baik-baik ya mass~ " ujar Abi menarik tangan dingin laki-laki itu.

Laki-laki itu mengeleng melepas tautan tangan mungil itu membuat si empu tangan menyendu.

" Pulanglah lebih dulu...akan ada saatnya kita kembali bertemu...dan jika kita bertemu lagi..coba lah menangkan hati saya..dan kita bisa berteman baik... jadilah anak yang kuat, tidak mudah kalah..." pinta laki-laki itu memegang dua pundak sempit itu.

Hati abigaeil menghangat mendengar ucapan laki-laki tampan itu tanpa sadar ia mengangguk tersenyum manis pada laki-laki yang menatapnya Lamat tanpa ada ekspresi sama sekali.

Hingga sebuah cahaya silau kembali menyorot wajahnya membuat Abi memejam.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

" Abi~ bangun sayang~ Abi..." suara sayup-sayup terdengar di pendengarannya, dengan gerakan pelan ia melirik dari ekor matanya yang terbuka sedikit.

Itu suara mama-nya lalu dimana laki-laki itu...?

Riani tersenyum lebar melihat manik kucing itu terbuka perlahan, di iringi dengan setitik air mata meluruh dari sudut manik itu, membuat Riani bertanya apa kiranya yang diimpikan anak itu hingga membuatnya sampai menangis seperti ini.

" Bangun sayang~ mama Disini..."

" M-maa-ma~ " lirihnya

" Iya sayang~ ini mama... anaknya mama sudah bangun... terimakasih! terimakasih banyak Tuhan~
terimakasih sudah bertahan, Abigaeil-nya mama anak yang hebat sekali..."

Riani tidak bisa menahan kebahagiaan nya menciumi wajah yang masih terlihat pucat itu.
sementara Abi hanya terdiam memikirkan mimpi yang ia alami barusan, siapa laki-laki tampan yang berbicara dengannya itu kenapa seperti tidak asing.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sudah dua hari semenjak abigaeil sadar dari collapse nya.
sekarang kondisinya sudah membaik meskipun persis seperti dugaan dokter, ia kesulitan mengerakkan tubuhnya terutama dari bagian tulang belakang hingga kedua kakinya.

" Selamat pagi~ kesayangannya Mimi dokter...! " Freya berseru kecil kala memasuki ruang rawat abigaeil

Melihat anak itu lebih baik dan lebih segar dari kemarin-kemarin membuatnya ikut bahagia, senang kembali melihat binar indah mata kucing itu.
gummy smile yang sangat ia rindukan beberapa hari terakhir akhirnya bisa ia lihat lagi.

" MIMI DOKTER! "

Abi membalas berteriak membuat Tyas yang berada di dekat ranjang abigaeil mendengus tertahan, telinganya pengang sebab Abi berteriak tepat di wajahnya.

" Aduh... semangat banget sih pagi-pagi begini...jadi gemess mimi.." Freya menggeser Tyas agar berpindah dari posisinya hingga memudahkan ia bercengkrama dengan anak manis itu.

kembali lagi Tyas berdecak kesal terpaksa pindah dari posisinya.

" Gimana hari ini...? ada yang masih sakit..? " tanya freya stelah selesai memeluk tubuh mungil itu.

" Um.. pinggang sama kaki na ma-sih sakit...
Mimi dokter..usir-usir dong sakitnya..Abi mau sembuh, mau sekola lagi..kasian fathar ndak punya temen karena Abi ndak sekolah-sekola nanti abi, dikeluarin sekolah gimana..? kan, Abi baru sekolah disana.. mau main rumah na bibi bakpao main piano~

hhhh Abi ndak like sakit..."

Freya tersenyum kecut mengusap wajah sendu abigaeil yang sangat mengemaskan.
abigaeil ini adalah tipe anak yang sulit kehilangan berat badan terlihat gempal dalam artian tubuhnya mungil berisi menghadirkan kesan gemass, lucu dan gemoyyy kata hazel.
meskipun ditubuh mungil itu bersarang penyakit ganas tidak hanya satu tapi dua penyakit ganas, yang sewaktu-waktu bisa merenggut nyawanya.
tapi tetap saja berat badan anak itu tetap stabil, Begitu-begitu saja.

" Yaah~ sayang banget padahal Mimi juga pingin ajak Abi ke aquarium buat lihat hiu.., tapi kalo Abi masih sakit gimana dong..." kata Freya lagi.

Riani dan Tyas sama-sama menyimak dari sofa membiarkan Freya mengeluarkan jurus jitu dalam membujuk si manis itu.

" Aquariume...liat baby shark..?! " abigaeil bertanya antusias diangguki kuat oleh Freya

" MAU! ABI MAU!!

MIMI DOKTER AYO BIKIN ABI SEMBUH! PWIESS..."

Abigaeil memekik berusaha duduk dari posisi berbaringnya, tapi seketika kerutan tercetak di dahinya serta desisan menahan sakit jelas terdengar

Freya buru-buru memberikan isyarat pada Riani yang hendak beranjak, memberi kode membiarkan abigaeil, mengeluhkan sakitnya karena bila tidak seperti itu anak itu akan terus menebar senyum menahan rasa sakitnya padahal itu cukup berbahaya.

" Aawsss....shhh..."

" Kenapa ada yang sakit..? "

Abi mengangguk pelan menyentuh bagian pinggang, lebih tepatnya tulang ekornya.

" Sa-kit..." cicitnya pelan sekali

Freya mengangguk paham, mengelus Surai lepek berkeringat abigaeil.

" Ga papa~ sebentar mimi dokter usir sakitnya..." abigaeil mengangguk pelan masih dalam keadaan meringis tertahan, bahkan ketika Freya Kembali menyuntikkan sesuatu kedalam infusnya.

" Makanya abigaeil mau kemo sayang...? supaya ga sakit kaya gini terus... Terapy lagi ya? supaya cepat bisa jalan dan main lagi...Mimi jadi sedih loh karena gak bisa ngajakin Abi main ke aquarium lihat hiu.. padahal Mimi udah siapin tiketnya, tapi kalo Abi sakit terus gimana.." ujar freya setelah selesai dengan urusan nya.
berucap dengan wajah dibuat sesedih mungkin.

Abigaeil terdiam sebentar, mendengar saran dokter membuatnya bergidik ngeri, membayangkan betapa menyakitkannya pengobatan yang akan dilakukannya membuatnya takut.

Tapi jika dibiarkan terus sakitnya tidak akan pergi malah akan semakin menjadi.
padahal dia punya banyak hal yang harus dilakukan.

" Mau kan, supaya bisa cepat sembuh..."

Freya menangkup tangan mungil itu,
membiarkan abigaeil berpikir.

Abigaeil masih berdiam diri melirik sang mama dan juga Tyas bergantian melihat mama-nya mengangguk kuat dengan senyuman lebarnya ia jadi ikutan tersenyum tipis serta Tyas yang ikut mengepalkan tangannya ke udara menyemangati makhluk mungil itu.

" Tapi... nanti obatnya jangan sakit-sakit ya~ Mimi dokter..."

Freya tersenyum manis mengangguk mengusak rambut indah itu.

" Terus nanti...kalo udah obat-obat, Abi ndak akan sakit lagi kan? mimi~ ndak sakit selama-lamanya~ "

Abigaeil bertanya sambil merentangkan tangannya ke udara meskipun dalam tempo lambat

Freya hanya mampu tersenyum tipis sekali mendengar pertanyaan polos itu.
begitupun dengan Riani yang membuang wajahnya menyeka bulir air mata yang mengenangi matanya.
Tyas mengusap pelan punggung Riani menyadari betapa rapuhnya mbaknya itu saat ini.

.
.
.
.
.
.
.

" MAMA !!! "

Suara cempreng teriakan terdengar bersamaan dengan pintu kamar rawat abigaeil terbuka menampilkan remaja bertubuh tinggi dengan senyum yang menampilkan dua bulatan kecil di kedua sisi wajahnya manis sekali.

Mengalihkan atensi semua penghuni ruangan.

" FATHAR !!! "

Abigaeil berteriak semangat sekali berusaha tegap meskipun harus menahan sakit.

" BAYI !!!! "

Fathar kembali memekik, berlari kecil menuju ranjang pesakitan abi.

" Huhuhu~ bayinya a'aa akhirnya bangun juga... a'aa kangen banget tau sama bayi...
bayi kalo sakit lama banget bangunnya kan, a'aa jadi sedih~ "

Freya menatap aneh remaja laki-laki yang kini tengah memeluk tubuh mungil itu lengkap dengan tangisan Bombay-nya.
sementara Riani dan Tyas hanya bisa menghela nafas pasrah sudah cukup hapal dengan kelakuan anak fathala itu, ya like father like son^_^

" Permisi~ "

Fata nyengir lebar menutupi rasa malunya melihat kelakuan anak semata wayangnya itu, jelmaan Titan tampan berkelakuan kelinci fathar namanya.

" Ughh...ayahh!! "

Abigaeil berteriak melihat fata memasuki ruang rawatnya, menampilkan gummy smile-nya.
fata tersenyum lebar sekali, mendekati dua remaja yang asik berpelukan.
lebih tepatnya hanya fathar yang menikmati pelukan itu, Abi terlihat tertekan dengan kelakuan Titan tinggi itu.

" Ayah~ tolong..." Abi melambaikan tangannya menunjuk fathar.

Fata menghembuskan nafasnya menarik lengan jas-nya.

" Jangan lebay... fathar, kamu bikin Abi sesak itu.."

Ucap fata menarik kerah baju bagian belakang sang anak.

Fathar mendelik tidak suka dengan kelakuan sang ayah, langsung saja melayangkan tatapan tajam pada sang ayah.

" A' ga lebay ayah! A' memang kangen sama bayi~ kok ayah malah ganggu sih..?! " kesal fathar

Fata merollingkan matanya menghela nafas sejenak.

"Ya biasa aja dong kangennya gak usah lebay..! " dengus fata.

" Ya terserah A' dong~ kok ayah yang sewot, sana jauh-jauh gak usah dekat-dekat~ " fathar mengibaskan tangannya ke udara berlagak mengusir sang ayah.

" Dih...awas aja, kalo kangen sama ayah.. gak akan pulang ayah~ "

" Gak peduli~ " jawab fathar.

Fata mengembuskan napas kesalnya melempar tatapan menusuk pada dua orang remaja yang asyik bercengkrama, mengabaikan yang tertua disini..















..

Muhammad fathar Adhitama


🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

voment juyeso ☺️✋

Continue Reading

You'll Also Like

198K 9.8K 32
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
398K 27.3K 44
NO CONFLICT ABOUT ATTALA'S DAILY LIFE AND MISCHIEVOUS BEHAVIOR Atta kenapa gak masuk kelas ?. Jangan bilang kamu telat lagi!"greget Pak Dika karena...
301K 18.7K 35
Tentang seorang anak yang dari kecil hidup menderita dipukul, dicaci sudah menjadi makanan sehari hari nya. lalu bagaimana jika tiba tiba seseorang m...
114K 18.4K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...