ABIGAEIL

By parkchim_chim2

666K 51K 4.5K

Abigaeil, namanya manis dan imut anaknya si buntalan daging mengemaskan yang selalu menjadi primadona para te... More

1
02
cast
03
04
05
06
07
10
15
09
11
12
13
14
16
00 : 41
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27.
28
29
30
31
32
33
34
35..
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
Tesss
52
53
54
👋👋
55
56
57
58

08

11.8K 809 29
By parkchim_chim2

🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀


Rayidanta berjalan santai sesekali bersenandung kala memasuki rumah mewahnya, terlihat sekali jika si pemilik senyum kotak itu tengah dalam suasana hati yang bagus.
membawa tata yang dikalungkan nya ke leher, dia baru saja kembali dari acara hunting foto guna menekuni hobinya itu.

" HELLO RAY GANTENGG PULANG! "

Teriaknya ketika memasuki rumah, sebagai tanda jika ia sudah ada dirumah.
senyumannya perlahan luntur kala memasuki rumah, sepi terasa.
selalu begini.

Katanya home sweet home...katanya rumahku adalah surgaku.

Tapi kenyataannya itu tidak work it dikeluarga Wishnutama.
dia sungguh tidak bisa menemukan arti keluarga dirumah besarnya ini.
padahal ia memiliki semuanya, keluarga lengkap tapi tetap saja terasa sepi dan sunyi kadang.
iya...sih, jika sudah berkumpul dengan semua saudaranya yang lain rumah ini akan sedikit hidup tapi ya begitulah mas dan kakak-kakak nya itu work holic sekali, gila kerja
lebih mementingkan urusan pekerjaan di atas segalanya.

Kadang Ray merasa iri dengan kehidupan orang lain diluar sana
ia juga mendambakan memiliki keluarga yang damai dan harmonis layaknya keluarga pada umumnya.

" Selamat datang tuan muda..." sapa maid

Mendengar suara teriakan Ray
yang disapa hanya mengangguk
membuka kulkas dan mengeluarkan sebotol air dingin dari sana.

" Mm..sudah ada yang pulang bi? " tanya Ray.

" Tuan muda abrian ada di halaman belakang,tuan..yang lain belum.." jawab maid itu

Ray mengangguk lagi, melengos pergi Begitu saja menuju halaman belakang
penasaran juga apa yang dilakukan Abang dengan line lahir sama dengannya, disana.
kan biasanya abriansyaa itu sibuk, lebih ke sok sibuk lebih tepatnya.

Sampai disana, Ray mengernyit Melihat abrian tengah berdiri didekat tong sampah yang mengeluarkan asap dan juga api, tengah membakar sesuatu mungkin atau hanya sekedar iseng menghangatkan badannya disana, wah gabutnya manusia sok sibuk semacam abrian mainstream juga ya...?

" Wih...rajin banget bang..
cosplay jadi kang sampah loe sekarang..saking gabutnya? " tanya Ray.

Abrian menoleh sebentar dengan wajah datarnya.
Ray sendiri menyadari ada yang salah dengan kelakuan abrian akhir-akhir ini, lebih banyak diam dari biasanya ya meskipun biasanya pun begitu tapi ini berbeda...
jarang mau direspon jika diajak bercanda, uring-uringan dan ya as always cosplay jadi anak itik pemarah, Ray sedikit kesal dengan perubahan Abang beda beberapa bulannya itu.

" Ian...?"

" Kok..itu, loe bakarin?! " tanya Ray melotot pada beberapa benda dibawah kaki abrian ada juga yang sudah ludes terbakar.

" Itu bukannya.. barang keramat loe? " heran Ray

Abrian mengeleng meremas bedong bayi ditangannya, dengan sulaman nama dirinya.

" Gak..ini gak lebih dari sampah sekarang..." jawab nya melempar benda ditangannya kedalam tong hingga langsung dilalap si jago merah.

" Hah..?...kok bisa, iaan loe gak lagi mabok kan?
sampah?? itu barang-barang peninggalan Mama Ian...itu- itu juga
itu baju-baju mama yang loe diem-diem simpenin..kok malah dibakar sih?! " Ray berbicara heboh.

" Ian! bang!! Sadar ih! loe masih waras kan? bukannya itu semua barang kesayangan loe..."

Ray masih tidak percaya dengan apa yang dilakukan abrian saat ini.
bagaimana mungkin barang-barang yang sudah lama sekali ia simpan dan juga ia sayangi karena merupakan satu-satunya yang tersisa dari barang-barang mama.
Ray tahu jika diam-diam, abrian masih sering menangis merindukan istri pertama papa-nya, mama kandung mas, kakak kembarnya dan juga Ian.
masih sering mencari tahu keberadaannya, yang diam-diam selalu memeluk foto atau juga baju mamanya jika rindunya sudah tak terperi.
barang-barang yang ia pakai sewaktu bayi, alasannya jika melihat barang-barang itu ia bisa merasakan sentuhan mama-nya, rindunya bisa sedikit terbalaskan dengan hanya melihat barang-barang itu dan kini...

Ada apa dengan abrian pikir Ray cengo ditempatnya.
tanpa berani berbuat Lebih hanya diam menyaksikan abrian membakar barang-barang itu dengan wajah datarnya tapi sorot matanya menyendu penuh kesedihan dan juga kekecewaan.

" Bang...? "

Terakhir kali nya Ray bertanya, melihat ditangan Ian ada sebuah bingkai foto, foto wanita cantik yang tengah tersenyum sambil menggendong bayi dikelilingi oleh tiga orang anak laki-laki.

Dan ia tahu betul arti foto itu dihidup Abangnya.

" Ini...udah ga ada artinya buat gue... Ray.. semua ini hanya sekedar sampah sekarang...

Gue gak mau lagi berharap..gue benci dia...
Gue udah gak punya... Mama..sudah..
.... mati..."

Dingin suara abrian berucap tanpa ekspresi, tapi ada getar di sana.

Ray tentu saja semakin terkejut dengan ucapan abrian, melotot lagi kala enteng tangan Ian melempar foto itu kedalam api.

" Bang...? " lirihnya mengerjap pelan melihat abrian meluruhkan bahunya berjalan meninggalkan dirinya dengan nyala api yang telah melahap benda-benda itu.

Buru-buru Ray berlari menuju keran air, menarik nya guna memadamkan api sebelum semua benda itu berubah menjadi abu.

"Yahhh...asshh.." ringisnya kala tangannya jelalatan di dalam tong yang masih menyisakan bara api.

" Yah..." desahnya

Melihat bingkai foto itu sudah terbakar setengah nya hanya menyisakan sedikit bagian saja, namun tebak..foto nya masih sedikit Jelas, menampilkan wajah cantik yang tengah tersenyum.

" Hhh... maafin Abang ya ma.. eh-bisa gak sih Ray panggil begitu..kita gak pernah saling mengenal sebelumnya..
tapi Ray tau mama itu orang yang baik... karena rela berkorban meninggalkan anak-anak mama dan berbagi suami dengan mama-nya Ray...

Ray gak tau harus bersikap seperti apa?
karena Ray tau, mama menyerah pasti karena ada alasan nya, lebih dari itu Ray hanya Ingin berterima kasih, berkat pengorbanan mama Ray jadi punya papa lagi, punya banyak saudara yang sayang sama Ray dan juga Zai..
meskipun gak sesuai aplikasi
tapi Ray bersyukur kok...

Ray tahu...jika mama Zane mendapatkan papa dengan cara yang salah..Ray tau.. makanya Ray bilang mama Riani baik.."

" Dan soal bang ian maafin ya ma.. mungkin bang Ian lagi banyak masalah...lagi banyak pikiran.."

" Mmm... btw mama cantik.. hehehe"

Rayidanta bermonolog tulus sekali diakhiri dengan cengiran kotaknya mendudukkan dirinya di rerumputan memandangi foto yang berhasil ia selamat kan, melihat sendu barang-barang lain yang sudah menjadi abu.
alasannya menyelamatkan foto ini sederhana ia tahu seberapa berharga nya benda ini bagi Ian, mungkin emosi sesaat nya sungguh mempengaruhi pikiran warasnya.
biarlah nanti jika Ian sudah kembali waras ia akan menyesali perbuatannya dan Rayi akan bertindak sebagai pahlawan dan akan memberikan sisa foto ini pada abangnya itu.

Lebih dari itu semua, rayidanta ikhlas melakukan nya, ini ia lakukan murni gerakan dari hatinya.
ia tidak rela jika foto bersejarah milik abangnya itu harus dilalap api.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Abigaeil duduk diruang tamu rumahnya sambil menonton film kartun kesukaannya, smurf.

" Kakak jelek...mama mana? " tanya Abi ketika melihat Tyas lewat didepannya.

Tyas berdecak memeloti abigaeil yang menampilkan wajah polosnya.
hei bagaimana mungkin kembaran rose black pink, sepertinya dikatakan jelek oleh abigaeil.
tenang Tyas cantik, Tyas tabah kok.

" Dikamar..gak tau lagi apa? " jawab tyas akhirnya.

" kenapa? Abi butuh sesuatu? " tanya Tyas

Mendekati sosok mungil yang diam, dapat Tyas lihat jika anak itu sesekali meringis ketika menggerakan tangannya.

" Ndak..." jawab abigaeil,

Mencoba mengangkat botol susu nya namun rasa ngilu terasa jelas kala ia menggerakan tangannya sebenarnya ia ingin mengadu tapi biarlah ini sudah biasa terjadi diam sebentar mungkin akan mengurangi sakitnya.

" Kenapa? ada yang sakit Abi? " tanya Tyas was-was, melihat anak manis itu melemaskan tangannya.
sebuah gelengan ia terima sebagai jawaban.

" Abi...? "

" Ndak pa-pa kakak jelek...ini cuma sakit sedikit..nanti juga pergi sakitnya"

Wajahnya masih meringis namun senyuman manis tersemat di bibir mungilnya.

" Sakit? Abi sudah minum obat?? " tanya Tyas mendudukkan dirinya disamping abigaeil yang kini bersandar pada sofa.

" Sudah.." Abi mengangguk kecil.

" Sudah kok.._ya ampun!
kenapa lebamnya makin jadi sayang?!" pekik Tyas

Netranya terbelalak melihat lengan bagian atas, abigaeil berhias lebam dengan sedikit bagian menonjol berwarna keunguan sangat kontras dengan kulit putihnya.

" Jangan ditekan akhh..." abigaeil meringis merasakan Tyas menekan sumber sakitnya, padahal Tyas hanya menyentuh nya perlahan sekali
respon abigaeil membuat Tyas semakin khawatir, sesakit itu kah?

" Sakit banget? kakak bilangin mama ya? " ujar tyas

" Ndak...Ndak..!
jangan kakak, mama sedang istirahat.." abi menolak mengenggam tangan Tyas yang hendak beranjak.

Tyas mengeleng mengelus pipi tembem itu

" Ga papa, Abi sedang sakit..mama perlu tau.." jawab Tyas

" Kan selalu juga sakit...Abi ndak papa kakak, nanti mama repot-repot terus.." lirih abi ia sadari jika ia sangat merepotkan bagi mama dan orang-orang di sekitarnya.

" Abi..kakak gak suka Abi ngomong gitu..Abi tidak merepotkan sama sekali.."

Abi Kembali mengeleng mengulas puppy eyesnya, sebagai senjata terakhirnya.
ia tidak mau mama-nya tahu, khawatir dan membuat dirinya berakhir di rumah sakit... lagi.

Tyas menghembuskan nafasnya tidak kuat berlama-lama melihat wajah melasnya abigaeil, bahaya untuk kesehatan jantungnya.

" Oke..tapi minum obat ya, terus istirahat.." ujar Tyas

Abigaeil menimang dia sudah mengkonsumsi butiran kecil itu beberapa jam yang lalu tapi ya sudahlah.

Tyas beranjak dari tempatnya menuju nakas membawa segelas air putih dan tabung obat miliknya si kecil.

Menegak butiran pahit itu sukses membuat keningnya berkerut dalam menjulurkan lidahnya sebentar bagian tidak menyenangkan dalam hidup abigaeil..ya ini...
Tyas masih Disana memerhatikan abigaeil dengan wajah sendunya, tangannya bergerak mengusap pipi tembem yang menjadi favoritnya selain gummy smile-nya abigaeil.

" Ngantuk..."

" Ya udah pindah ke kamar ya.." jawab Tyas ketika Abi mengeluh mengantuk

Abigaeil mengangguk berjalan pelan menuju kamarnya langkahnya pelan sekali. sesekali berpegangan pada apa saja yang bisa diraihnya, hal itu tidak luput dari perhatian Tyas ingin membantu sebenarnya tapi dirinya mengerti abigaeil tidak suka ada yang meremehkan dirinya ( mengasihani )
dirinya.
jadi Tyas biarkan saja.

Sampai didalam kamarnya abigaeil langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang kecilnya memeluk kumamon miliknya.

" Sakit..." lirihnya memejamkan matanya dengan kerutan samar tercetak jelas di dahi yang dialiri keringat dingin, bibir plum-nya turut kehilangan ronanya.

" Mbak...? " Tyas membuka pintu kamar milik Riani.

Dilihatnya kini mbaknya itu tengah duduk diatas ranjangnya memeluk lututnya sendiri.

Sebenarnya Tyas me-notis perubahan suasana hati Riani sedari pagi, berpikir Riani memang tengah kelelahan makannya suasana hati nya jadi buruk.
jadilah Tyas membiarkannya mungkin mbak-nya itu butuh istirahat seperti yang diucapkan abigaeil.

"Mbak...? kenapa ada masalah? kok murung banget kelihatannya? " tanya Tyas.

Riani bergeming dari posisinya menatap Tyas dengan mata memerah.

" Ga tau kenapa tii...dari kemaren perasaan mbak ga enak, kaya sedih aja bawaannya.." jawab riani serak, benar saja matanya sudah memerah dan terus meluruhkan kristal beningnya.

Tyas mengernyit sebentar mendudukkan dirinya di atas ranjang, tak ayal tubuhnya langsung direngkuh erat oleh Riani yang semakin terisak hebat, perasaan benar-benar terluka, sedih dan juga hampa sekali. Riani tidak mengerti apa yang terjadi pada dirinya.
tiba-tiba saja seperti ini...
tiba-tiba saja ia memikirkan salah satu anaknya... merindukannya...

Anak bungsunya yang dulu ia tinggalkan diusia dua tahun..

" Mbak..? "

Tyas terus memberikan usapan lembut dan kata penenang bagi Riani.

Hingga beberapa menit tertahan di posisi Begitu Riani mulai tenang menghentikan tangisnya menyisakan wajah kacaunya.

" Tii.. hari ini kita tutup aja ya..mbak ga mood buat ke toko.." ujar Riani

Tyas mengangguk saja

" Oh..ya..mbak Abi..._"

" Sama kamu dulu ya...kamu urus dulu mbak lagi pingin sendiri.."

Belum sempat Tyas mengutarakan kalimatnya, Riani sudah menyela.

" Tapi...mbak...Abi.."

Ucapan Tyas terhenti lagi ketika melihat Riani mulai membaringkan tubuhnya sembari memejam meskipun isakan dan air matanya masih mengalir.

Tyas mengehela nafas sebentar, mengulum bibir nya takut menggangu Riani. tapi juga mengkhawatirkan kondisi si manis.

.
.
.
.
.
.
.

Zanetta meremas kuat kertas digenggamnya, dengan netra berkilat tajam.

" Jadi benar... wanita itu, berhasil melahirkan anaknya?! "

Tanyanya memandang tajam seorang dihadapannya.

" Benar... nyonya, dia berhasil melahirkan seorang bayi laki-laki nyonya hanya berbeda beberapa bulan selepas kelahiran tuan muda Zaidan.." ucap laki-laki berstelan jas rapi menunduk segan pada sang majikan.

" APA ANAK LAKI-LAKI! " murka zanetta

" Iya.. nyonya"

" Sialan! Jadi sudah jelas jika zaidana bukan bungsu Wishnutama!? "

Laki-laki itu mengangguk kuat, membuat zanetta mendengus.

" Sial! setelah berhasil menyingkirkan kamu, aku pikir aku akan bisa hidup dengan tenang..tapi kamu terus saja membayangi hidup ku! dasar jalang..!" dengus nya

" Ternyata ini belum usai...aku akan pastikan kamu tidak akan pernah kembali lagi ke Wishnutama...tidak akan aku biarkan kamu merebut apa yang sudah susah payah aku dapatkan... kamu dan anak itu tidak akan bisa menghalangi tujuan ku untuk menguasai Wishnutama! "

" Cari tahu keberadaan anak itu..."

" Dan singkirkan...tidak ada yang boleh mengganti kan posisi anakku sebagai pewaris wishnutama!

Termasuk Riani dan anaknya...! " zanetta menyeringai licik

Perintah mutlak telah didapatkan maka dengan segera lelaki itu keluar dari ruang kerja milik sang majikan.

Meninggalkan zanetta yang tersenyum penuh arti.

.
.
.
.
.
.

.
.

Seno menghentikan langkahnya, meletakan tanaman bonsai yang baru saja di rapikannya di atas meja.
tidak sengaja melihat salah satu adiknya yang tengah berdiam diri di gazebo halaman belakang.

" Mikirin apa sih bang..?
serius banget kayanya? "

Abrian menoleh melihat arseno yang telah duduk disampingnya.

" Ga ada.." jawabnya

" Masa sih? gak mau cerita sama kakak?
kali aja kakak bisa bantu, gini- gini kakak siswa paling pinter loh seangkatan... pemilik nilai tertinggi se kampus, dijamin deh Abang dapat solusinya kalo cerita sama kakak.."

Seno tersenyum memperlihatkan lesung pipinya yang cantik itu.
sementara abrian masih terdiam sudut hatinya menghangat mendengar ocehan kakaknya, yang terkenal kaku dan dingin itu.
tapi percayalah Seno itu yang paling bijaksana sometimes paling dewasa antara semua saudaranya, bisa dibilang kakak kembarnya itu pilarnya keluarga wishnutama dan mas-nya sebagai atap pelindung wishnutama.
tanpa ketiganya Wishnutama tidak akan sebesar ini.

Sama-sama diam yang akhirnya terjadi diantara keduanya, tidak ada yang memulai pembicaraan hanya fokus pada sudut pandang masing-masing.

" Kak..."

Seno menoleh kala mendengar suara serak sang adik.

" Um.."

" Pernah penasaran gak sih? kenapa mama sampai ninggalin kita "

Seno terdiam sejenak mendengar pertanyaan abrian, topik yang selama ini selalu ia hindari harus dibahas nya.

" Pernah kangen ga sih sama mama?
dan berharap buat ketemu lagi? " lanjut Ian.

" Hhhh..." Seno menghembuskan nafas nya untuk sedikit mengurangi rasa sesak yang tiba-tiba menghimpit rongga dadanya.

" Honestly... iya..tapi kita bisa apa?
udah pernah cari tau kan, dan hasilnya..."

Seno mengeleng

" Nope.. bang, sebenarnya kakak ga suka sama pembahasan soal ini co'z you know... "

" Hum..Ian ngerti kak, kita semua sensitif sama topik pembahasan tentang Mama.."

" Maka dari itu mulai sekarang..Abang sudah memutuskan untuk tidak mengingat tentang dia lagi..buat cari tahu tentang dia atau berharap ketemu lagi... aku benci mama.."

" Ian..?"

Dahi Seno berkerut mendengar ucapan sang adik, ternyata apa yang bilang oleh Rayi beberapa hari yang lalu benar adanya.
abrian berubah dan jujur seno terkejut akan perubahan itu, diantara semua saudara nya abrian adalah yang paling ingin menemukan Mama.
tapi kenapa kali ini berbeda.

" Abang tau sesuatu..? " tanya Seno penasaran

" Iya..dan itu menyakitkan kak, Abang ga mau ingat-ingat lagi.."

" Apa? apa yang Abang tau? " tanya Seno

" Alasan kenapa mama ninggalin kita.." tutur Ian, membuat Seno semakin terhanyut.

"Kamu percaya sama ucapannya mama Zane dan nenek selama ini..." Seno memastikan

" Iya..dan itu fakta kak..
fakta kalo mama ninggalin kita demi laki-laki lain!
faktanya mama sekarang hidup bahagia tanpa sekalipun memikirkan kita.. menemui kita..mama ga peduli sama kita..! "

Seno tersentak mendengar nada suara abrian meninggi, dan kalimat yang terlontar dari mulut sang adik sungguh membuatnya terkejut.

" Kamu tau dari-mana semua ini" tanya Seno.

" Papa~ dan Abang tau papa tidak akan pernah bohong.."

" Jadi ini alasan kenapa Abang bakarin semua barang mama? " tanya Seno

" Ian udah ga punya mama kak...Ian ga punya mama lagi mulai sekarang.."

" Mama tidak peduli kita..mama hanya peduli keluarga barunya.. anaknya, bukan kita..."

Seno mengigit bibirnya tiba-tiba matanya memanas, rasanya hancur sekali mendengar suara serak adiknya fakta yang baru saja didengarnya.
ia marah, kecewa, sakit sekali...

Mama-nya ia tidak menyangka, selama ini dalam diamnya ia selalu berusaha mencari kebenaran tentang wanita yang telah melahirkannya kedunia.
berusaha positif dengan tidak mendengar ucapan miring nenek dan mama tirinya pasal mama-nya.

Tangannya terkepal kuat, dadanya naik turun menahan segala emosinya.
melihat abrian yang mulai terisak, lagi dan lagi... saudaranya menangisi hal yang sama.
Seno muak, Seno benci dan entah sampai kapan rasa itu akan memenuhi hatinya.

..

..

..

..

" Kak...? "

Rayidanta memeluk tubuh jangkung arsena yang kaku, syok mendengar obrolan dua orang itu
iya,.diam-diam Ray dan sena menguping pembicaraan Seno dan Ian.

Sama seperti reaksi kedua saudaranya, sena juga kecewa, marah dan sakit sekali mendengar fakta tentang mama-nya.

" Mama~ kenapa..."

Ray mengeratkan pelukannya mengusap punggung kakaknya yang bergetar.

" Sena...marah sama Mama~
benci..benci semuanya..."

Gumamnya setitik air mata lolos Begitu saja membayangkan penghianatan mama-nya, yang benar adanya.

.
.
.
.
.
.

" Bagus permainan semakin menarik...
well...aku sudah semakin selangkah di depan...

Lanjut kan rasa benci kalian anak-anak dengan Begitu peluang wanita itu untuk kembali akan semakin kecil...

Hhh... harus aku akui Andhika itu bodoh..tidak sadar telah turut memupuk rasa benci di relung hati anak-anak manis itu..."

Seringai tipis tercetak di wajah cantik itu.

Suara heelsnya bergema di sudut mansion itu, meninggalkan Wishnu bersaudara yang tangah menguatkan satu sama lain.

..









































voment juyeso ☺️✋




Continue Reading

You'll Also Like

Stayed with father By HUMAN

Historical Fiction

405K 28.1K 56
"17 tahun dan kau baru datang?"
16.8K 1.2K 47
[Completed] Untuk apa tersenyum, jika hanya ada lara saja di dalam hidup. Bagiku, senyuman itu tak ada gunanya - Aletta Senyum itu indah. Maka akan a...
248K 20.5K 22
Piyo, kisah si bocah polos yang disayang oleh abangnya. "Abang jelek! " "Kamu mirip monyet! " "Abang induknya! " "Dasar gendut! " "HUWEEEE, IBU, ABA...
324K 25.5K 28
Hanya Rafka, seorang anak kecil yang mengerti bahwa dunianya tidak bisa berjalan sesuai keinginannya. Semua seakan menjauh dari Rafka, sejauh jarak a...