ABIGAEIL

By parkchim_chim2

727K 53.8K 4.8K

Abigaeil, namanya manis dan imut anaknya si buntalan daging mengemaskan yang selalu menjadi primadona para te... More

1
02
cast
03
04
05
06
07
08
10
15
09
11
13
14
16
00 : 41
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27.
28
29
30
31
32
33
34
35..
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
Tesss
52
53
54
👋👋
55
56
57
58
59
60
61

12

9.9K 635 24
By parkchim_chim2


Flashback....



Riani mendudukkan dirinya selepas kepergian ibu mertuanya.
terlalu syok Dengan semua hal yang baru saja terjadi, pikirnya setelah menghilang dari wishnutama ia tidak akan pernah bertemu lagi dengan sosok mertuanya itu.

Kata-kata pedas, hinaan serta makian itu masih terngiang-ngiang di telinganya membuat tenggorokan semakin tercekat sebab sedari tadi menahan tangisnya.

Mengapa ibu mertuanya itu sangat membenci dirinya...
padahal Riani sudah mencoba segala hal untuk memperbaiki diri sendiri, mencoba terlihat sempurna di hadapan sang mertua namun tetap saja hal itu tidak akan pernah bisa mengubah sudut pandang ibu mertuanya terhadap dirinya.

Bahkan ketika ia sudah memberikan keturunan pada keluarga WISHNUTAMA pun, hadirnya tidak pernah berharga Dimata sang mertua.

Tyas menatap sendu pada mbaknya yang kembali meluruhkan air matanya menangisi hal yang sama setiap harinya...

Dirinya ikut berjongkok untuk memeluk tubuh bergetar Riani yang terisak hebat diatas aspal jalanan.

"Mbak~ yang sabar ya...mbak harus kuat..."

Riani merespon memeluk tubuh kecil Tyas dengan racauan yang menyayat hati siapa saja yang mendengarnya.

"Hiks...hikss...mbak cape tii...cape sekali.. huks, bahkan setelah semua ini..mama tidak membiarkan mbak bernafas.. terus saja seperti ini... hiks
apa salah mbak tii... kenapa...? kenapa harus selalu hidup mbak...tii..?!
benar-benar cape...mbak cape hidup seperti ini tii...! " racau Riani menumpahkan segala yang mengganjal di hatinya

Tyas hanya bisa terdiam mempererat pelukannya.

Sebenarnya bukan hanya itu yang membuat Riani semakin bersedih, jauh dari itu ia mengkhawatirkan anak-anaknya, bagaimana jika ibu mertuanya itu sungguh berbuat buruk pada anak-anaknya...?

Mengkhawatirkan dirinya dan bayi dalam kandungannya, senyum itu  Riani tau ada maksud dibalik senyuman ibu mertuanya itu dan itu jelas bukan pertanda baik bagi dirinya...
entah apa yang direncanakan olehnya, yang jelas Riani harus bisa bersiap untuk kemungkinan apapun..

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sepanjang perjalanan setelah menemui Riani tadi, Wiranti hanya terdiam melihat jalanan kota yang tidak pernah sepi.
selalu sibuk khas kota metropolitan.

Hhh... kamu salah melawan saya ria.. harusnya dari dulu kamu menyadari kedudukan kamu... wanita miskin tidak pantas menjadi bagian dari Wishnutama, meskipun kamu adalah kebahagiaan Andhika...tapi itu bukan Alasan untuk saya tidak membenci kehadiran kamu... " gumamnya menatap tajam jalanan sesekali mengembuskan napas berat nya.

Wiranti, sampai di-mansion kediaman anak semata wayangnya, Andhika wishnutama.
pewaris tahta Wishnutama groups.

Memasuki ruang keluarga ia bisa melihat sesosok wanita cantik tengah menyantap suatu hidangan lengkap dengan anggur merah di sisinya.

"Loh..mama..? "

Zanetta menyadari kehadiran ibu kandung suaminya, wanita lanjut usia yang berstatus ibu mertuanya.
sedikit terkejut melihat kehadiran ibu mertuanya itu di mansion di waktu seperti ini.

"Kau tidak terlihat seperti orang yang baru saja melahirkan Zane.. meminum anggur di jam seperti ini..di dalam mansion, hahhh kau memberikan contoh buruk pada anak-anak di-mansion ini..."

dengus Ranti bersedekap dada memerhatikan zanetta yang tampak tidak mengindahkan ucapannya.

Zanetta tersenyum kecil, menyingkirkan botol wine-nya menyisakan yang sudah tertuang dalam gelas saja-lah yang kini diteguk nya.

"Kau mengerikan Zane.. lalu kemana bayi-mu, berani sekali kau mengacuhkan pewaris Wishnutama itu dan malah minum disini" Wiranti mengeleng

"Oh ayolah maa,.. aku sudah melahirkan pewaris Wishnutama seperti kemauan Mama, aku juga rela meninggalkan karir ku demi melahirkan Rayidan supaya mas Wishnu bisa tetap bersama ku mama tau merepotkan sekali mengurusi anak"

" Dan Mama~ aku sudah melahirkan semenjak enam bulan yang lalu, jadi tidak ada masalahnya kan.. sedikit bersenang-senang~
soal kenapa aku minum di rumah ya karena aku sedang malas keluar...mama tau sendiri kan, aku baru saja menikmati bagaimana menjadi nyonya Wishnutama seutuhnya tanpa kehadiran si jalang itu.."

Zanetta tersenyum mengangkat gelasnya lanjut meminum minuman nya tanpa memedulikan raut tidak suka ibu mertuanya.

"Ya..saya bisa melihat seberapa kau begitu menikmati kesenangan ini.. tanpa menyadari sebentar lagi mungkin itu akan hilang Kembali..."

Zanetta berhenti menggoyang-goyangkan gelasnya, alisnya bertaut mendengar ucapan sang mertua.

"Maksud mama apa? " tanyanya

Wiranti menghela nafas pelan, merogoh tas mahalnya mengeluarkan sebuah benda dari sana.

Takk!

Bunyi cincin berlian beradu dengan meja marmer terdengar
kala Ranti menyimpan kasar benda itu diatas meja.

Sebuah jipratan foto jelas disana.

Netra zanetta membulat melihat isi foto itu.

"I-ini... sialan! " dengusnya tanpa sadar, meremas benda dalam genggamannya.

"Iya... wanita itu kembali..mama Melihatnya siang tadi didepan gerbang utama mansion, mencuri pandang pada mansion..ada anak-anak Disana.., beruntung mama menemukan dia lebih dulu.. sebelum anak-anak atau Wishnu bahkan melihatnya dan jika itu terjadi..kamu bisa tebak apa yang akan terjadi selanjutnya.."

Ujar Ranti masih dalam posisinya semula.
ia bisa melihat wajah cantik zanetta mengeras dengan tatapan gelisah, hal itu membuatnya tersenyum tipis.

"Sialan!... ku kira dia sudah menyerah dan memilih mati disuatu tempat daripada kembali lagi ke sini.." dengus zanetta mencengkeram erat foto itu.

"Dan... harusnya kau lebih waspada Zane~
kerena tidak mustahil ia bisa kembali lagi merenggut segala yang telah kau dapatkan, menggantikan posisi mu dengan mudah...
dan kabar buruknya dia sedang.. mengandung"

"APA! " pekik zanetta

Wiranti sudah menduga reaksi wanita yang berstatus menantunya itu.
tidak salah ia memberi tahu tentang Riani pada zanetta dan biarkan zanetta yang mengurusnya tanpa harus mengotori tangannya sendiri.
seringai penuh kepuasan tercetak di wajah berkeriput nya, paus akan reaksi Zanetta.

"Mama! bilang apa tadi?! jalang itu hamil?! tapi bagaimana bisa...?
anak Siapa yang dikandungnya..dia sudah beberapa bulan berpisah dengan mas Wishnu..? " tanya zanetta ia sungguh terkejut dengan pernyataan ibu mertuanya itu.

"Tapi itulah faktanya zanetta!
Riani hamil sekarang ini, dan perlu kamu tahu sebelum prahara ini Andhika dan Riani adalah keluarga bahagia...yang saling mencintai apa mustahil kalo sebelum masalah ini terjadi mereka sempat memadu kasih..!
dia hamil.. anaknya Andhika! yang artinya anak yang kamu lahirkan itu bukan keturunan bungsu wishnutama..jika Riani berhasil melahirkan anaknya itu..! "

Zanetta meremas gelas wine-nya kuat wajahnya memerah dengan mata berkilatan amarah, apa yang diucapkan ibu mertuanya benar
posisinya terancam sekarang ini.

"Tidak...! "

"Anak itu tidak boleh Lahir..! Riani tidak bisa melahirkan anak itu... apapun caranya...anak itu harus tiada.. Zaidan yang harus menjadi bungsu Wishnutama.. harus!
anak itu harus lenyap.."  gumam zanetta.

Wiranti menatap zanetta dengan pandangan sulit diartikan, sedikit bergidik dengan tatapan itu.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Riani tersenyum manis mengusap perut sudah membesar itu.

"Hallo anaknya mama~ anaknya mama lagi apa didalam sana...?
hhh... makasih ya nak, sudah bertahan dan berjuang bersama mama~
kamu sehat-sehat Disana...
mama sangatt menanti kehadiran kamu~ jadi kamu cepat tumbuh ya..biar bisa nemenin mama~"

Berbicara dengan calon bayinya adalah ritual yang sering sekali dilakukan oleh Riani dengan melakukan hal itu ia menjadi lebih senang dan bahagia.

Dia baru pulang berbelanja langkahnya ringan, dengan senyum manis tidak luntur dari wajah cantiknya.

"Loh..mas fata..." gumam Riani ketika melihat fata berdiri di samping mobilnya.

Melambaikan tangannya ketika melihat fata melambai padanya.

Fata tersenyum kecil, menenteng paper bag berisi susu untuk ibu hamil dan juga lainnya.
sebenarnya ini titipan istrinya Desi, untuk diberikan pada Riani.

"RIA KAMU TUNGGU DISANA AJA ! "

Fata berteriak melihat Riani hendak beranjak dari tempatnya untuk menghampirinya, posisinya memang Riani berada di sebrang jalan kecil yang menghadap gang sempit kontraknya.
tidak terlalu ramai tapi fata tidak sampai hati membiarkan wanita cantik yang tengah hamil juga terlihat kelelahan membawa berbagai barang ditangannya harus menyeberang ke-arahnya.

Sebenarnya fata juga takut terjadi sesuatu pada Riani, bagaimana jika tiba-tiba saja Riani tertabrak saat sedang menyeberang...?

Oke.. sepertinya fata terlalu banyak menonton drama, hingga berpikiran jauh begitu.

Riani mengeleng pelan mengehela nafas melihat fata berlari kearahnya membiarkan saja, kadang-kadang ia juga bingung dengan tingkah laki-laki tersebut.
kadang kekanakan kadang juga sangat dewasa, tegas dan juga bijaksana.

Tapi lebih dari itu, Riani begitu mensyukuri bisa bertemu dengan orang-orang baik seperti fata dan juga istrinya Desi yang banyak sekali membantunya hingga kini.
meskipun mereka tidak kenal lama, namun kebaikan tulus mereka membuatnya nyaman bergaul baik dengan fata maupun Desi.

"Hallo~ "

Sapa Fata menetralkan napasnya sebab berlari tadi melambai lagi pada Riani dengan posisi tangan bertumpu pada lutut.

Riani tersenyum membalas sapaan fata.

"Lagian kamu ngapain sih mas ke sini..kan bisa aku yang ngusulin kamu kesana.." ujar Riani mengeleng

"Kan, sama aja nyebrang lagi..." bingung Riani

"Rrr..iya juga ya... hehehe" fata sih nyengir ganteng saja menjawab Riani

"Tapi ga lah, aku kan mau bantu kamu bawa belanjaan~ " kilah fata meraih keranjang belanja milik Riani

"Gak usah repot-repot mas..aku bisa sendiri loh..." tolak Riani tak enak.

Fata hanya mengeleng, mempererat genggaman pada keranjang Riani.
membuat Riani hanya bisa pasrah membiarkan laki-laki.

"Lagian tumben banget angkotnya..ga berhenti didepan gang..? " tanya fata

"Ga tau mas...lagian gak papa juga kok.. ya udah ayo jalan.." jawab Riani

Fata mengangguk mempersilahkan wanita cantik itu jalan lebih dahulu.

Fata menggerutu pelan, berat juga keranjang belanjaan riani bagaimana mungkin wanita itu kuat menentengnya.

Hhh... sepertinya memang dia harus banyak berolahraga, bagaimana mungkin secara stamina ia dikalahkan oleh seorang wanita..

Mulutnya komat-kamit sebentar melihat Riani berjalan lebih dulu tanpa ia sadari sabuah mobil berjalan dengan kecepatan tinggi melaju ke-arahnya...

Fata yang menyadari nya panik bukan main, seketika keranjang milik Riani dilemparnya entah kemana.

"RIAAA.... AWAS..!!! " fata berteriak keras.

Bruakk!!!

Duagggg !!!

Fata membuka matanya yang sempat terpejam dengan nafas memburu.
kejadiannya begitu cepat hingga ia tidak bisa mencerna apa yang baru saja terjadi.

"Ria..." gumamnya bergerak heboh.

"Mas fa-ta..."

"RIA...?! KAMU GAK PAPA...? " pekik fata ketika melihat Riani masih berbaring dengan lengannya sebagai bantalan.

Riani mengeleng samar terlalu terkejut dan syok hingga tidak menyadari apa yang sudah terjadi padanya, nyawanya hampir saja melayang jika tidak ada fata dengan sigap menyelamatkan nya...
sekali lagi Riani berhutang nyawa pada sosok laki-laki yang menatap penuh kekhwatiran padanya.

M-as... tangan kamu...lu-ka..." cicit Riani pelan

Fata menoleh pada lengannya yang mengeluarkan darah akibat bergesekan dengan aspal, tapi ia tidak merasakan sakit sama sekali.

Malah netranya terbelalak melihat bercak darah tergenang didekat kaki Riani, seketika laki-laki yang baru saja berganti posisi menjadi seorang ayah beberapa bulan yang lalu.
panik terjadi sesuatu pada kehamilan Riani.

"Ria... da-rah.." tunjuk fata kaku

Riani membola melihat darah yang mengalir dari sela-sela kakinya, seketika tubuhnya melemas bersamaan rasa sakit yang teramat ia rasakan.
membuatnya meringis mencengkeram kuat tangan fata.

"M-as sa-kitt..ughh...akhhh..." ringisnya.

Fata jelas semakin panik dan takut terjadi sesuatu pada Riani.
otaknya tiba-tiba nge-blank tidak tahu harus melakukan apa.

Hingga pekik penuh kesakitan Riani menarik nya dari keterkejutan.

"Kamu tahan ya ria...kita kerumah sakit sakit ya...kamu yang kuat...! " seru fata mengangkat Riani kedalam gendongannya menuju mobilnya diseberang sana.

Sementara Riani tidak bisa menjawab sibuk dengan rasa sakit yang dirasakannya sekarang ini.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Fata berjalan mondar-mandir di depan ruang operasi, disana juga ada Tyas yang duduk dengan tangan bertaut gelisah.

Gelisah karena Riani baru saja mengalami kontraksi hebat dan juga pendarahan yang belum juga berhenti
usai kecelakaan barusan.
kondisinya kritis hingga harus segera dilakukan operasi darurat untuk menyelamatkan nyawa Riani dan juga calon anaknya, beberapa jam yang lalu fata dihadapan oleh pilihan sulit, Riani harus segera dioperasi untuk melahirkan bayinya yang masih belum cukup usia kandungannya sebenarnya, operasi ini cukup beresiko untuk Riani terutama cabang bayinya.
tapi fata juga tidak punya pilihan lain fata tahu seberapa perjuangan Riani untuk anak itu, betapa Riani sangat menanti kehadiran anak itu, maka fata akhirnya menyetujui semua dan bersiap menerima hal buruk sekalipun...

"Tii kamu yang sabar.. berdoa terus.. semoga Riani dan bayinya selamat.."
ujar fata mengusap rambut lebat Tyas yang menahan tangisnya sedari tadi

Tyas mengangguk lemah dengan tangan masih saling bertaut tak hentinya merapalkan do'a yang terbaik untuk mbaknya itu.

Jam sudah menunjukkan pukul lima sore, itu artinya sudah lebih dari tiga jam semenjak operasi itu dilakukan namun belum ada tanda-tanda dokter akan keluar, tempat ini begitu senyap dan tenang..

Fata mulai berpikiran buruk jikalau terjadi sesuatu pada Riani, terlebih bayi itu.
secara sejak tadi ia tidak mendengar apapun suara tangisan bayi contohnya.

Masih mondar mandir kesana kemari sembari mengigit kukunya itulah yang dilakukan fata sedari tadi, mengabaikan istrinya yang terus meneror untuk memberikan kabar lebih lanjut.

Krieeet...

Pintu besar itu terbuka Dimana seorang dokter wanita keluar dari sana dengan wajah lelahnya, lengkap dengan pakaian operasi yang bernodakan darah
cukup menyeramkan...

"Keluarga nyonya Riani..."

Fata dan Tyas kompak mendekati dokter

"Anda... suaminya..? " tanya dokter itu pada fata.

Fata menatap Tyas sebentar namun gadis itu hanya terdiam dengan wajah polosnya.

"Saya... sahabatnya dokter.. dekat" jawab fata jujur

"Suaminya? "

" Sudah meninggal dok..." sahut Tyas cepat membuat fata mendelik jika Riani mendengar ucapan Tyas sudah dipastikan gadis itu akan habis diomeli Riani.

Berbeda dengan reaksi si dokter yang berubah sendu.

"Bagaimana keadaan mbak Riani dok? bayinya..? " tanya Tyas

Dokter itu terdiam sebentar merangkai kata yang tepat untuk menjelaskan keadaannya.

"Operasinya berjalan dengan lancar..."

Helaan nafas lega dihembuskan oleh fata dan juga Tyas yang kompak mengucap syukur bersamaan pula.

"Meski sempat terjadi pendarahan hebat dan penurunan kondisi pada nyonya Riani, syukurlah semua bisa diatasi... akan tetapi.."

Senyum yang sempat singgah diwajahnya kedua orang berbeda gender itu luntur seketika mendengar kalimat lanjutan sang dokter.

"Bayinya dalam kondisi mengkhawatirkan saat ini...kritis..perlu penanganan khusus, perlu saya jelaskan nyonya Riani terpaksa melahirkan bayi nya diusia kandungan yang bisa dibilang cukup muda pada rata-rata normalnya kelahiran... bayinya terlahir prematur sebab belum sempurnanya beberapa organ dalam tubuh bahkan kami tim dokter merasa ini sebuah keajaiban bayi itu bisa bertahan setelah mengalami benturan keras akibat kecelakaan yang menimpa nyonya Riani...saya khawatir ketidak sempurna pada masa kelahiran bayi membawa pengaruh buruk pada tumbuh kembang nya nanti...
bayinya tidak menangis...dan sempat henti jantung selama beberapa menit tadi..."

Fata terhenyak mendengar ucapan sang dokter, begipula Tyas yang tak kuasa menahan air matanya.

"Bayinya terlahir dengan saluran pernapasan yang lebih kecil dan sempit daripada bayi lainnya... untuk saat ini kami akan melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan bayi itu dan kita hanya bisa berharap semoga bayi itu bisa bertahan..."

Tandas dokter itu tersenyum kecil sebelum beranjak dari tempatnya.

"Bagaimana kita menjelaskannya pada mbak ria..mas..?
hiks..kasian sekali..anak itu....mbak ria pasti sedih mendengarnya nanti....hiks..." Isak Tyas

"Shuttt tenang ya tii...biar mas yang ngasih tau mbak ria nanti..yang terpenting sekarang ria dan anaknya selamat dan tugas kamu sekarang adalah mendoakan dan terus kasih semangat buat mbak ria... jangan nangis lagi ..."

Fata membawa Tyas kedalam pelukannya memberikan ketenangan pada Tyas.

Dan pada akhirnya semua yang dikatakan oleh dokter.
dikatakan juga oleh fata pada Riani tanpa ada yang dikurangi atau dilebihkan.
dan awalnya Riani tidak menerima, dirinya histeris mendengar semua cerita fata tentang kondisi anak yang begitu dinantikan oleh dirinya.

Namun perlahan ia mulai bisa menerima kenyataan, sekali lagi ia harus berjuang lebih keras untuk anaknya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Bagaimana? "

"Misi selesai... nyonya.. Korban tengah sekarat di rumah sakit dan saya pastikan anak itu tidak akan selamat..."

"Kerja bagus... terima bayaran mu dan pergilah dari sini.."

Zanetta memekik tertahan dengan senyuman lebar terukir di bibirnya.

"Hhhh... rasakan pembalasan ku...well sampai kapanpun kamu tidak akan pernah menang melawan ku Riani...
selamat menikmati hadiah kecil dari ku..aku berharap kali ini kamu benar-benar lenyap dari dunia .." monolognya lagi.

"Mama~ semoga mama baik-baik saja... Tuhan tolong jaga mama~ "

Tubuh kecilnya berdiri diambang pintu dengan air mata mengalir dari pelupuk mata indahnya, ia tidak paham semua tapi ia paham mama-nya dalam masalah sekarang dan ia hanya bisa diam dan berdoa semoga mama-nya baik-baik saja.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


"Haii... sayang~ mama datang, maaf ya mama agak telat hari ini..."

Riani tersenyum manis mengusap kaca pembatas ruang steril khusus bayi itu.
ini sudah Minggu kedua bayi manis berada di dalam inkubator khusus...
selama itu juga Riani tidak pernah bosan menemani anak manisnya dalam berjuang.
dalam dua Minggu ini rumah sakit sudah seperti rumah kedua baginya.

Bayi kecil dan manisnya tengah berjuang bagaimana mungkin ia meninggalkan bayi itu sendiri, bayi yang menjadi semangat hidup saat ini untuknya.

"Anaknya mama~ cepat sembuh dong...mama bener-bener pingin cepet gendong kamu...main, susu-in kamu...
maaf ya nak~ kalo aja mama lebih bisa jaga diri mama, mungkin ini tidak akan terjadi...kamu tidak akan menderita seperti ini...
Abigaeil... malaikat kecil kesayangannya mama~ bertahan ya nak~
abigaeil harus bertahan, hidup dengan baik bersama mama~
ayo bangun..lihat mama~ dan dunia yang indah ini menanti Abi...
kamu dengar mama kan sayang...jangan buat mama semakin merasa bersalah dan tidak berguna...mama sudah kehilangan semuanya dalam hidup dan mama tidak ingin lagi kehilangan~ "

Riani menyeka bulir air mata yang turun kian menderas, kegiatan yang selama dua Minggu ini tidak pernah absen ia lakukan.

ABIGAEIL ASRY WISHNUTAMA

begitulah Riani menamai anak istimewanya itu, anak bungsunya, bayi berukuran cukup kecil daripada bayi lainnya, berkulit cukup putih bahkan sangat putih diantara bayi lainnya.
meskipun terlahir prematur bayi itu terlihat cukup mengemaskan dengan wajah bulat, dan bibir kecilnya.

hingga membuatnya tidak sabar untuk menimang bayi mungilnya itu.

"Mas... ini abigaeil.. anak kita..anak bungsu kita seharusnya~ dia mirip kamu mas~ matanya.. hidungnya... wajahnya... bahkan saat kamu tidak ada disini~
aku tahu setelah semua yang aku lakukan mungkin sudah tidak ada kata maaf lagi untuk ku...tapi semua yang aku lakukan adalah jalan yang terbaik untuk kita berdua, untuk keluarga kita
harusnya kamu juga disini kan mas.. nemanin aku berjuang, untuk merawat anak kita... jujur aku takut sekali mas...takut aku tidak bisa melewati ini sendirian...aku butuh kamu mas.. butuh anak-anak untuk menguatkan aku~ "

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.
.




Waktu terus berjalan, tahun berganti.

Saat si manis abigaeil sudah berusia sepuluh tahun sekarang...
banyak suka duka yang dihadapi oleh Riani dalam membesarkan abigaeil seorang diri.
bahkan beberapa kali hampir kehilangan anak manisnya itu, akibat penyakit yang diderita sejak lahir.

Akan tetapi Riani tidak pernah menyerah, sepenuh hati ia merawat, membesarkan abigaeil dengan kasih sayang dan limpahan cintanya.

Ia berhasil mempertahankan abigaeil disisinya, anak itu tumbuh menjadi anak yang manis, memiliki kepribadian yang baik, sopan, penyayang
ceria dan aktif sekali.

Walaupun pertumbuhan tidak sebaik anak seusianya tapi tetap saja Abigaeil-nya sehat sudah menjadi yang paling utama baginya.

Hari-hari Riani dipenuhi oleh kebahagiaan berkat hadirnya abigaeil, Riani lebih mensyukuri hidupnya, menghargai apa yang ia punya sekarang.
kegiatannya mengamati anak-anak yang kini pun telah tumbuh dengan baik dan juga tampan, meski dalam diamnya ia tetap menikmatinya.

Usahanya pun kini semakin berkembang meskipun masih hidup dalam kesederhanaan, tapi cukup untuk menghidupi dirinya anaknya dan juga Tyas tentunya.

Sampai sebuah badai besar kembali menerpa kehidupan Riani yang mulai membaik, cobaan kembali lagi diterimanya.
kembali lagi menimpa pelita hidup nya, poros kebahagiaan nya.

Abigaeil-nya...

Hari itu Abigaeil baru saja merayakan ulang tahunnya ke sebelas tahun baru beberapa hari.

Riani dibuat panik setengah mati melihat anaknya mengeluh tidak bisa berjalan, bahkan bergerak sekali pun.

Seluruh badannya kaku, anak manis itu jelas saja ketakutan merasakan sakit tidak terperi menyerang tubuh mungilnya, menangis bahkan meraung ia lakukan untuk mengurangi sakitnya, tapi tatap saja sakit itu betah sekali menyiksa dirinya.

Akhirnya setelah menjalani pemeriksaan sebuah kenyataan pahit harus diterima oleh Riani...

Abigaeil-nya sakit, Dokter mendiagnosa nya terkena kanker,

Osteocarcoma atau
kanker tulang lebih tepatnya.

Sekali lagi kekuatan Riani diuji lewat musibah yang menimpa kesayangannya, sekali lagi dunia Riani hancur menyaksikan anak manisnya harus berjuang lebih keras untuk bertahan hidup.

Dan sekali lagi Riani mencoba bertahan, mencoba lebih kuat bukan hanya untuk dirinya tapi untuk kesayangannya.

Dan sekali lagi usahanya tidak sia-sia ia berhasil mempertahankan dunianya, mempertahankan Abigaeil-nya agar tetap disisinya.





















...............


flashback off....

..............






Wiranti Atmajaya Wishnutama




















VOMENT JUSEYOOO ✌️

Continue Reading

You'll Also Like

397K 28.8K 27
Hanya Rafka, seorang anak kecil yang mengerti bahwa dunianya tidak bisa berjalan sesuai keinginannya. Semua seakan menjauh dari Rafka, sejauh jarak a...
CHANGE By Leo

Fanfiction

13K 1.2K 8
Aku tidak menyangka perubahan dalam hidupku akan datang secepat ini. Kehadirannya yang tidak terduga dalam sekejap berhasil mengubah seluruh kehidupa...
434K 26.6K 31
[ALANGKAH BAIKNYA SEBELUM BACA FOLLOW TERLEBIH DAHULU (⁠✿⁠ ⁠♡⁠‿⁠♡⁠)] Ini kisah Aru, Aru adalah harapan yang tidak sesuai dengan ekspektasi keluarga n...
51.1K 2.6K 17
Menceritakan keseharian seorang bocah mungil berusia 13 tahun yang masih menyusu dengan tingkah tingkahnya yang di luar nalar. 🚫WARNING....SEBELUM B...