ABIGAEIL

By parkchim_chim2

662K 50.8K 4.5K

Abigaeil, namanya manis dan imut anaknya si buntalan daging mengemaskan yang selalu menjadi primadona para te... More

1
02
cast
03
04
05
06
07
08
10
09
11
12
13
14
16
00 : 41
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27.
28
29
30
31
32
33
34
35..
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
Tesss
52
53
54
👋👋
55
56
57
58

15

11.2K 901 24
By parkchim_chim2

🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀




Arsena berjalan pelan menyusuri bangunan rumah sakit, sebelah tangannya menenteng paper bag yang entah apa isinya.
bisa dilihat jika si tampan itu tidak terlalu fokus pada jalannya, berjalan dengan kepala tertunduk menampilkan wajah murungnya bahkan beberapa kali hampir menabrak orang yang juga tengah berlalu lalang.

Beberapa kali helaan nafas berat terdengar dari bilah bibir merah mudanya.
seolah berat sekali beban yang diemban di pundak yang meluruh lesu itu..

Bruakk!

"Asshh..! "

" Maaf-maaf.. saya tidak sengaja! "

Arsena mendongak mendengar suara lembut menyapa telinganya, tangannya sibuk
membenarkan kancing jas-nya.

Lalu dengan gerakan pelan dari balik kacamata beningnya ia bisa melihat sosok yang tidak asing dalam hidupnya.

Sosok yang selama ini dicarinya, dirindukannya namun juga di bencinya kini...

Riani membola, tenggorokan terasa tercekat melihat siapa yang ada dihadapannya kini.

" Ar-se-na...? "

Sena menegang mendengar suara bergetar sang mama, memanggil namanya.
ada getaran tak jelas di dadanya, matanya memanas dengan dada bergemuruh.

" Sena~ ini kamu kan nak...? "

Riani mendekati arsena yang berdiam di tempatnya.

" Sena, i-ini mama~"

Riani menunjuk dirinya, air matanya kian memupuk siap meluncur kapan saja, hatinya berdesir melihat penampakan anak yang selama ini ia rindukan, yang selama ini yang hanya bisa ia perhatikan dari kejauhan.
namun hari ini,detik ini dirinya bisa berjumpa sedekat ini dengan salah satu anaknya..

Rasanya bahagia sekali, akhirnya setelah penantian lama ia bisa melihat anak kandungnya lagi. setelah sekian lama.

" sena~ "

Sena menekan semua rasa yang bergejolak di dada nya, menjauh kala sang mama mendekat kearah nya.

Reaksi tersebut membuat Riani berjengit, menelan salivanya.
apakah arsena tidak mengenali dirinya?
mengapa reaksinya dingin seperti ini.

" Ini mama nak... kakak tidak merindukan mama? "

Pertanyaan bodoh itu terlontar dari bibir pucat Riani, jemarinya saling bertaut gelisah dengan pandangan penuh harap pada salah satu anak yang begitu dirindukannya.

Arsena mengerjap pelan, menelan salivanya guna membasahi tenggorokan yang terasa kerontang
ini bukan mimpi, akhirnya setelah usia akhir enam tahun nya ia akhirnya kembali bertemu dengan sosok bidadari cantik yang telah melahirkannya kedunia, air mata memupuk di balik lensa kacamata yang dikenakan nya.

Ini nyata...ini bukan lagi ilusinya.
hatinya bergetar, senang, sedih, marah, bingung dan kecewa.
perasaannya campur aduk

Tolong...dia sungguh tidak ingin berada di situasi ini.

" K-kak~ "

Entah rasanya otaknya bekerja lebih cepat daripada hatinya.
menjauh kala tangan putih itu terulur hendak menyentuh nya.

Riani meluruhkan air matanya, ketika anaknya menolak sentuhannya.
hatinya sedemikian sakit, kala Arsena memalingkan wajahnya bahkan enggan bersitatap dengan dirinya.
diam-diam Riani menyalahkan dirinya, ini semua akibat dari keputusan di masa lalu, ia yang meninggalkan anak-anaknya membiarkan Mereka tumbuh dengan sendirinya tanpa dampingannya.

Lalu... pantaskah ia berharap perlakuan baik anak-anaknya.

Meskipun semua yang ia lakukan itu ada alasannya, tapi tetap saja dahulu anak-anak itu masih terlalu dini untuk mengetahui apa yang terjadi, pasti tidak akan peduli apapun alasannya.

Riani menyesal, Riani hancur sekali, ini sakit sungguh...

" K-kak i-ini mama..." Riani tidak menyerah.

Mungkin ini saatnya, ia harus meminta maaf memperbaiki kesalahannya bukan untuk kembali lagi seperti dahulu karena itu mustahil pikirnya.
namun untuk memperbaiki hubungannya dengan anak-anaknya, mungkin ini saatnya...
setidaknya ia harus mendapatkan maaf dari anak-anaknya, sekali saja sebelum terlambat...

" Jangan mendekat... jangan sentuh saya.."

Arsena menatap tajam wajah sendu itu, mengeleng kala melihat Riani Kembali mencoba mendekatinya.

Ia tidak salah kan?

Ia hanya mengikuti isi pikirannya, mama-nya bukan lagi mama-nya yang dulu, ia berbeda sudah punya keluarga yang lain.
dia dan saudaranya yang lain hanya sekedar masa lalu bagi mama-nya.

Ia rindu sungguh, ingin rasanya memeluk sang mama mengatakan betapa rindunya ia padanya.
namun... itu tidak bisa lagi kan?

Lagi pula setelah semua yang terjadi, Sulit bagi dirinya untuk mencerna keadaan ini, sulit ia tidak bisa untuk bersikap biasa saja, rasa bencinya dan kecewa lebih dahulu mengendalikan diri arsena.
hingga ia lebih memilih menolak kehadiran sosok itu kembali di hidup...

Ia tidak salah kan?

" Maaf~ "

Entah kenapa hanya itu saja yang bisa diucapkan Riani melihat wajah penuh kekecewaan sang anak.

" Mama minta maaf..."

" Mama? " Sena berdecih singkat

" Tapi saya tidak punya mama!
Anda salah orang..."

Deg!

Riani mengerjapkan matanya hingga membuat air matanya kian menderas.
tangannya yang mengambang di udara terjatuh begitu saja.


Anaknya menolaknya...?

Akhirnya ini akan terjadi bukan.
buah dari keputusan dahulu, menyesal pun tidak berguna lagipula anak-anak sudah terlanjur membencinya, kecewa akan dirinya.

" Arsena... kenapa..ngo-mong gitu?
i-ini mama,.. m-mama minta ma-aaf..mama tau kamu kecewa...kamu pasti ma-rah sama mama... ga papa..mama bisa mengerti..
mama t-teri-ma... tapi, tolong maafkan mama nak.."

Sena mengigit bibir tangannya terkepal kuat menyalurkan emosinya.

" Jangan begini..mama mo-hon... maafin mama,..
mama kangen sekali sama kamu nak.. sama anak-anaknya mama~ "

Ujar Riani, memohon memedulikan keadaan sekitar, tidak terlalu ramai dan tidak terlalu diperhatikan orang hanya beberapa saja yang penasaran mungkin prihal apa yang terjadi Disini.

" Maaf.." Sena tersenyum miring

" Anda tidak perlu meminta maaf... toh, saya tidak mengenal Anda..jadi menyingkirkan lah, anda membuang waktu berharga saya.."

Kata Sena dingin memungut paper bag nya, pergi dari sana.

Riani mematung menatap lantai putih tempat di mana sang anak berpijak, masih tidak bergeming hingga mendengar suara ketukan sol sepatu milik sang anak menjauh dari sana.

" Sudah dengar kan? "

Riani mendongak ketika mendengar suara rendah yang tidak asing di telinganya.

" M-as Wishnu..."

Wishnutama, Andhika mengangguk memasukan tangannya kedalam saku celana bahannya.

" Ikut saya...kita perlu berbicara.." lanjutnya memutar tubuhnya.

Riani berkedip lambat mencerna keadaan, terlalu tiba-tiba terlalu cepat pula. ia tidak siap sungguh namun apa daya semuanya sudah didepan matanya maka dia harus menghadapi dengan berani pikirnya.
mungkin inilah saatnya Riani membuka dirinya lagi, pada wishnutama.

Angin semilir berhembus perlahan menerbangkan Surai berantakan Riani.
se-kacau wajah dan se-hancur perasaannya.

Dihadapannya berdiri seorang lelaki paruh baya dalam balutan jas hitam kebanggaan nya.
khas mantan suaminya, atau tidak mereka berpisah tanpa ada kata dahulu, bahkan tanpa ada bukti perpisahan.

Iya, dahulu kala Riani memilih meninggalkan Wishnutama ia masih istri sah Andhika.

" Long time no see ya..."

Andhika berucap tanpa melihat Riani.

" Apa kabar kamu?
baik? bahagia? setelah apa yang kamu lakukan sama aku dan anak-anak?
aku pikir kamu lebih bahagia kan?
apalagi kamu berhasil mendapatkan apa yang kamu mau.."

Riani mengerutkan keningnya bingung mendengar ucapan Andhika, mereka baru saja bertemu kembali bagaimana mungkin seolah ia tahu segalanya tentang hidup Riani selama ini...
atau Riani melewatkan sesuatu

" Aku ga ngerti maksud kamu mas "

Andhika berdecih mendengar suara serak Riani persis lima tahun Lalu.
alasan yang sama.

" Hhh... ternyata kamu masih Riani yang sama ya? seperti lima belas tahun lalu sama-sama munafik.." Andhika berbalik dan...
perasaannya bergejolak tanpa bisa ia jelaskan, rindu dan bencinya saling bertaut.

Riani tidak menjawab justru malah tersenyum yang siapapun tahu itu senyum kesedihan.

" Kenapa diam? apa aku salah? atau ada yang lebih buruk lagi Selain kata munafik, murahan mungkin..."

Riani memejamkan matanya menahan sakit dihatinya, Kembali lagi kata-kata seperti itu keluar dari mulut lelaki yang sangat ia cintai sepanjang hidupnya bahkan hingga kini.

" Jaga bicara kamu mas, aku ga seburuk itu.." Riani angkat suara

Andhika tertawa sarkas.

" Oya..jadi aku salah?
terus aku harus panggil kamu apa? PENGHIANAT?

Wanita murahan yang tega meninggalkan anak-anaknya, demi laki-laki lain?! "

Riani menegang mendengar suara rendah Andhika

" Bahkan setelah semua yang terjadi kamu masih punya harga diri untuk menunjukkan wajah sok polos kamu didepan anak-anak!
Apa mau kamu sebenarnya Riani... setelah lima belas tahun..kamu tiba-tiba Kembali, membuat kekacauan di hidup anak-anak, apa kamu tidak punya malu? "

Riani semakin mengernyit mendengar kata-kata Andhika, ia semakin yakin banyak yang sudah ia lewatkan.

" Aku ga ngerti maksud kamu mas!
aku ga pernah berbuat seperti itu dan yang perlu kamu tahu...aku bukan penghianat..aku tidak pernah berselingkuh dengan siapapun"

Tegas Riani menantang manik berkilat tajam Andhika.

" Oya! dasar pembohong! munafik kamu ria, aku semakin jijik melihat wajah kamu..
pinter sekali kamu bersilat lidah Riani..."

" Aku gak seperti itu mas! " Riani mengeleng

" Lalu seperti apa!? lebih rendah dari itu..yang tega meninggalkan anak-anaknya suaminya demi laki-laki lain.."

" Berapa kali aku bilang! aku ga pernah selingkuh! " Riani memekik tertahan

" Terus! laki-laki itu siapa?! laki-laki yang selama ini ada didekat kamu!
dia selingkuhan kamu kan?!
karena laki-laki itu kan, kamu ninggalin aku sama anak-anak!

Kamu mau ngasih pembelaan apa lagi Ria! "

Riani mengehela nafas lelahnya, sepertinya kesalahan pahaman ini semakin tidak berujung.

" Hhh... ternyata kamu juga masih mas Wisnu yang sama..."

Andhika menatap nanar wajah memerah Riani, hatinya bergetar kala netranya bersitohok langsung dengan manik indah yang begitu dirindunya.

" Yang selalu menarik kesimpulan sendiri, yang selalu bertindak seolah kamu yang paling benar! paling tersakiti! nyatanya kamu sama aja! pengecut yang hanya bisa percaya pada satu sudut pandang kamu saja, Tanpa mau mendengarkan yang lain!
kamu egois mas!

Apa?! apa kamu pernah bertanya kenapa aku sampai meninggalkan kamu sama anak-anak!
apa kamu PERNAH TANYA ALASANNYA?! "

Riani berteriak memperjelas kalimatnya, beruntung mereka berada ditaman rumah sakit yang sedikit lenggang.

Cukup sudah selama ini dirinya diam saat harga diri nya diinjak-injak oleh orang yang sangat ia cintai, oleh orang-orang yang ia sayangi, cukup sudah ia tersakiti hingga membuat nya harus jauh dari anak-anaknya, harus memisahkan anak bungsunya dari keluarganya.
cukup ia diam selama ini.

" Apa kamu pernah bertanya! enggak mas~

Kamu hanya marah-marah, menyalahkan aku bahkan tanpa mendengar kan alasannya...
kamu pikir kamu lebih sakit!
tapi
AKU LEBIH SAKIT MAS!!

Sakit dari awal pernikahan kita, mama ga pernah menganggap aku sebagai menantunya!
sakit ketika kamu membawa zanetta kedalam rumah!
memperkenalkan dia sebagai istri kamu, bahkan tanpa sepengetahuan dan restu dari aku...
bahkan sampai dia mengandung anak kamu pun aku masih tidak tau...dan kamu bilang hanya aku yang berkhianat..?
Pernah kamu berpikir buat berada diposisi aku!
sakitnya melihat orang yang begitu aku cintai dan percayai bahkan lebih dari diriku sendiri meragukan cinta ku! meragukan kehormatan ku!
Apa kamu pernah mencoba memahami aku mas!
setelah tuduhan itu pun aku masih diam!
karena aku ga pernah khianatin kamu mas!
dalam mimpi pun aku ga akan pernah lakuin itu! "

Riani menyudahi kalimat panjangnya, menumpahkan segala sakitnya sesaknya selama ini.

Andhika bergeming memutus kontak mata dengan iris memerah Riani, tulus tanpa ada penipuan Disana.

" Aku akui kamu cukup pintar membalikkan fakta ria...
kamu tidak berselingkuh..? lalu siapa laki-laki itu?
anak itu?!
anak siapa kalau bukan anak laki-laki itu!
atau..dia.. itu hanya anak haram..
hasil hubungan gelap kamu! "

Plaak!

Seketika rasa panas menjalari pipi kanan Andhika membuatnya terdiam.

" Jangan pernah sebut anak aku begitu dengan mulut kamu!
Kamu ga berhak atas anak itu..."

Andhika mematung mendengar suara dingin Riani , dadanya naik turun dengan mata memerah setelah mendaratkan tamparan keras pada wajah tegas Andhika.

" Jangan pernah lagi, kamu mengatakan hal itu tentang anak ku, abigaeil namanya abigaeil dia anak aku bukan anak haram seperti yang kamu tuduhkan...
dia berharga.. sangat berharga melebihi hidup ku sendiri kalau kamu mau tau mas...dia alasan aku bertahan hidup saat tidak ada satupun alasan aku untuk bertahan, alasan untuk bangkit lagi setelah apa yang terjadi dihidup ku, ini ga mudah buat aku..
tanpa abigaeil.. mungkin kamu ga akan pernah ketemu aku lagi mas.. selamanya.."

Andhika menelan ludah melihat wajah serius Riani, hatinya bergetar mendengar kalimat tegas tidak ada keraguan maupun kebohongan Disana.
Andhika bisa mengetahuinya.

" Aku pikir setelah aku ninggalin kamu, semua akan baik-baik aja mas~ kamu berubah tapi ternyata enggak!
kamu sama aja seperti wishnutama lima belas tahun lalu...
Aku...masih sangat mencintai kamu mas!
belum pernah berpikiran untuk berkhianat..baik itu dulu maupun sekarang...
aku tidak pernah menikah sampai sekarang bahkan... ini "

Andhika total bungkam melihat Riani memegang foto pernikahan mereka dahulu.

" Aku masih menyimpan foto
pernikahan kita sebagai pertanda aku masih sangat menyayangi kamu! mencintai kamu mas... " ujar Riani menghapus air matanya.

" Lalu anak itu...."

Andhika bersuara lebih pelan dan tenang dari sebelumnya.

Riani mengeleng dengan senyum tipis di bibirnya.

" Abigaeil...dia anakku...darah daging ku.."

Andhika diam menatap wajah sendu Riani, membiarkan tanya dan rasa penasaran memenuhi pikirannya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Zanetta dibalik pilar besar rumah sakit mendengar perdebatan dua orang itu.

" Sialan..." umpatnya

" Riani bergerak cukup cerdik!
ini bahaya... jika sampai mas Dika tahu soal keterlibatan aku tentang masalah dulu, ini bisa membahayakan posisi ku...aku bisa kehilangan apa yang udah aku dapatkan...

sial! mas Dika tidak boleh tahu.. soal itu, soal anak itu...

anak itu harus segera disingkirkan.."

Zanetta mendengus kesal, meraih handphonenya dan pergi dari sana.

Meninggalkan dua orang itu yang saling menatap penuh kerinduan, menatap dalam satu sama lain seolah membayar segala waktu yang terbuang di masa lampau.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Ruang rawat bernuansa serba karakter biru, smurf.

" Loh zell,. bukannya sif kerja kamu udah selesai? kok masih disini..."

Freya menepuk pundak seorang wanita yang duduk disamping ranjang pesakitan pasien manis dan imut nya.
pasien kesayangannya yang masih terpejam menikmati tidurnya.
padahal Freya sudah Sangat merindukan suara dan juga senyuman manis anak itu.

Kembali lagi, pada sosok wanita berambut panjang itu berjengit sebentar lalu tersenyum bangkit dari duduknya.

" Halo dokter..maaf.., tadinya emang saya mau pulang, tapi kangen sama kesayangannya hazel, jadinya mampir dulu..."

Hazellia Putri, berprofesi sebagai suster di area VVIP rumah sakit ini, suster yang selalu mengikuti Freya yang berati juga suster pribadinya abigaeil...
suster cantik, lemah lembut kesayangannya abigaeil yang paling favoritnya abigaeil.

" Terserah kamu deh..oh ya, mbak ria mana? " tanya Freya

" Kak ria keluar sebentar katanya tadi, makanya nitip abi sama aku kalo Tyas kayanya pulang ada kerjaan di toko...paling sebentar lagi juga kesini.." jawab hazel cepat

Freya mengangguk paham mendekat pada sosok mungil yang masih setia menutup mata.
padahal dunia sudah merindukan binarnya.
hazel menyingkir sedikit membiarkan Freya menjalankan tugasnya.

" Gimana dok? sudah ada perkembangan? "

Freya terdiam mendengar pertanyaan hazel, maniknya masih awas pada abigaeil.
melepas stetoskop nya, membenarkan letak masker oksigen yang menutupi sebagian wajah cantik itu.

" Syukurlah...mulai membaik, semoga cepat membaik..Abi harus segera kemo.
Terapy kemarin ga work it buat kondisinya saat ini, saya sudah menjadwalkan kemo-nya abi nanti sore setelah selesai uap supaya asma-nya gak ganggu pas proses kemo nanti... semoga aja setelah itu keadaannya bisa kembali pulih..." jawab Freya mengelus perlahan pipi chubby abigaeil.

" Kasian... padahal Abi masih kecil, tapi sudah diberi cobaan seberat ini...pasti Abi kesakitan banget setiap penyakitnya kambuh...

Hazel ga tega dok, beneren pingin rasanya gantiin..gak tau kenapa tapi hazel sesayang itu sama Abi dok..."

Freya menoleh hazel yang menatap pasien imutnya itu dengan wajah murung.

" Kamu bener zel..kamu aja bisa ngerasain itu apalagi saya sebagai dokter pribadinya...sakit banget liat dia mengeluh sakit tanpa bisa lakuin apa-apa...ga setahun tapi udah hampir empat tahun abigaeil berjuang.. bukannya membaik malah menurun..saya sebagai dokter nya merasa bersalah dan gak berguna zel.." Freya menyeka air matanya

Setulus itu memang semua orang yang menyayangi makhluk mungil itu.

" Dok...Abi bakalan sembuh kan?
Abi akan panjang umur kan dok...? " tanya hazel lagi

" Kita bukan Tuhan zel, kita hanya bisa mengusahakan yang terbaik...sisanya adalah takdir Tuhan zel.." jawab Freya.

Hazel mengangguk pelan masih betah menatap manik terpejam abigaeil.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Riani tersenyum manis, menutupi wajah sedih dan iris membengkaknya ia banyak menangis sejak tadi pagi.

Tapi ia berusaha memaksakan senyumannya ketika berhadapan dengan sang anak.

" Mbak~ semua akan baik-baik aja... percaya aku... semua ini akan segera berlalu.."

" Mbak harus kuat, setidaknya buat Abi...dia butuh mbak saat ini...Abi butuh mbak untuk melawan sakitnya, Abi tengah berjuang mbak~ "

Tyas melepaskan pelukannya membiarkan Riani puas menangis, ia mengetahui semuanya Riani menceritakan semua tentang pertemuannya dengan wishnutama dan juga salah satu anaknya, penolakan yang diterimanya dan segala cercaan mantan suaminya itu...hati tyas jelas panas mendengar nya tapi ia menyingkirkan semuanya fokus mereka saat ini abigaeil yang tengah berjuang, bukan hanya masalah itu.

" Mama..? "

Riani mendekat kearah sang anak yang bersiap sedang bersiap menjalani pengobatannya, Riani tersenyum hangat mengusap wajah sang anak yang merengut sepenuhnya.

" T-takut... " cicit abi pelan meremat kuat bilah tangan mama-nya.

" Jangan takut... anaknya mama kan hebat, anak yang kuat..." Riani berucap lirih mencium kening sang anak.

" Mama jangan pergi.." pinta Abi lagi

Riani mengangguk sambil tersenyum

" Mama disini sama abi~ gak akan kemana-mana..." jawab Riani.

Freya disana begipula dengan hazel bersiap memulai prosedur pengobatan pada kanker yang diderita si manis.

Riani melempar senyum pada Freya yang dibalas anggukan oleh dokter cantik itu, sebagai sebuah isyarat.

Semakin dekat Freya semakin beringsut pula abigaeil, membayangkan bagaimana benda berujung runcing itu menyentuh tubuhnya membuatnya bergidik ngeri.

" Mama~ ndak mau jadi..." Abi mengeleng pelan menatap Riani dengan mata berkaca-kaca supaya kemo-nya hari ini dibatalkan saja.

" Sayang~ jangan gitu... " Riani masih berusaha menenangkan abigaeil.

" Mimi dokter pwiess~"

Freya hanya bisa terdiam sambil tersenyum kecil, tidak tega sebenarnya tapi apa daya ini yang terbaik untuk kesehatan si manis.

Abigaeil memayunkan bibirnya mempererat genggaman tangannya.
pasrah ketika Freya mendekat, memberikan instruksi untuk memiringkan tubuhnya menghadap sang mama yang langsung dihadiahi senyuman manis sang mama.

Merasakan piyama tidurnya bagian belakang disingkap mengigit bibirnya ketika merasakan dinginnya alkohol dipermukaan kulitnya.

Riani mengusap bulir keringat yang membasahi wajah abigaeil, ia turut merasakan sakitnya melihat anak manis itu menahan sakit, kerutan didahi sempit itu bagaimana kuatnya anaknya itu meremas bilah tangannya ia merasakan penderitaan sang anak jika boleh meminta ia Dengan sukarela ingin menggantikan posisi tersebut, merasakan sakit itu.

" Akhhh...! sshhh... Ma-ma..hhh "

" Sayang...." Riani meringis ketika merasakan Abi meremat kuat sekali tangannya.

" Ughhh... sa-kitt...umptt..hh"

Abigaeil meluruhkan air matanya tubuhnya beringsut tidak karuan ketika suntikan itu berhasil menembus kulitnya, wajahnya yang sudah pucat semakin pucat menahan sakit yang yang menyerang tulang belakang nya, tidak tertahankan hingga membuatnya menjerit tertahan, bibirnya mengeluarkan darah akibat digigitnya sebelah tangannya yang bebas dari pegangan sang mama bergerak meremas sprei kuat mengabaikan selang infus yang sudah mengeluarkan darah, ini sakit sungguh ia tidak bisa menahan nya...

Riani menatap Freya yang fokus pada proses pengobatan, lalu kembali lagi menatap wajah sang anak yang sudah sangat pucat dengan kerutan-kerutan menahan sakit.
Riani tidak bisa menahan air matanya menyaksikan bagaimana perjuangan sang anak bertahan.
Riani tidak bisa melihat Abigaeil-nya tersiksa seperti ini tapi ia juga tidak bisa apa-apa.

Proses kemo selesai dengan tidak terlalu lama.
tapi yang singkat itu cukup menyiksa daksa mungilnya, cukup menyita seluruh tenaganya.

" ..... Hiks... hiks.. sa-kit..hh.."

" Anaknya mama... hebat, Abigaeil-nya mama...kuat sekali... terimakasih sayang.. terimakasih sudah kuat..." Riani menciumi brutal punggung tangan sang anak

Abigaeil hanya bisa terdiam, lemas sekujur badannya setelah pengobatan yang diterimanya.
bahkan untuk menarik napas saja ia tidak bisa,ia hanya bisa melirik sang mama yang terisak melalui ekor matanya.,
tanpa hanya bisa berbuat lebih, air matanya terus mengalir ingin sekali rasanya menghibur sang mama, tapi ia sendiri tidak bisa mengendalikan dirinya.

" Anaknya mama~ " Riani tersenyum manis mengusap Surai berantakan itu.

" Kesayangannya Mimi dokter~ hebat sekali...! " Freya ikut memberikan Semangat memperbaiki letak nasal cannula yang baru saja ia pasang pada hidung kecil yang turut memerah.

Hazel di sekitar ranjang mengusap air matanya yang mengalir begitu saja, hatinya berdenyut nyeri melihat perjuangan anak manis itu, ini pasti tidak mudah.






🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀





Freya Agustina






voment juyeso ☺️✋
























🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

haii👋

maaf ya baru bisa up lagi☺️

maklum lagi sibuk streaming min pd ayang 💜

#that_that

#with_you

juga sibuk buat persiapan lebaran dan gak kerasa Ramdhan udah berlalu aja😩😔

hope you enjoy this part, jangan lupa tinggalkan jejak guys 💜














































voment juyeso ☺️✋

Continue Reading

You'll Also Like

2.2K 892 26
~Di Bawah Langit Ampera~ [Terbit di @teorikatapublishing] [Tersedia juga di Toko Oren] Blurb: Di tempat ini Haziqa Noushafarina bertemu sosok Muh...
63K 3.1K 48
( FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!!! ) ( JANGAN LUPA UNTUK TINGGALKAN JEJAK VOTE DAN KOMEN YAAA!!! ) LAPAK BROTHERSHIP NOT BL❌❌❌ [ Tetap votmen ya teman...
336K 24.7K 31
Arvin bocah yang menjual kue di pinggir jalan dengan senyum manis di wajahnya yang tidak pernah luntur. Hidupnya memang keras, kerja banting tulang b...
74.5K 6.7K 27
Neo itu berbeda, hati Neo akan selalu menjadi hati anak kecil. Penuh kejujuran di dunia yang luas ini. Saat berusia 5 tahun perkembangan saraf otak...